BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

dokumen-dokumen yang mirip
Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Arah Pengembangan Sanitasi

BAB II Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Kota Manggarai Barat

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

2.1 Visi Misi Sanitasi

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

2.1 Visi Misi Sanitasi

Mewujudkan Kota Padang sebagai Kota Pendidikan, Perdagangan dan Pariwisata Yang Sejahtera, Religius dan Berbudaya

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI

Bab III Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Bab 2: Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB.3 Kerangka Pembangunan Sanitasi

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

MEWUJUDKAN SANITASI KOTA BANJARMASIN 50 AL, 90 PS, 90 DR DAN 100 AM TAHUN

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KOTA KOTAMOBAGU

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II : KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN SANITASI

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

L-3. Kerangka Kerja Logis TABEL KKL. Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

KERANGKA KERJA LOGIS KABUPATEN TANAH DATAR 2015

BAB 3 STRATEGI SANITASI KOTA (SSK) KOTA TERNATE BAB 3

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014 BAB I PENDAHULUAN

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III. Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN

STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

Bab 4 Strategi Pengembangan Sanitasi

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

2.1 Visi Misi Sanitasi

3.1 TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK TABEL 3.1 TUJUAN, SASARAN DAN TAHAPAN PENCAPAIAN PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK

BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

BAB IV. Strategi Pengembangan Sanitasi

Pertemuan Konsultasi dengan Tim Pengarah

KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) KABUPATEN ACEH TENGGARA

Pemerintah Daerah, swasta, masyarakat

BAB II. sektor sanitasi

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

Transkripsi:

BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi dan misi sanitasi telah dirumuskan untuk memberi arahan bagi pengembangan sanitasi Kabupaten Maros dalam rangka mencapai visi dan misi. Keterkaitan antara visi dan misi Kabupaten Maros dengan visi dan misi sanitasi sangat mendukung pencapaian misi Kabupaten terutama misi yang pertama dan ketiga. (Lihat Tabel 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Kab. Maros) Tabel 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Kab. Maros VISI KOTA MISI KOTA VISI SANITASI KOTA MISI SANITASI KOTA TERWUJUDNYA MASYARAKAT MAROS YANG SEJAHTERA DAN BERIMAN, MELALUI PEMERINTAHAN YANG BERSIH DANPROFESIONAL 1. Meningkatkan pertumbuhan perekonomian rakyat dengan mendorong secara sungguh -sungguh simpul - simpul perekonomian; 2. Mengoptimalkan sumber-sumber pendanaan dan investasi melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif; 3. Penataan Birokrasi dan peningkatan kualitas pelayan publik; 4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan; 5. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan perbaikan gizi masyarakat; 6. Meningkatkan Mewujudkan Masyarakat dan Lingkungan yang Sehat melalui pelayanan Sanitasi yang profesional, partisipatif dan berkelanjutan Pada 2019. tahun Misi Air Limbah Domestik - Meningkatkan sarana dan prasarana air limbah yang berkualitas - Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengelola sarana dan prasarana air limbah - Membentuk institusi pengelola air limbah - Mewujudkan regulasi - Memberlakukan sanksi dan penghargaan terhadap regulasi. Misi Persampahan - Menindaklanjutkan sarana dan prasarana persampahan - Meningkatkan manajemen pengelolaan persampahan

partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan; 7. Meningkatkan pembinaan keagamaan; dan 8. Meningkatkan pemberdayaan perempuan. - Meningkatkan partisipasi masyarakat dengan mengelola sampah dari sumber dengan sistem 3 r - Mewujudkan regulasi - Memberlakukan sanksi dan penghargaan terhadap regulasi Misi Drainase Perkotaan - Melakukan penataan pada wilayah rawan banjir - Meminimalisir luas wilayah genangan - Menormalisasi saluran - Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan fungsi drainasi - Mewujudkan regulasi - Memberlakukan sanksi dan penghargaan terhadap regulasi. Sumber : Hasil Kajian Pokja Sanitasi Kabupaten Maros Tahun 2015 3.2. Pentahapan Pengembangan Sanitasi Pencapaian pembangunan sektor sanitasi disusun dengan melakukan analisis terhadap kondisi wilayah saat ini serta arah pengembangan secara menyeluruh berdasarkan dokumen dokumen perencanaan yang telah ada. Berdasarkan Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah Kabupaten Maros maka KebijakanUmum Pembangunan Sektor Sanitasiadalah, sebagai berikut : 1) Meningkatnya kualitas udara; 2) Berkembangnya kemampuan adaptasi terhadap perubahan iklim global; 3) Pelestarian dan pemanfaatankeanekaragamanhayatisecaraberkelanjutan; 4) Meningkatnya upaya pengelolaan sampah perkotaan terutama pada pengurangan timbunan sampah (zero waste) sehingga sampah yang harus dikelola semakin sedikit;

