Implementasi Pembelajaran Realistic Mathematic Education di Kelas III SDN Wonomlati Krembung

dokumen-dokumen yang mirip
Kata Kunci: Pendidikan Matematika Realistik, Hasil Belajar Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Undang - Undang Dasar tahun 1945 pasal 31 ayat 1 berbunyi: tiap tiap warga negara berhak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

B b a I P n e d n a d h a u h l u u l a u n 1 1 L t a a t r a Be B l e a l k a a k n a g n Pe P r e m r a m s a a s l a a l h a a h n

Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas V SDN Kedung Banteng

Ai Nani Nurhayati 2 Maulana 3. Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang

Andre Putrawan, Sri yulianti, Junaidi Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Peningkatan Hasil Belajar Mengenai Kesebangunan dan Simetri Siswa Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan pembelajaran matematika di jenjang Pendidikan Dasar dan

BAB II KAJIAN TEORI. ada umpan balik dari siswa tersebut. Sedangkan komunikasi dua arah, ialah

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian. Pendidikan sebagai sumber daya insani sepatutnya mendapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. sebanyak 21 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk. pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak.

BAB I PENDAHULUAN. zaman inilah yang mendorong para pendidik untuk lebih kreatif dalam. nasional (Marsigit dalam Renni Indrasari,2005:1).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Realistic Mathematics Education (RME) Secara harfiah realistic mathematics education diterjemahkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. matematika diantaranya: (1) Siswa dapat memahami konsep matematika,

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan secara formal, tepat dan akurat sehingga tidak memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar

Key Word : Students Math Achievement, Realistic Mathematics Education, Cooperative Learning Model of STAD, Classroom Action Research.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai dari taman. kanak-kanak sampai sekolah menengah atas.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Ini berarti sampai batas tertentu matematika perlu dikuasai baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENANAMAN NORMA-NORMA SOSIAL MELALUI INTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratna Purwati, 2013

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting bagi setiap manusia, karena dengan pendidikan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK PADA POKOK BAHASAN PERBANDINGAN DI KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR NATA PRAYOGA A

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PERBANDINGAN DAN SKALA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK. Sri Suwarni

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

Pembelajaran Matematika Realistik Sebagai Sebuah Cara Mengenal Matematika Secara Nyata

BAB I PENDAHULUAN. meringankan kerja manusia. Matematika diberikan kepada siswa sebagai bekal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia khususnya para siswa di tingkat pendidikan Sekolah Dasar hingga

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan bagian terpenting di dalam kehidupan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha.

Pembelajaran Matematika Realistik Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SDN 55 Kota Bima

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kata kunci: manik-manik, kontekstual, konvensional.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai

Menjebatani Keabstrakan Matematika melalui Pembelajaran Matematika Realistik

IG.A.K. Wardani (2009: 10.7), yang menyatakan bahwa: Pemerintah telah berupaya keras meningkatkan profesionalitas

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. diberikan. Semakin banyak siswa yang mencapai tingkat pemahaman dan

TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan

Pembelajaran Matematika Materi Bangun Datar Sederhana Siswa Kelas III SDN Keboan Anom

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kegiatan yang kompleks, berdimensi luas, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup suatu bangsa. Menurut

PENERAPAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN RME (REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION) PADA SISWA KELAS IV

BAB I PENDAHULUAN. kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Namun pada kenyataannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PEMBELAJARAN PENGURANGAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIK DI KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melengkapi perubahan keadaan di dalam kehidupan di dunia yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. Negara-negara lain di dunia khususnya Negara-negara ASEAN. Hal tersebut sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN PECAHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIK. A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dengan menerapkan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia. Lebih lanjut matematika dapat memberi bekal kepada siswa. matematika siswa secara umum belum menggembirakan.

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh ke depan dan

OLEH : ERDINA SEPTIA NPM:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers Melalui Pendekatan Matematika Realistik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

IMPLEMENTASI LESSON STUDY MELALUI PENDEKATAN PMRI PADA MATA KULIAH METODE STATISTIKA I

Penerapan Metode Kerja Kelompok Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas III di SDN 15 Biau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (RME)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian Yang Relevan

Soejadi (dalam Junaidi pada Blogspot.com, 2011) mengemukakan. bahwa:

LEMBAR KERJA SISWA PADA MATERI HIMPUNAN BERBASIS PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK SISWA SMP/MTs

DESAIN PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN BILANGAN 1-29 BERBASIS PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DI SD NEGERI 117 PALEMBANG

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PEMBAGIAN BILANGAN SISWA KELAS II SD DENGAN PEDEKATAN REALISTIC MATHEMATICSS EDUCATION

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Miyandi Eko Anugrah Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN CACAH MELALUI PENDEKATAN RME DI KELAS I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL RME DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR)

PENERAPAN PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME)

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam menguasai pelajaran matematika. Belajar matematika berarti. bermanfaat jika konsep dasarnya tidak dipahami.

