BAB 1 PENDAHULUAN. xix

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang dalam bahasa Batak disebut dengan istilah gorga. Kekayaan ragam hias

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. daerah atau suku- suku yang telah membudaya berabad- abad. Berbagai ragam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beraneka ragam suku budaya dan kebudayaan sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara dengan ibu kotanya Medan. Sumatera Utara terdiri dari 33. dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

1.6 Manfaat a. Melestarikan batik sebagai warisan kekayaan budaya indonesia. b. Menambah pengetahuan masyarakat tentang batik.

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB I PENDAHULUAN. Moyang terdahulu. sebagai mana dikemukakannya bahwa: c. Seni musik yang disebut gondang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Usaha kecil menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 adalah usaha

BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Agustono, B., Suprayitno., Dewi, H., dkk, (2012), Sejarah Etnis Simalungun, Penerbit Hutarih Jaya, Pematang Siantar

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

JUDUL PROPOSAL (MAKSIMAL 12 KATA)

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang melahirkan pemikiran-pemikiran yang dianggap benar dan

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang

BAB I PENDAHULUAN. karya dihasilkan dari imajinasi dan temporer seniman. Batasan dari cetak tradisional,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tradisi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Di setiap tempat di Indonesia memiliki ciri khas dan keunikannya masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai ragam suku bangsa yang memiliki jenis kebudayaan yang beragam pula.

MEDAN TRADITIONAL HANDICRAFT CENTER (ARSITEKTUR METAFORA)

BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

VHANY AGUSTINI WITARSA, 2015 EKSPLORASI APLIKASI ALAS KAKI YANG TERINSPIRASI DARI KELOM GEULIS

BAB I PENDAHULUAN. Sunda melengkapi keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia. Kujang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Muhammadiyah Ponorogo adalah salah satu Universitas di

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. disusun selaras dengan irama musik, serta mempunyai maksud tertentu. Tari pada

Kesenian merupakan salah satu bagian dari kebudayaan, karena. kesenian dan kekriyaan. Kesenian dan kebudayaan dapat mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Motif Seni Ukir Jepara

1 Universitas Kristen Maranatha

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyimpulkan inti permasalahan yang dihadapi, sebagai berikut :.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (1947), wujud kebudayaan ada tiga macam: 1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. daerah di Indonesia mempunyai kebudayaan dan adat istiadatnya sendiri. Dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Beragam aplikasi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Sumatera atau dengan nama lain Pulau Percha, Andalas, Suwarnadwipa (bahasa Sansekerta, Pulau Emas ) terletak di bagian barat kepulauan Indonesia. Pulau Sumatera memiliki sepuluh provinsi dimana tiap provinsinya memiliki suku dan kebudayaan yang berbeda, salah satunya adalah suku Batak. Suku Batak terbagi dalam lima kelompok yaitu Batak Toba, Pakpak, Mandailing, Simalungun dan Karo. Yang menjadi pembeda dalam kelompok suku Batak dapat dilihat dari pembagian marga yang bermukim menurut daerahnya, bahasa dan pakaian adat. Selain itu kelompok suku Batak juga memiliki perbedaan dalam bidang keseniannya, seperti seni sastra, seni tari, seni bangunan, dan lain-lain. Bagi masyarakat Batak Toba, rumah bukan hanya sekedar tempat tinggal tapi juga sebagai sumber berkah serta kesejahteraan bagi penghuninya. Untuk menjalankan fungsi tersebut, masyarakat Batak Toba memberi hiasan pada rumahnya. Jenis bentuk hiasan yang paling banyak digunakan adalah gorga. Gorga ialah ukiran dalam bentuk spiral pada permukaan kayu (Tano Simamora 1997:76). Sedangkan dalam buku Kamus Budaya Batak Toba dijelaskan bahwa gorga adalah ragam hias, ornamen-ornamen ukiran pada rumah Batak yang teknik pembuatannya ada yang diukir dan dilukis (M. Marbun, 1987:48). Selain berfungsi sebagai ornamen hias, gorga juga berfungsi sebagai sarana pendukung daya hidup (keyakinan) dan sebagai kekuatan masyarakat Batak Toba. Hal ini dibuktikan dengan kepercayaan masyakarat Batak Toba akan makna yang dibawa oleh ornamen gorga terhadap rumah atau kehidupan mereka. Namun seiring dengan perkembangan jaman, banyak generasi muda Batak yang sudah tidak mengenal adat dan budayanya, salah satunya berupa kesenian yaitu ornamen gorga. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil kuesioner yang telah penulis sebarkan, bahwa hampir 80% dari generasi muda Batak yang tinggal di kota-kota besar tidak mengenal/tahu ornamen gorga. Dalam buku Adat dan Budaya Batak Pengantar bagi Generasi Muda, John B. Pasaribu juga xix

