BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006).

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam sepanjang hidupnya individu mempunyai tugas perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada rentang kehidupan manusia akan selalu terjadi proses perkembangan.

2015 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PARENTAL ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA MAHASISWA MUSLIM PSIKOLOGI UPI

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB V PENUTUP. dengan menggunakan uji U Mann Whitney Test yaitu sig = 0,0001 (P<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa bahwa hasil penelitian ini

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhi oleh kematangan emosi baik dari suami maupun istri. dengan tanggungjawab dan pemenuhan peran masing-masing pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rini Yuniati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. antar manusia menjadi lebih luas dan tidak lagi mengenal batas-batas wilayah dan

BAB I PENDAHULUAN. rentang usia dewasa awal. Akan tetapi, hal ini juga tergantung pada kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 adalah ikatan lahir

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih besar, sebab seiring dengan bertambahnya usia seseorang maka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah

BAB I PENDAHULUAN. Santrock (dalam Dariyo, 2003) masa dewasa awal ditandai dengan adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan interaksi tersebut dalam berbagai bentuk. Manusia. malam harinya. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tiga orang wanita karir

BAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

Karaktersitik individu memang memiliki peran terhadap produktivitas. Hal ini didukung oleh

golongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak dapat hidup tanpa berelasi dengan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penting yang akan dihadapi oleh manusia dalam perjalanan kehidupannya

Perkembangan Sepanjang Hayat

PERKAWINAN USIA MUDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT PERCERAIAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN AGAMA SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan romantis. Hubungan romantis (romantic relationship) yang juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran individu lain tersebut bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan merupakan langkah awal untuk membentuk suatu keluarga. Sangat penting bagi calon pasangan baru untuk memahami bahwa pernikahan merupakan suatu keputusan yang sakral secara agama dan harusnya hanya dilakukan sekali dalam seumur hidup. Berdasarkan hal itu, maka dalammembentuk suatu keluarga, individudiharapkan melakukan persiapan yang cukup matang dalam menjalin hubungan yang lebih serius untuk berkomitmen dengan pasangannya. Kesiapan menikah menurut Duvall & Miller (dalam Septyandari, 2013:3) merupakan keadaan siap atau bersedia dalam berhubungan dengan seorang pria maupun dengan seorang wanita, siap menerima tanggung jawab sebagai seorang suami atau seorang istri, siap terlibat dalam hubunganseksual, siap mengatur keluarga dan siap untuk mengasuh anak. Sesuai undang-undang No.1 Tahun 1974 bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa. Duvall & Miller (dalam Oktanina, 2013:2) menyatakan bahwa pernikahan merupakan hubungan antara pria dan wanita yang diakui dalam masyarakat yang melibatkan hubungan seksual adanya penguasaan dan hak pengasuh anak dan saling mengetahui tugas masing-masing sebagai suami dan sebagai istri. Menurut teori perkembangan, masa usia menikah adalah saat usia dewasa awal yaitu berkisar umur 20-30 tahun.menurut Erikson (dalam Santrock, 1995:41) menyatakan bahwa dewasa awal adalah masa di mana 1

