PENDAHULUAN. dalam satu periode (Kieso et al., 2011). Terdapat dua pendekatan untuk melaporkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan konsep dasar akuntansi, yakni konsep kesatuan usaha (entity theory),

BAB I PENDAHULUAN. penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan harus sesuai dengan standarstandar

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sejak tahun 2010 Indonesia masuk dalam daftar negara yang melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam bidang akuntansi. Melakukan adopsi International Financial

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa perdebatan di dalam ilmu akuntansi yang telah berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. International Accounting Standards Board (IASB) dan International Accounting

BAB I PENDAHULUAN. Proses konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di perusahaan dengan optimal. Dengan demikian perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Informasi laporan keuangan merupakan unsur penting bagi investor, kreditor

BAB I PENDAHULUAN. membuat laporan keuangan yang dihasilkan menjadi tidak seragam.

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang digunakan sebagai kantor atau pabrik, peralatan, kendaraan dan lainlain.

BAB I PENDAHULUAN. dipilih pada suatu industri untuk investor domestik maupun investor internasional.

Tinjauan Atas PSAK No.1 (Revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan dan Perbedaannya dengan PSAK No.1 (Revisi 1998)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya laporan keuangan digunakan oleh perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi keuangannya. Di samping itu laporan keuangan juga

ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN LABA-RUGI MENGGUNAKAN METODE PSAK DAN IFRS PADA PT.TELEKOMUNIKASI INDONESIA.Tbk

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pengukuran berbasis nilai wajar didorong oleh perkembangan regulasi

BAB I PENDAHULUAN. atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan suatu investasi atau operasi perusahaan dengan minimal

BAB I PENDAHULUAN. Konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) telah. awal lagi dalam menerapkan IFRS yaitu dari tahun 2002.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. menemukan masih terdapat beberapa perusahaan yang belum melakukan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Instrumen Keuangan:Pengakuan dan Pengukuran. Sebelum

BAB I PENDAHULUAN. properti di Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang signifikan sekitar 20% di

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mendorong berkembangnya perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan untuk mengambil keputusan baik secara internal maupun oleh pihak

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mendorong berkembangnya Negara-negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan output dari proses akuntansi yang menjadi sarana komunikasi atas hasil pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Adopsi IFRS diberbagai negara memiliki beberapa manfaat.

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. maupun entitas non-profit. Penyajian atas informasi keuangan yang terkait dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. standar akuntansi internasional International Financial Reporting Standard (IFRS)

ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS

BAB I PENDAHULUAN. operasional rutin perusahaan, terutama aset tetap (fixed asset). Aset tetap

BAB I PENDAHULUAN. pemakai lainnya untuk proses pengambilan keputusan. Informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan sangat berperan penting dalam menarik investor.

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas

01FEB AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I. STANDAR AKUNTANSI DAN AKUNTANSI KEUANGAN Sumber : Kieso, Weygandt, & Warfield Dwi Martani

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. dipatuhi. Setiap negara memiliki standar akuntansi yang berbeda-beda dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pengungkapan dan penyajian informasi merupakan suatu upaya. fundamental untuk menyediakan informasi mengenai laporan keuangan bagi

ANALISIS PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI PSAK HASIL ADOPSI IFRS PADA PT. MARTINA BERTO, TBK TAHUN

Bab I. Pendahuluan. Pada tahun 2010 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengesahkan revisi

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan bisnis dalam skala nasional dan. intemasional, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mencanangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pasca adopsi penuh International Financial Reporting Standards (IFRS) di tahun

BAB I PENDAHULUAN. multinasional yang membutuhkan Standar Akuntansi Internasional. Dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. sawit, kopi, kakao, karet, nilam, lada, dan juga kelapa. Undang-Undang

Asset Revaluation: The Implication on Tax, Accounting and Performance Management REVALUASI ASET. Waktu / Tempat: Balai Kartini, Senin 16 November 2015

ED AMANDEMEN PSAK 62: KONTRAK ASURANSI. Menerapkan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan dengan PSAK 62: Kontrak Asuransi

BAB 1 PENDAHULUAN. berkepentingan (Margaretta dan Soeprianto 2012). Keberhasilan. tingkat kepercayaan investor dalam berinvestasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kinerja perusahaan menjadi hal yang penting bagi kelangsungan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Makin tinggi perdapatan per kapita masyarakat, makin mampu

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dalam dunia bisnis di Indonesia telah melahirkan begitu banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam penyajian informasi laporan keuangan dibutuhkan sebuah aturan

