BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berbagai situasi. 1 Secara khusus,

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mereka mampu berpikir luas untuk mendapatkan apa yang setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman disini berupa pengalaman untuk melakukan proses belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ilmu yang mempelajari benda-benda beserta fenomena dan

`BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan adalah guru karena dalam pelaksanaan pembelajaran selain

BAB I PENDAHULUAN. dari pembelajaran. Pembelajaran sains diharapkan pula memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman dalam Al-qur an surah Al-Mujadalah ayat 11 yang. Al-Qur an surah Az-Zumar ayat 9 yang berbunyi: 4

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu upaya yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bagian dari IPA adalah fisika yang merupakan cabang ilmu

BAB I PENDAHULUAN. dan model pembelajaran yang interaktif dan melibatkan keaktifan siswa. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses perkembangan dan penyesuaian seseorang. dengan lingkungan masyarakat dan kebudayaan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. menguasai fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I. IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di

BAB I PENDAHULUAN. matematis sehingga dapat dimengerti secara pasti oleh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia sehingga dapat bersaing dengan bangsa lain.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkan berfungsi untuk memenuhi dalam kehidupan, masyarakat,

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada

BAB I PENDAHULUAN. cara kerja yang inovatif, keterampilan memanfaatkan fasilitas yang tersedia,

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk mengembangkan berbagai ragam potensi anak didik,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu setiap pengajar menginginkan pengajarannya dapat diterima

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara umum yang terdapat

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan SDM (Sumber Daya Manusia)

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya dan dapat membangun pengetahuannya sendiri (student centered. digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran masih kurang.

BAB I PENDAHULUAN. guru agar belajar lebih terarah dalam mencapai tujuan belajar. Guru memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan siswa tidak menyukai belajar matematika, karena mereka

BAB I PENDAHULUAN. berproses secara efektif dan efisien tanpa adanya model pembelajaran. Namun

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. kepada metode pembelajaran dengan siswa dari tingkat kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. penciptaan dibatasi oleh perbandingan dengan penciptaan yang lain. 1 Belajar

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta

I. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai bangsa yang menginginkan kemajuan. pendidikan, karena pendidikan berperan penting dalam meningkatkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. sains yang semula berasal dari bahasa Inggris science. Kata science sendiri berasal

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB I PENDAHULUAN. yang diterapkan supaya hasil belajar siswa semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semua orang berkepentingan dengan pendidikan. Orang yang ingin memperbaiki

1. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu yang mengaplikasikan konsep dalam kehidupan nyata.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup tiga segmen

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia menurut Faizi (2013) adalah cabang ilmu pengetahuan alam (IPA)

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SMP

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BILANGAN BULAT UNTUK SISWA KELAS IV SD MELALUI KOOPERATIF TIPE STAD

Pembelajaran Fisika Dengan Menerapkan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Menumbuhkan Kemampuan Berfikir Logis Siswa di SMA Negeri 8 Bengkulu

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. peningkatan hasil belajar matematika dan ketrampilan berpikir kritis siswa di MI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

percaya diri siswa terhadap kemampuan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan utama manusia, karena dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. saing yang tinggi untuk menghadapi persaingan di era globalisasi dewasa ini.

BAB II KAJIAN TEORI. melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Rahmi Dosen Tetap Pendidikan Biologi FKIP UNRIKA Batam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan biologi merupakan bagian dari pendidikan sains dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Keberhasilan proses pembelajaran biologi dapat diukur dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran di sekolah melibatkan interaksi atau hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat diperlukan bagi kelangsungan

ARTIKEL ILMIAH UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE STRUCTURED NUMBERED HEADS

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta

BAB I PENDAHULUAN. agar memiliki kemampuan berfikir kritis, kreatif, dan sikap terbuka. melahirkan generasi-generasi bangsa yang berintelektual.