5) Meningkatnya system pengelolaan dan pelayanan limbah B3 (bahan berbahaya beracun) pada kegiatan-kegiatan tertentu yang dianggap berpotensi menghasilkan limbah B3 seperti rumah sakit, bengkel, laboratorium uji dan lain-lain; 6) Tersusunnya informasi dan peta wilayah-wilayah yang rentan terhadap kerusakan lingkungan dan bencanaalam; 7) Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya memelihara sumber daya alam dan lingkunganhidup; 8) Pemerintahan yang berorientasipada Tata PrajaLingkungan yang berwawasanlingkungan (Good Environmental Governance); 9) Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang bersih. SedangkanPrioritasArahKebijakan, adalah : 1. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya memelihara Sumber Daya Alam (SDA) dan lingkungan hidup didasarkan pada agenda 21 (nasional dan global) dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan nasional yang berkelanjutan (sustainable development); 2. Pengembangan kawasan dan penataan ruang Kota yang terpadu; 3. Mengelola dan mendaya gunakan potensi sumberdaya laut, pesisir dan pulausecara lestari berbasismasyarakat; 4. Membangun system pengendalian dan pengawasan dalam pengelolaan sumber daya laut dan pesisir; 5. Meningkatkan upaya konservasi laut, pesisir dan pulau; 6. Mengendalikan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup di wilayah pesisir, laut, pulau dan perairan tawar; 7. Mengembangkan upaya mitigasi lingkungan laut dan pesisir, meningkatkan keselamatan bekerja, dan meminimalkan resiko terhadap bencana alam laut bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dan pulau; 8. Menggiatkan kemitraan untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dan swasta dalam pengelolaan sumberdaya laut, pesisir, dan pulau; 9. Mengarusutamakan (mainstreaming) prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke seluruh bidang pembangunan; 10. Meningkatkan koordinasi pengelolaan lingkungan hidup; 11. Meningkatkan upaya pengendalian dampak lingkungan akibat kegiatan pembangunan; 12. Meningkatkan kapasitas lembaga pengelola lingkungan hidup, terutama dalam menangani permasalahan yang bersifat akumulasi, fenomena alam yang bersifat musiman dan bencana; 13. Membangun kesadaran masyarakat agar peduli pada isu lingkungan hidup dan berperan aktif sebagai kontrol-sosial dalam memantau kualitas lingkungan hidup;

14. Ketersediaan lokasi Tempat Pembuangan Akhisr (TPA) sampah. Dan Program Pembangunan. - 1. Program Pembangunan Kinerja Pengelolaan Persampahan. 2. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup. 3. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam. 4. ProgramRehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam. 5. ProgramPeningkatanKualitas dan AksesInformasiSumberDayaAlam dan LingkunganHidup. 6. ProgramPeningkatanPengendalianPolusi. 7. ProgramPengelolaan dan RehabilitasiEkosistemPesisir dan Laut. 8. ProgramPengelolaanRuangTerbukaHijau (RTH). 9. Program pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat yang berpotensi merusak lingkungan. 10. Program pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan. 3.2.1. Tahapan Pengembangan Sanitasi 3.2.1.1. Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Berdasarkan peta zonasi sanitasi untuk air limbahdi Kabupaten Maros, sejak 2010 telah dikembangkan dengan sistem onsite atau pengolahan air limbah setempat dengan membangunan MCK dengan menggunakan tanki septik Komunal. Pembangunan fasilitas-fasilitas ini dilaksanakanmelalui programslbm (sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat)oleh Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum bekerjasama dengan KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) setempat.. Pada tahun 2011melalui program SLBMKabupaten Marosmembangun MCK SeptikKomunal di 4 (empat) lokasi dan berlanjut pada tahun 2012 dengan sistem yang sama di 8 (delapan) lokasi.program ini masih akan dilanjutkan pada tahun 2013 yang direncakan akan dibangun di 10 (sepuluh) lokasi. Dari sepuluh lokasi tersebut terdapat di kecamatan Bontoa, Simbang, Bantimurung, Maros Baru, Mandai, Tanralili, dan Lau. Didalam SSK ini dilakukan penentuan wilayah prioritas pengembangan sistem pengelolaan air limbah (apakah onsite maupun off site) secara umum.beberapa kriteria telah digunakan dalam penentuan prioritas tersebut, yaitu kepadatan penduduk, klafikasi wilayah (perkotaan dan pedesaan), karakteristik tata guna lahan, serta resiko kesehatan lingkungan.