BAB I PENDAHULUAN. menindaklanjuti pertemuan di London tersebut Ikatan Akuntansi Indonesia

PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari globalisasi, para pelaku kegiatan bisnis antar negara membutuhkan

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan standar akuntansi yang berlaku secara internasional sangatlah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan hasil kinerja perusahaan. Tujuan akuntansi secara keseluruhan adalah

BAB I PENDAHULUAN. aturan, standar, dan prinsip yang mengatur penyajian laporan keuangan tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI. telaah pustaka untuk mencari bahan acuan atau pijakan yang mempunyai kaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi mengubah perekonomian dunia dengan sangat cepat. Arus globalisasi

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. mengenai pasar modal juga, investor dapat dengan mudah masuk ke lantai pasar. kegiatan perusahaan semakin lebih kompleks.

Reformasi SAK ETAP dan Akuntansi Nirlaba: Tugas Besar IAI untuk Negeri. Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dari pihak ekstern dan pihak intern. Pihak ekstern terdiri dari masyarakat, UKDW

: HERU WIDYANTO NPM : PEMBIMBING : Dr. SIGIT SUKMONO, SE,. MMSI.,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan hasil kegiatan operasional pada satu periode tertentu yang

SEMINAR PENULISAN ILMIAH

NAMA : MELISA MARIA NPM : JURUSAN : AKUNTANSI PEMBIMBING : NOVA ANGGRAINIE, SE., MMSI

ED PSAK 4. exposure draft

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu- kewaktu supaya diketahui kemajuan atau kemundurannya serta perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (DSAK IAI) melakukan adopsi International Financial

Yudhistiro Ardy Institut Bisnis Nusantara Jl. D.I. Panjaitan Kav. 24 Jakarta (021)

I. PENDAHULUAN. perusahaan dengan para external stakeholder. Menurut PSAK 1 (2009) tujuan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian seperti transaksi penjualan dan pembelian, melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I. LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN Sumber : Kieso, Weygandt, & Warfield Dwi Martani

LAPORAN KEUANGAN TERSENDIRI

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi praktik penerapan konvergensi

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan konstruksi adalah perusahaan yang bergerak dibidang pembangunan

TOPIK 15 STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN INDONESIA DI PERSIMPANGAN JALAN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Di Indonesia penilaian sebagai salah satu disiplin ilmu mulai dikenal pada

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak diluar perusahaan. Segala informasi yang menyangkut keadaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbedaan kondisi ekonomi, hukum, sosial, dan politik di berbagai negara,

RELEVANSI NILAI OTHER COMPREHENSIVE INCOME DAN KOMPONEN-KOMPONEN OTHER COMPREHENSIVE INCOME UNTUK TUJUAN PEMBUATAN KEPUTUSAN INVESTASI

PSAK 1 (Penyajian Laporan Keuangan) per Efektif 1 Januari 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

IMPLEMENTASI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMER 1 DAN 2 (REVISI 2009) UNTUK PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2010 DAN 2011 PADA PT RA

BAB 1 PENDAHULUAN. para pemakainya demi kepentingan tertentu. Penyajian laporan keuangan sebagai

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan laba rugi adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan dalam satu periode (Kieso et al., 2011). Terdapat dua pendekatan untuk melaporkan laporan laba rugi, yakni pendekatan kinerja sekarang atau pendekatan kinerja normal (normal performance approach) dan pendekatan surplus bersih (clean surplus approach) (Suwardjono, 2014). Pendekatan kinerja normal menghitung laba bersih dengan memasukkan efek penggunaan aset dalam satu periode yang digunakan untuk mencapai tujuan. Setiap perubahan nilai perusahaan yang tidak disebabkan oleh aktivitas operasi, tidak akan mempengaruhi jumlah laba bersih. Di sisi lain, pendekatan surplus bersih melihat laba sebagai aliran operasi jangka panjang, sehingga pendekatan ini memasukkan pos-pos khusus dari transaksi nonpemilik (Suwardjono, 2014). Jadi, pendekatan surplus bersih mencatat setiap perubahan yang terjadi akibat pemanfaatan aset untuk kepentingan produktif selama satu periode serta akibat transaksi nonpemilik. Dewasa ini terdapat peningkatan penggunaan nilai wajar untuk menyajikan aset dan liabilitas sehingga memunculkan pendekatan pelaporan laba yang mencakup pengungkapan nilai wajar (Kieso et al., 2011). Tia disebut laporan laba komprehensif. Laporan laba komprehensif adalah aplikasi dari pendekatan surplus bersih. Terdapat argumen yang menyatakan pelaporan nilai wajar yang terus berubah akan membingungkan penggunanya, sehingga dalam laporan laba komprehensif jumlah laba bersih dipisahkan