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik yang dapat memberikan pengaruhnya terhadap pertumbuhan baik

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan siswa berpikir logis, rasional, kritis, ilmiah dan luas. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu

BAB VI PENUTUP. semester 1 di MTsN 1 Model Palangka Raya di peroleh nilai rata-rata 3,12

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan melalui metode ilmiah. Fisika merupakan salah satu dari cabang IPA, dan merupakan ilmu pengetahuan yang lahir dan berkembang melalui langkah - langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis dengan melakukan eksperimen, penarikan kesimpulan serta penemuan teori dan konsep. 1 Proses pembelajaran fisika lebih menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik dapat memahami kejadian yang berhubungan dengan aktivitas di kehidupan nyata secara ilmiah. 2 Mata pelajaran fisika memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan sebagai wahana mengembangkan kemampuan. Salah satu kemampuan yang dapat dikembangkan adalah kemampuan berfikir tingkat tinggi yang dilihat dari kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan individu dalam menggunakan proses berpikir guna memecahkan permasalahan yang ditemui melalui pengumpulan fakta-fakta, 1 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, h.137. 2 Nunung Nurlaila, Pembelajaran Fisika Dengan PBL Menggunakan Problem Solving Dan Problem Posing Ditinjau Dari Kreativitas Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa, Jurnal Inkuiri Vol 2, 2013, h. 116. 1

2 analisis informasi, menyusun berbagai alternatif pemecahan, dan memilih pemecahan yang paling efektif. 3 Bruner menyatakan bahwa berusaha untuk mencari pemecahan masalah dan pengetahuan sendiri, akan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Pemecahan masalah secara mandiri akan memberikan suatu pengalaman konkret. Pengalaman konkret yang didapat tersebut dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah serupa, karena pengalaman itu memberikan makna tersendiri bagi peserta didik. 4 Kemampuan memecahkan masalah sangat diperlukan dalam kehidupan. Seseorang yang mempunyai kemampuan pemecahan masalah yang baik akan mampu menyelesaikan berbagai masalah, baik masalah yang sederhana maupun masalah yang lebih kompleks dalam kehidupan seharihari. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan masalah sangat perlu untuk dikembangkan dalam pembelajaran disekolah. Teori belajar Konstruktivisme mengungkapkan bahwa untuk membangun pemahaman konsep dapat diperoleh melalui interaksi peserta didik dengan permasalahan dan lingkungan belajar. 5 Ada berbagai macam model pembelajaran berdasarkan teori belajar Konstruktivisme diantaranya adalah pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran berbasis masalah (PBM) merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang mengharapkan keterlibatan peserta didik secara maksimal 3 Yamin, Paradigma Pendidikan Konstruktivistik, Jakarta: Gaung Persada Press, 2008, h.38. 4 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, h. 91. 5 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, h. 231.

3 untuk mencari dan menyelidiki suatu masalah secara sistematis, kritis, logis, dan analitis sehingga peserta didik dapat merumuskan konsep yang diperoleh sendiri dengan penuh percaya diri. Peserta didik diharapkan tidak hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi peserta didik dituntut untuk aktif berpikir/bernalar mendapatkan suatu konsep yang dapat diterapkan dengan jalan memecahkan masalah. Selain itu, peserta didik diharapkan juga dapat mengeksplorasi sendiri konsep-konsep yang akan dipelajari, aktif untuk bertanya/beragumentasi dengan teman melalui diskusi, aktif mengasah keterampilan investigasi, dan menjalani prosedur kerja ilmiah lainnya. 6 PBM diharapkan dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah atau persoalan. Penelitian yang dilakukan oleh Endah Juniarti mengenai penerapan model Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah fisika peserta didik diperoleh bahwa penerapan model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan pemecahan masalah fisika peserta didik. 7 Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran kelompok yang dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Slavin mengemukakan dua kelebihan model pembelajaran kooperatif. Pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik sekaligus meningkatkan kemampuan hubungan sosial, 6 Permana, Lis&Purtadi. Pembelajaran Kimia Tematik Pada Mata Kuliah Kimia Dasar Sebagai Model Pembelajaran Berbasis Masalah. 2009, Jurnal Cakrawala Pendidikan No.3 7 Endah Juniarti, Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Siswa Pada Materi Fluida di Kelas XI IPA2 SMA Negeri 5 Kota Bengkulu, 2014, Skripsi

4 menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan peserta didik dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. 8 Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang biasa diterapkan dikelas adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achevement Divisions (STAD). Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini menempatkan peserta didik belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk menyelesaikan tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari model kooperatif dengan menggunakan kelompokkelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang peserta didik secara heterogen. Pembelajaran ini diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok. 9 Model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar melalui pengalaman yang dialami sendiri, sehingga peserta didik dapat aktif, saling berinteraksi antar peserta didik, saling bertukar informasi, dan mampu memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. 10 Penelitian yang dilakukan oleh Herlin Dien Mahmudah menunjukkan bahwa model pembelajaran STAD berbasis CTL dengan bantuan kartu masalah dapat 8 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana, 2009, h.242. 9 Trianto, Mendesain Model Pelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta :Kencana, 2009, h.56. 10 Ibid.,h. 59.