2 individu berada pada rentang usia 20-30 tahun yang sedang menghadapi tugas perkembangan intim dengan orang lain yang digambarkan dengan penemuan diri sendiri pada diri orang lain yang dapat di capai dengan melalui persahabatan, relasi akrab secaraintim dengan orang lain. Santrock (2011:6) mengatakan bahwa pada masa dewasa awal,masih banyak individu yang mengeksplorasi jalur karir, ingin menjadi individu seperti apa dan gaya hidup seperti apa yang mereka inginkan, hidup melajang, hidup bersama atau menikah. Sejalan dengan hal tersebut, terlihat bahwa selain menikah dan membina kehidupan keluarga, tugas perkembangan lainnya yang dihadapi oleh individu dewasa awal adalahberkecimpung di dunia kerja,maka tidak heran bila wanita dewasa awal yang sudah bekerja cenderungmemiliki dua pilihan yaitu memilih sebagai wanita karir atau sebagai wanita wirausaha. Menurut Famer Helen dan Joan Sidney (dalam Linda Brannon, 1984:319) menyatakan bahwa karir adalah mencakup semua peranseseorang dalam memainkan sepanjang hidup, sedangakan wirausaha menurut Thomas W. Zimmerer (dalam Nurbudiyani, 2013:1) adalah hasil dari suatu disiplin serta proses sistematis penerapan kreativitas dan inovasi dalam memenuhi kebutuhan dan peluang dipasar. Berdasarkan dengan hal tersebut, dengan adanya karir dan berwirausaha dapat membuat wanita dewasa awal lebih mandiri secara finansial dan dengan kemandirian tersebut juga sebagai langkah kesiapan mereka menuju ke pernikahan. Menurut Wiryasti (dalam Septyandari, 2013:3) bahwa kemandirian finansial harus dimiliki individu yang akan menikah. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Blood (dalam Septyandari, 2013:3) bahwa pada dasarnya setiap individu harus memiliki kesiapan penunjang, salah satunya adalah adanya kemandirian finansial supaya

3 individu tersebut dapat dikatakan siap untuk memasuki kekehidupan pernikahan. Kenyataannya bahwa bagi wanita dewasa awal yang memilih jalan karir sering kali menunda pernikahannya karena masih ingin bergelut di dunia karir dengan berusaha untuk terus mencoba mengejar karirnya hingga setinggi mungkin di sepanjang hidupnya. Hal ini di dukung oleh pernyataan Allen dan Kallish (dalam Septyandari, 2013:5) bahwa wanita pada masa sekarang memilih untuk bekerja tidak hanya semata-mata untuk menginginkan sebuah pekerjaan namun mereka secara aktif ingin mengejar karir mereka. Adanya pernyataan tersebut maka tidak heran bila pernikahan sering kali dianggap sebagai suatu hal yang menghambat karir wanita karena wanita dewasa awal berpartisipasi mengejar karirnya dan menunda usia pernikahannya, hal ini didukung oleh Unger & Crawford (dalam Septyandari, 2013:3) yang mengungkapkan bahwa pilihan untuk berkarir terlebih dahulu dan menunda pernikahan dianggap dapat memberikan keuntungan yaitu mereka akan mandiri secara finansial dan tidak bergantung kepada suami. Disisi lain wanita dewasa awal yang memilih untuk berkarir mereka merasa yakin bahwa dengan berkarir mereka dapat menumbuhkan kualitas pernikahan yang lebih baik yaitu bisa mendukung secara finansial dengan pasangan. Hal ini di dukung oleh pernyataan Neeman, Newman & Oliveti (dalam Septyandari, 2013:3) yang mengatakan bahwa wanita karir merasa yakin bahwa nantinya mereka memiliki kualitas pernikahan yang lebih baik dikarenakan memiliki fleksibilitas untuk saling memberikan dukungan finansial dengan pasangan, sehingga dapat menurunkan terjadinya perceraian. Hal ini berbeda dengan wanita dewasa awal yang memilih untuk menjadi wanita wirausaha.mereka menganggap bahwa dengan berwirausaha, selain dapat membantu beban rumah tangga

