PRINSIP PENENTUAN POSISI DENGAN GPS

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENENTUAN POSISI DENGAN GPS

GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Mulkal Razali, M.Sc

ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Global Positioning System (GPS) Konsep Penentuan Posisi Dengan GPS

SURVEI HIDROGRAFI PENGUKURAN DETAIL SITUASI DAN GARIS PANTAI. Oleh: Andri Oktriansyah

Penggunaan Egm 2008 Pada Pengukuran Gps Levelling Di Lokasi Deli Serdang- Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara

BAB 2 DASAR TEORI. Gambar 2.1 Prinsip dasar penentuan posisi dengan GPS (Abidin, 2007)

BAB 2 STUDI REFERENSI

Datum dan Ellipsoida Referensi

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS

PENGGUNAAN TEKNOLOGI GNSS RT-PPP UNTUK KEGIATAN TOPOGRAFI SEISMIK

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB III GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS)

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB II TINJAUAN MENGENAI GPS DALAM SISTEM AIRBORNE LIDAR

ANALISIS PENGARUH TOTAL ELECTRON CONTENT (TEC) DI LAPISAN IONOSFER PADA DATA PENGAMATAN GNSS RT-PPP

Mengapa proyeksi di Indonesia menggunakan WGS 84?

BAB II DASAR TEORI. Berikut beberapa pengertian dan hal-hal yang berkaitan dengan pasut laut [Djunarsjah, 2005]:

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 15 TAHUN 2013 /2001 TENTANG SISTEM REFERENSI GEOSPASIAL INDONESIA 2013

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS UNTUK SURVEI TERUMBU KARANG. Winardi Puslit Oseanografi - LIPI

PETA TERESTRIAL: PEMBUATAN DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CB NURUL KHAKHIM

Analisis Ketelitian Penetuan Posisi Horizontal Menggunakan Antena GPS Geodetik Ashtech ASH111661

On The Job Training PENGENALAN CORS (Continuously Operating Reference Station)

URGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI. Oleh: Nanin Trianawati Sugito*)

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBLE

By. Y. Morsa Said RAMBE

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Global Positioning System (GPS)

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang

BAB I Pengertian Sistem Informasi Geografis

sensing, GIS (Geographic Information System) dan olahraga rekreasi

Datum Geodetik & Sistem Koordinat Maju terus

Orthometrik dengan GPS Heighting Kawasan Bandara Silvester Sari Sai

MODUL 3 GEODESI SATELIT

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2016

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Geodesi Undip OKTOBER 2017

BENTUK BUMI DAN BIDANG REFERENSI

BAB II DASAR TEORI II-1

BAB 3 PENGOLAHAN DATA DAN HASIL. 3.1 Data yang Digunakan

Pertemuan 3. Penentuan posisi titik horizontal dan vertikal

BAB 3 VERIFIKASI POSISI PIPA BAWAH LAUT PASCA PEMASANGAN

BAB II Studi Potensi Gempa Bumi dengan GPS

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA Oleh : Winardi & Abdullah S.

GPS vs Terestris (1)

BAB I PENDAHULUAN. tujuan dan manfaat penelitian. Berikut ini uraian dari masing-masing sub bab. I.1. Latar Belakang

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB III KOREKSI PASUT UNTUK MENUJU SURVEI BATIMETRIK REAL TIME

BAB II SISTEM SATELIT NAVIGASI GPS

Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-Titik Kerangka Dasar Pemetaan Skala Besar

Studi Kinerja Perangkat Lunak Starpoint untuk Pengolahan Baseline GPS Irwan Gumilar, Brian Bramanto, dan Teguh P. Sidiq

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA

Jaring kontrol horizontal

Pengamatan Pasang Surut Air Laut Sesaat Menggunakan GPS Metode Kinematik

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) A-202

Sistem Geodetik Global 1984 (WGS 1984 ) Dalam Menentukan Nilai Gravitasi Normal (G n )

BAB IV PENGOLAHAN DATA

Pengaruh Penambahan Jumlah Titik Ikat Terhadap Peningkatan Ketelitian Posisi Titik pada Survei GPS

BAB 3 PEMANTAUAN PENURUNAN MUKA TANAH DENGAN METODE SURVEY GPS

TUGAS 1 ASISTENSI GEODESI SATELIT. Sistem Koordinat CIS dan CTS

BAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA

Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-titik Kerangka Dasar Pemetaan Skala Besar

