BAB II STUDI PUSTAKA. sarana perhubungan untuk distribusi barang dan jasa. Sistem jaringan ini diatur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. cara membandingkan hasil perhitungan manual dengan hasil perhitungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

BAB III METODE PERENCANAAN START

BAB IV ANALISA KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN BETON. genangan air laut karena pasang dengan ketinggian sekitar 30 cm. Hal ini mungkin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. dalam perencanaan jalan, perlu dipertimbangkan beberapa faktor yang dapat

Perkerasan kaku Beton semen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. : 1 jalur, 2 arah, 2 lajur, tak terbagi

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU PADA RUAS JALAN LINGKAR MAJALAYA MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA 2002

BAB 3 METODOLOGI. a. Peninjauan pustaka yang akan digunakan sebagai acuan penulisan dan

PERHITUNGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) PADA PROYEK PELEBARAN GERBANG TOL BELMERA RUAS TANJUNG MULIA DAN BANDAR SELAMAT-MEDAN LAPORAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Data yang digunakan untuk analisa tugas akhir ini diperoleh dari PT. Wijaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SEMINAR NASIONAL HAKI Tiara Convention Hall, Medan Mei 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar Distribusi Pembebanan Pada Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau jalan rel atau jalan bagi pejalan kaki.(

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN KONSTRUKSI JALAN RAYA RIGID PAVEMENT (PERKERASAN KAKU)

PERENCANAAN JALAN RING ROAD BARAT PEREMPATAN CILACAP DENGAN MENGGUNAKAN BETON

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

Bina Marga dalam SKBI : dan Pavement Design (A Guide. lalu-lintas rencana lebih dari satu juta sumbu kendaraan niaga.

Perencanaan perkerasan jalan beton semen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hobbs (1995), ukuran dasar yang sering digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. Dimensi, berat kendaraan, dan beban yang dimuat akan menimbulkan. dalam konfigurasi beban sumbu seperti gambar 3.

2.4.5 Tanah Dasar Lapisan Pondasi Bawah Bahu Kekuatan Beton Penentuan Besaran Rencana Umur R

PERENCANAAN JALAN DENGAN PERKERASAN KAKU MENGGUNAKAN METODE ANALISA KOMPONEN BINA MARGA (STUDI KASUS : KABUPATEN LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG)

Dwi Sulistyo 1 Jenni Kusumaningrum 2

TUGAS AKHIR ALTERNATIF PENINGKATAN KONSTRUKSI JALAN DENGAN METODE PERKERASAN LENTUR DAN KAKU DI JL. HR. RASUNA SAID KOTA TANGERANG.

ANALISA TEBAL PERKERASAN KAKU BERDASARKAN METODE BINA MARGA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC SKRIPSI

Abstrak BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS PERHITUNGAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK JALAN TOL MEDAN-KUALANAMU KABUPATEN DELI SERDANG LAPORAN

PENGARUH NILAI CBR TANAH DASAR DAN MUTU BETON TERHADAP TEBAL PELAT PERKERASAN KAKU METODE BINA MARGA

RANCANGAN RIGID PAVEMENT UNTUK OVERLAY JALAN DENGAN METODE BETON MENERUS DENGAN TULANGAN

KOMPARASI HASIL PERENCANAAN RIGID PAVEMENT MENGGUNAKAN METODE AASHTO '93 DAN METODE Pd T PADA RUAS JALAN W. J. LALAMENTIK KOTA KUPANG

SKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH)

Pd T Perencanaan perkerasan jalan beton semen

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban

RUANG LINGKUP PENULISAN Mengingat luasnya perencanaan ini, maka batasan masalah yang digunakan meliputi :

TINJAUAN ULANG PERHITUNGAN PERENCANAAN TEBALPERKERASAN KAKU(RIGID PAVEMENT) PROYEK

Perbandingan Kekerasan Kaku I Gusti Agung Ayu Istri Lestari 128

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT. Oleh : Dwi Sri Wiyanti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Tahapan Perencanaan Teknik Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

LAPISAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

BAB III LANDASAN TEORI

Perkerasan kaku adalah struktur yang terdin dan pelat (slab) beton semen yang

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

4.3 URAIAN MATERI III : KARAKTERISTIK MATERIAL BETON PERKERASAN KAKU ( RIGIT PAVEMENT) JALAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.6

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI PERTEMUAN KE-6 BETON SEGAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara

