BAB IV KESIMPULAN. dalam menentukan dan membentuk konstruksi sosial, yaitu aturan-aturan dan batasan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB IV KESIMPULAN. publik. Secara lebih khusus, Mansfield Park menceritakan posisi perempuan pada

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. menunjukkan sekuen yang dominan mendeskripsikan nilai feminisme. misalnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak

BAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan Bali Purwa (tradisional) dan Kesusastraan Bali Anyar (modern)

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

BAB I PENDAHULUAN. kesetaraan antara kaum pria dan wanita dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk

BAB IV KESIMPULAN. atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. yakni Bagaimana struktur novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf? dan

I. PENDAHULUAN. perempuan menjadi pembicaraan yang sangat menarik. Terlebih lagi dengan

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. 1. Kepribadian tokoh perempuan dalam novel. seorang gundik.ibunda Sanikem berkepribadian cantik, pandai merawat diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam

BAB IV KESIMPULAN. Sejarah panjang bangsa Eropa mengenai perburuan penyihir (witch hunt) yang

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan

PEREMPUAN DALAM BUDAYA PATRIARKHI

BAB I PENDAHULUAN. khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media

BAB IV KESIMPULAN. Sebagai sistem yang memihak kepada laki-laki, patriarki telah membuat

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BIAS GENDER DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA PEREMPUAN DALAM NOVEL DE WINST KARYA AFIFAH AFRA SEBUAH KAJIAN FEMINISME DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum

BAB V PENUTUP. pemberian hak pada anak yang tidak mengistimewakan pada jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. Sistem tersebut sangat merugikan kaum perempuan. Di dalam novel TToWH ini,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab laki-laki yang lebih besar, kekuatan laki-laki lebih besar

BAB IV PENUTUP. Rais sebagai figur pemimpin, politikus, akademisi, tokoh Muhammadiyah,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. definisi operasional. Pembahasan lebih lanjut mengenai hal-hal di atas adalah sebagai

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan

ABSTRAK. Munculnya berbagai kasus kasus seperti pemerkosaan diangkot, kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial. Karya sastra pada umumnya bersifat dinamis, sesuai

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK

GENDER, KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN. Topik diskusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam hal ini lembaga pendidikan merupakan institusi yang dipandang paling

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan

2015 PERANAN ALICE PAUL DALAM MEMPEROLEH HAK SUARA BAGI WANITA DI AMERIKA SERIKAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

MENGIKAT TALI KOMUNITAS MEMUTUS RANTAI KEKERASANTERHADAPPEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan keadaan sosial masyarakat baik secara langsung maupun tidak

SUAMI IBU, SUAMI SAYA FIKSI PATRIARKIS DJENAR MAESA AYU OLEH: MARIA ULFAH NIM: A1B102019

42, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 arah dan tujuan lembaga tersebut. Konsep bersistem ini biasa disebut dengan ideologi. Salah satu ideologi yang ser

1. BAB I PENDAHULUAN

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. gagasan anti poligami (Lucia Juningsih, 2012: 2-3). keterbelakangan dan tuntutan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terjadinya ketidakadilan gender kiranya dapat dipicu oleh masih kuatnya

Nomer : Jenis Kelamin : Kuliah di : Usia : Asal daerah : Tempat tinggal di Semarang : PETUNJUK PENGISIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

Gender, Interseksionalitas dan Kerja

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua bangsa di dunia memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat adalah jenis

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sely Nurlaely Purnama Sari, 2013

Transkripsi:

BAB IV KESIMPULAN Secara formal, Era Victoria dimulai pada tahun 1837 hingga 1901 dibawah pimpinan Ratu Victoria. Era Victoria yang terkenal dengan Revolusi industri dan kemajuan di berbagai bidang kehidupan seperti ilmu pengetahuan, penemuan medis, kesenian, prosa dan sebagainya. Agama menjadi salah satu hal yang penting dalam kehidupan masyarakat Victoria. Agama menjadi titik dasar bagi masyarakat Victoria dalam menentukan dan membentuk konstruksi sosial, yaitu aturan-aturan dan batasan mengenai tindakan yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Agama juga memberikan pengaruh yang cukup signifikan pada konsep keluarga di era Victoria. Seperti yang telah diketahui, bahwa di era Victoria terdapat perbedaan ruang antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki dianggap lebih kuat dan memiliki peranan sebagai pemimpin dalam keluarga dan memiliki tempat di ruang publik, berbeda dengan perempuan dianggap makluk lemah dan tempat nya sebagai istri dan ibu yang memiliki peranan di wilayah domestik. Perempuan yang ideal di era Victoria menurut King adalah perempuan yang harus patuh terhadap laki-laki, kepala keluarga dan yang mempunyai kuasa atas mereka. Laki-laki adalah yang memerintah dan perempuan yang diperintah. Sebagai bentuk pengabdian dan kepatuhan kepada keluarga, tugas perempuan adalah 148