Evaluasi Spesifikasi Teknik pada Survei GPS

BAB VII ANALISIS. Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik

ILMU UKUR WILAYAH DAN KARTOGRAFI. PWK 227, OLEH RAHMADI., M.Sc.M.Si

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Struktur Bumi

PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP

BAB III Penutup. Kesimpulan

Studi Perbandingan GPS CORS Metode RTK NTRIP dan Total Station dalam Pengukuran Volume Cut and Fill

Jurnal Geodesi Undip April 2016

BAB IV ANALISIS. Lama Pengamatan GPS. Gambar 4.1 Perbandingan lama pengamatan GPS Pangandaran kala 1-2. Episodik 1 Episodik 2. Jam Pengamatan KRTW

STUDI PERBANDINGAN GPS CORS METODE RTK NTRIP DENGAN TOTAL STATION

KONSEP GEODESI UNTUK DATA SPASIAL

BAB III PEMANFAATAN SISTEM GPS CORS DALAM RANGKA PENGUKURAN BIDANG TANAH

PEMBUATAN TUGU GPS (Benchmark) POLITANI DENGAN PENGIKATAN PADA TITIK DASAR TEKNIK ORDE II SAMARINDA. Oleh: MUHAMAD SYAHRIZAL EFENDI NIM.

BAB IV ANALISIS. Gambar 4.1 Suhu, tekanan, dan nilai ZWD saat pengamatan

Pembuatan Program Pengolahan Data GPS Analisa Pseudorange Dan Koreksi Troposfer

BAB 3 PEMBAHASAN DAN PENGOLAHAN DATA

UJI AKURASI GPS GENGGAM TIPE NAVIGASI PADA BERBAGAI PENGGUNAAN DI LAPANGAN Oleh : Iwan Setiawan dan Priyambudi Santoso

PEMANFAATAN INTERFEROMETRIC SYNTHETIC APERTURE RADAR (InSAR) UNTUK PEMODELAN 3D (DSM, DEM, DAN DTM)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat yang dapat kita sebut canggih adalah GPS, yaitu Global

Konsep Geodesi Data Spasial. Arif Basofi PENS 2013

TERBATAS 1 BAB II KETENTUAN SURVEI HIDROGRAFI. Tabel 1. Daftar Standard Minimum untuk Survei Hidrografi

UJI AKURASI PENENTUAN POSISI METODE GPS-RTK MENGGUNAKAN PERANGKAT CHC X91+

BAB III PENGOLAHAN DATA Proses Pengolahan Data LIDAR Proses pengolahan data LIDAR secara umum dapat dilihat pada skema 3.1 di bawah ini.

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Modul GNSS Geodetik. Daftar Isi

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

Penentuan Tinggi Orthometrik Gunung Semeru Berdasarkan Data Survei GPS dan Model Geoid EGM 1996

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

AKURASI PENGUKURAN GPS METODE RTK-NTRIP MENGGUNAKAN INA-CORS BIG Studi Kasus di Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan PP No.24/1997 dan PMNA / KBPN No.3/1997, rincian kegiatan pengukuran dan pemetaan terdiri dari (Diagram 1-1) ;

PENERAPAN NAVSTAR GPS UNTUK PEMETAAN TOPOGRAFI

APLIKASI METODE KINEMATIK-DIFERENSIAL GLOBAL POSITIONING SYSTEM UNTUK PENENTUAN TINGGI MUKA AIR LAUT SESAAT DALAM SURVEI BATHIMETRI

ANALISA PENENTUAN POSISI HORISONTAL DI LAUT DENGAN MAPSOUNDER DAN AQUAMAP

Transkripsi:

PRINSIP PENENTUAN POSISI DENGAN GPS Kelompok Kepakaran Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung Penentuan Posisi Dengan GPS Posisi yang diberikan adalah posisi 3-D, yaitu (X,Y,Z) atau (L,B,h). Tinggi yang diberikan oleh GPS adalah tinggi ellipsoid. Datum dari posisi yang diperoleh adalah WGS (World Geodetic System) 1984 yang menggunakan ellipsoid referensi GRS 1980. Ketelitian posisi yang diperoleh akan tergantung pada beberapa faktor yaitu : metode penentuan posisi, geometri satelit, tingkat ketelitian data, dan metode pengolahan data. Penentuan posisi dapat dilakukan dengan beberapa metode : absolute positioning, differential positioning, static surveying, rapid static, pseudo-kinematic dan kinematic positioning. Titik yang akan ditentukan posisinya dapat diam maupun bergerak. Posisi titik dapat ditentukan terhadap pusat massa bumi ataupun terhadap titik lainnya yang telah diketahui koordinatnya. Spektrum ketelitian posisi yang diberikan berkisar dari sangat teliti (orde : mm) sampai kurang teliti (orde : puluhan meter).