dari komponen nilai wajar (Kieso et al., 2011). Komponen nilai wajar tersebut disebut juga dengan komponen penerobos karena sebelumnya dapat dilaporkan langsung di bagian ekuitas (Suwardjono, 2014). Dalam laporan laba komprehensif, komponen penerobos masuk dalam pos penghasilan komprehensif lain. Sebelum diwajibkannya penyajian penghasilan komprehensif lain, pernyataan FASB no. 130, Reporting Comprehensive Income pada tahun 1997 menyebutkan perusahaan dapat memilih tiga teknik pelaporan komponen komponen penghasilan komprehensif lain (Rees dan Shane, 2012). 1. Dilaporkan secara bersamaan dengan laporan laba rugi. 2. Dilaporkan secara terpisah dari laporan laba rugi. 3. Perusahaan dapat langsung mengubah ekuitas. Teknik nomor tiga memperbolehkan perusahaan untuk tidak menjabarkan komponen komponen penghasilan komprehensif lain dan hanya akan diketahui pengaruhnya setelah terhimpun. Tindakan ini dapat menimbulkan ketidaksetaraan informasi (Bhamornsiri dan Wiggins, 2001). Dalam penelitiannya, Bhamornsiri dan Wiggins (2001) menemukan adanya perbedaan signifikan pada angka laba komprehensif dan laba bersih dengan rata-rata mencapai 12%. Ditambah lagi, banyak perusahaan dengan komponen penghasilan komprehensif lain bernilai negatif memilih opsi nomor 3. IASB mewajibkan pelaporan laba komprehensif melalui amandemen yang dilakukan terhadap IAS (International Accounting Standard) 1, Presentation of Financial Statements pada September 2007 (Rees dan Shane, 2012). Amandemen ini mewajibkan penghasilan komprehensif lain disajikan sekaligus di dalam laporan laba komprehensif atau membuat laporan penghasilan komprehensif lain secara terpisah (opsi 1 dan 2 dari

pernyataan FASB no. 130). Tindakan ini disusul oleh FASB melalui penerbitan ASU 2011-05 yang mengharuskan perusahaan melaporkan penghasilan komprehensif lain di bagian bawah laporan laba komprehensif, atau dalam laporan tersendiri yang diletakkan setelah laporan laba rugi. FASB juga memutuskan untuk (1) mewajibkan reklasifikasi untuk disajikan dalam penghasilan komprehensif lain dan laba bersih, (2) mengizinkan item penghasilan komprehensif lain untuk dilaporkan secara neto setelah pajak, dengan rincian pada catatan, atau secara kotor sebelum terkena pajak, dengan setiap dampak pajak terhadap item ditampilkan dalam sisipan, (3) tidak mengubah cara penghitungan laba per lembar saham yang hanya berdasarkan laba bersih bukan laba komprehensif (Rees dan Shane, 2012). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengadopsi peraturan IFRS terkait penghasilan komprehensif lain dan melakukan perubahan pada tahun 2009. IAI melakukan amandemen terhadap PSAK 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan. Perubahan ini ditegaskan dengan mewajibkan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk melaporkan penghasilan komprehensif lain pada laporan laba rugi dimulai pada periode 2011. Hal ini berdasarkan keputusan BAPEPAM LK nomor: KEP/347/BL/2012. Dengan demikian, melalui amandemen terhadap PSAK 1 tahun 2009, laporan laba rugi mengandung laba bersih serta penghasilan komprehensif lain dan namanya diubah menjadi laporan laba rugi komprehensif. Nama ini kembali diubah melalui revisi PSAK 1 revisi tahun 2013, menjadi laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain. Amandemen tersebut selain mampu meningkatkan konvergensi antara standar akuntansi Indonesia dan standar akuntansi internasional, juga diharapkan dapat