5 meningkatkan kemampuan pemecahan masalah fisika peserta didik di kelas X SMKN 1 Boyolali. 11 Guru dituntut agar dapat mengembangkan model pembelajaran fisika yang efektif dan tepat, agar mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Model PBM dan model kooperatif tipe STAD diharapkan mampu untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik, sehingga penelitian ini akan membandingkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik melalui model PBM dan model kooperatif tipe STAD untuk mengetahui model pembelajaran yang lebih efektif guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Observasi awal di MTsN 2 Palangkaraya dilakukan melalui wawancara kepada salah seorang guru fisika. Hasil wawancara tersebut adalah pembelajaran fisika di sekolah masih menggunakan pembelajaran konvensional yang didominasi oleh guru dan kebanyakan peserta didik masih mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal fisika yang lebih kompleks yang memerlukan kemampuan pemecahan masalah fisika. Hal ini ditunjukkan dengan nilai hasil ulangan harian peserta didik pada soal-soal yang memerlukan kemampuan pemecahan masalah masih tergolong rendah terutama kesulitan pada aspek merencanakan dan melaksanakan solusi untuk memecahkan masalah. 12 Jika kemampuan pemecahan masalah peserta didik tidak ditingkatkan, maka peserta 11 Herlin Dien Mahmudah, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif STAD Berbasis CTL dengan Bantuan Kartu Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Siswa Kelas X SMKN 1 Boyolali, 2011, Skripsi 12 Hasil observasi dan tanya jawab dengan guru saat observasi awal di kelas VIII MTsN 2 Palangka Raya (17 Februari 2015)

6 didik tidak akan mampu menyelesaikan persoalan-persoalan fisika yang lebih kompleks. Untuk itu diperlukan model pembelajaran fisika yang dapat membantu peserta didik meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Salah satu materi dalam pembelajaran fisika untuk SMP kelas VIII adalah materi mengenai tekanan. Salah satu indikator pada materi tekanan adalah mengaplikasikan konsep tekanan benda padat, cair, dan gas pada peristiwa alam yang relevan (dalam penyelesaian masalah sehari-hari). Indikator ini mengharapkan peserta didik untuk dapat mengaplikasikan konsep tekanan pada peristiwa alam yang relevan dalam menyelesaikan masalah sehari-hari. Konsep tekanan tersebut akan lebih mudah untuk dipahami oleh peserta didik apabila proses pembelajaran dilakukan melalui kegiatan penyelidikan terhadap suatu masalah dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik memerlukan kemampuan pemecahan masalah yang baik agar peserta didik dapat menganalisa dan mengaplikasikan konsep tekanan tersebut. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini akan mengkaji mengenai Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta Didik Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Model Kooperatif Tipe STAD Materi Tekanan. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengelolaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan model kooperatif tipe STAD pada materi Tekanan di kelas VIII Semester II MTsN 2 Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015?

7 2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah yang signifikan antara peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan peserta didik yang diajar menggunakan model kooperatif tipe STAD pada materi Tekanan di kelas VIII Semester II MTsN 2 Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015? 3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan peserta didik yang diajar menggunakan model kooperatif tipe STAD pada materi Tekanan di kelas VIII Semester II MTsN 2 Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015? C. Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah, maka diberikan batasan-batasan masalah sebagai berikut: 1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran berbasis masalah dan kooperatif tipe STAD. 2. Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan untuk memecahkan permasalahan melalui pengumpulan fakta-fakta, analisis informasi, menyusun berbagai alternatif pemecahan, dan memilih pemecahan yang paling efektif. Kemampuan pemecahan masalah pada penelitian ini diukur menggunakan tes tertulis berbentuk soal uraian. Ada empat komponen yang dinilai dalam rangka mengukur kemampuan pemecahan masalah peserta didik yaitu: a) memahami masalah, b) merencanakan solusi, c) melaksanakan rencana solusi, dan d) pengecekan atau evaluasi.