Prinsip Dasar Penentuan Posisi dengan GPS (1) GPS ρ (diperlukan) Pengamat r (diketahui) Seandainya vektor dari pengamat ke satelit GPS dapat diukur, maka vektor posisi pengamat dapat dihitung sebagai berikut : R = r - ρ" R (dicari) Pusat Bumi Pada pengamatan dengan GPS, yang bisa diukur hanyalah jarak dan bukan vektor. GPS menyelesaikan problem di atas dengan mengukur jarak ke beberapa satelit sekaligus!! Hasanuddin Z. Abidin, 2004 Prinsip Dasar Penentuan Posisi dengan GPS (2) Pengukuran jarak secara simultan ke beberapa satelit yang telah diketahui koordinatnya metode reseksi dengan jarak. Pada pengamatan posisi suatu titik dengan GPS pada suatu epok, ada 4 parameter yang harus ditentukan yaitu : - 3 parameter koordinat (X,Y,Z atau L,B,h) - 1 parameter kesalahan waktu yang disebabkan oleh ketidaksinkronan antara jam (osilator) di satelit dengan jam di receiver GPS. Untuk itu diperlukan minimal pengamatan jarak ke 4 (empat) satelit. Saat ini sudah dikenal beberapa metode penentuan posisi dengan GPS.

Visualisasi Penentuan Posisi Absolut dengan GPS (Dengan Kesalahan Jam Receiver) Visualisasi Penentuan Posisi Absolut dengan GPS (Tanpa Kesalahan Jam Receiver) http://www.go.ednet.ns.ca/~larry/gps/trnglate.gif http://www.nasm.si.edu/galleries/gps/

http://www.montana.edu/places/gps/1basic/slide19.html World Geodetic System (WGS) - 1984 WGS 1984 didefinisikan dan dijaga oleh Defence Mapping Agency Amerika Serikat sebagai datum global geodetik. WGS 1984 adalah sistem referensi untuk koordinat satelit GPS (Broadcast Ephemeris). WGS-1984 adalah Sistem Koordinat Kartesian Terikat-Bumi dengan karakteristik :. pusatnya berimpit dengan pusat massa bumi. sumbu-z nya berimpit dengan sumbu putar bumi yang melalui CTP (Conventional Terrestrial Pole).. sumbu-x nya terletak pada bidang meridian nol (Greenwich) yang didefinisikan BIH.. sumbu-y nya tegak lurus sumbu-sumbu X dan Z, membentuk sistem tangan-kanan. Digunakan oleh GPS sejak tahun 1987. Sebelumnya WGS-1972 yang digunakan. Ellipsoid yang digunakan adalah WGS 84 yang sangat mirip GRS (Geodetic Reference System) 1980. Hasanuddin Z. Abidin, 2004

Sistem Koordinat WGS - 1984 IERS Reference Meridian (IRM) IERS Reference Pole (IRP) Z WGS 84 Pusat massa bumi Y WGS 84 X WGS 84 Ellipsoid WGS84 Hasanuddin Z. Abidin, 1997 PARAMETER GRS 1980 Parameter Notasi Nilai Ketelitian (1σ) Sumbu panjang a 6378137 m ±" 2 m Koeffisien harmonik (zonal) derajad 2 yang telah dinormalisasi. C 20-484.16685 x 10-6 ±" 1.30 x 10-9 Kecepatan sudut Bumi ω" 7292115 x 10-11 rad s -1 ±" 0.1500 x 10-11 rad s -1 Konstanta Gravitasi Bumi (termasuk massa atmosfir Bumi) GM 3986005 x 10 8 m 3 s -2 ±" 0.6 x 10 8 m 3 s -2 Dari 4 parameter utama tersebut, dapat dihitung beberapa parameter lainnya : sumbu pendek : b = 6356752.3142 m, penggepengan : f = 1/298.257223563, dan eksentritas : e 2 = 0.00669437999013. Hasanuddin Z. Abidin, 1997