Berdasarkan kriteria tersebut dihasilkan suatu peta yang menggambarkan kebutuhan sistem pengelolaan air limbah untuk perencanaan pengembangan sistem. Peta tersebut terbagi dalam zonasi, dimana zona tersebut sekaligus merupakan dasar bagi kota dalam merencanakan pengembangan jangka panjang pengelolaan air limbah di Kabupaten Maros. Berdasarkan Pemetaan tersebut dihasilkan suatu peta yang menggambarkan kebutuhan sistem pengelolaan air limbah untuk perencanaan pengembangan sistem. Peta tersebut terbagi dalam beberapa zonasi, dimana zona tersebut sekaligus merupakan dasar bagi kota dalam merencanakan pengembangan sanitasi. Rencana pengembangan tersebut diilustrasikan sebagai berikut: Zona 1, merupakan area dengan tingkat kepadatan rendah yang dapat diatasi dalam jangka pendek melalui pilihan sistem setempat (on-site) dalam skala rumah tangga (household based). Dengan opsi teknologi Jamban tangki septik SNI dan penanganan untuk perubahan perilaku dengan pemicuan. Kelurahan yang masuk dalam zona ini adalah Zona 2, merupakan area dengan tingkat risiko sanitasi yang dapat diatasi dalam jangka menengah dengan perubahan perilaku. Karena merupakan daerah kepadatan penduduk kategori sedang maka pemilihan sistemnya adalah sistem IPAL skala kawasan.desa dan Kelurahan yang masuk dalam zona ini adalah Zona 3, merupakan kawasan permukiman dengan tingkat kepadatan tinggi dan kawasan perdagangan yang harus diatasi dengan pilihan sistem terpusat (off-site) dalam jangka panjang. Zona ini mencakup Kecamatan Turikale,Maros Baru,Mandai,dan Bontoa.

63

Dengan ilustrasi dan deskripsi seperti digambarkan diatas maka tahapan pengembangan air limbah domestik dibagi dalam 3 tahapan, yaitu: 1. Tahapan Jangka Pendek Dalam 2 tahun, diharapkan akses sanitasi air limbah domestik yang layak dan berwawasan lingkungan untuk wilayah perdesaan mencapai 78,00% dan wilayah perkotaan sebesar 76,00%. 2. Tahapan Jangka Menengah Untuk Jangka menengah diharapkan cakupan layanan air limbah dapat ditingkatkan menjadi 98,00%. Diharapkan pula Kabupaten Maros telah ODF 100% pada tahun 2020. Hal ini dapat di capai melalui program-program pemicuan dan kampanye kesehatan di tingkat kelurahan. 3. Tahapan Jangka Panjang Untuk Jangka Panjang diharapkan akses air limbah yang layak dapat ditingkatkan menjadi 100%. Untuk MCK++ tidak lagi dikembangkan mengingat kecenderungan masyarakat lebih memilih menggunakan jamban pribadi. (lihat Tabel 3.2. Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kab. Maros) Tabel 3.2. Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kab. Maros No Sistem Cakupan layanan eksisting (%) Jangka pendek (s/d 2017) Target cakupan layanan (%) Jangka menengah (s/d 2020) Jangka panjang (s/d 2025) (a) (b) (c) (d) (e) (f) Wilayah Perdesaan A Buang Air Besar Sembarangan (BABs) 35 20 0 0 B Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat (On-Site) 62 73 85 76 1 Cubluk dan sejenisnya 2 2 1 0 2 Tangki Septik 60 71 84 76 C Sistem Komunal 3 7 13 20 1 MCK/MCK++ 1 2 5 5 2 IPAL Komunal 2 5 8 15 3 Tangki Septik Komunal 0 0 0 0 D Sistem Pengolahan Air Limbah terpusat (Off-Site) 0 0 2 4 Sub Total 100 100 100 100

Wilayah Perkotaan A Buang Air Besar Sembarangan (BABs) 25 18 0 0 B Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat (On-Site) 70 75 81 78 1 Cubluk dan sejenisnya 4 4 3 0 2 Tangki Septik 66 68 78 78 C Sistem Komunal 4 5 12 12 1 MCK/MCK++ 2 2 2 2 2 IPAL Komunal 2 3 10 10 3 Tangki Septik Komunal 0 0 0 0 D Sistem Pengolahan Air Limbah terpusat (Off-Site) 1 2 7 10 Sub Total 100 100 100 100 Sumber : Hasil Kajian Pokja Sanitasi Kabupaten Maros Tahun 2015 3.2.1.2. Tahapan Pengembangan Persampahan Berdasarkan kriteria yang ada dalam Standar Pelayanan Minimum (SPM), wilayah pengembangan pelayanan persampahan dapat diidentifikasikan. Ada dua kriteria utama dalam penetapan prioritas penanganan persampahan, yaitu tata guna lahan/klasifikasi wilayah dan kepadatan penduduk. Kedua kriteria tersebut sangat berhubungan dengan aktivitas penghuninya yang akan mempengaruhi perhitungan jenis dan volume timbulan sampah. Dari hasil analisis yang didasarkan pada kedua kriteria tersebut, rencana pengembangan persampahan diilustrasikan sebagai berikut: Zona 1, merupakan area penanganan jangka menengah ke panjang, umumnya berada diarea-area dengan kepadatan penduduk lebih kecil 25 orang/ha dan bukan fungsi pelayanan jasa dan perdagangan dengan cakupan secukupnya. Pada zona ini, dikembangkan sistem penanganan sampah dengan cakupan pelayanan minimal 70% dengan metode tidak langsung (TPS-TPA). Pengolahan sampah yang berbasis rumah tangga yang ditunjang dengan program sosialisasi pengolahan sampah yang ramah lingkungan, dengan opsi teknologi penyediaan sarana pengumpulan dan pengolahan sampah sementara. Zona ini meliputi Kelurahan dan Desa Zona 2, merupakan area urban dengan tingkat kepadatan lebih besar 100 orang/ha yang dapat diatasi dalam jangka pendek ke menengah dengan opsi pengembangan pelayanan persampahan hingga 100% dengan metode pengumpulan langsung (RT-TPS-TPA). Opsi teknologi penyediaan sarana pengumpulan dan pengolahan sampah sementara. Zona ini meliputi Kelurahan dan Desa