METODE PELAKSANAAN DAN ESTIMASI (PERKIRAAN) BIAYA PADA LAPIS PERKERASAN JALAN BETON

Analisis Desain Perkerasan Kaku Berdasarkan AASHTO Rigid Pavement ARI SURYAWAN (hal. 213)

PERHITUNGAN SLAB LANTAI JEMBATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1. PENGENALAN BETON BERTULANG

Bab V Analisa Data. Analisis Kumulatif ESAL

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

ANALISA PERHITUNGAN TEBAL LAPISAN PERKERASAN KAKU DENGAN METODE SNI Pd T PADA PROYEK PELEBARAN JALAN BATAS KOTA MEDAN TEMBUNG LUBUK PAKAM

4.4 URAIAN MATERI : METODE ANALISIS PERKERASAN KAKU Metode Analisis Perkerasan Kaku Berbagai cara dan metode analisis yang digunakan pada

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA

Perencanaan Ulang Jalan Raya MERR II C Menggunakan Perkerasan Kaku STA Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI

BAB I PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk berdampak pada. perkembangan wilayah permukiman dan industri di daerah perkotaan, maka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

DAFTAR ISI HALAMANJUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATAPENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI FAKTOR KONVERSI

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang,

Transkripsi:

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Hirarki Jalan Jaringan jalan raya merupakan prasarana transportasi darat yang berperan sebagai sarana perhubungan untuk distribusi barang dan jasa. Sistem jaringan ini diatur dalam UU no. 13/1980 dan PP no. 26/1985 tentang jalan yang dibagi atas jaringan jalan primer dan jaringan jalan sekunder. Jaringan jalan primer adalah system jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi di tingkat nasional dengan semua simpul jasa distribusi yang kemudian berwujud kota. Sedang jaringan sekunder adalah system jaringan jalan dengan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat dalam kota. Jalan sendiri berupa jalur yang terdiri dari semua bagian jalur gerak, median dan pemisah luar. Jalur gerak merupakan bagian jalan yang direncanakan khusus untuk kendaraan bermotor lewat, berhenti dan parkir (termasuk bahu jalan). Untuk median merupakan daerah yang memisahkan arah lalu-lintas pada segmen jalan. Sedang pemisah luar atau kereb merupakan batas yang ditinggikan berupa bahan kaku antara tepi jalan lalu-lintas dan trotoar. Secara struktur, jalan berupa perkerasan yang merupakan segala material konstuksi yang dihampar dan dipadatkan di atas lapisan tanah dasar. Bahan jalan dapat terdiri dari satu jenis maupun berbagai jenis material baik kuantitas maupun kualitasnya. (sumber dari MKJI, 1997) II-1

2.2 Klasifikasi Jalan Klasifikasi jalan di Indonesia menurut Bina Marga dalam Tata Cara Perecanaan Geometrik Jalan Atar Kota ( TPGJAK ) No. 038/T/BM/1997 disusun seperti tabel berikut. Tabel 2.1 Ketentuan Klasifikasi : Fungsi, Kelas beban, Medan FUNGSI JALAN ARTERI KOLEKTOR LOKAL KELAS JALAN I II IIIA IIIB IIIC Muatan sumbu >10 10 8 Tidak ditentukan terbarat (ton) TIPE MEDAN D B G D B G D B G Kemiringan medan (%) < 3 3-25 >25 <3 3-25 >25 <3 3-25 >25 Klasifikasi menurut wewenang pembinaan jalan (admiistratif) sesuai PP No. 26/1985 : Jalan Nasional, Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten/Kotamadya, Jalan Desa dan Jlan Khusus Keterangan : Datar (D), Perbukitan (B) dan Pegunungan (G). sumber dari TPGJAK 2.3 Perkerasan Beton Semen Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri dari pelat ( slab ) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (biasa juga tidak ada) di atas tanah dasar. Gambar 2.1 Tipikal struktur perkerasan beton semen Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elasisitas yang tinggi akan mendistribusikan beban ke bidang tanah dasar yang cukup luas sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari pelat beton sendiri, II-2