Realisasi WGS 84 (1) Datum WGS 84 direalisasikan dengan menggunakan koordinat dari beberapa stasion penjejak (tracking stations) yang terdistribusi secara global serta mempunyai ketelitian absolut sekitar 1-2 meter [Bock, 1996]. Sejak Januari 1987, Defense Mapping Agency (DMA) Amerika Serikat mulai menggunakan WGS 84 dalam menghitung orbit teliti (precise ephemeris) untuk satelit TRANSIT (Doppler). Orbit teliti ini selanjutnya bersama-sama dengan pengamatan Doppler digunakan untuk menentukan posisi dari 10 stasion penjejak GPS milik DoD. Kesepuluh stasion ini selanjutnya digunakan untuk menjejak satelit GPS untuk menentukan parameter orbit dari satelit GPS. Untukmenyelaraskan sistem koordinat WGS 84 dengan sistem ITRF yang lebih teliti serta banyak digunakan untuk aplikasi-aplikasi geodetik pada saat ini, DoD telah menentukan kembali koordinat dari 10 stasion penjejak tersebut pada epok 1994.0. Hasanuddin Z. Abidin, 1997 Realisasi WGS 84 (2) Penentuan kembali koordinat ini dilakukan dengan menggunakan data GPS yang diamati di kesepuluh stasion tersebut serta di beberapa stasion penjejak IGS (Internation GPS Service for Geodynamics), yang dalam perhitungan ini koordinatnya dalam sistem ITRF 91 dianggap tetap. Kerangka koordinat WGS 84 yang telah ditingkatkan kualitasnya ini telah dinamakan sebagai WGS 84 (G730). Huruf G menyatakan bahwa sistem ini diturunkan menggunakan data GPS dan angka 730 menunjukkan nomor minggu GPS (hari pertamanya adalah 2 Januari 1994) dimana sistem baru ini digunakan oleh DMA dalam proses pengolahan orbit di kalangan mereka [Bock, 1996]. Dalam kaitannya dengan GPS, Air Force Space Command dari DoD telah mengimplementasikan koordinat WGS 84 (G730) ini sejak 29 Juni 1994. Menurut [Swift, 1994] serta [Malys and Slater, 1994], tingkat kedekatan antara ITRF (91 & 92) dengan WGS 84 pada saat ini adalah berada pada orde sekitar 10 cm. Hasanuddin Z. Abidin, 1997

Parameter Transformasi dari Beberapa Datum Lokal di Indonesia ke Datum WGS 84 [DMA, 1991] Datum Lokal Batavia (Sumatera) Bukit Rimpah (Bangka, Belitung) Gunung Segara (Kalimantan) Datum Indonesia 1974 (ID 74) Ellipsoid Referensi dan Parameter Perbedaan Parameter Transformasi Nama Δ"a (m) Δ"f x 10 4 Δ"X (m) Δ"Y (m) Δ"Z (m) Bessel 1841 739.845 0.10037483-377 ±" 3 681 ±" 3-50 ±" 3 Bessel 1841 739.845 0.10037483-384 664-48 Bessel 1841 739.845 0.10037483-403 684 41 GRS 1967-23 - 0.00114930-24 ±" 25-15 ±" 25 5 ±" 25 Hasanuddin Z. Abidin, 1997 Parameter Transformasi ID74 ke WGS84 Ditentukan dengan menggunakan 38 buah titik sekutu [Subarya & Matindas, 1996] :! X$ # Y & # & "# Z %& WGS 84 =! dx$ # dy & # & "# dz %&! 1 RZ RY$! X$ + (1 + ds). # RZ 1 RX &. # Y & # & # & "# RY RX 1 %& "# Z %& ID74 dx = - 1.977 ± 1.300 m dy = -13.060 ± 1.139 m dz = - 9.993 ± 3.584 m ds = - 1.037 ± 0.177 ppm RX = - 0.364 ± 0.109 RY = - 0.254 ± 0.060 RZ = - 0.689 ± 0.042 Hasanuddin Z. Abidin, 1997

Ketelitian Posisi GPS Geometri Satelit Faktor-faktor yang berpengaruh Ketelitian Data Strategi Pemrosesan Data Metode Penentuan Posisi 4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketelitian Posisi GPS Ketelitian Data tipe data yang digunakan kualitas receiver GPS level dari kesalahan dan bias Geometri Satelit jumlah satelit lokasi dan distribusi satelit lama pengamatan Metode Penentuan Posisi absolute & differential positioning static, rapid static, pseudo-kinematic, stop-and-go, kinematic one & multi monitor stations Strategi Pemrosesan Data real-time & post processing strategi eliminasi dan pengkoreksian kesalahan dan bias metode estimasi yang digunakan pemrosesan baseline & perataan jaringan kontrol kualitas