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 21 MALANG PADA MATERI BANGUN RUANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno

Transkripsi:

Implementasi Pembelajaran Realistic Mathematic Education di Kelas III SDN Wonomlati Krembung Nila Adillah (148620600155/Semester 6/A3) S-1 PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo adilani26@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan informasi tentang implementasi pembelajaran Realistic Mathematic Education di kelas III SDN Wonomlati Krembung. Karakteristik dari Realistic Mathematic Education yakni kegiatan, nyata, bertahap, saling menjalin, interaksi, dan bimbingan. Subjek Penelitian terdiri dari Siswa Kelas III SDN Wonomlati Krembung. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara, dokumentasi, dan tes. Analisis data dilakukan secara kualitatif deskriptif. Pokok bahasan penelitian ini tentang aktivitas dan kemampuan belajar matematika siswa dalam pemecahan masalah matematika dengan menggunakan pembelajaran Realistic Mathematic Education. Hasil dari penelitian didapatkan bahwa hasil belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran Realistic Mathematic Education mengalami peningkatkan dibandingkan saat mendapatkan pembelajaran secara konvensional. Kata Kunci: Pembelajaran Realistic Mathematic Education, Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika PENDAHULUAN Pembelajaran yang lebih modern merupakan pembelajaran yang terpusat pada siswa (student center) sehingga siswa dapat kesempatan untuk mencari pengetahuan yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman sendiri, bukan lagi pembelajaran yang terpusat pada guru (teacher center) tetapi guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Belajar merupakan salah satu usaha merubah tingkah laku. Hal itu akan membawa perubahan pada setiap individu Sebuah perubahan dalam belajar harus ada proses usaha yang dilakukan melalui pengalaman sendiri agar dapat merubah tingkah laku yang baru. Masalah yang sering dihadapi dalam pendidikan di Indonesia adalah lemahnya dalam proses pembelajaran. Permasalahan pembelajaran tersebut tidak lepas dari rendahnya kemampuan pemecahan masalah. Selama ini siswa kurang mampu mengembangkan 1

Adillah, Pemecahan Masalah kemampuan dalam menyalurkan ide matematika secara tepat, mengerti mengenai konsep dan pemecahn masalah. Hal tersebut merupakan faktor utama yang menjadi penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Belajar matematika selalu menjadi momok bagi setiap anak. Hampir setiap orang mengatakan bahwa belajar matematika itu sulit. Hal itu mengakibatkan kurang berminatnya sebagian besar siswa untuk belajar matematika. Amir (2015) mengungkapkan guru seringkali hanya mengajar dengan cara paradigma lama yakni pembelajaran matematika yang berpusat pada guru yang kurang memfasilitasi keberagaman pendapat dan kesempatan siswa dalam memecahkan suatu masalah. Yang menjadi inti dari permasalahan pembelajaran matematika adalah pemecahan masalah yang mana elemen utama dari setiap proses pendidikan adalah tantangan matematika. Siswa hanya dilatih menghafal rumus, sedangkan penerapan dan kemampuan dalam memecahkan masalah kurang dikuasai oleh siswa. Objek materi pelajaran yang diberikan guru juga masih belum memadai. Sehingga diperlukan pendidik yang profesional dan memiliki keahlian khusus dalam menangani pemecahan masalah matematika. Belajar pemecahan masalah matematika adalah sebuah proses yang tidak mudah. Seorang siswa Perlu adanya keyakinan dalam belajar matematika. Keyakinan ini dapat menentukan bagaimana seorang siswa memilih pendekatan masalah, serta teknik dan strategi yang akan digunakan. Bagi seorang calon guru matematika pemecahan masalah menjadi komponen integral dari masalah matematika. Depdiknas (2006) mengemukakan pemecahan masalah (problem solving) hendaknya menjadi bagian tak terpisahkan dan inti dari pembelajaran matematika. Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika, hal itu disebabkan karena karakteristik matematika itu sendiri bersifat abstrak dan deduktif. Siswa pun mengalami kesulitan dalam mengplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perlu adanya inovasi penggunaan pendekatan pada pembelajaran matematika dalam pemecahan masalah (problem solving). Dalam menyelesaikan menyelesaikan soal-soal matematika 2