maka dari itu faktor yang paling diperhatikan dalam perencanaan tebal perkerasan beton semen adalah kekuatan beton itu sendiri. Adanya beragam kekuatan dari tanah dasar dan pondasi hanya berpengaruh kecil terhadap kapasitas struktur perkerasannya. Pemilihan penggunaan jenis perkerasan beton semen dibanding dengan perkerasan lentur yang sudah lama dikenal dan lebih sering digunakan, dilakukan berdasarkan keuntungan dan kerugian masing-masing jenis perkerasan tersebut. Berikut keuntungan penggunaan perkerasan beton semen : a. Desain sederhana namun pada bagian sambungan perlu perhitungan lebih teliti. b. Rancangan job mix campuran beton lebih mudah untuk dikendalikan kualitasnya. Modulus elastisitas antara lapis permukaan dan pondasi sangat berbeda. c. Rongga udara di dalam beton tidak dapat mengurangi tegangan yang timbul akibat perubahan volume beton. Pada umumnya diperlukan sambungan untuk mengurangi tegangan akibat perubahan temperatur. Dapat lebih bertahan terhadap kondisi yang lebih buruk. d. Umur rencana dapat mencapai 20 40 tahun. e. Indeks pelayan tetap baik hampir selama umur rencana f. Pelaksanaan relatif sederhana kecuali pada sambungan. g. Kekuatan konstruksi perkerasan beton semen ditentukan oleh kekuatan lapisan beton sendiri ( tanah dasar tidak begitu menentukan ). II-3

Pada saat ini jenis perkerasan beton semen yang populer dan banyak digunakan di negara-negara maju adalah jenis perkerasan beton bertulang menerus. (sumber dari Shirley L. Hendarsin, 2008) 2.4 Parameter Perencanaan Tebal Lapisan Konstruksi Perkerasan Lapisan perkerasan berfungsi untuk menerima dan menyebarkan beban lalu-lintas tanpa menimbulkan kerusakan berarti pada konstrusi jalan itu sendiri. Dengan demikian memberikan kenyamanan kepada pengguna jalan selama masa pelayanan jalan tersebut. Untuk itu dalam perencanaan perlu dipertimbangkan seluruh faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi pelayanan konstruksi perkerasan jalan, seperti : a. Fungsi jalan b. Kinerja perkerasan c. Umur rencana d. Lalu-lintas yang merupakan beban dari perkerasan jalan e. Sifat tanah dasar f. Kondisi lingkungan g. Sifat dan banyak material tersedia di lokasi. 2.5 Perencanaan Lapisan Perkerasan Beton Semen Perkerasan beton semen didefinisikan sebagai perkerasan yang menpunyai lapisan dasar beton dari Portland Cement ( PC ). Menurut Bina Marga perkerasan beton semen dibedakan ke dalam 4 jenis : 1. Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan II-4

2. Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan 3. Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan 4. Perkerasan beton semen pra-tegang Perkerasan beton semen adalah struktur yang terdiri atas pelat beton semen yang bersambung ( tidak menerus ) tanpa atau dengan tulangan, atau menerus dengan tulangan, terletak diatas lapis pondasi bawah atau tanah dasar, tanpa atau dengan lapis permukaan beraspal. Prinsip perencanaan dapat dilakukan dengan 3 pendekatan : 1. Sesuatu yang timbul akibat lalu lintas ( gaya tekan, gaya tarik, gaya geser dan momen ) melebihi daya dukung konstruksi ( rumus analitis ) 2. Konstruksi rusak karena mengalami kelelahan akibat muatan berulangulang ( rumus empiris ) 3. Dasarnya rumus analitis, kemudian dilengkapi / dikoreksi dengan rumus empiris / percobaan-percobaan. (sumber dari Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen,DPU 2003) 2.6 Pertimbangan Perencanaan Berbagai pertimbangan yang diperlukan dalam perencanaan tebal perkerasan antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Pertimbangan konstruksi dan pemeliharaan Dengan meningkatkan ketinggian struktur jalan untuk memastikan muka air laut saat pasang lebih rendah dari muka jalan untuk tidak memungkinkan penjenuhan struktur. Air yang menggenangi muka jalan akan membahayakan bagi pengguna II-5