Spektrum Ketelitian Penentuan Posisi Dengan GPS ABSOLUTE POSITIONING SPS with selective availability SPS without selective availability PPS with anti-spoofing 5 m 10 m 50 m Sejak 2 Mei 2000 DIFFERENTIAL POSITIONING 3 mm 5 cm differential code 3 m carrier-smoothed code 1 m ambiguity-resolved carrier phase static survey (carrier phase) 1 mm 1 cm 10 cm 1 m 10 m 100 m SPS = Standard Positioning Service (for civilian). PPS = Precise Positioning Service (for military and authorized users). Hasanuddin Z. Abidin, 2002 Metode-Metode Penentuan Posisi dengan GPS ABSOLUTE (satu receiver) DIFFERENTIAL (minimal 2 receiver) STATIK (obyek diam, receiver diam) KINEMATIK (obyek bergerak, receiver bergerak) RAPID STATIK (obyek diam, receiver diam (singkat)) PSEUDO-KINEMATIK (obyek diam, receiver diam & bergerak) STOP AND GO (obyek diam, receiver diam & bergerak)

Absolute Positioning Dinamakan juga point positioning Posisi ditentukan dalam sistem WGS-84 (terhadap pusat massa bumi) Prinsip penentuan posisi adalah reseksi dengan jarak ke beberapa satelit sekaligus Hanya memerlukan satu receiver GPS Titik yang ditentukan posisinya bisa diam (statik) maupun bergerak (kinematik) Biasanya menggunakan data pseudorange Data fase juga bisa digunakan kalau ambiguitas fasenya sudah diketahui ataupun diestimasi bersama-sama dengan posisi Ketelitian posisi yang Satelit GPS diperoleh sangat tergantung pada tingkat ketelitian data serta geometri dari satelit. Tidak dimaksudkan untuk penentuan posisi posisi yang teliti. Statik Kinematik Aplikasi utama : navigasi Satelit GPS Persamaan Pengamatan Penentuan Posisi Absolut dengan GPS Posisi receiver GPS yang dicari : (x,y,z) Koordinat satelit diketahui Jarak ke satelit diukur http://www.math.tamu.edu/~dallen/physics/gps/gps.htm

Dilution of Precision (DOP) ketelitian parameter = DOP. ketelitian data DOP adalah bilangan yang digunakan untuk merefleksikan kekuatan geometri dari konstelasi satelit. Nilai DOP kecil geometri satelit kuat (baik) Nilai DOP besar geometri satelit lemah (buruk) Nilai DOP dihitung berdasarkan matrik ko-faktor dari parameter yang diestimasi. Nilai DOP akan tergantung pada jumlah, lokasi, dan distribusi dari satelit serta lokasi dari pengamat sendiri. Nilai DOP bervariasi secara spasial maupun temporal. Beberapa jenis DOP :. GDOP = Geometrical DOP (posisi-3d dan waktu). PDOP = Positional DOP (posisi-3d). HDOP = Horizontal DOP (posisi horisontal). VDOP = Vertical DOP (tinggi). TDOP = Time DOP (waktu) Dilution of Precision (DOP) Nilai DOP ditentukan dari matriks ko-faktor : Q X = ( AT A) 1 = " $ $ $ $ $ $ $ # $ q q q q xx xy xh xt q q q yy yh yt q q hh ht simetri q tt % ' ' ' ' ' ' ' &' A = Matrik Desain GDOP = q + q + q + q xx yy hh tt PDOP = q + xx q + yy q hh HDOP = q + xx q yy VDOP = q hh TDOP = q tt Perhitungan DOP untuk absolute positioning dan differential positioning adalah tidak sama

Variasi Nilai GDOP GDOP besar (Volume Tetrahedron kecil) GDOP kecil (Volume Tetrahedron besar) Semakin banyak satelit yang diamati, nilai GDOP akan semakin mengecil dan sebaliknya! http://www.topconps.com/gpstutorial/ Contoh Hasil Penentuan Posisi Absolut Dengan GPS Northing (m) 100 50 0-50 -100-100 -50 0 50 100 Easting (m) Lintang : 42 0 27 34 U Bujur : 71 0 15 54 B Waktu : 2 April 1997 Sampel : setiap 1 menit Receiver : Ashtech GG24 Jumlah satelit : 25 HDOP < 1 : 43% 1< HDOP< 2 : 51% HDOP > 2 : 6% Kesalahan horisontal : 50% : 20. 1 m 95% : 52.5 m 99% : 73.8 m Hasanuddin Z. Abidin, 1997