mengurus rumah tangga dan membesarkan anak. Sehingga pada abad ke-19, perempuan inggris mengalami posisi marginal didalam area privat dan publik. Nilainilai sosial Budaya Inggris pada abad ke-19 membatasai gerak-gerik perempuan agar berperilaku feminin. Penindasan terhadap perempuan oleh ideologi patriarki banyak ditemukan dalam karya sastra sebagai produk budaya tentu tidak lepas dari kehidupan. Penindasan terhadap perempuan banyak ditulis oleh pengarang-pengarang Inggris salah satunya Anne Bronte dengan nama penanya Acton Bell. Anna Bronte sangat menentang sistem patriarki yang sangat merugikan perempuan, seolah-olah perempuan itu makluk lemah yang tidak berdaya dan yang selalu ditindas. Di dalam novel TToWH ini, pengarang mencoba membuka wawasan perempuan pada era Victoria untuk mencoba keluar dari sistem patriarki yang telah menjadikan laki-laki berkuasa atas perempuan. Makanya TToWH ini merupakan novel klasik sastra inggris yang membawa ide-ide feminisme pertama di Inggris. Sehingga dari hasil analisis tersebut dibab II dan Bab III, penulis mendapatkan beberapa kesimpulan dalam menjawab rumusan masalah yang telah penulis rumusan tersebut dibab I. Adapun kesimpulan sebagai berikut: Pertama, ada beberapa bentuk kontestasi yang dilakukan karakter utama perempuan dalam novel TToWH ini dalam de-normalisasi sistem yang selama ini telah dianggap normal. Sistem yang telah terkonstruksi sekian lama dalam 149

masyarakat Inggris di Era Victoria. Sistem yang memposisikan perempuan sebagai makluk yang lemah, inferior, tersubordianasi dan termarjinalkan oleh pihak laki-laki yang memposisikan dirinya makluk yang kuat, pemimpin rumah tangga dan berkuasa atas perempuan; 1) menentang sistem perjodohan karena karakter utama perempuan, Helen punya kuasa dalam menentukan hidupnya sendiri termasuk dalam memutuskan pasangan hidupnya walaupun itu harus menentang bibinya sendiri. Helen juga menjadi volunteer bagi perempuan Inggris yang lain untuk bisa menentang sistem perjodohan. Karena perempuan juga punya hak yang sama dengan laki-laki dalam menentukan pilihan hidupnya seperti Esther; 2) menentang sistem perkawinan yang menjadikan perempuan sebagai boneka atau budak dalam perkawinan, yang dapat memuaskan dan menyenangkan laki-laki, tidak punya hak dalam memberikan nasehat apalagi membantah perkataan suami; 3) menentang perselingkuhan yang dilakukan seorang suami karena perempuan juga punya perasaan dan hati tidak ingin disakiti dan dilukai; 4) menentang sikap seorang ayah yang memberikan pengaruh buruk dalam membesarkan putranya, seperti pesta pora, hura-hura, mabuk-mabukan dan selingkuh. Bahkan seorang ibu, demi kebaikan putranya, rela melakukan apa saja, salah satunya kabur dari rumah tanpa seizin suaminya dan hal ini merupakan jalan yang terbaik; 5) membuktikan pada masyakarat Inggris bahwa seorang ibu juga bisa membesarkan dan mendidik anak-anaknya sendiri tanpa seorang ayah dan juga seorang perempuan juga bisa melakukan pekerjaan setara dengan laki-laki seperti melukis dan lain-lain. 150

Kedua, dalam novel TToWH dapat disimpulkan bahwa pengarang mempunyai pandangan dalam menulis novel ini. Pengarang mencoba mengunggah kesadaran masyarakat Inggris khususnya kaum perempuan untuk dapat melakukan De-Normalisasi sistem yang selama ini telah membuat kaum perempuan hidup selalu mengalami penindasan, tersubordinasi, inferior, dan termarjinalkan. Sistem yang selama ini didominasi oleh kaum laki-laki. Sehingga mereka menganggap perempuan lemah dan mereka sebagai yang kuat. Oposisi biner ini telah membuat stigma masyarakat bahwa sudah selayaknya laki-laki bisa menguasai perempuan merupakan hal yang normal. Pengarang mencoba memberikan wawasan baru lewat karakter utama perempuan dalam novel TToWH ini, bahwa perempuan mampu melakukan De-Normalisasi sistem kekuasaan yang dianggap normal tersebut. Sistem yang tidak menguntungkan perempuan namun kalau mereka punya keberanian, wawasan yang cukup dari membaca sehingga semua itu akan memberikan mereka pengetahuan. Pengetahuan yang akan melahirkan kekuasaan untuk mereka untuk de-normalisasi. Hal ini, sesuai dengan apa yang dikatakan Foucault bahwa subjek dalam pandangan Foucault bukan robot yang manut pada setiap kuasa yang coba membentuknya. Konsekuensi dari pengertian kuasa yang dibangun Foucault, dimana kuasa tidak bisa dimiliki, artinya cair atau tersebar, melahirkan konsepsi resistensi. Oleh karenanya subjek dalam pemikiran Foucault adalah sesuatu yang aktif, ia bebas untuk memilih wacana atau kuasa mana yang akan digunakannya. Bagi Foucault komponen kritis dari kuasa adalah kebebasan, karena kuasa hanya dapat dikatakan menciptakan efek 151

jika objek yang terkena kuasa memiliki kemampuan untuk melawan. Sehingga itulah pengarang optimis kaum perempuan bisa mendobrak sistem yang selama ini dianggap wajar yang sangat memojokkan kaum perempuan. Tidak selamanya kaum perempuan mau dikuasai oleh laki-laki karena perempuan itu bukan objek yang harus ditindas tapi perempuan juga subjek yang mampu melakukan resistensi terhadap kuasa yang membentuknya. Disamping itu juga, pada era ini, yang memimpin Inggris adalah seorang perempuan yakni Ratu Victoria. Jadi setiap perempuan pada era ini, bisa melakukan kontestasi untuk mendobrak sistem yang normatif yang selama ini telah terjadi penyimpangan gender dan mendapatkan kesetaraan diperlakukan sama antara perempuan dan laki-laki. 152