BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bab sebelumnya, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan banyaknya perusahaan real estate dan properti yang go

I. PENDAHULUAN. panjang seperti saham, obligasi, reksadana, instrumen derivatif dan instrumen

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan lain dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya. Salah satu kegiatan

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan Price Earning Ratio (PER),

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang produktif guna mengembangkan pertumbuhan jangka panjang.

EVALUASI KINERJA PORTOFOLIO SAHAM YANG DIBENTUK BERDASARKAN RASIO P/E, PBV, DAN EV/EBITDA DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun. Berdasarkan definisi

PENGARUH RASIO AKTIVITAS, RASIO PROFITABILITAS, RASIO LEVERAGE DAN RASIO PENILAIAN TERHADAP PENDAPATAN SAHAM PERUSAHAAN AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCTS

II. TINJAUAN PUSTAKA. guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. Sebagai salah satu elemen

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. industri ini akan memiliki prospek yang baik. Dengan pertimbangan ini, saham di

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan bagi para pemiliknya. Untuk mencapai tujuannya perusahaan harus selalu

Bab V. Kesimpulan dan saran

I. PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian suatu negara dapat diukur dengan berbagai cara,

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. investasi, terlebih dahulu melakukan pengamatan dan penilaian terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Prastowo (2002), Seorang investor membeli dan mempertahankan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan pada bab IV di atas dapat disimpulkan bahwa :

) DI BURSA EFEK INDONESIA

tingkat laba bersih sebelum bunga atau pajak.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan studi empiris yang telah dilakukan penulis, maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pertimbangan investor dalam menentukan pilihannya terhadap saham yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang semakin bertumbuh dan berkembang di Indonesia. Hal ini ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Model estimasi..., Andriyatno, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Priatinah dan Kusuma (2012) Pasar modal merupakan tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut, salah satu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. pengembalian saham (stock return) pada sebuah portofolio saham yang

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang seperti obligasi saham, dan lainnya (Wikipedia). penjualan saham meningkat secara signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Investor dalam menanamkan dananya di pasar modal tidak hanya. bertujuan dalam jangka pendek tetapi bertujuan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan cerminan kekuatan ekonomi suatu bangsa. Secara formal, pasar

BAB I PENDAHULUAN. industri yang terus berkembang di dunia, rata-rata pertumbuhan industri keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana yang dapat dimanfaatkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:111). investasi dalam bentuk saham. Saham (stock atau share) adalah tanda

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Akan tetapi usaha-usaha tersebut belum menunjukan hasil

BAB I PENDAHULUAN. saham yang meningkat menggambarkan bahwa nilai perusahaan meningkat atau

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini berkembang pesat, terlebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal juga tempat investasi yang sangat penting bagi investor. Investor

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Selain itu juga penanaman modal atau investasi adalah

BAB I PENDAHULUAN. diperjualbelikan, salah satunya dalam bentuk ekuitas (saham). Pasar

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh variabel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar modal adalah tempat bertemunya penawaran dan permintaan dana

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan tambahan modal guna mendorong kinerja operasional

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan

EKA YULIANA B

BAB I PENDAHULUAN. ditanamkan oleh para pemilik modal. Investasi merupakan penempatan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi di masa yang akan datang. (Jones, 2004). Tujuan kegiatan investasi

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. memikirkan strategi agar dapat mempertahankan posisi di tengah persaingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini

BAB l PENDAHULUAN. pemilik perusahaan atau para pemegang saham dan ingin memaksimalkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu hasil yang diharapkan (expected return) dan risiko investasi. Pada

ANALIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya suatu perusahaan tergantung pada kinerja keuangan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Kinerja keuangan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. modal. Modal merupakan salah satu faktor terpenting untuk menjalankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi, investasi digolongkan menjadi dua, yaitu : menganggur, sedangkan investasi jangka panjang bertujuan untuk :

DAFTAR ISI ABSTRACT... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. alternatif investasi yang menarik bagi para investor. Bagi sebagian besar investor

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum pemodal melakukan transaksi di pasar modal, baik pasar perdana