Penentuan Posisi Absolut Dengan GPS Setelah SA Ditiadakan (1 Mei 2000) Ref. : SNAP, School of Geomatics Eng. UNSW Penentuan Posisi Absolut Dengan GPS Setelah SA Ditiadakan (KOMPONEN HORISONTAL) 100 80 60 SA On SA Off Latitude (m) 40 20 0-100 -80-60 -40-20 0 20 40 60 80 100-20 SA Off -40-60 -80-100 Longitude (m) 3 2 SA Off 1-3 -2-1 0 0-1 1 2 3-2 -3

Penentuan Posisi Absolut Dengan GPS Setelah SA Ditiadakan (KOMPONEN TINGGI) 1200 1100 SA On SA Off 1000 M e t e r 900 800 700 600 1 101 201 301 401 Ref. Lab. Geodesi - ITB E p o c h http://www.mercat.com/quest/ SA On Penentuan Posisi Absolut Dengan GPS (1 Mei 2000, Durasi : 30 menit)

http://www.mercat.com/quest/ SA Off Penentuan Posisi Absolut Dengan GPS (2 Mei 2000, Durasi : 3h 39m) Basic Positioning: Today 6-10 m C/A Code on L1 Before May 2000: 25-100 m USC-USDC (2002)

Basic Positioning: Tomorrow Better resistance to interference 1-5 m C/A Code on L1 L2C Code on L2 New Code on L5 Eliminates need for costly DGPS in many non-safety applications USC-USDC (2002) Differential Positioning Dinamakan juga relative positioning. Memerlukan minimal 2 buah receiver, satu ditempatkan pada titik yang telah diketahui koordinatnya (monitor station). Posisi titik ditentukan relatif terhadap monitor station. Konsep dasar : differencing process dapat mengeliminir atau mereduksi efek-efek dari beberapa kesalahan dan bias. Efektivitas dari differencing process sangat tergantung pada jarak antara monitor station dengan titik yang akan ditentukan posisinya (semakin pendek semakin efektif). Titik yang ditentukan posisinya bisa diam (statik) maupun bergerak (kinematik) Bisa menggunakan data pseudorange atau/dan data fase. Ketelitian posisi yang diperoleh bervariasi dari tingkat menengah sampai tinggi. Aplikasi utama : survai pemetaan, survai geodesi, maupun navigasi berketelitian tinggi. STATIK Pengamat Satelit GPS Stasion Referensi KINEMATIK Pengamat Satelit GPS Stasion Referensi

Contoh Hasil Penentuan Posisi Relatif Dengan GPS Northing (m) 10 5 0-5 -10 DGPS -10-5 0 5 10 Easting (m) Lintang : 42 0 27 34 U Bujur : 71 0 15 54 B Waktu : 2 April 1997 Sampel : setiap 1 menit Receiver : Ashtech GG24 Jumlah satelit : 25 HDOP < 1 : 20 % 1< HDOP< 2 : 75 % HDOP > 2 : 5 % Kesalahan horisontal : 50% : 1.5 m 95% : 3.8 m 99% : 7.2 m Jarak ke Stasion Referensi : 140 km Hasanuddin Z. Abidin, 1997 http://www.mercat.com/quest/ SA On Penentuan Posisi Relatif Dengan GPS (1 Mei 2000, Durasi : 52 menit)

http://www.mercat.com/quest/ SA Off Penentuan Posisi Relatif Dengan GPS (2-3 Mei 2000, Durasi : 13h 40m) Sistem DGPS Stasion Referensi GPS Kapal Koreksi Diferensial! Sistem DGPS (Differential GPS) adalah suatu akronim yang sudah umum digunakan untuk sistem penentuan posisi real-time secara diferensial menggunakan data pseudorange.! Umumnya digunakan untuk penentuan posisi obyek-obyek yang bergerak.! Untuk merealisasikan tuntutan real-time nya, monitor station harus mengirimkan koreksi diferensial ke pengguna secara real-time menggunakan sistem komunikasi data tertentu.! Koreksi diferensial : - koreksi pseudorange (RTCM SC-104) - koreksi koordinat! Yang umum digunakan : koreksi pseudorange! Ketelitian tipikal posisi : 1-5 m! Aplikasi utama : survei-survei kelautan dan navigasi berketelitian menengah. Hasanuddin Z. Abidin, 1996