4 nantinya mereka juga dapat menggali kreatifitas dan inovasi yang dimilikinya dan sebagai langkah untuk menghindari frustasipekerjaan sebelumnya Hal ini didukung oleh pernyataan Zimmerer dan Scarborough (dalam wulandari, 2012:9) menyatakan bahwa banyak wanita yang terjun kedunia bisnis, alasan mereka menekuni bidang bisnis ini di dorong oleh faktor-faktor yang ingin melihatkan kemampuan prestasinya, membantu ekonomi keluarga, frustasi terhadap pekerjaan sebelumnya. Kesiapan menikah ini sangat penting bagi wanita dewasa awal yang memiliki karir atau yang sedang berwirausaha karena bekerja dan menikah merupakan dua tugas perkembangan yang sangat penting dan hadir dalam waktu yang bersamaan saat individu menginjak dewasa awal. Apabila mereka tidak memiliki kesiapan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius dengan pasangannya maka akan menimbulkan dampak negatif kedepannya dan yang biasanya terjadi adalah munculnya perceraian. Hal ini dapat dibuktikan dengan data faktual tentang jumlah perceraian di Indonesia yang dikutip peneliti pada tanggal 14 September 2016 pada harian kompas yang menyatakan bahwa angka perceraian di Indonesia pada tahun 2010-2014 mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2014 mencapai 382.231 dibandingkan dengan pada 2010 sebanyak 251.208. Kasus perceraian tersebut paling banyak diajukan oleh istri yaitu sekitar 70% yang dikarenakan tidak adanya kesiapan untuk menikahyang ditandai dengan rumah tangga tidak harmonis, tidak ada tanggung jawab, persoalan ekonomi, dan kehadiran pihak ketiga. Fenomena yang sering terjadi pada wanita dewasa awal yang berkarir dan memiliki pasangan ialah karena faktor kesibukan bekerja dan tidak bisa membagi waktu antara bekerja dan bertemu dengan pasangan, sedangkan fenomena yang sering terjadi pada wanita dewasa awal yang

5 berwirausaha ialah saling egois dengan pasangan, sehingga dapat diketahui bahwa dari kriteria kesiapan menikah bagi wanita dewasa awal yang berkarir atau wanita dewasa awal yang berwirausaha belum memenuhi beberapa kriteria kesiapan menikah yaitu membangun relasi emosi yang positif dengan pasangan (Companionship) dan tidak mementingkan diri sendiri. Hal ini dibuktikanberdasarkan hasil wawancara singkat yang dilakukan peneliti yang dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2016, didapatkan gambaran singkat mengenai bagaimana kesiapan menikah pada wanita dewasa awal yang sedang merintis karirnya.berikut cuplikan wawancara dengan subjek : Saya ini sudah berpacaran 4,5 tahun mbak dan yang sering saya alami itu hanya salah paham aja, biasanya soal waktu karena saling sibuk dengan jam kerja sehingga jarang bertemu dan kurang komunikasi. Biasanya yang saya lakukan supaya masalah ini selesai ya dengan kita ngobrol berdua dan merubah cara berfikirnya kita, berusaha saling memahami karena sudah tuntutan kerja, supaya tidak salah paham maka setiap istirahat diusahakan berkomunikasi dan setiap satu minggu sekali bertemu. Hasil dari wawancara juga wanita karir mengalami beberapa masalah dalam hubungannya terutama untuk kesiapan dalam menghadapi pernikahan yang peneliti kutip pada tanggal 7 Januari 2017. Hal ini bisa dilihat berdasarkan hasil wawancara berikut :

6 Saya dengan pasangan saya selalu terbuka dan saling menghargai satu sama lain, tetapi pacar saya kalau soal memuji saya tidak pernah sama sekali karena hubungan kita tidak terlalu romantis dan pacar saya itu orangnya cuek mbak. Kita jarang menghabiskan waktu bersama disaat libur kerja kadang saya dan pacar juga sering berantem dan saya biasanya lebih mementingkan diri sendiri pinginnya dia yang ngalah dan meminta maaf dulu. Masalah ini mbak yang membuat saya masih ragu untuk menikah selain sibuk kerja kadang saya dan pacar masih kurang peka satu sama lain. Berdasarkan kesimpulan wawancara yang peneliti kutip dari wanita dewasa awal yang berkarir bahwa dia kurang memiliki kesiapan menikah karena faktor kematangan usia dan dia memilih untuk meraih kesuksesannya didunia karir sebelum kejenjang pernikahan. Hal ini bisa dilihat berdasarkan hasil wawancara berikut : Untuk kesiapan menikah ya mbak saya dan pasangan masih belum siap namun kita menunda dahulu beberapa tahun lagi untuk menikah karena saya juga masih harus menitih karir saya dulu karena, kalau untuk saat ini mbak saya dan pasangan ingin senang-senang dulu dan tidak terburu-buru untuk menikah mungkin karena faktor usia saya yang kurang matang dan pasangan yang masih muda menurut saya, ya jadinya pingin senang-senang dulu dan meraih kesuksesan saya di dunia karir sebelum menuju ke jenjang baru yaitu berkeluarga.