jalan dan akan menyebabkan struktur dan tanah menjadi plastis dan tidak mampu menahan beban lalu lintas. Dalam pelaksanaan relatif lebih sederhana dan pemeliharaannya juga lebih murah dibanding dengan perkerasan aspal. b. Evaluasi Lapisan Perkerasan Lama Kekuatan lapisan tanah dasar dinamakan nilai CBR atau modulus reaksi tanah dasar ( k ). Besar nilai CBR ini akan berpengaruh pada perencanaan perkerasan jalan. Pembangunan peningkatan struktur atau pelapisan tambahan di atas perkerasan beton semen maka perlu dievaluasi kondisi lapisan perkerasan lama diantaranya ketebalan dan kerusakan yang terjadi pada perkerasan tersebut. (sumber dari Shirley L. Hendarsin, 2008) 2.7 Persyaratan Teknis 2.7.1 Tanah dasar Lapisan tanah dasar merupakan lapisan tanah yang paling atas, di mana diletakan lapisan material yang lebih baik. Sifat dari tanah dasar mempengaruhi ketahanan lapisan di atasnya dan mutu jalan secara keseluruhan. Banyak metode untuk menentukan daya dukung tanah dasar seperti halnya ditentukan dengan pengujian CBR sesuai dengan SNI 03-1731-1989 atau CBR laboratorium sesui dengan SNI 03-1744-1989, masing-masing untuk perencanaan tebal perkerasan lama dan perkerasan jalan baru. Apabila tanah dasar mempunyai nilai CBR lebih kecil dari 2 %, maka harus dipasang pondasi bawah yang terbuat dari beton kurus setebal 15 cm yang dianggap mempunyai nikai CBR tanah dasar efektif 5 %. II-6

Untuk perencanaan tebal perkerasan beton semen, daya dukung tanah dasar diperoleh dengan nilai CBR, seperti halnya pada perencanaan perkerasan lentur, meskipun pada umumnya dilakukan dengan menggunakan nilai ( k ) yaitu modulus reaksi tanah. Nilai ( k ) dapat diperoleh dengan pengujian Plate Bearing. Yang selanjutnya dikorelasikan terhadap nilai CBR menurut ganmbar 2.2 berikut. Bila nilai k lebih besar dari 140 kpa/mm ( 14 kg/cm³ ), maka nilai k dianggap sama dengan 140 kpa/mm ( 14 kg/cm³ ) dengan nilai CBR 50 %. Gambar 2.2 Hubungan antara CBR dan Modulus Reaksi Tanah Dasar sumber dari Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen,DPU 2003 2.7.2 Pondasi bawah Alasan dan keuntungan digunakannya lapisan pondasi bawah di bawah permukaan beton semen, adalah sebagai berikut : a. Menambah daya dukung lapisan tanah dasar II-7

b. Menyediakan lantai kerja yang stabil untuk peralatan konstruksi c. Mengurangi lendutan pada sambungan-sambungan sehingga menjamin penyaluran beban melalui sambungan muai dalam jangka waktu lama d. Untuk mendapatkan permukaan daya dukung yang seragam e. Untuk membantu menjaga perubahan volume lapisan tanah dasar yang besar akibat pemuaian atau penyusutan f. Untuk mencegah keluarnya air pada sambungan atau tepi-tepi pelat. Bahan pondasi bawah dapat berupa : a. Bahan berbutir b. Stabilisasi dengan beton kurus giling padat c. Campuran beton kurus Lapis pondasi perlu diperlebar sampai 60 cm diluar tepi perkerasan beton semen. Pemasangan lapisan pondasi dengan lebar sampai ke tepi luar lebar jalan merupakan salah satu cara untuk mereduksi prilaku tanah ekspansif. Tebal lapisan pondasi minimum 10 cm yang paling sedikit mempunyai mutu sesuai dengan SNI No. 03-6388-2000 dan AASHTO M-55 serta SNI 03-1743-1989. Bila direncanakan perkerasan beton semen bersambung tanpa ruji, pondasi bawah harus menggunakan Campuran Beton Kurus ( CBK ). II-8

Gambar 2.3 Tebal pondasi bawah minimum untuk perkerasan beton Gambar 2.4 CBR tanah dasar efektif dan tebal pondasi bawah sumber dari Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen,DPU 2003 II-9