Sistem DGPS http://www.mercat.com/quest/dgps.htm Local & Wide Area DGPS Tergantung wilayah cakupannya, sistem DGPS dapat dibedakan atas Local Area DGPS (LADGPS) dan Wide Area DGPS (WADGPS) Jumlah stasion referensi Koreksi untuk setiap satelit Validitas koreksi LADGPS! Satu stasion referensi! Skalar (koreksi pseudorange)! Lokal (< 100 km)! Beberapa stasion referensi! Vektor (koreksi jam satelit, tiga komponen kesalahan ephemeris, parameterparameter model ionosfir)! Regional WADGPS Hasanuddin Z. Abidin, 1996

Sistem RTK! Sistem RTK (Real-Time Kinematic) adalah suatu akronim yang sudah umum digunakan untuk sistem penentuan posisi real-time secara diferensial menggunakan data fase.! Dapat digunakan untuk penentuan posisi obyek-obyek yang diam maupun bergerak.! Untuk merealisasikan tuntutan real-time nya, monitor station harus mengirimkan data fase ke pengguna secara real-time menggunakan sistem komunikasi data tertentu.! Ketelitian tipikal posisi : 1-5 cm! Aplikasi utama : staking out, survai kadaster, survai pertambangan, navigasi berketelitian tinggi. Rover data fase Satelit GPS Hasanuddin Z. Abidin, 1996 Monitor Station Penggunaan Repeater Satelit GPS Memperluas cakupan sinyal Untuk menangani adanya obstruksi dari topografi Repeater Pengguna (Rover) 4 Stasion Referensi Hasanuddin Z. Abidin, 2006

RTK Net (Sistem VRS) Pengguna seolah-olah menerima data dari SR maya Pengguna SR Utama SR maya SR utama mengirimkan data SR maya ke pengguna SR (Stasion Referensi) sebenarnya Hasanuddin Z. Abidin, 2006 Advanced Positioning: Tomorrow Faster recovery following signal interruptions (ex., under bridges) 100+ km 2 cm accuracy Fewer base stations needed L1 Code and Carrier L2 Code and Carrier L5 Code and Carrier Data Link USC-USDC (2002)

Static Positioning Stasion Referensi Stasion Referensi Satelit GPS vektor baseline Satelit GPS! Titik (-titik) yang akan ditentukan posisinya tidak bergerak.! Bisa berupa absolute ataupun differential positioning.! Bisa menggunakan data pseudorange dan/atau fase.! Ukuran lebih pada suatu epok pengamatan biasanya banyak.! Keandalan dan ketelitian posisi yang diperoleh umumnya tinggi (orde mm sampai cm).! Aplikasi : penentuan titik-titik kontrol untuk survai pemetaan maupun survai geodetik. Perkembangan Ketelitian Survei GPS 100 Level Presisi Komponen Horisontal milimeter 10 1 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 Ref. : UNAVCO (1995) Hasanuddin Z. Abidin, 1996

Perkembangan Ketelitian Survei GPS milimeter 50 40 30 20 Level Presisi Komponen Vertikal 10 5 0 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 Ref. : UNAVCO (1995) Hasanuddin Z. Abidin, 1996! Titik (-titik) yang akan ditentukan posisinya bergerak (kinematik).! Selain posisi GPS juga bisa digunakan untuk menentukan kecepatan, percepatan & attitude.! Bisa berupa absolute ataupun differential positioning.! Bisa menggunakan data pseudorange dan/atau fase.! Hasil penentuan posisi bisa diperlukan saat pengamatan (real-time) ataupun sesudah pengamatan (post-processing)! Untuk real-time differentian positioning diperlukan komunikasi data antara monitor station dengan receiver yang bergerak.! Penentuan posisi kinematik secara teliti memerlukan penggunaan data fase. Problem utamanya adalah penentuan ambiguitas fase secara on-the-fly.! Ukuran lebih pada suatu epok pengamatan biasanya tidak banyak.! Ketelitian posisi : rendah sampai tinggi. Kinematic Positioning! Aplikasi : navigasi, pemantauan (surveillance), guidance, fotogrammetri, airborne gravimetry, survai hidrografi, dll. GPS Monitor Station