haruslah memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh. Pendidik (guru) memiliki peran penting dalam proses pembelajaran agar pembelajaran matematika terasa menyenangkan. Guru berperan dalam memberikan instruksi perkembangan responsif, fasilitator siswa memperoleh kemampuan kognitif, keterampilan, dan disposisi dalam belajar. Selain itu guru dituntut untuk menentukan alternatif suatu pendekatan pembelajaran sehingga siswa dapat menghilangkan kesan abstrak dari pelajaran matematika serta tidak hanya menghafal, tetapi mendorong siswa untuk membangun pengetahuan berdasarkan penemuan siswa sendiri. Disamping itu, guru mempunyai kewajiban mengantarkan siswa pada pembelajaran yang mengacu pada kehidupan realistik (nyata) di lingkungannya. Pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan dapat menghilangkan kesan abstrak dalam pembelajaran matematika. Saat mengikuti pembelajaran matematika siswa tidak terlepas dari pengalaman mereka dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perlu adanya penggabungan konsep ke dalam konten kehidupan sehari-hari mampu menjadi bagian yang efektif dalam pengembangan pemahaman di berbagai disiplin ilmu. Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) merupakan pendekatan pembelajaran matematika berdasarkan pengalaman sehari-hari (mathematize of everyday experience) dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Widjaja & Heck (2003) mengatakan bahwa matematika sebagai aktivitas manusia yang berhubungan dengan realitas (kenyataan). Pembelajaran harus menjadi kesempatan baik bagi siswa untuk belajar mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan memecahkan permasalahan yang dihadapi dengan harapan pembelajaran tersebut dapat menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik. Dalam pendekatan matematika realistik, guru bertugas sebagai moderator (pengantar), fasilitator, atau evaluator sehingga siswa berperan aktif untuk berpikir, mengkomunikasikan gagasan (ide), serta menghargai argumen siswa lain. Prinsip penting RME adalah keterlibatan dalam matematika untuk siswa haruslah dimulai dengan konteks 3

Adillah, Pemecahan Masalah bermakna. Zulkardi & Putri (2010) mengemukakan, RME adalah teori pembelajaran dari hal-hal yang nyata (real) atau pernah terjadi dan dialami siswa, menekankan keterampilan proses (doing of mathematics), berkolaborasi dan berdiskusi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri (student inventing) sebagai kebalikan dari guru memberi (teacher telling) dan selanjutnya siswa menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah-masalah kontekstual baik secara individu maupun kelompok. Karakteristik Pendidikan matematika Realistik : Gravemeijer (Daitin Tarigan, 2006: 6) mengemukakan 5 karakteristik pendekatan matematika realistik (PMR), yaitu: a. Penggunaan Masalah Kontekstual (Use of Context) b. Penggunaan Model (Use of Models, Bridging by Vertical Instruments) c. Kontribusi siswa (Students Contribution) d. Kegiatan interaktif (Interactivity) e. Keterkaitan topik (Intertwining) Langkah-langkah dalam proses Pendidikan Matematika Realistik adalah sebagai berikut. a.memahami masalah kontekstual, yaitu guru memberikan soal (masalah) kontekstual kemudian siswa diminta untuk memahami masalah tersebut. Pada tahap ini karakteristik pertama diterapkan yaitu penggunaan masalah kontekstual. b.menjelaskan masalah kontekstual, yaitu guru menerangkan situasi dan kondisi dari soal dengan cara memberi petunjuk-petunjuk atau saran seperlunya, tebatas pada bagian-bagian tertentu dari permasalahan yang belum dipahami oleh siswa. Pada tahap ini merupakan terlaksananya prinsip pertama PMR yaitu penemuan terbimbing dan matematisasi progresif. c.menyelesaikan permasalahan kontekstual, yaitu siswa secara individual menyelesaikan permasalahan kontektual dari buku siswa atau LKS dengan caranya sendiri. Yang lebih diutamakan adalah Cara pemecahan dan jawaban masalah. Dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan penuntun yang mengarahkan siswa memperoleh penyelesaian masalah alam hal ini akan mempermudah siswa. 4