2.7.2.1 Pondasi bawah material berbutir Material berbutir tanpa pengikat harus memenuhi persyaratan sesuai dengan SNI- 03-6388-2000. Persyaratan dan gradasi pondasi bawah harus sesuai dengan kelas B. Sebelum pekerjaan dimulai, bahan pondasi bawah harus diuji gradasinya dan harus memenuhi spesifikasi bahan untuk pondasi bawah. Ketebalan minimum lapis pondasi bawah untuk tanah dasar dengan CBR minimum 5 % adalah 15 cm. Derajat kepadatan lapis pondasi bawah minimum 100 %, sesuai dengan SNI 03-1743-1989. 2.7.2.2 Pondasi bawah dengan bahan pengikat Pondasi bawah dengan bahan pengikat dapat digunakan salah satu dari : a. Stabilisasi material berbutir dengan kadar bahan pengikat yang sesuai dengan hasil perencanaan, untuk menjamin kekuatan campuran dan ketahanan terhadap erosi. Jenis bahan pengikat dapat meliputi semen, kapur serta abu terbang. b. Campuran beraspal bergradasi padat. c. Campuran beton kurus giling padat yang mempunyai kuat tekan karakteristik umur 28 hari minimum 5,5 Mpa ( 55 kg/cm^2 ) 2.7.2.3. Pondasi bawah dengan campuran beton kurus Campuran Beton Kurus ( CBK ) harus mempuyai kuat tekan beton karakteristik pada umur 28 hari minimum 5 Mpa ( 50 kg/cm² ) tanpa menggunakan abu terbang, atau 7 Mpa ( 70 kg/cm² ) bila menggunakan abu terbang, dengan tebal minimum 10 cm. II-10

2.7.2.4 Lapis pemecah ikatan pondasi bawah dan pelat Perencanaan ini didasarkan bahwa antara pelat dengan pondasi tidak ada ikatan. Jenis pemecah ikatan dan koefisien geseknya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.2 nilai koefisien gesekan No. Lapis pemecah ikatan koefisien gesek ( µ ) 1 Lapis resap ikat aspal di atas permukaan pondasi 1,0 2 Laburan parafin tipis pemecah ikat 1,5 3 Karet kompon 2,0 sumber dari Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen,DPU 2003 2.7.3 Material Perkerasan Beton digunakan untuk membangun slab konstruksi jalan jenis perkerasan beton semen. Beton ini merupakan campuran dari bahan agregat, semen dan air. Agregat pada umumnya dibagi menjadi 2 bagian, yaitu : a. Agregat kasat, misalnya gravel, granite chipping. b. Agregat halus, misalnya pasit, debu granit. Semen membentuk ikatan di dalam campuran, air ditambahkan untuk membantu proses reaksi kimiawi yang mengubah semen kering menjadi suatu perekat. Kekuatan beton akan tergantung dari : a. Jumlah semen, agregat halus dan agregat kasar di dalam campuran. b. Efisiensi pencampuran. c. Kekuatan tumbukan dari agregat kasar. d. Kebersihan agregat. e. Jenis semen yang digunakan. f. Jumlah air yang digunakan ( umumnya dengan ukuran rasio air / semen ). g. Tingkat pemadatan. h. Efisiensi pengeringan beton. II-11

Kekuatan beton harus dinyatakan dalam nilai kuat tarik lentur umur 28 hari, yang didapat dari hasil pengujian balok dengan pembebanan tiga titik (ASTM C-78) yang besarnya secara tipikal sekitar 3-5 MPa (30-50 kg/cm²). Mutu beton yang digunakan pada perkerasan beton semen adalah mutu sedang dan minimal harus mempunyai kuat tarik lentur ( flexural strength ) 45 kg/cm² dan kuat tekan ( fc ) sebesar K 350 kg/cm² pada umur 28 hari. (sumber dari Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen,DPU 2003) START Perencanaan perkerasan beton semen Mutu beton yang direncanakan: - Fs = 45 kg/cm² - K = 350 kg/cm² Mutu beton yang direncanakan : - Fs = 45 kg/cm² - K = 350 kg/cm² Bahan : 1. Semen tipe 1 dan tipe 3 2. Abu terbang ( fly ash ) 3. Air 4. Agregat Pencampuran dan penakaran campuran mengikuti spesifikasi umum Uji beton semen: - slump - kuat tekan - kuat lentur SELESAI Gambar 2.5 Flowcharts Perencanaan Beton Semen II-12