memaparkan bahwa generasi muda berikutnya akan sulit memahami tatakrama dalam tatanan adat dan budaya Batak yang diwariskan oleh para nenek moyang dari dahulu kala. Hal ini mungkin terjadi karena proses pemekaran daerah hunian, atau semakin berperannya budaya modern, dan kepedulian yang semakin tipis, menjadikan pemahaman atas adat dan budaya Batak oleh generasi muda sudah semakin melemah (1995:2). Keanekaragaman budaya dan adat yang terdapat di Indonesia merupakan kekayaan budaya yang harus dilestarikan. Seperti yang diketahui juga bahwa ada beberapa jenis kesenian dan kebudayaan bangsa Indonesia yang telah diklaim oleh negara lain. Oleh karena dari itu perlu adanya kepekaan dan upaya bangsa Indonesia untuk ikut melindungi dan melestarikan kekayaan budayanya. Karena kebudayaan merupakan sebuah pondasi yang amat sangat krusial dalam membangun dan membentuk pola perilaku, karakter dan mental yang sesungguhnya. Generasi muda sebagai generasi penerus berperan penting dalam melestarikan kebudayaan Indonesia. Salah satu cara untuk menarik perhatian generasi muda terhadap kebudayaan Indonesia adalah dengan mengenalkan dan menerapkan kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Produk dan jasa memainkan peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi budaya, karena produk mampu membawa pesan makna budaya (Ujang Sumarwan 2011:237). Diketahui juga bahwa perhatian generasi muda terhadap pakaian dan aksesoris berperan kuat. Generasi muda mengetahui bahwa penampilan berperan penting dalam dukungan sosial, sehingga mereka sering menghabiskan banyak waktu dan uang untuk pakaian (Elizabeth B. Hurlock 2007:255). Malcolm Barnard dalam bukunya Fashion Sebagai Komunikasi menjelaskan bahwa fesyen, komunikasi dan budaya memiliki hubungan yang erat (2011:37). Berdasarkan literatur dan hasil observasi yang telah penulis lakukan terhadap generasi muda Batak, fesyen dapat menjadi salah satu media yang baik untuk mengenalkan ornamen gorga kepada generasi muda Batak. Fashion graphic adalah desain grafis yang digunakan untuk kebutuhan fesyen. Dapat berupa perancangan identitas, visual, perancangan editorial bahkan penerapan/penggayaan grafis pada produk fesyen. Perancangan ini diharapkan xx

dapat mengenalkan dan meningkatkan minat generasi muda Batak terhadap salah satu bentuk kesenian Batak yaitu ornamen gorga. 1.2. Permasalahan 1.2.1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, dapat disimpulkan identifikasi masalah yaitu: 1. Generasi muda Batak terutama yang tinggal di kota-kota besar tidak mengenal / tahu ornamen gorga. 2. Dibutuhkan sebuah media baru untuk mengenalkan ornamen gorga kepada generasi muda Batak. 1.2.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam perancangan tugas akhir ini adalah: 1. Bagaimana merancang fashion graphic agar generasi muda Batak dapat mengenal ornamen gorga? 1.3. Ruang Lingkup Dalam pengerjaan laporan tugas akhir ini, ruang lingkup dari penelitian dan perancangan tugas akhir ini, yaitu: a. Apa Perancangan fashion graphic untuk mengenalkan ornamen gorga kepada generasi muda Batak. b. Bagian Mana Dibuatnya fashion graphic untuk mengenalkan ornamen gorga kepada generasi muda Batak melalui produk fesyen. c. Bagaimana Menciptakan fashion graphic berupa identitas visual dan penerapannya pada media pendukung, serta penerapan ornamen gorga xxi

pada produk fesyen untuk mengenalkan ornamen gorga berbasis desain grafis. d. Siapa Generasi muda Batak khususnya remaja akhir (18 21 tahun) dan dewasa awal (22 25 tahun) yang tinggal di kota-kota besar. e. Tempat Perancangan akan dipasarkan di kota-kota besar, khususnya Medan. f. Waktu Penelitian dan perancangan akan dilakukan dari bulan Januari sampai dengan bulan Agustus di tahun 2016. 1.4. Tujuan Perancangan Adapun tujuan dari kegiatan perancangan tugas akhir ini yaitu untuk mengenalkan dan meningkatkan minat generasi muda Batak terhadap salah satu bentuk kesenian Batak yaitu ornamen gorga melalui fashion graphic. 1.5. Cara Pengumpulan Data dan Analisis Data 1.5.1 Metode Penelitian Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Metode kualitatif menurut John W. Creswell (2010:4) merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Seperti mengajukan pertanyaanpertanyaan dan prosedur mengumpulkan data yang spesifik dari partisipan, menganalisis data mulai dari dari tema-tema yang khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkan makna. Untuk menyempurnakan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka penulis melakukan metode pengumpulan data melalui empat cara. 1.5.2 Metode Pengumpulan Data 1. Wawancara Wawancara atau interview merupakan metode tanya jawab yang digunakan untuk memperoleh informasi dari sumber secara langsung xxii