Zona 3, merupakan area pusat pelayanan dan kawasan permukiman padat dan kawasan perdagangan (CBD) yang harus ditangani secara jangka pendek dengan opsi pengembangan pelayanan persampahan hingga 100% dengan metode pengumpulan langsung (RT-TPS-TPA) serta pelayanan penyapuan jalan (street sweeper) dan pengolahan sampah 3R pada lokasi-lokasi publik seperti pasar, pusat pertokoan, dan terminal. (Lihat Peta 3.2. Peta Tahapan Pengembangan Persampahan) Berdasarkan ilustrasi seperti yang tergambarkan pada peta tahapan pengembangan persampahan maka tahapan pengembangan dibagi dalam 3 tahapan, yaitu: 1. Tahapan Jangka Pendek Untuk tahapan pengembangan persampahan jangka pendek, capain yang diharapkan untuk sampah yang terangkut baik secara langsung maupun tidak langsung untuk wilayah perdesaan sebesar 93,00% dan wilayah perkotaan sebesar 91,00% dengan adanya bangunan 3R mengurangi timbulan sampah yang diangkut ke TPA. 2. Tahapan Jangka Menengah Pada tahun 2020 cakupan layanan persampahan ditargetkan mencapai 100% untuk wilayah perkotaan. Dimana penanganan sampah 85% dan fasilitas reduksi sampah 15%. 3. Tahapan Jangka Panjang Capaian jangka panjang selama 10 tahun ditargetkan cakupan layanan persampahan wilayah perkotaan mencapai 100% dengan penanganan sampah 80% dan fasilitas reduksi sampah 20%. (Lihat Tabel 3.3. Tahapan Pengembangan Persampahan Kab. Maros)

67

Tabel 3.3. Tahapan Pengembangan Persampahan Kab. Maros No Sistem Cakupan layanan eksisting (%) Jangka pendek (s/d 2017) Target cakupan layanan (%) Jangka menengah (s/d 2020) Jangka panjang (s/d 2025) (a) (b) (c) (d) (e) (f) Wilayah Perdesaan A Persentase Sampah Yang Terangkut 20 30 50 70 1 Penanganan Langsung (direct) 10 28 35 45 2 Penanganan Tidak Langsung (indirect) 10 12 15 25 B Dikelola mandiri oleh masyarakat atau belum terlayani 80 70 48 25 C 3R 0 0 2 5 Wilayah Perkotaan Sub Total 100 100 100 100 A Persentase Sampah Yang Terangkut 85 88 90 80 1 Penanganan Langsung (direct) 85 88 90 80 2 Penanganan Tidak Langsung (indirect) 0 0 0 0 B Dikelola mandiri oleh masyarakat atau belum terlayani 14 9 0 0 C 3R 1 3 10 20 Sub Total 100 100 100 100 Sumber : Hasil Kajian Pokja Sanitasi Kabupaten Maros Tahun 2015 3.2.1.3. Tahapan Pengembangan Drainase Perkotaan Pengembangan sub sektor drainase memerlukan analisis yang tepat untuk menentukan pengembangan sistem yang sesuai agar pengembangan sistem drainase dapat berjalan dengan efektif dan berkesinambungan. Penentuan daerah prioritas ini disusun berdasarkan beberapa kriteria seleksi yaitu: kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah, peruntukan wilayah serta risiko kesehatan lingkungan. Sistem pengembangan drainase perkotaan dengan zona penanganan jangka panjang terhadap genangan. (Lihat Peta 3.3. Peta Tahapan Pengembangan Drainase Perkotaan)