2.7.4 Lalu-lintas Data lalu-lintas adalah data utama yang diperlukan untuk perencanaan teknik jalan, karena kapasitas jalan yang akan direncanakan tergantung dari komposisi lalu-lintas yang akan menggunakan jalan pada suatu segmen jalan yang ditinjau. Besarnya volume lalu-lintas diperlukan untuk menentukan jumlah dan lebar lajur pada satu jalur jalan dalam penentuaan karakteristik geometric, sedangkan jenis kendaraan akan menentukan kelas beban atau MST ( Muatan Sumbu Terberat ) yang berpengaruh langsung pada perencanaan konstruksi perkerasan. Penentuan beban lalu-lintas rencana untuk perkerasan beton semen, dinyatakan dalam jumlah sumbu kendaraan niaga ( commercial vehicle ), sesuai dengan konfigurasi sumbu pada lajur rencana selama umur rencanan. Lalu-lintas harus dianalisa berdasarkan hasil perhitungan volume lalu-lintas dan konfigurasi sumbu menggunakan data survei lapangan. Kendaraan yang ditinjau untuk perencanaan perkerasan beton semen adalah yang mempunyai berat total minimal 5 ton. Konfigurasi sumbu untuk perencanaan terdiri atas 4 jenis kelompok sumbu sebagai berikut : 1. Sumbu tunggal roda tunggal ( STRT ) 2. Sumbu tunggal roda ganda ( STRG ) 3. Sumbu tandem roda ganda ( STdRG ) 4. Sumbu tridem roda ganda ( STrRG ). II-13

Tabel 2.3 Distribusi beban sumbu untuk berbagai jenis kendaraan Bab II Studi Pustaka Sumber : Bina Marga, No. 01/MN/BM/83 2.7.4.1 Lajur Rencana Lajur rencana merupakan salah satu lajur lalu-lintas dari suatu ruas jalan raya yang menampung lalu-lintas kendaraan niaga terbesar. Pembangunan lapisan perkerasan yang baru atau pelapisan tambahan akan dilaksanakan pada dua lajur II-14

atau lebih yang kemungkinan bisa berbeda kebutuhannya terhadap ketebalan lapisan. 2.7.4.2 Umur Rencana Umur rencana perkerasan jalan adalah jumlah tahun dari saat jalan tersebut dibuka untuk lalu-lintas kendaraan sampai diperlukan suatu perbaikan yang bersifat struktural. Selama umur rencana tersebut pemeliharaan perkerasan jalan tetap harus dilakukan, seperti pelapisan non struktural yang berfungsi sebagai lapis aus. Umur rencana perkerasan jalan ditentukan atas pertimbangan klasifikasi fungsional jalan, pola lalu-lintas serta nilai ekonomi jalan yang bersangkutan. Ada beberapa tipikal umur rencana : 1. Lapisan perkerasan aspal baru : 20 25 tahun. 2. Lapisan perkerasan kaku baru : 20 40 tahun. 3. Lapisan tambahan ( aspal 10 15 tahun ), ( sertu pasir 10-20 tahun ). 2.7.4.3 Pertumbuhan Lalu-lintas Volume lalu-lintas akan bertambah sesuai dengan umur rencana atau sampai pada tahap di mana kapasitas jalan dicapai. Angka pertumbuhan lalu-lintas dapat ditentukan dari hasil survei untuk setiap proyek. 2.7.4.4 Lalu-lintas Rencana Lalu-lintas rencana adalah jumlah komulatif sumbu kendaraan niaga pada lajur rencana selama umur rencana, meliputi proporsi sumbu serta distribusi beban II-15

pada setiap jenis sumbu kendaraan. Jadi kondisi lalu-lintas yang akan menentukan pelayanan adalah : a. Jumlah sumbu yang lewat b. Beban sumbu c. Konfigurasi sumbu (sumber dari Perencanaan perkerasan jalan beton semen,dpu 2003 dan Shirley L. hendarsin, 2008 ) 2.8 Perencanaan Tulangan Tujuan utama penulangan untuk : a. Membatasi lebar retakan, agar kekuatan pelat tetap dapat dipertahankan b. Memungkinkan penggunaan pelat yang lebih panjang agar dapat mengurangi jumlah sambungan melintang sehingga dapat meningkatkan kenyamanan c. Mengurangi biaya pemeliharaan Jumlah tulangan yang diperlukan dipengaruhi oleh jarak sambungan susut, sedangkan dalam hal beton bertulang menerus, diperlukan jumlah tulangan yang cukup untuk mengurangi sambungan susut. 2.8.1 Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan Perencanaan ketebalan pada perkerasan bersambung merupakan dasar dari penentuan ketebalan. Maksud dari pemasangan tulangan pada perkerasan II-16