yang dimana informasi yang diperoleh tersebut dapat digunakan untuk mendukung proses penelitian. Penulis melakukan wawancara terhadap beberapa narasumber yang berkaitan, seperti, fashion designer, pengamat budaya, dosen kriya tekstil, pekerja di bidang fashion graphic, dan target sasarannya sendiri yaitu generasi muda Batak. 2. Observasi Pengamatan secara langsung selama seminggu mulai dari tanggal 23 April 2016 sampai 29 April 2016 terhadap subjek perancangan untuk mengetahui bagaimana perkembangan ornamen gorga pada generasi muda Batak, karakteristik dan media apa yang baik untuk mengenalkan ornamen gorga. Penulis melakukan observasi dengan mengikuti rutinitas target audiens. 3. Kuesioner Mengumpulkan data dengan memberikan kuesioner melalui google form kepada target audiens, seratus generasi muda Batak yang tinggal dikota-kota besar agar dapat membuktikan hipotesis dan membantu penulis dalam perancangan tugas akhir ini. 4. Studi Literatur Penulis berpedoman pada buku-buku atau referensi dan situs internet yang berkaitan langsung dengan masalah yang diangkat dan isi tugas akhir ini. Seperti, buku-buku yang membahas mengenai desain komunikasi visual, brand, fesyen, dan lain-lain. 1.5.3 Analisis Data Analisis yang digunakan pada perancangan media informasi untuk mengenalkan ornamen gorga melalui produk fesyen dan identitas visual sebagai media pendukung ini adalah analisa SWOT. Analisis SWOT adalah suatu alat perencanaan strategik yang penting untuk membantu perencana membandingkan kekuatan dan kelemahan internal dengan kesempatan dan ancaman dari eksternal (D.L Kurtz 2011:237). a. S (Strenght) = Potensi yang dimiliki produk fesyen dengan menjadikannya sebuah media baru untuk mengenalkan ornamen xxiii

gorga kepada generasi muda Batak di kota-kota besar serta identitas visual sebagai media pendukung. b. W (Weakness) = Kelemahan yang menjadi kekurangan dengan menjadikan produk fesyen sebagai media baru untuk mengenalkan ornamen gorga. c. O (Opportunity) = Kesempatan yang dimiliki dengan menggunakan sebuah media baru yaitu produk fesyen dan identitas visual untuk mengenalkan ornamen gorga kepada generasi muda Batak. d. T (Threat) = Ancaman yang dimiliki produk fesyen sebagai media baru untuk memperkenalkan ornamen gorga kepada generasi muda Batak. 1.6. Kerangka Perancangann Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016) Latar Belakang Gorga adalah salah satu bentuk kesenian budaya Batak Toba yang harus dilestarikan dan generasi muda berperan penting dalam melestarikannya. Namun masih banyak dari generasi muda Batak yang tidak mengenal / tahu ornamen gorga. Isu - Kurangnya pengetahuan generasi muda Batak akan budayanya disebabkan tidak adanya arahan dari orang tua mengenai sejarah budaya nya - Tidak mengetahui / kental budaya dianggap keren, modern Fenomena - Generasi muda Batak tidak mengenal / tahu ornamen gorga - Lunturnya pengetahuan tentang sejarah budaya Indonesia karena modernisasi Opini - Sangat disayangkan jika generasi muda tidak mengetahui sejarah budayanya karena sejarah memiliki peran penting, salah satunya sebagai sumber inspirasi Hipotesa Perlu adanya sumber informasi / pengenalan mengenai ornamen gorga agar diketahui oleh generasi muda Batak. Strategi xxiv

Strategi Komunikasi - Persuasif - To the point Strategi Kreatif - Profuk fesyen sebagai media baru untuk mengenalkan ornamen gorga Strategi Media - Produk fesyen - Identitas visual beserta penerapan identitas Solusi - Merancang sebuah media informasi baru untuk mengenalkan ornamen gorga kepada generasi muda Batak - Merancang identitas visual sebagai media pendukung 1.7. Pembabakan a. BAB I Pendahuluan Pada bab ini menjelaskan latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan perancangan identitas visual, cara pengumpulan data, kerangka perancangan dan pembabakan. b. BAB II Dasar Pemikiran Menjelaskan dasar pemikiran dari teori teori yang relevan untuk digunakan sebagai pijakan untuk merancang. c. BAB III Data dan Analisis Masalah Berisi kumpulan data yang berkaitan dengan perancangan desain. d. BAB IV Konsep dan Hasil Perancangan Dalam bab ini berisikan penjelasan mengenai konsep perancangan desain hingga hasil akhir perancangan. e. BAB V Berisi hasil kesimpulan dan saran dari hasil sidang dengan penguji dan pembimbing. xxv