Target layanan drainase sesuai kondisi genangan seluas 46,92 ha yaitu berkurangnya genangan 81% pada tahun 2020 dan tidak terjadinya genangan 2 kali dalam setahun. Pencapaian akan dilakukan secara bertahap dengan prioritas penanganan berdasarkan area berisiko sanitasi drainase perkotaan. (Lihat Tabel 3.4. Tahapan Pengembangan Drainase Perkotaan Kab. Maros) No Tabel 3.4. Tahapan Pengembangan Drainase Perkotaan Kab. Maros Titik Genangan di Area Permukiman Luas Genangan Eksisting di Area Permukiman (ha) Pengurangan Luas Genangan (ha) Jangka pendek (s/d 2017) Jangka menengah (s/d 2020) Jangka panjang (s/d 2025) (a) (b) (c) (d) (e) (f) 1 Jalan taqwa dan jalan mawar 0,6 0,6 0 0 2 jalan H. Nasrun Amrullah 0,5 0,5 0 0 TOTAL 1,1 1,1 0 0 Sumber : Hasil Kajian Pokja Sanitasi Kabupaten Maros Tahun 2015 3.2.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Sanitasi Perumusan tujuan dan sasaran dalam pembangunan sanitasi dirumuskan berdasarkan visi sanitasi yang ingin dicapai dan melaksanakan misi sanitasi yang telah ditetapkan. Tujuan merupakan pernyataan-pernyataan tentang hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencapai visi, melaksanakan misi, dan mengatasi permasalahan mendesak yang dihadapi. Sasaran adalah hasil yang diharapkan dari suatu tujuan yang diformulasikan secara terukur, spesifik, mudah dicapai, rasional untuk dapat dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu yang dirumuskan untuk mencapai tujuan. Dalam perumusan sasaran digunakan kriteria SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realistic, and Time Bound). Tujuan pembangunan sektor sanitasi Kabupaten Maros tahun 2016 2020 adalah untuk mendukung pencapaian Visi dan Misi Sanitasi Kota. Selanjutnya, tujuan pembangunan sanitasi memberi arahan serta koridor untuk penetapan sistem dan zona sanitasi termasuk tingkat layanan sanitasi. 3.2.2.1. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Air Limbah Domestik Pencemaran tinja/kotoran manusia (feces) adalah sumber utama dari virus, bakteri, dan patogen lain penyebab diare. Derajat kesehatan dapat dilihat dari Umur Harapan Hidup, Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita, Angka Kematian Ibu melahirkan, dan Angka Kesakitan/Kematian karena penyakit tertentu serta status Gizi Masyarakat.

Perumahan yang berada di pesisir pantai, dimana kondisi permukaan air tanahnya sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut yang berdampak terhadap sistem pengelolaan air limbah. Tujuan dan sasaran dirumuskan berdasarkan kondisi terkini dan permasalahan yang ada. (Lihat Tabel 3.5. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Air Limbah Domestik) Tabel 3.5. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Air Limbah Domestik Tujuan Sasaran Data Dasar (1) (2) (3) Meningkatkan peran stake holder daerah dan seluruh masyarakat pembangunan, pemeliharaan, monitoring dalam dan permasalahan dan ketersediaan sarana dan prasarana sanitasi daerah. Evaluasi dan pemberlakuan regulasi sanitasi yang jelas dan tepat Ketersediaan dokumen strategi dan master plan penanganan permasalahan sanitasi Kabupaten Maros Matriks penganggaran yang sah dan terkelola Adanya pembangunan jamban komunal dan program penanganan sanitasi di semua SKPD terkait serta peran dunia usaha yang segera di gali potensinya Adanya Organisasi kemasyarakatan ( BKM/KSM/UPL) da npotensi badan usaha yang dapa dijadikan mitra kerja dalam pegelolaan sanitasi Tersedia peraturan daerah mengenai penanganan air limbah Master Plan Air Limbah domestic belum ada Legislatif saat ini belum memandang sanitasi sebagai 79 % warga telah memiliki jamban Pribadi Dukungan dari SKPD / Istansi dalam rangka mensukseskan penanganan 10 program Gerbangmastra Diperlukan regulasi yang mengatur tentang Air Limbah Domestik mulai dari User Interface ( Kloset ) hingga Pembuangan Akhir Perlu ketersediaan master plan pembangunan sanitasi SKPD yang menangani Dinas Alokasi anggaran belanja

optimal dan tepat prioritas SKPD terkait Air Limbah Domestik (selain PU ) masih belum signifikan Sumber : Hasil Kajian Pokja Sanitasi Kabupaten Maros tahun 2015 3.2.2.2. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Persampahan Prasarana dan sarana dasar persampahan yang ada di Kabupaten Maros pada dasamya sudah melayani seluruh kota tetapi masih belum optimal, hal ini disebabkan karena terbatasnya Prasarana dan Sarana Dasar (PSD) persampahan yang ada. Prasarana dasar yang ada yaitu: TPA di, armada sampah berupa Arm Roll dan Dump Truck, TPS 3R di Kelurahan Lemoe serta TPS di tiap kelurahan. Dalam mengatasi permasalahan sub sektor persampahan membutuhkan strategi dan usaha-usaha yang lebih konkrit dalam menangani persampahan di Kabupaten Maros dan merumuskan tujuan yang dicapai dengan lebih tepat sasaran. (Lihat Tabel 3.6. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Persampahan) Tabel 3.6. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Persampahan Tujuan Sasaran Data Dasar (1) (2) (3) Sistem Pengelolaan sampah yang terpadu dan optimal Sudahmemiliki TPA ControllLanfill Sudah ada rencana induk/masterplan, target dan strategi pengelolaan sampah dari tingkat rumah tangga hingga 80 % armada pengangkut sampahsudah beroperasi lebih dari 10 Tahun dan tidak layak operasi, jumlahnya masih kurang sehingga tidak mencakupi Pelayanan dalam Kajian wilayah PPSP Frekwensi pengumpulan sampah tidak sesuai jadwal