7 Peneliti juga melakukan wawancara kepada wanita dewasa awal yang berwirausaha dan memiliki pasangan maka berdasarkan hasil wawancara singkat yang dilakukan peneliti yang dilakukan pada tanggal 8 Januari 2017, didapatkan gambaran singkat mengenai bagaimana kesiapan nikah pada wanita dewasa awal yang sedang merintis wirausahanya. Berikut cuplikan wawancara dengan subjek : Saya sudah berpacaran selama 3 tahun, saya langgeng dengan dia karena kita menumbuhkan komitmen saling percaya,jujur dan peduli. Meskipun kita memiiki komitmen saya juga sering cemburu dengan pasangan saya mbak karena teman kerjanya banyak cewek yang sudah memiiki karir yang tinggi sedangkan saya hanya mencari nafkah dengan usaha saya ini. kalau komunikasi sendiri biasanya lewat telefon atau bertemu terkadang seminggu 3 kali. kalau masalah tanggung jawab saya dan pasangan saya sudah saling mengerti dan peka dengan perasaan masing-masing namun terkadang juga masih ada yang saling egois tidak mau mengalah ketika ada masalah. Kalau ada masalah ya kita bertemu diluar kita bicarakan berdua secara tuntas. Wanita wirausaha memilih alasan tersendri untuk lebih memilih jalan wirausaha dari pada karir. Hal ini dapat dlihat dari hasil wawancara berikut ini : Saya dulu kerja di suatu perusahaan mbak karena banyak tuntutan peraturan saya sering frustasi dan saya juga jarang ada waktu buat pasangan saya. jadi ya saya mulai merintis usaha saya ini selain saya bisa berkreatifitas saya juga bisa

8 bantu keuangan keluarga terutama bantu beban calon suami saya nanti dan bisa memiliki banyak waktu banyak dengan dia. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti kutip dari wanita dewasa awal yang memiliki wirausaha bahwa dia cenderung sudah memiliki kesiapan menikah namun masih membutuhkan pertimbangan yang lebih matang untuk menuju pernikahan yang bahagia. Hal ini bisa dilihat berdasarkan hasil wawancara berikut : kalau ditanya tentang kesiapan menikah, saya sudah siap mbak secara finansial karena saya merintis usaha ini juga untuk keluarga saya nantinya namun saya juga mempertimbangkan lagi karena menikah kan untuk seumur hidup jadi saya perlu waktu agar saya tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan jadi dengan waktu itu saya bisa belajar untuk bisa tetap menjaga keharmonisan hubungan agar pernikahan saya nanti bisa bahagia dan langgeng. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada wanita dewasa awal yang memiliki karir dan yang sedang berwirausaha,dapat diketahui bahwa wanita dewasa awal yang berkarir dan wanita dewasa awal yang berwirausaha dapat melakukan komunikasi dengan pasangannya walau wanita karir hanya bisa melakukan komunikasi pada saat jam istirahat kerja, sedangkan wanita dewasa awal yang berwirausaha juga melakukan komunikasi dengan bertemu pasangannya walau terkadang hanya 3x bertemu dengan pasangannya. Selain itu wanita dewasa awal yang berkarir lebih menumbuhkan keterbukaan dan saling menghargai kepada pasangan, sedangkan wanita dewasa awal yang berwirausaha lebih menumbuhkan komitmen dan tanggung jawab dalam hubungannya.

