BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia saat ini jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun) dan pada tahun 2025 jumlah lanjut usia diperkirakan akan mencapai 1,2 milyar. Secara demografis, berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2000 jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas sejumlah 17,8 juta jiwa (8% dari jumlah penduduk), pada tahun 2005 meningkat menjadi 20 juta jiwa (8,5% dari jumlah penduduk) dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 24 juta jiwa (9,8% dari jumlah penduduk). Jumlah penduduk pada tahun 2020 diperkirakan meningkat menjadi 28,9 juta jiwa (11,4% dari jumlah penduduk). Hal ini membuktikan bahwa jumlah lanjut usia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya (Nugroho, 2008). Indonesia merupakan negara tertinggi dalam pertumbuhan penduduk lanjut usia dalam kurun waktu 1990-2010, sehingga Indonesia menduduki peringkat empat sebagai negara berpenduduk lanjut usia terbanyak di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat (Martono 2008). Berdasarkan hasil Susenas tahun 2013, jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,04 juta orang atau sekitar 8,05% dari seluruh penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014). Meningkatnya populasi usia lanjut mengakibatkan terjadinya transisi epidemiologi, yaitu bergesernya pola penyakit dari penyakit infeksi dan gangguan gizi menjadi penyakit penyakit degeneratif, diabetes, hipertensi, neoplasma, dan penyakit jantung koroner (Soejono, 2006). Gangguan akibat penurunan fungsi lainnya yang sering terjadi pada lansia adalah yang berhubungan dengan fungsi kognitif. Menurunnya kemampuan kognitif pada usia lanjut sering dianggap hal yang wajar dialami oleh semua lansia (Nadesul, 2011). Padahal gangguan kognitif sedang sampai berat, jika dibiarkan terus menerus akan berkembang menjadi penyakit yang lebih serius, seperti penyakit Alzheimer (Davey, 2012). 1
Insidensi dari Mild Cognitive Impairment (MCI) atau penurunan kognitif ringan pada lansia semakin meningkat dari 7% hingga 18%. Orang orang dewasa tua yang mengalami penurunan kognitif ringan, memiliki risiko 14% lebih tinggi terkena dementia (Chertkow, 2007). Oleh karena itu, fungsi kognitif pada lansia tetap perlu dipertahankan agar terhindar dari penyakit penyakit degeneratif seperti dementia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan mengidentifikasi dan mengendalikan faktor faktor yang dapat mempengaruhi. Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Fungsi Kognitif pada Populasi Lansia. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah penelitian ini adalah Apakah usia berhubungan dengan Apakah jenis kelamin berhubungan dengan Apakah tingkat pendidikan berhubungan dengan fungsi kognitif pada lansia Apakah aktivitas fisik berhubungan dengan Apakah aktivitas kognitif berhubungan dengan Apakah interaksi sosial berhubungan dengan 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan fungsi kognitif pada populasi lansia khususnya di Bandung 1.3.2 Tujuan Untuk mengetahui apakah usia berhubungan dengan fungsi kognitif pada lansia 2
Untuk mengetahui apakah jenis kelamin berhubungan dengan Untuk mengetahui apakah tingkat pendidikan berhubungan dengan Untuk mengetahui apakah aktivitas fisik berhubungan dengan Untuk mengetahui apakah aktivitas kognitif berhubungan dengan Untuk mengetahui apakah interaksi sosial berhubungan dengan 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa manfaat terutama bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi masyarakat yang terbagi menjadi manfaat akademis dan manfaat praktis. 1.4.1 Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan mengenai : faktor faktor apa saja yang berhubungan dengan fungsi kognitif pada lansia hubungan usia dengan hubungan jenis kelamin dengan hubungan tingkat pendidikan dengan hubungan aktivitas fisik dengan hubungan aktivitas kognitif dengan hubungan interaksi sosial dengan kegunaan tes Mini Mental State Examination dalam menilai fungsi kognitif pada lansia 3
