I. PENDAHULUAN. Dampak penambangan yang paling serius dan luas adalah degradasi, kualitas

dokumen-dokumen yang mirip
disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

BAB I PENDAHULUAN. di tahun 2006 menjadi lebih dari 268,407 juta ton di tahun 2015 (Anonim, 2015).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah (Marlinda, 2008). Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor

Restorasi Organik Lahan. Aplikasi Organik Untuk Pemulihan Biofisik Lahan & Peningkatan Sosial Ekonomi Melalui Penerapan Agroforestri.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah Brazil dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

BAB I PENDAHULUAN. hidup dari bidang pertanian (Warnadi & Nugraheni, 2012). Sektor pertanian

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Sistem penambangan batubara pada umumnya di Indonesia adalah sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)

BAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya hutan dalam dasawarsa terakhir dihadapkan pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. yang mendayagunakan sumberdaya alam dan diharapkan dapat. menjamin kehidupan di masa yang akan datang. Sumberdaya alam yang tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Serangga merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang harus dijaga kelestariannya dari kepunahan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 20 mm per hari) begitu pula dengan produksi bijinya. Biji gulma

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sebaran jenis serangga yang unik. Selain jenis-jenis yang sebarannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. firman Allah dalam QS Al-Imran 190 yang berbunyi : Allah SWT kepada manusia yang telah diberi kenikmatan berupa akal dan pikiran

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

BAB I PENDAHULUAN. dalam Ilmu Ekologi dikenal dengan istilah habitat. jenis yang membentuk suatu komunitas. Habitat suatu organisme untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia

PENDAHULUAN. seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

REKLAMASI BENTUK LAIN PADA LAHAN BEKAS TAMBANG

I. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

BAB III TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PERTAMBANGAN TERHADAP LAHAN BEKAS TAMBANG

BAB I PENDAHULUAN. arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang dipengaruhi sifat-sifat

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al.,

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

I. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

PENDAHULUAN Latar Belakang

INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA

PENDAHULUAN. Hutan rawa gambut adalah salah satu komunitas hutan tropika yang terdapat di

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan penting sebagai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2)

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Degradasi tanah merupakan isu penting dalam AGENDA 21, hal ini

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan lingkungan luar (Baker,1979). Di dalam hutan terdapat flora

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. migran. World Conservation Monitoring Centre (1994) menyebutkan

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

TINJAUAN PUSTAKA. berhasil menguasai sebidang atau seluas tanah, mereka mengabaikan fungsi tanah,

BAB I PENDAHULUAN. satu keaneragaman hayati tersebut adalah keanekaragaman spesies serangga.

REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN

RANCANGAN PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang berukuran besar ataupun kecil (Arief : 11). yang tersusun atas berbagai komponen yang saling ketergantungan dan saling

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pandangan al-qur an, mempelajari dan mengamati fenomena

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Menurut Tomlinson(1986), mangrove merupakan sebutan umum yang digunakan

PENDAHULUAN Latar Belakang

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. orologi, produksi pertanian, pemukiman, dan kehidupan sosial ekonomi di daerah

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan medium atau substrat tempat hidup bagi komunitas

I. PENDAHULUAN. Deforestasi hutan tropis dan konversi hutan menjadi sistem penggunaan

I. PENDAHULUAN. Ekstensifikasi pertanian merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi

I. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari alam dan lingkungannya. Manusia selalu

BAB I. PENDAHULUAN A.

V. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kegiatan penambangan telah meningkatkan isu kerusakan lingkungan dan konsekuensi serius terhadap lingkungan lokal maupun global. Dampak penambangan yang paling serius dan luas adalah degradasi, kualitas lahan, ketidakstabilan lahan, kontaminasi air, polusi udara, perubahan iklim, disamping perubahan topografi dan kondisi hidro-geologi (Elliot dkk., 2006; Adman dkk., 2012). Degradasi lahan dipercepat dengan penangangan rehabilitasi yang jelek, kesalahan dalam rehabilitasi lahan serta faktor suksesi yang sangat lambat. Suksesi merupakan proses perubahan komunitas biotik yang saling menggantikan dan lingkungan fisik menjadi berubah selama periode waktu tertentu setelah terjadi gangguan (Krebs, 1972). Proses suksesi yang terjadi pada lahan bekas tambang kapur merupakan suksesi primer, karena terjadi pada areal dengan permukaan terbuka dan kekurangan bahan organik, serta belum terjadi perubahan oleh aktivitas organisme (Kimmin, 1997). Untuk itu diperlukan suatu upaya evaluasi untuk melihat tingkat kesuburan tanah serta tingkat kerusakan yang diakibatkan aktivitas manusia melalui organisme sebagai bioindikator yang cukup efektif (Singh dkk., 2002). Lahan bekas tambang kapur merupakan lahan kritis yang harus segera direhabilitasi, karena sebagian besar lahan bekas tambang kapur merupakan kawasan karst yang mempunyai fungsi ekologi yang sangat penting, yang salah satunya adalah sebagai daerah konservasi air. Degradasi pada lahan tambang