Pertanyaan-pertanyaan penuntun seperti bagaimana kamu mengetahuinya, bagaimana langkah-langkahnya, mengapa seperti demikian itu, dan lainlain. d.membandingkan dan mendiskusikan jawaban. Siswa membandingkan dan mendiskusikan jawaban mereka dalam kelompok kecil. Kemudian hasil dari diskusi kelompok itu dibandingkan pada diskusi kelompok kelas yang dipimpin oleh guru. Tahap ini merupakan tahap siswa dapat melatih keberanian mengemukakan pendapat, meskipun berbeda dengan pendapat teman lain atau bahkan dengan gurunya. e.menyimpulkan. Hasil diskusi kelompok dan diskusi kelas yang dilakukan, lalu guru membimbing siswa untuk menyimpulkan tentang konsep, definisi, teorema, prinsip atau prosedur matematika yang berhubungan dengan masalah kontekstual yang telah diselesaikan. Kemampuan memecahkan masalah Kemampuan memecahkan masalah merupakan suatu tindakan dalam menyelesaikan masalah atau proses yang menggunakan kekuatan dan manfaat matematika untuk menyelesaikan masalah, serta metode penemuan solusi melalui tahap-tahap memecahkan masalah. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa memecahkan masalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan. Menurut Jhon (2008: 5) berikut ini indikator pemecahan masalah adalah sebagai berikut. a.membangun (mrngkonstruksikan) pengetahuan matematika melalui pemecahan masalah b.menyelesaikan soal yang muncul dalam matematika c.menerapkan dan menyesuaikan berbagai macam strategi yang cocok untuk memecahkan soal d.mengamati dan mengembangkan proses pemecahan masalah matematika. Sumarmo (2010: 5), memaparkan beberapa indikator pemecahan masalah diantaranya sebagai berikut: a. Mengidentifikasi unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan, b. Merumuskan masalah matematika atau menyusun model matematika, c. Mengimplementasikan strategi-strategi dalam menyelesaikan berbagai masalah (sejenis dan masalah baru) dalam atau di luar matematika, 5

Adillah, Pemecahan Masalah d.menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal, dan e. Menggunakan matematika secara berarti. METODE PENELITIAN Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif untuk mengidentifikasi pembelajaran pendidikan matematika realistik dalam kemampuan memecahkan masalah ditinjau dari karakteristik dari RME. Yang menjadi subyek penelitian ini adalah Guru dan siswa SD Negeri Wonomlati Krembung kelas 3. Sumber data yang peneliti gunakan adalah sumber data primer yang dilakukan secara langsung dari responden dengan melakukan wawancara secara langsung yang dilakukan peneliti. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, dokumentasi, dan tes. Dalam penelitian ini data yang diperoleh adalah data kualitatif. Data yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan dianalisis secara deskriptif yakni kemampuan guru mengelola kelas, aktivitas siswa, hasil belajar, dan respon siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Peneliti memperoleh hasil informasi mengenai kondisi sekolah, latar belakang pendidikan guru, metode dan media yang digunakan guru saat mengajar dan jumlah siswa yang belajar di SDN Wonomlati. Selain itu juga diketahui tingkat siswa dalam kemampuan pemecahan masalah matematika masih sangat rendah. Hal itu dilihat dari hasil belajar siswa yang sudah diperoleh pada saat menerima perlakuan. Berdasarkan kegiatan observasi peneliti mencoba menggali informasi tentang kemampuam pemecaham masalah matematika dengan menggunakan pembelajaran Realistic Mathematic Education. Kemudian mengamati proses pembelajaran yang dilakukan guru, peneliti dan guru saling bertukar pikiran dan ide tentang permasalahan yang dialami guru ketika mengajar di kelas. Aktivitas belajar siswa adalah proses komunikasi dalam lingkungan kelas, baik proses akibat dari hasil interaksi siswa dan guru atau siswa dengan siswa di kelas. Aktivitas belajar siswa pada materi tersebut dapat mengalami peningkatan terhadap keaktifan belajar siswa maupun siswa dengan guru selama mengikuti proses pembelajaran dan aktivitas siswa selama observasi dalam penelitian ini sudah tercapai. 6