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang memberikan return yang paling optimal. Tujuan utama investor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah untuk mendapatkan dana dari masyarakat yang dapat digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. jangka panjang dengan menjual saham maupun obligasi. Perusahaan akan

PENGARUH EVA DAN RASIO-RASIO PROFITABILITAS TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG GO PUBLIK DI BEI PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. ke publik, dalam era sekarang ini berkembangnya perusahaan-perusahaan juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu cara bagi perusahaan untuk mendapatkan tambahan modal adalah

PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DAN TINGKAT KEMAHALAN HARGA SAHAM TERHADAP PEMECAHAN SAHAM

BAB I PENDAHULUAN. tertarik dengan Earning per Share (EPS). Selain melakukan pengukuran laba

BAB I PENDAHULUAN. Dasar dari pengembangan perumusan Capital Assets Pricing Model (CAPM)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. saham, kreditor dan manajer adalah pihak-pihak yang memiliki perbedaan

BAB 1 PENDAHULUAN. sudah semakin berat baik dari segi kemajuan teknologi, perkembangan. perusahaan guna memenuhi kebutuhan informasi pengguna.

BAB I PENDAHULUAN. para pemodal atau investor untuk melakukan diversifikasi investasi, membentuk

BAB I PENDAHULUAN. tertentu (Jogiyanto,2003). Investasi ke dalam produksi yang efisien dapat

Analisis Fundamental Terkait Pengambilan Keputusan Investasi Pada PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT. Indosat Tbk, dan PT. XL Axiata Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. Harga saham dapat dikatakan merupakan indikator keberhasilan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Investasi merupakan salah satu kegiatan muamalah yang sangat dianjurkan

I. PENDAHULUAN. Istilah penawaran umum atau sering juga disebut dengan go public semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan langsung dengan operasi utama perusahaan. pengertian investasi ini

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan mampu memberikan deviden kepada pemegang saham, kelangsungan hidup suatu perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia khususnya dalam bidang investasi saham. Pasar modal merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada pertengahan tahun 1997

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Krisis keuangan global tahun 2008 yang diawali dengan krisis subprime mortgage di Amerika menyebabkan semua harga saham-saham dunia mengalami penurunan termasuk di bursa saham Indonesia. Momen ini harusnya bisa menjadi kesempatan bagi pelaku investor jangka panjang dalam menanamkan modalnya. Pada masa krisis ini dimana segala keputusan harus bisa cepat dilaksanakan, seorang investor memerlukan informasi sebagai indikator yang dapat mewakilkan perubahan kinerja perusahaan ke depan agar keputusan investasi dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. Informasi yang perlu diketahui oleh pelaku pasar modal khususnya investor adalah informasi yang besifat fundamental, namun dengan begitu banyaknya metode valuasi yang perlu dianalisis dari beberapa rasio dan indikator keuangan sebuah perusahaan dapat menciptakan distorsi informasi. Pada pasar yang efisien, sangat tidak dimungkinkan pemilihan saham maupun market timing bisa mendahului pasar dengan menggunakan informasi yang telah diketahui pasar, kecuali hanya dengan keberuntungan (Fama 1970). Hal tersebut dikarenakan semua saham di pasar yang efisien sudah terwakilkan harganya pada tingkat yang benar, sehingga tidak ada saham yang overvalue maupun undervalue, namun deviasi pada harga akan selalu terjadi secara acak dan teori pasar yang efisien selalu saja menjadi kontroversi karena selalu ada teori yang mendukungnya maupun yang menentangnya. Data akuntansi merupakan salah satu sumber informasi utama yang dipakai oleh investor dalam mengevaluasi kinerja keuangan sebuah perusahaan. Keputusan investasi dibuat berdasarkan informasi hasil evaluasi tersebut yang juga dikombinasikan dengan informasi pasar. Beberapa penelitan (Desyetti 1998; Affandi dan Utama 1998; Beza dan Na im 1998; Utami dan Suharmadi 1998) membuktikan bahwa ada reaksi harga yang signifikan sebagai respon dari dirilisnya informasi keuangan suatu perusahaan pada pasar. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa 1