TPA Peran SKPD terkait dalam mengsosialisasikan dan memonitoring sistem di tengah masyarakat Sudah ada retribusi persampahan yang dikelola oleh Bidang Persampahan BLHKP Kurangnya kegiatan pembinaan/pemantauan sarana daur ulang misalnyakomposter, TPST,TPS 3R Matriks penganggaran yang PAD sector sah dan terkelola optimal persampahan cenderung dan tepat menurun dua tahun terakhir Sumber : Hasil Kajian Pokja Sanitasi Kabupaten Maros tahun 2015 Sudah ada penganggaran sector persampahan dari APBD 3.2.2.3. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Drainase Perkotaan Tabel 3.7. Tujuan dan Sasaran Pengembangan Drainase Perkotaan Tujuan Sasaran Data Dasar (1) (2) (3) Sistem Pengelolaan drainase yang terpadu dan optimal Regulasi pembangunan drainase dalam Kabupaten Maros yang terintegrasi baik dalam satu system drainase Sudah ada masterplan/rencana induk drainase untuk Kota Maros Masih kurangya peran tokoh masyarakat dalam pengelolaan drainase Sumber: Hasil Kajian Pokja Sanitasi Kabupaten Maros tahun 2015 Sudah ada SKPD yang mengelola drainase Masih rendahnya perhatian (political will) terhadap pembangunan drainase

3.2.3. Skenario Pencapaian Sasaran Skenario pencapaian sasaran dalam pengelolaan air limbah, sebagai salah satu rujukan adalah peraturan Menteri Pekerjaan Umum no. 16/PRT/M/2008 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman dalam rangka kesesuaian percepatan pembangunan strategi sanitasi nasional. Di dalam pencapaian tersebut telah ditentukan wilayah prioritas pengembangan sistem pengelolaan air limbah secara umum dengan sistem on-site maupun sistem off-site. Kriteria yang dipergunakan antara lain dalam penentuan prioritas pengembangan tersebut antara lain: Kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah (urban high, urban medium, urban low, peri urban, dan rural), karakteristik tata guna lahan/ Central of Business Development (CBD) serta Resiko Kesehatan Lingkungan. Selanjutnya dari kriteria tersebut di atas kemudian dibuat suatu peta layanan yang menggambarkan kebutuhan pilihan sistem pengelolaan air limbah. Peta tersebut terbagi ke dalam beberapa zona, sekaligus sebagai dasar pengembangan perencanan jangka panjang pengelolaan air limbah Kabupaten Maros. Target pencapaian akses air limbah domestik Kabupaten Maros pada tahun 2020 adalah 80% dimana pengembangan sistem on-site sebesar 60% dan sistem off-site 20%. Berdasarkan kriteria yang ada dalam Standar Pelayanan Minimum (SPM), wilayah pengembangan pelayanan persampahan dapat diidentifikasikan. Ada 2 (dua) kriteria utama dalam penetapan prioritas penanganan persampahan saat ini yaitu; 1). Tata guna lahan/klasifikasi wilayah : komersial/ Central of Business Development (CBD), pemukiman, fasilitas umum, terminal, dsb; 2). Kepadatan penduduk. Skenario pencapaian sasaran pengelolaan persampahan lebih fokus kepada pengurangan volume sampah yang diangkut ke TPA dengan dikembangkannya fasilitas reduksi sampah. Lingkup area perencanaan saluran drainase merupakan wewenang dan tanggung jawab kota. Tetapi, keterkaitannya dengan sistem yang lebih luas di atasnya maka dipandang perlu dintegrasikan dengan Pemerintah Provinsi, Pusat, atau institusi yang bertanggung jawab atas daerah aliran sungai (DAS) terkait. Pencapaian sasaran pada tahun 2020 berkurangnya area genangan hingga 81%. (Lihat Tabel 3.8. Skenario Pencapaian Sasaran)