8 3. Hasil belajar peserta didik diukur pada ranah kognitif. Ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi meliputi C 1 hingga C 4. 4. Materi pelajaran fisika kelas VIII semester II hanya pada materi tekanan dengan submateri tekanan pada zat padat dan tekanan pada zat cair. 5. Penelitian ini dilaksanakan pada peserta didik kelas VIII-G dan VIII-H MTsN 2 Palangka Raya. 6. Penulis sebagai pengajar. D. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut : 1. H 0 : Tidak terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah yang signifikan antara peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan peserta didik yang diajar menggunakan model kooperatif tipe STAD pada materi Tekanan di kelas VIII Semester II MTsN 2 Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015. H a : Terdapat terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah yang signifikan antara peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan peserta didik yang diajar dengan model kooperatif tipe STAD pada materi Tekanan di kelas VIII Semester II MTsN 2 Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015. 2. H 0 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran berbasis

9 masalah dengan peserta didik yang diajar menggunakan model kooperatif tipe STAD pada materi Tekanan di kelas VIII Semester II MTsN 2 Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015. H a : Terdapat terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan peserta didik yang diajar dengan model kooperatif tipe STAD pada materi Tekanan di kelas VIII Semester II MTsN 2 Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015. E. Tujuan Penelitian Penelitian yang telah dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui : 1. Pengelolaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran model kooperatif tipe STAD pada materi Tekanan di kelas VIII Semester II MTsN 2 Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015. 2. Terdapat tidaknya perbedaan yang signifikan antara kemampuan pemecahan masalah peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran model kooperatif tipe STAD pada materi Tekanan di kelas VIII Semester II MTsN 2 Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015. 3. Terdapat tidaknya perbedaan yang signifikan antara hasil belajar peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran model kooperatif

10 tipe STAD pada materi Tekanan di kelas VIII Semester II MTsN 2 Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015. F. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilaksanakan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi guru selaku pendidik dapat digunakan sebagai salah satu referensi dalam memilih strategi dalam pembelajaran fisika. 2. Bagi penulis dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dalam membekali diri sebagai calon guru fisika dan untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan peserta didik antara yang diajar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan model kooperatif tipe STAD. 3. Bagi peneliti lain dapat digunakan sebagai bahan kajian serta referensi bagi penelitian lebih lanjut. G. Definisi Operasional Untuk menghindari kerancuan dan mempermudah pembahasan maka perlu adanya penjelasan mengenai beberapa definisi konsep dalam penelitian ini yaitu: 1. Model Pembelajaran Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. 13 13 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2010, h.146.

11 2. Model pembelajaran berbasis masalah Model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang mengoptimalisasikan kemampuan berpikir peserta didik melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga peserta didik dapat memberdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. 14 3. Model pembelajaran kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil antara 4-6 orang yang heterogen (beragam). Sistem penilaian dilakukan terhadap tiap kelompok, setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward) apabila kelompok mampu menunjukkan prestasi yang disyaratkan. 15 4. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari kelompok kecil peserta didik dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda namun saling bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran. 16 14 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, h. 229. 15 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Cet.6), Jakarta : Kencana 2009, h. 242. 16 Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013, h. 201.

12 5. Kemampuan pemecahan masalah Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk memecahkan permasalahan melalui pengumpulan fakta-fakta, analisis informasi, menyusun berbagai alternatif pemecahan, dan memilih pemecahan yang paling efektif. 17 6. Tekanan Tekanan adalah besarnya gaya per satuan luas permukaan tempat gaya itu bekerja. Tekanan termasuk besaran skalar, karena tidak memiliki arah. 18 H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini dibagi menjadi 5 bagian: 1. Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, hipotesis, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan sistematika penulisan. 2. Bab kedua merupakan kajian pustaka yang terdiri dari penelitian yang relevan, deskripsi teoritik, dan pokok bahasan. 3. Bab ketiga merupakan metode penelitian yang berisikan pendekatan dan jenis penelitian serta wilayah atau tempat penelitian ini dilaksanakan. Di bab tiga ini juga dipaparkan mengenai tahapan-tahapan penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data dan keabsahan data. 4. Bab keempat merupakan hasil penelitian dan pembahasan berupa data-data dari penelitian yang dilakukan dan pembahasan dari data-data yang diperoleh. 17 Yamin, Paradigma Pendidikan Konstruktivistik, Jakarta: Gaung Persada Press, 2008, h. 38. 18 Marthen Kanginan, IPA Fisika untuk SMP kelas VIII, Jakarta: Erlangga, 2006, h. 92.

13 5. Bab kelima merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan terhadap permasalahan yang dikemukakan pada penelitian ini dan saran untuk penelitian selanjutnya serta daftar pustaka sebagai rujukan penelitian ini.