bersambung adalah untuk memperbolehkan penggunaan pelat yang panjang untuk menghemat biaya. Fungsi utama penulangan adalah menyambung permukaan pelat pada phase terjadi peretakan, dengan adanya tulangan yang dapat mendukung beban perkerasan maka akan dapat mengurangi pemeliharaan yang mungkin diperlukan jika timbul retak yang tidak terawasi. Luas penampang tulangan dapat dihitung dengan persamaan berikut : As = µ.l.m.g.h / 2.fs (2.1) Keterangan : As : luas tulangan penampang baja ( mm² / m lebar pelat ) fs : kuat tarik ijin tulangan ( Mpa ). Biasanya 0.6 kali tegangan leleh g : gravitasi ( m / det² ) h : tebal pelat beton ( m ) L : jarak antara sambungan yang tidak diikat dan / atau tepi bebas pelat (m) M : berat per satuan volume pelat ( kg / m³ ) µ : koefisien gesek antara pelat beton dan pondasi bawah Luas penampang tulangan berbentuk anyaman empat persegi panjang dan bujur sangkar ditunjukkan seperti tabel berikut. II-17

Tabel 2.4 Ukuran dan berat tulangan polos anyaman las Bab II Studi Pustaka sumber dari Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen,DPU 2003 2.8.2 Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan 2.8.2.1 Penulangan memanjang Tulangan memanjang yang dibutuhkan pada perkerasan beton semen bertulang menerus dengan tulangan dihitung dari persamaan berikut : Ps = 100. fct.(1.3-0,2µ) / fy n.fct.(2.2) Keterangan : Ps : persentase luas tulangan memanjang yang dibutuhkan terhadap luas penampang beton (%) Fct : kuat tarik langsung beton = (0,4-0,5 fct)(kg/cm²) II-18

fy n : tengan leleh rencana baja (kg/cm²) : angka ekivalen antara baja dan beton (Es/Ec), dapat dilihat pada tabel µ : koefisien gesekan pelat beton dengan lapisan di bawahnya Es Ec : modulus elastisitas baja = 2.100.000 (kg/cm2) : modulus elastisitas beton = 1485 Vfc (kg/cm2) Tabel 2.5 Hubungan muat tekan beton dan anggka ekivalen baja dan beton ( n ) fc (kg/cm2) n 175-225 10 235-285 8 290-ke atas 6 sumber dari Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen,DPU 2003 Persentasi minimum dari tulangan memanjang pada perkerasan beton menerus adalah 0,6% luas penampang beton. Jumlah optimum tulangan memanjang, perlu dipasang agar jrak dan lebar retakan dapat dikendalikan. Secara teoritis jarak antara retakan pada perkerasan beton menerus dengan tulangan dihitung dari persamaan berikut : Lcr = fct² / n.p².u.fb (εs.ec-fct).(2.3) Keterangan : Lcr p : jarak teoritis antara retakan (cm) : perbandingan luas tulangan memanjang dengan luas penampang beton u : perbandingan keliling terhadap kuas tulangan = 4/d II-19

fb : tegangan lekat antara tulangan dengan beton = (1,97Vf c)/d (kg/cm²) εs : koefisien susut beton = (400.10ˉ6) Untuk menjamin agar didapat retakan-retakan yang halus dan jarak antara retakan yang optimum, maka : a. Persentase tulangan dan perbandingan antara keliling dan luas tulangan harus besar b. Perlu menggunakan tulangan ulir untuk memperoleh tegangan yang tertinggi. Jarak retakan teoritis yang dihitung dengan persamaan di atas harus memberikan hasi antara 150 dan 250 cm. Jarak antara tulangan 100 mm-225 mm. diameter batangan tulangan memanjang berkisar antara 12 mm dan 20 mm. 2.8.2.2 Penulangan melintang Luas tulangan melintang (As) yang diperlukan pada perkerasan beton menerus dengan tulangan dihitung menggunakan persamaan 1. Tulangan melintang direkomendasikan sebagai berikut : a. Diameter batang ulir tidak lebih dari 12 mm b. Jarak maksimum tulangan dari sumbu ke sumbu 75 cm 2.8.2.3 Penempatan tulangan Penulangan melintang pada perkerasan beton semen harus ditempatkan pada kedalaman lebih besar dari 65 mm dari permukaan untuk tebal pelat < 20 cm dan maksimum sampai sepertiga tebal plat untuk tebal plat > 20 cm. Tulangan arah II-20