9 Dari penjelasan mengenai kesiapan menikah bagi wanita dewasa awal serta sekaligus dampaknya maka penelitian ini tertarik untuk meneliti pebedaan kesiapan menikah bagi wanita dewasa awal yang berkarir dan berwirausaha.penelitian ini sangat penting dilakukan karena dengan adanya penelitian ini terutama bagi wanita dewasa awal yang sedang menitih karir sekaligus berwirausaha dapat lebih menyiapkan dirinya untuk menuju kejenjang yang lebih serius dengan pasangannya yaitu pernikahan, dengan adanya kesiapan menikah dapat membantu mereka menumbuhkan kualitas pernikahan yang lebih baik sekaligus dapat saling mendukung secara finansial dengan pasangan, serta mengurangi dampak perceraian yang terjadi saat rumah tangga nantinya. 1.2. Batasan Masalah Lingkup penelitian yang hendak dikaji, peneliti membuat pembatasan masalah. Hal ini bertujuan untuk menghindari perluasan materi yang akan dibahas. Adapun pembatasan masalahnya adalah sebagai berikut: a. Penelitian ini difokuskan untuk melihat perbedaan kesiapan nikah bagi wanita dewasa awal yang berkarir dan berwirausaha. Kesiapan nikah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seseorang mempersiapkan dirinya dalam melakukan ikatan lahir batin antara dua orang yaitu pria dan wanita yang bertujuan untuk membentuk suatu keluarga. b. Penelitian ini hanya dibatasi pada wanita dewasa awal yang berkarir dengan pengertian bahwa bila bekerjamendapatkan gaji dari seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu sebagai pekerja atau karyawati, mempunyai jadwal tertentu dan jarang berada dirumah sehingga waktunya terbatas untuk bertemu dengan keluarga atau pasangan, sedangkan yang disebut wanita dewasa awal yang berwirausaha adalah

10 indvidu yang mengenali peluang-peluang di pasar disaat yang lain melihat kekacauan dan kebingungan. c. Penelitian ini merupakan penelitian komparatif, dengan tujuan untuk menguji secara empirik perbedaan kesiapan nikah bagi wanita dewasa awal yang berkarir dan berwirausaha. d. Penelitian ini lebih memfokuskan pada wanita dewasa awal antara usia 20 hingga 30 tahun sebagai subjek dalam penelitian ini karena pada masa inilah yang mana usia dengan berbagai kemungkinan dimana banyak orang muda yang merasa optimis dengan rencana-rencana masa depan mereka. 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan pada uraian yang ada pada latar belakang, maka pokok masalah yang hendak dijawab dalam penelitian ini dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: Apakah ada perbedaan kesiapan menikah pada wanita dewasa awal yang berkarir dan berwirausaha? 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kesiapan menikah pada wanita dewasa awal yang berkarir dan berwirausaha. 1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini menyangkut semua pihak yang baik secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan penelitian ini.

11 1.5.1. Manfaat Teoritis Manfaat penelitian ini dapat diharapkan menjadi sumbangan bagi ilmu psikologi dalam hubungannya dengan psikologi keluarga yang berkaitan dengan kesiapan menikah bagi wanita dewasa awal yang berkarir dan berwirausaha. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat menjadi dasar bagi penelitian-penelitian selanjutnya. 1.5.2. Manfaat Praktis a. Bagi subjek penelitian, diharapkan dengan adanya penelitian ini subjek dapat menyiapkan dirinya dalam menghadapi dua tugas perkembangan yang hadir dalam satu waktu yaitu melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan sekaligus menjalankan perannya sebagai wanita karir atau wanita wirausaha. b. Bagi peneliti, diharapkan dengan adanya penelitian ini, peneliti mendapatkan pengetahuan baru mengenai perbedaan kesiapan menikah pada wanita dewasa awal yang berkarir dan berwirausaha. c. Bagi lembaga pernikahan, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat membantu meningkatkan program-program pelatihan pranikah sebagai cara untuk membantu para calon pasangan untuk lebih siap ke jenjang pernikahan.