menyebabkan penurunan drastis jumlah spesies baik flora, fauna dan mikroba tanah serta tanah cepat kering sehingga lingkungan tumbuh menjadi kurang mendukung. Dengan kata lain, bahwa kondisi lahan terdegradasi memiliki tingkat kesuburan yang rendah dan struktur tanah yang kurang baik. Keberhasilan rehabilitasi melalui revegetasi pada lahan bekas tambang kapur ditentukan oleh banyak hal, diantaranya adalah: (1) Aspek penataan lansekap, (2) Kesuburan media tanam, dan (3) Penanaman dan perawatan tanaman. Penataan lansekap sangat berkaitan dengan aspek konservasi tanah dan air serta rencana penggunaan lahan bekas tambang. Sementara itu dalam kesuburan media sangat ditentukan oleh sifat -sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Mesofauna tanah merupakan salah satu komponen biologi tanah sebagai penyusun ekosistem tanah, keberadaannya sangat dibutuhkan dalam berbagai proses yang terjadi di alam seperti dekomposisi, pengaliran energi dan materi serta siklus hara, penghancuran seresah sehingga dapat mempengaruhi kesuburan tanah (Suin, 1997; Suhardjono, 2002). Sebagai komponen organisme tanah yang dominan, Mesofauna tanah dapat berfungsi sebagai bioindikator yang baik (Addison dkk., 2003). Mesofauna tanah digunakan sebagai bioindikator karena memiliki derajat persebaran yang rendah dan mempunyai waktu perkembangan yang panjang (Borror dkk., 1992) Bioindikator pada tingkat komunitas dapat berupa variable komposisi, kelimpahan, keanekaragaman, biomassa dan distribusi spesies. Keanekaragaman Mesofauna tanah berperan penting dalam menjaga kestabilan ekosistem, hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan, faktor biotik 2

(tumbuhan dan hewan), faktor abiotik (air, tanah, udara, cahaya, keasaman tanah) (Hilwan & Handayani, 2013) menjelaskan bahwa suatu komunitas dikatakan mempunyai keragaman jenis yang tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak spesies kelimpahan sama atau hampir sama. Sebaliknya jika suatu komunitas itu disusun oleh sangat sedikit spesies dan dominan maka keanekaragaman jenisnya rendah. Keanekaragaman jenis cenderung akan rendah dalam ekosistem yang secara fisik terkendali dan memiliki faktor pembatas yang kuat dan akan tinggi dalam ekosistem yang diatur secara alami (Odum, 1998). Namun di indonesia sendiri penelitian semacam ini belum dilakukan, terutama yang secara khusus mengkaji mesofauna dalam hubungannya dengan kerusakan lahan degradasi bekas tambang batu kapur. B. Permasalahan PT.Semen Tonasa memiliki lokasi batu kapur dengan luas Ijin Usaha Tambang (IUP) 214,56 Ha, Luas lahan terbuka 113,33 Ha. Luas lahan yang sudah direklamasi sampai 2013 seluas 8,25 Ha, maka luas lahan terbuka (sisa lahan yang akan direklamasi) seluas 105,08 Ha, sehingga memerlukan upaya perbaikan dari hasil penambangan tersebut. Penambangan batu kapur meninggalkan lahan bekas tambang dengan kondisi fisik, kimia dan biologi tanah yang tidak mendukung pertumbuhan tanaman. Untuk itu diperlukan adanya suatu kegiatan sebagai upaya pelestarian lingkungan agar tidak terjadi kerusakan lebih lanjut. Upaya tersebut dapat ditempuh dengan cara merehabilitasi ekosistem yang rusak. Dengan rehabilitasi tersebut diharapkan akan mampu memperbaiki ekosistem yang rusak sehingga 3