Tabel 3.8. Skenario Pencapaian Sasaran Komponen Tahun 2011 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Air Limbah Domestik 63% 68% 72% 77% 82% 90% 98% Persampahan 93% 93% 94% 95% 96% 98% 100% Drainase Perkotaan 70% 72% 74% 75% 78% 80% 81% Sumber: Hasil Kajian Pokja Sanitasi Kabupaten Maros tahun 2015 3.3. Kemampuan Pendanaan Sanitasi Daerah Faktor penting lain yang sangat menentukan penentuan sistem dan cakupan pelayanan sanitasi adalah faktor pembiayaan yang sangat tergantung pada kemampuan keuangan daerah. Berdasarkan kebutuhan dan merujuk pada dokumen APBD 5 tahun terakhir, maka Pokja Sanitasi Kabupaten Maros melakukan proyeksi dan perhitungan tentang pendanaan sanitasi Kabupaten Maros 5 tahun kedepan. Kajian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran jelas mengenai kemampuan daerah dalam pendanaan sanitasi sebagaimana yang dimaksudkan dalam dokumen ini. Untuk mendapatkan gambaran tersebut, maka analisis difokuskan pada aspek belanja dalam APBD Kabupaten Maros. Perkiraan kebutuhan pendanaan sanitasi untuk tahun 2016-2020 diproyeksikan berdasarkan asumsi bahwa proses pembangunan sanitasi diupayakan mengalami percepatan dengan indeks kenaikan proporsi anggaran mengikuti rata-rata progres pertumbuhan yang terjadi dalam kurun waktu masa penganggaran tahun 2010-2014. Dalam masa penganggaran tahun 2010-2014, pertumbuhan rata-rata belanja APBD murni untuk sanitasi mencapai 31,68%. Pertumbuhan pendanaan yang tinggi tersebut diakibatkan adanya kenaikan anggaran yang cukup besar pada tahun 2011 dengan proporsi anggaran APBD murni sanitasi terhadap belanja langsung sebesar 2,75%. Untuk mencapai percepatan pembangunan sanitasi, perkiraan besaran komitmen pendanaan sanitasi tahun 2016 sampai dengan tahun 2020 mencapai Rp.14.623.620.000. (Lihat Tabel 3.9. Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten Maros untuk Sanitasi dan Tabel 3.10. Perkiraan Besaran Pendanaan Sanitasi Ke Depan) Proyeksi kenaikan APBD murni terhadap sanitasi didasari pada pertumbuhan

pengalokasian anggaran sanitasi 5 tahun terakhir dari belanja langsung APBD. Berdasarkan alokasi anggaran sanitasi diperkirakan besaran pendanaan APBD Kabupaten Maros untuk kebutuhan operasional/pemeliharaan aset sanitasi terbangun hingga tahun 2020 tiap sub sektor. Dimana, total perkiraan kebutuhan operasional/pemeliharaan sesuai aset sanitasi terbangun Lihat Tabel 3.11. Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten Maros untuk Operasional/Pemeliharaan Sanitasi dan Tabel 3.12. Perkiraan besaran pendanaan APBD Kabupaten Maros untuk kebutuhan operasional/pemeliharaan aset sanitasi terbangun hingga tahun 2020) Kemampuan daerah untuk berkomitmen dalam penganggaran sanitasi diproyeksikan 1,30% pada tahun 2020 dari belanja langsung Kabupaten Maros. Salah satu strategi Pokja Sanitasi dalam pemenuhan kebutuhan pendanan sanitasi adalah mencari alternatif sumber pendanaan diluar APBD Kota. (Lihat Tabel 3.13. Perkiraan Kemampuan APBD Kabupaten Maros dalam Mendanai Program/Kegiatan SSK)

Tabel 3.9. Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten Maros untuk Sanitasi No Uraian Belanja Sanitasi (Rp.) 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata Pertumbuhan (%) 1 Belanja Sanitasi (1.1+1.2+1.3) 1.1 Air Limbah Domestik 1.2 Sampah Rumah Tangga 4.054.789.000,00 6.363.297.100,00 8.910.761.750,00 15.533.751.686,00 22.518.677.560,00 489.000.000,00 890.000.000,00 2.000.000.000,00 3.250.000.000,00 5.346.000.000,00 1.465.000.000,00 2.800.000.000,00 3.500.000.000,00 5.800.000.000,00 9.210.000.000,00 1.3 Drainase Perkotaan 2.100.789.000,00 2.673.297.100,00 3.410.761.750,00 6.483.751.686,00 7.962.677.560,00 2 Dana Alokasi Khusus (2.1+2.2+2.3) 851.187.000,- 653.700.000,- 1.500.000.000,- 2.250.000.000,- 2.750.000.000 86,59 2.1 DAK Sanitasi 0 0 1.500.000.000 1.500.000.000 2.000.000.000 10,12 2.2 DAK Lingkungan Hidup 0 0 0 750.000.000 750.000.000 10 2.3 DAK Perumahan dan Permukiman 0 0 0 0 0 0 3 Pinjaman/Hibah Untuk Sanitasi 0 0 0 0 0 0,00 Belanja APBD Murni Untuk Sanitasi (1-2-3) 4.905.976.000,00 7.016.997.100,00 10.410.761.750,00 17.783.751.686,00 25.268.677.560,00 23,14 Total Belanja Langsung 386.810.055.697,00 444.782.129.232,96 526.102.863.535,16 595.593.945.073,00 648.082.087.140,00 12,3 % APBD Murni Terhadap Belanja Langsung 1,27 1,58 1,98 2,99 3,90 2,34 Komitmen Pendanaan APBD untuk pendanaan sanitasi ke depan (% terhadap belanja langsung ataupun penetapan nilai absolut) Sumber: Laporan Realisasi APBD Tahun 2010 2014, Bappeda