! Penentuan posisi titik-titik yang bergerak secara teliti (tingkat ketelitian berorde centimeter).! Harus berbasiskan differential positioning yang menggunakan data fase.! Problem utama : penentuan ambiguitas fase secara on-the-fly, yaitu penentuan ambiguitas fase pada saat receiver sedang bergerak dalam waktu sesingkat mungkin.! Penentuan ambiguitas secara on-the-fly akan meningkatkan ketelitian, keandalan, dan fleksibilitas dari kinematic positioning.! Saat dikenal beberapa teknik penentuan ambiguitas fase secara on-the-fly.! Hasil penentuan posisi bisa diperlukan saat pengamatan (real-time) ataupun sesudah pengamatan (post-processing) Precise Kinematic Positioning! Untuk real-time differentian positioning diperlukan komunikasi data antara monitor station dengan receiver yang bergerak.! Aplikasi : sistem pendaratan pesawat, kalibrasi altimeter satelit, studi oseanografi (arus, gelombang, pasut), dll. GPS Monitor Station Survei Statik Singkat (Rapid Static) titik yang akan ditentukan posisinya Titik Tetap baseline! Survei Statik dengan sesi pengamatan yang lebih singkat (5-20 menit ketimbang 1-2 jam).! Prosedur pengumpulan data di lapangan seperti pada survei statik.! Lama pengamatan tergantung pada panjang baseline, jumlah satelit, serta geometri satelit.! Berbasiskan differential positioning dengan menggunakan data fase.! Persyaratan mendasar : penentuan ambiguitas fase secara cepat.! Menuntut penggunaan piranti lunak pemroses data GPS yang andal dan canggih.! Memerlukan satelit geometri yang baik, tingkat bias dan kesalahan data yang relatif rendah, serta lingkungan yang relatif tidak menimbulkan multipath.! Data dua-frekuensi lebih diharapkan.! Untuk meningkatkan keandalan, satu baseline umumnya diamati dalam dua sesi pengamatan.! Ketelitian (relatif) posisi titik yang diperoleh adalah dalam orde centimeter.! Aplikasi utama : survai pemetaan (orde tidak terlalu tinggi), densifikasi titik, survai rekayasa, dll.

Statik Singkat vs Statik! Statik singkat mempunyai tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan survei statik, karena waktu pengamatan satu sesi relatif lebih singkat.! Metode survei statik memberikan ketelitian posisi yang relatif lebih tinggi dibandingkan metode statik singkat.! Metode statik singkat memerlukan receiver GPS serta piranti lunak pemroses data yang lebih canggih dan lebih modern.! Karena harus memastikan penentuan ambiguitas fase secara benar dengan data pengamatan yang relatif lebih sedikit, metode statik singkat relatif kurang fleksibel dibandingkan metode statik.! Metode survei statik singkat relatif lebih rentan terhadap efek dari kesalahan dan bias.! Skenario yang paling baik adalah dengan menggabungkan kedua metode tersebut, dimana setiap metode digunakan secara fungsional sesuai dengan karakteristiknya masingmasing. Survai statik Survai statik singkat Titik tetap (kontrol) Titik yang ditentukan posisinya dengan metode statik Titik yang ditentukan posisinya dengan metode statik singkat Hasanuddin Z. Abidin, 1995 Tinggi yang Diberikan GPS Permukaan Bumi Geoid Ellipsoid Pusat Bumi H ε" h Ketinggian titik yang diberikan oleh GPS adalah ketinggian titik di atas permukaan ellipsoid GRS 1980. Tinggi ellipsoid (h) tersebut tidak sama dengan tinggi orthometrik (H) yang umum digunakan untuk keperluan praktis sehari-hari yang biasanya diperoleh dari pengukuran sipat datar (levelling). Tinggi orthometrik suatu titik adalah tinggi titik tersebut di atas geoid diukur sepanjang garis gaya berat yang melalui titik tersebut. Tinggi ellipsoid suatu titik adalah tinggi titik tersebut di atas ellipsoid dihitung sepanjang garis normal ellipsoid yang melalui titik tersebut.

Geoid dan Ellipsoid Permukaan Bumi Geoid Ellipsoid Pusat Bumi H ε" h Geoid adalah salah satu bidang ekuipotensial medan gaya berat Bumi. Untuk keperluan praktis umumnya geoid dianggap berimpit dengan muka air laut rata-rata (Mean Sea Level, MSL). Secara matematis, geoid adalah suatu permukaan yang sangat kompleks yang memerlukan sangat banyak parameter untuk merepresentasikannya. Oleh karena itu untuk merepresentasikan Bumi secara matematis digunakan suatu ellipsoid referensi dan bukan geoid! Perhitungan matematis umumnya dilakukan pada ellipsoid referensi. Ketinggian geoid terhadap ellipsoid dinamakan undulasi geoid. Geoid dapat diindera oleh alat ukur, sedangkan ellipsoid tidak dapat. Geoid adalah bidang referensi untuk menyatakan tinggi orthometrik.