meningkatkan transparansi perusahaan. Peningkatan transparani dipandang sebagai cara yang mampu menanggulangi managemen laba (Vladu dan Cuzdriorean, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk melihat kecenderungan pengaruh peningkatan transparasi melalui penyajian penghasilan komprehensif lain terhadap managemen laba. Managemen laba dapat dilakukan baik melalui tindak kecurangan, aktivitas riil, maupun pengaturan akrual (Tang, 2001). Komponen penghasilan komprehensif lain tersusun atas item-item yang dihitung secara akrual. Terdapat dua jenis akrual, yakni akrual diskresioner dan akrual nondiskresioner. Akrual diskresioner adalah akrual yang dapat ditentukan managemen yang memberikan keleluasaan kepada managemen dalam memilih metoda dan menentukan estimasi. Di sisi lain, akrual nondiskresioner tidak dapat dengan bebas dikendalikan oleh managemen. Keleluasaan managemen dalam mengendalikan akrual demi tujuan tertentu inilah yang dikenal dengan managemen laba secara akrual (Tang, 2001). Berdasarkan penjelasan ini dapat dilihat adanya hubungan antara akrual, penghasilan komprehensif lain, dan managemen laba. Managemen laba juga dapat didorong oleh kondisi asimetrik informasi. Asimetrik informasi adalah distribusi informasi yang tidak merata antara managemen dan pihak eksternal perusahaan (Hartono, 2013). Managemen tentu memiliki informasi yang lebih lengkap dibandingkan pihak eksternal. Asimetrik informasi memudahkan managemen untuk melakukan managemen laba. Berdasarkan penelitian Lobo dan Zhou (2001) yang dilakukan di China, pengungkapan tambahan informasi akan meningkatkan transparansi perusahaan dan mengurangi asimetrik informasi dan peluang untuk melakukan managemen laba. Diwajibkannya pelaporan penghasilan komprehensif lain dapat meningkatkan pengungkapan informasi. Selain itu, hasil penelitian dari Lin dan Rong

(2011) terhadap laporan keuangan tahun 2009 di China membuktikan adanya hubungan signifikan negatif antara pengungkapan penghasilan komprehensif lain dan managemen laba. Artinya, pengungkapan penghasilan komprehensif lain dapat mengurangi dan membatasi praktik managemen laba. China mewajibkan pelaporan penghasilan komprehensif lain di tahun 2009. Penelitian di China menunjukkan adanya konformitas antara Bursa Efek Shanghai dengan situasi pasar modal Indonesia yang baru mewajibkan pengungkapan peng-hasilan komprehensif lain pada tahun 2012. Akan tetapi, meskipun dihadapkan dengan kondisi sama, pasar modal Indonesia mungkin memberikan respon berbeda terkait penyajian penghasilan komprehensif lain. Jadi, penelitian ini dilakukan untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh penyajian penghasilan komprehensif lain terhadap managemen laba. 1.2. Tujuan Riset Penelitian ini mempunyai sebuah tujuan, yakni untuk memberikan bukti empiris dari dampak penyajian penghasilan komprehensif lain terhadap kesempatan manager untuk melakukan managemen laba. 1.3. Kontribusi Riset Penelitian ini mempunyai beberapa manfaat.

1. Bermanfaat untuk memberikan masukan kepada investor mengenai manfaat penya-jian penghasilan komprehensif lain sehingga dapat lebih memahami informasi laba dan mempertimbangkan pentingnya penyajian penghasilan komprehensif lain. 2. Memberikan masukan bagi managemen mengenai fungsi penghasilan komprehensif lain untuk mengurangi asimetrik informasi sehingga mendorong pengungkapan informasi secara transparan. 3. Memberikan manfaat bagi dunia akademik terkait pengetahuan mengenai transpa-ransi khususnya penyajian penghasilan komprehensif lain dan beberapa fak-tor yang mempengaruhi, serta dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya. 1.4. Rumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini adalah apakah penyajian penghasilan komprehen-sif lain berpengaruh terhadap kecenderungan managemen laba. 1.5 Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran mengenai penelitian ini, berikut adalah penulisan penelitian yang akan dibagi menjadi lima bab. Berikut penjelasan ringkasnya. BAB I : PENDAHULUAN; bab ini berisi latar belakang riset, tujuan riset, kontribusi riset, rumusan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS; Bab ini menjabarkan dasar pengembangkan hipotesis yang diperoleh dari landasan teori dan penelitian-penelitian terdahulu. BAB III : DESAIN RISET; berisi uraian mengenai variabel penelitian dan definisi operasional variabel, populasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber data, metoda pengumpulan data, serta metoda analisis BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA; berisi deskripsi objek penelitian, analisis data, dan interpretasi hasil. BAB V : PENUTUP; Bab ini berisikan kesimpulan yang diperoleh dari analisis dan pembahasan hasil penelitian, keterbatasan penelitian, serta saran untuk penelitian selanjutnya.