Tabel 3.10. Perkiraan Besaran Pendanaan Sanitasi Ke Depan No Uraian Perkiraan Belanja Murni Sanitasi (Rp.) 2016 2017 2018 2019 2020 Total Pendanaan 1 2 Perkiraan Belanja Langsung Perkiraan APBD Murni Untuk sanitasi 750.000.000.000,00 800.000.000.000,00 850.000.000.000,00 925.000.000.000,00 950.000.000.000,00 4.275.000.000.000,00 15.000.000.000,00 16.000.000.000,00 17.000.000.000,00 18.500.000.000,00 19.000.000.000,00 85.500.000.000,00 3 Perkiraan Komitmen Pendanaan Sanitasi Sumber: Hasil Kajian Pokja Sanitasi Kabupaten Maros Tahun 2015 15.000.000.000,00 16.000.000.000,00 17.000.000.000,00 18.500.000.000,00 19.000.000.000,00 85.500.000.000,00

Tabel 3.11. Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten Maros untuk Operasional/Pemeliharaan Sanitasi No Uraian Belanja (Rp.) 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata Pertumbuhan (%) 1 Belanja Sanitasi 1.1 Air Limbah Domestik 1.1.1 Biaya Oprasional/Pemeliharaan (justified) 1.2 Sampah Rumah Tangga 1.2.1 Biaya Oprasional/Pemeliharaan (justified) 1.3 Drainase Perkotaan 1.3.1 Biaya Oprasional/Pemeliharaan (justified) Sumber : Laporan Realisasi APBD Tahun 2010-2014, Bappeda 0 0 0 0 0 0,00 0 0 0 0 0 0,00 0 0 0 0 0 0,00

Tabel 3.12. Perkiraan Besaran Pendanaan APBD Kabupaten Maros untuk Kebutuhan Operasional/Pemeliharaan Aset Sanitasi Terbangun hingga Tahun 2020 No Uraian Biaya Operasional/Pemeliharaan (Rp.) 2016 2017 2018 2019 2020 Total Pendanaan 1 Belanja Sanitasi 1.1 Air Limbah Domestik 1.1.1 Biaya Oprasional/Pemeliharaan (justified) 500.000.000,- 500.000.000,- 750.000.000,- 850.000.000,- 1.000.000.000,- 3.600.000.000,- 1.2 Sampah Rumah Tangga 1.2.1 Biaya Oprasional/Pemeliharaan (justified) 500.000.000,- 500.000.000,- 750.000.000,- 850.000.000,- 1.000.000.000,- 3.600.000.000,- 1.3 Drainase Perkotaan 1.3.1 Biaya Oprasional/Pemeliharaan (justified) 0 0 0 0 0 0,00 Sumber : Hasil Kajian Pokja Sanitasi Kabupaten Maros Tahun 2015

Tabel 3.13. Perkiraan Kemampuan APBD Kabupaten Maros dalam Mendanai Program/Kegiatan SSK No Uraian Pendanaan (Rp.) 2016 2017 2018 2019 2020 Total Pendanaan 1 Perkiraan Kebutuhan Operasional/Pemeliharaan 1.000.000.000,00 1.200.000.000,00 1.500.000.000,00 1.750.000.000,00 2.000.000.000,00 7.450.000.000,00 2 3 Perkiraan APBD Murni untuk Sanitasi Perkiraan Komitmen Pendanaan Sanitasi 15.000.000.000,00 16.000.000.000,00 17.000.000.000,00 18.500.000.000,00 19.000.000.000,00 85.500.000.000,00 15.000.000.000,00 16.000.000.000,00 17.000.000.000,00 18.500.000.000,00 19.000.000.000,00 85.500.000.000,00 4 Kemampuan Mendanai SSK (APBD Murni) (2-1) 14.000.000.000,00 14.800.000.000,00 15.500.000.000,00 16.750.000.000,00 17.000.000.000,00 78.050.000.000,00 5 Kemampuan Mendanai SSK (Komitmen) (3-1) 14.000.000.000,00 14.800.000.000,00 15.500.000.000,00 16.750.000.000,00 17.000.000.000,00 78.050.000.000,00 Sumber: Hasil Kajian Pokja Sanitasi Kabupaten Maros Tahun 2015