1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan mengenai : Memberikan informasi mengenai fungsi kognitif pada masingmasing lansia yang dites dengan instrumen khusus untuk penapisan/skrining fungsi kognitif. Pencegahan terhadap terkenanya penyakit degeneratif pada lansia dengan cara mengendalikan faktor-faktor yang berhubungan dengan fungsi kognitif Gambaran fungsi kognitif lansia - lansia yang ada di Panti Jompo DORKAS Bandung dan Gereja Pandu Bandung 1.5 Kerangka Pemikiran Usia Perubahan fungsi kognitif yang terjadi pada usia lanjut meliputi berkurangnya kemampuan meningkatkan fungsi intelektual dan berkurangnya efisiensi tranmisi saraf di otak sehingga menyebabkan proses informasi melambat dan banyak informasi hilang selama transmisi. Penurunan menyeluruh pada fungsi sistem saraf pusat dipercaya sebagai kontributor utama perubahan dalam kemampuan kognitif dan efisiensi dalam pemrosesan informasi (Papalia et al., 2005). Jenis Kelamin Wanita tampaknya mengalami penurunan fungsi kognitif yang lebih bermakna dibandingkan pria. Wanita lebih berisiko mengalami penurunan fungsi kognitif disebabkan pada perempuan yang sudah tua, terjadi penuruan drastis level estradiol. Estradiol diperkirakan bersifat neuroprotektif dan dapat membatasi kerusakan akibat stress oksidatif serta terlihat sebagai protektor sel saraf dari toksisitas amiloid pada pasien Alzheimer (Myers, 2008). 4
Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan yang rendah berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif yang dapat terjadi lebih cepat dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang tinggi. Pendidikan pada awal kehidupan mempunyai pengaruh pada kehidupan selanjutnya jika seseorang tersebut terus melanjutkan pendidikan untuk menstimulasi mental yang diduga bermanfaat untuk neurokimia dan pengaruh struktur otak. Suatu teori menjelaskan tentang synaptic reserve hypothesis, dimana orang yang berpendidikan tinggi mempunyai lebih banyak sinap di otak dibanding orang yang berpendidikan rendah. Ketika sinap tersebut rusak karena ada proses penyakit seperti Alzheimer maka sinap yang lain akan menggantikan tempat yang rusak tadi (Dash & Pittman, 2005). Aktivitas Fisik Aktifitas fisik juga diduga menstimulasi faktor tropik dan neuronal growth yang kemungkinan faktor-faktor ini yang menghambat penurunan fungsi kognitif dan demensia. Aktivitas fisik dapat meningkatkan vaskularisasi di otak, peningkatan level dopamin, dan perubahan molekuler pada faktor neutropik yang bermanfaat sebagai fungsi neuroprotektif (Singh-Manoux et al., 2005). Aktivits Kognitif Aktivitas kognitif dianggap dapat memelihara cognitive reserve; konsep cognitive reserve merujuk pada kemampuan menoleransi perubahan degeneratif jaringan otak agar tidak muncul gejala klinis. Penelitian Stern (2006) yang menunjukkan bahwa cognitive reserve bisa dalam dua bentuk neural reserve yang menandakan kemampuan jaringan saraf untuk menjadi lebih efisien dan kurang rentan terhadap kerusakan, dan neural compensation, yaitu adanya jaringan alternatif untuk sistem yang telah rusak. Selain itu, adanya cognitive reserve memungkinkan seseorang memiliki konsep strategi berpikir yang lebih fleksibel, meningkatkan kapasitas efisiensi neural (Fratiglioni & Wang, 2007). 5
Interaksi sosial Interaksi sosial diartikan sebagai kemampuan memelihara hubungan sosial dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial. Hubungan sosial dinilai dari struktur dan kualitas hubungan interpersonal. Menurut penelitian semakin banyak hubungan sosial dan semakin banyak aktivitas sosial diasosiasikan dengan semakin lambatnya penurunan kognitif dan mereka yang menerima dukungan emosional mempunyai fungsi kognitif lebih baik (Wreksoatmodjo, 2014). 1.6 Hipotesis Penelitian Terdapat hubungan antara usia dengan Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan fungsi kognitif pada lansia Terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan Terdapat hubungan antara aktivitas kognitif dengan fungsi kognitif pada lansia Terdapat hubungan antara interaksi sosial dengan 6