dapat pulih, mendekati atau bahkan lebih baik dibandingkan kondisi semula (Rahmawaty, 2000) Dampak kerusakan lahan baik secara ekologi, sosial dan ekonomi. Ironisnya masih sangat sedikit metode pemantauan kerusakan lahan/hutan yang telah digunakan. Umumnya, metode pemantauan tersebut dilakukan menggunakan citra foto udara atau satelit yang cukup mahal dan lebih bersifat visual. Metode seperti ini kurang berbicara secara ekologi dan tidak cukup sensitif untuk kerusakan lahan tingkat awal. Oleh karenanya, diperlukan suatu metode pemantauan alternatif yang mudah diterapkan, memiliki sensitivitas yang cukup tinggi, relatif murah, dan cukup mampu mencakup permasalahan secara ekologis. Pemanfaatan komunitas mesofauna tanah, dalam hubungannya dengan kerusakan lahan merupakan alternatif yang berguna dalam menjawab permasalahan diatas. Untuk itu, dalam penelitian ini akan dilakukan penelitian struktur mesofauna tanah. Hal ini sangat penting untuk melihat hubungan dengan degradasi kerusakan lahan. Selain itu, juga ingin diketahui apakan komunitas mesofauna tanah tersebut dapat digunakan sebagai bioindikator suksesi tumbuhan lahan bekas tambang batu kapur. Dengan revegetasi lahan bekas tambang kapur, diharapkan akan terjadi perbaikan tanah meliputi sifat fisik, kimia dan biologi. Komponen biologi tanah yang diduga mempengaruhi dan terpengaruh oleh adanya kegiatan revegetasi adalah mesofauna tanah. Kehadiran mesofauna tanah merupakan indikasi telah terjadinya pemulihan pada lahan bekas tambang kapur. 4

Untuk itu penelitian yang mengamati keragaman mesofauna tanah setelah revegetasi di lahan bekas tambang kapur perlu dilakukan sehingga dapat memberikan informasi pengaruh revegetasi lahan bekas tambang kapur terhadap pemulihan tapak terutama biologi tanah. Selain itu, Penelitian yang dilakukan untuk mengidentifikasi efek revegetasi di lahan bekas tambang kapur terhadap perkembangan mesofauna tanah. Sehingga dari uraian diatas peneliti dapat merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Informasi keanekaragaman mesofauna tanah pada lahan revegetasi bekas tambang batu kapur? 2. Informasi hubungan kemelimpahan mesofauna tanah dengan faktor lingkungan abiotik pada lahan revegetasi bekas tambang batu kapur? 3. Bagaimana efek revegetasi terhadap keragaman jenis mesofauna tanah pada lahan revegetasi bekas tambang batu kapur serta hubungannya dengan sifat tanah? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi dan menganalisis keanekaragaman mesofauna tanah pada lahan bekas tambang batu kapur 2. Mengidentifikasi dan menganalisis hubungan kemelimpahan mesofauna tanah dengan faktor lingkungan abiotik pada lahan bekas tambang batu kapur 3. Mengidentifikasi dan menganalisis efek revegetasi terhadap keragaman jenis mesofauna tanah. 5

D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran kondisi ekosistem lahan yang mengalami degradasi akibat aktivitas pertambangan batu kapur, informasi keanekaragaman mesofauna tanah serta kondisi biofisik lahan bekas tambang batu kapur untuk memberikan rekomendasi dalam proses restorasi dan perbaikan revegetasi lahan dan mampu memberikan kontribusi terhadap dunia sains, IPTEK serta menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya terkain pemulihan lahan bekas tambang secara khusus. E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan restorasi bekas tambang kapur PT. Semen Tonasa berada di Desa Biring Ere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, sekitar 68 kilometer dari kota Makassar. Fokus penelitian pada keanekaragaman mesofauna tanah, keanekaragaman vegetasi alami serta faktor Abiotik (fisika-kimia) pada lahan restorasi bekas tambang. Lokasi penelitian rencananya akan dilakukan di beberapa tipe formasi areal revegetasi bekas tambang yang berbeda dengan 4 blok. Pemilihan area sampling dibagi menjadi 4 lokasi yaitu : 1. Lokasi dengan lahan revegetasi umur 0-1 tahun 2. Lokasi dengan lahan revegetasi umur 5 tahum 3. Lokasi dengan lahan revegetasi umur 20 tahun 4. Lokasi dengan lahan revegetasi Asli (hutan alami). 6