memanjang dipasang di atas tulangan menerus. (sumber dari Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen,DPU 2003) 2.9 Bahu Bahu jalan adalah daerah yang disediakan di tepi luar jalan antara lapis perkerasan dengan kemiringan badan jalan yang bermanfaat bagi lalu-lintas. Fungsi dari bahu jalan : a. Untuk keperluan pengaliran air dari permukaan jalan b. Untuk memperkokoh konstruksi jalan c. Sebagai ruang untuk menempatkan rambu-rambu lalu-lintas d. Sebagai tempat parkir sementara saat darurat e. Sebagai tempat menempatkan material atau alat-alat saat perbaikan jalan f. Untuk memberikan kenyamanan dan kebebasan samping. Bahu dapat terbuat dari bahan lapisan pondsi bawah dengan atau tanpa lapisan penutup beraspal atau lapisan beton semen. Perbedaan kekuatan antara bahu dengan jalur lalu-lintas akan memberikan pengaruh pada kinerja perkerasan. Hal tersebut dapat diatasi dengan bahu beton semen, sehinggga akan meningkatkan kinerja perkerasan dan mengurangi tebal plat. Yang dimaksud dengan bahu beton semen adalah bahu yang dikunci dan diikatkan dengan jalur lalu-lintas denga lebar minimal 1.50 m, atau bahu yang menyatu dengan lajr lalu lintas selebar 0.60 m, yang juaga dapat mencakup saluran dan kereb. (sumber dari Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen,DPU 2003) II-21

2.10 Sambungan Perencanaan sambungan pada perkerasan beton semen, merupakan bagian yang harus dilakukan pada perencanaan, baik jenis perkerasan beton bersambung tanpa atau dengan tulangan, maupun pada jenis perkerasan beton menerus dengan tulangan. Sambungan pada perkerasan beton semen ditujukan untuk : a. Membatasi tegangan dan pengendalian retak yang disebabkan oleh penyusutan, pengaruh lenting serta beban lalu-lintas. b. Memudahkan pelaksanaan. c. Mengakomodasi gerakan pelat. Pada perkerasan beton semen terdapat beberapa jenis sambungan antara lain : a. Sambungan memanjang. b. Sambungan melintang. c. Sambungan isolasi. Semua sambungan harus ditutup dengan bahan penutup dengan maksud untuk mencegah masuknya air dan benda lain ke dalam sambungan perkerasan. Benda-benda lain lain yang masuk ke dalam sambungan dapat menyebabkan kerusakan berupa gompal dan pelat beton yang saling menekan ke atas. Kecuali pada sambungan isolasi terlebih dahulu harus diberi bahan pengisi. (sumber dari Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen,DPU 2003) 2.11 Dowel ( ruji ) Dowel berupa batang baja tulangan polos maupun profil, yang digunakan sebagai sarana penyambung atau pengikat pada beberapa jenis sambungan pelat beton perkerasan jalan. Dowel berfungsi sebagai penyalur beban pada sambungan yang II-22

dipasang dengan separuh panjang terikat dan separuh panjang dilumasi atau dicat untuk memberikan kebebasan bergeser. Adapun panjang ruji 40 cm, jarak antara ruji 30 cm serta diameter 25 mm. Gambar 2.6 Sambungan melintang dengan ruji sumber dari Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen,DPU 2003 2.12 Metode Perhitungan Lalu-lintas Rencana Metode yang akan digunakan tergantung dari data lalu-lintas yang ada dan prosedur perencanaan yang akan digunakan. Secara ideal data lalu-lintas harus mencakup jumlah dan berat setiap jenis sumbu. 2.13 Prosedur Perencanaan Prosedur perencanaan perkerasan beton semen didasarkan atas dua model kerusakan yaitu : a. Retak fatik ( lelah ) tarik lentur pada pelat b. Erosi pada pondasi bawah atau tanah dasar yang diakibatkan oleh lendutan berulang pada pada sambungan dan tempat retak yang direncanakan. II-23

Prosedur ini mempertimbangkan ada tidaknya ruji pada sambungan atau bahu beton. Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan dianggap sebagai perkerasam bersambung yang dipasang ruji. Data lalu-lintas yang diperlukan adalah jenis sumbu dan distribusi beban serta jumlah repetisi masing-masing jenis sumbu atau kombinasi beban yang diperkirakan selama umur rencana. (sumber dari Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen,DPU 2003) II-24