Hasil Belajar siswa saat mengikuti tes matematika tentang pemecahan masalah matematika pada mata pelajaran pecahan sebagai berikut: NO 1 NAMA SISWA NILAI KKM KET 73 75 Tidak Tuntas AKA 2 AJR 75 75 Tuntas 3 ARA 75 75 Tuntas 4 AJ 78 75 Tuntas 5 AP 75 75 Tuntas 6 AF 75 75 Tuntas 7 CA 80 75 Tuntas 8 DAP 76 75 Tuntas 9 DPL 83 75 Tuntas 10 DE 78 75 Tuntas 11 DP 75 75 Tuntas 12 DAW 76 75 Tuntas 13 EKR 75 75 Tuntas 14 EMR 76 75 Tuntas 15 FRFR 76 75 Tuntas 16 GSH 84 75 Tuntas 17 GA 84 75 Tuntas 18 IDZ 76 75 Tuntas 19 JPC 88 75 Tuntas 20 MP 76 75 Tuntas 21 MFA 78 75 Tuntas 22 MJM 76 75 Tuntas 23 MSA 80 75 Tuntas 24 MAA 76 75 Tuntas 25 MHR 77 75 Tuntas 26 MRA 75 75 Tuntas 27 MZA 78 75 Tuntas 28 MDF 75 75 Tuntas 29 MAW 80 75 Tuntas 30 NAR 77 75 Tuntas Berdasarkan keterangan pada tabel 4.3 diketahui bahwa dari 30 siswa yang mengikuti tes hasil belajar, siswa yang tuntas secara individual adalah 29 siswa atau memperolah nilai 75 dan yang tidak tuntas belajar secara individual adalah 3 siswa atau memperoleh nilai 75. Siswa yang tidak tuntas belajar dikarenakan faktor internal yaitu berasal dari individu sendiri, AKA saat pembelajaran dalam keadaan sakit atau kurang fit. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal adalah : Ketuntasan klasika= Jumlah siswa tuntas x 100 % Jumlah siswa keseluruhan = 29 x 100 % 30 = 97 % Dari data di atas hasil belajar dikatakan tuntas secara klasikal sekurangkurangnya 97% dari jumlah siswa yang memperoleh nilai 75 (KKM sekolah). Hasil ini sudah mencapai persentase ketuntasan yang diharapkan dalam pembelajaran sebelumnya yaitu 75% dari seluruh aktivitas pembelajaran. Respon atau tanggapan siswa terhadap pembelajaran dapat diupayakan dengan menarik perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Respon atau tanggapan siswa terhadap pembelajaran dapat diupayakan dengan menarik perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan sehingga siswa dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar matematika. Respon siswa dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara. Dengan wawancara guru mendapatkan respon dari siswa dengan 7

Adillah, Pemecahan Masalah pembelajaran yang telah dilakukan bersama guru dan siswa. Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Kemampuan Guru Mengelola Kelas Berdasarkan tabel 4.1 dapat diperoleh persentase keterlaksanaan pembelajaran RME yang dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : Nilai Akhir = x 100 Nilai akhir = Jumlah Skor 86-100 71-85 56-70 41-55 20-40 Tabel 4.2 Interpretasi Skor Kualitas Proses Belajar Mengajar Sangat efektif atau sangat baik Efektif atau baik Cukup efektif atau sedang Tidak efektif atau berkualitas sedang Sangat tidak efektif atau tidak memenuhi persyaratan minimal. Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat secara rinci bahwa keterlaksanaan pembelajaran mencapai 95,5%. Keterlaksanaan pembelajaran mendapat kriteria sangat baik sesuai dengan kriteria penilaian yang telah ditentukan. Hasil ini sudah mencapai presentase yang diharapkan dalam pembelajaran sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika SDN Wonomlati sangat baik. Dari hasil pembahasan dapat di simpulkan bahwa aktivitas siswa dapat mengalami peningkatan terhadap keaktifan belajar siswa maupun siswa dengan guru selama mengikuti proses pembelajaran dan aktivitas siswa selama observasi dalam penelitian ini sudah tercapai. Respon atau tanggapan siswa terhadap pembelajaran dapat diupayakan dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam memecahkan masalah. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa pembelajaran Mathematic Realistic Education sangat baik dalam keterlaksanaan pembelajaran hal itu dapat dilihat dari ketuntasan belajar siswa dalam kemampuan pemecahan masalah. Karakteristik dalam Mathematic Realistic Education diterapkan dalam aktivitas pembelajaran yang dilakukan 8

oleh guru dan siswa mengalami peningkatan terhadap keaktifan belajar siswa maupun siswa dengan guru selama mengikuti proses pembelajaran dan aktivitas siswa selama observasi dalam penelitian ini sudah tercapai. Saran yang dapat diberikan peneliti adalah hendaknya guru memperhatikan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah karena orientasi sesungguhnya pembelajaran matematika terletak pada kemampuan pemecahan masalah siswa. Hal itu dapat diketahui dari ketidak tertarikan siswa dalam belajar matematika sebab objek matematika yang abstrak. Hendaknya siswa difasilitasi pembelajaran Realistic Mathematic Education agar siswa lebih baik dalam kemampuan pemecahan masalah dan termotivasi untuk belajar matematika melalui masalah kontekstual dengan dikaitkan berbagai hal yang ada disekitarnya. menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. Wijaya, Ariyadi. 2012. Pendektan Matematika Realistik. Ypgyakarta: Graha Ilmu Sarbiyono, S. (2016). Penerapan Pendekatan Matematika Realistik Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa. Jurnal Review Pembelajaran Matematika, 1(2), 163-173.. DAFTAR PUSTAKA Amir, M. F. (2015, October). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah Dasar. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN (pp. 34-42). Depdiknas. (2006). Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan 9