investor di pasar Indonesia menggunakan data akuntansi dalam membuat keputusan investasinya. Ada penelitian lain yang fokus pada faktor-faktor informasi apa yang mempengaruhi expected stock return. Penelitian-penelitian tersebut menemukan bahwa average stock return ataupun expected return dipengaruhi beberapa faktor, seperti informasi Price to Earning Ratio atau PER (Basu 1983), Price to Book Value atau PBV (Stattman 1980, Rosenberg et al. 1985, Chan et al. 1991), dan Enterprise Multiple atau EV/EBITDA (Persson dan Ståhlberg 2006). Pada penelitian Persson dan Ståhlberg (2006) yang dilakukan pada 2002 sampai 2006 di pasar modal Swedia menunjukkan bahwa portofolio yang dibentuk oleh EV/EBITDA dan PER yang rendah memberikan kinerja yang lebih baik dari pasar, namun portofolio EV/EBITDA lebih superior excess return-nya dibandingkan dengan portofolio PER. Di Indonesia, penelitian Fitriani dan Utama (2001) mengukur pengaruh PER, PBV, Price to Sales Ratio atau PSR, dan Return on Equity atau ROE terhadap return saham. Periode penelitannya dilakukan pada tahun 1993 sampai 1998. Hasilnya adalah portofolio saham yang dibentuk oleh nilai PER, PBV, atau PSR yang rendah menghasilkan kinerja terbaik dibandingkan portofolio yang dibentuk oleh nilai PER, PBV, atau PSR yang tinggi yang menghasilkan kinerja yang buruk. Dibandingkan PER, PBV, atau PSR yang rendah, portofolio yang dibentuk oleh nilai ROE yang tinggi memberikan kinerja yang lebih baik dibandingkan portofolio yang dibentuk oleh nilai ROE yang rendah, namun portofolio yang dibentuk oleh PER yang rendah lebih superior dari pada portofolio yang dibentuk oleh nilai PBV yang rendah, nilai PSR yang rendah, dan juga dari nilai ROE yang tinggi. Tujuan dari penelitian pada Karya Akhir ini adalah untuk melengkapi studi sebelumnya dengan mengevaluasi kinerja return saham yang dijelaskan oleh penggunaan data pasar dan data akuntansi tahun sebelumnya seperti PER, PBV, dan EV/EBITDA. Alasan pengambilan tiga rasio tersebut pada penelitian ini adalah karena hasil dari dua penelitian sebelumnya yang dilakukan di Indonesia (Fitriani dan Utama 2001) dan Swedia (Persson dan Ståhlberg 2006), portofolio-portofolio yang dibentuk oleh ketiga rasio tersebut merupakan portofolio-potofolio yang paling superior dalam hal excess return-nya dibandingkan dengan portofolio-portofolio lain yang dibentuk oleh rasio PSR maupun ROE. Metode pengukuran kinerja portofolio yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan return saham tahunan 2

rata-rata dan juga risk-adjusted return-nya dengan menggunakan Sharpe s measure dan Treynor measure. PBV (Price to Book Value) menilai harga saham terhadap nilai buku perusahaan. Indikator PBV ini tidak menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau laba karena nilai book value of equity diambil dari balance sheet yang sifatnya statis (Bodie et al. 2008). Menurut Fama dan French (1992) indikator PBV merupakan proxy dari risiko, dimana saham-saham dengan PBV yang rendah akan dilihat pasar sebagai saham yang lebih berisiko dibandingkan dengan saham dengan PBV tinggi sehingga reward-nya sebanding dengan risikonya. Pada kenyataannya, portofolio yang terdiri dari saham-saham yang memiliki PBV rendah tidak terlihat lebih berisiko dibandingkan dengan saham-saham yang memiliki PBV tinggi, hal ini dikarenakan jika variabilitas leverage maupun earnings sahamsaham tersebut diindikasikan sama (Damodaran 2002). PER (Price to Earning Ratio) adalah salah satu multiple yang digunakan dalam relative valuation. Rasio ini sudah memperhitungkan kemampuan perusahaan dalam mencetak laba bersih serta bisa menjadi indikator pertumbuhan perusahaan ke depan (Bodie et al. 2008). PER dapat dihitung menggunakan current earnings per share, trailing earnings per share, forward earnings per share, diluted earnings per share, dan primary earnings per share. Masalah yang sering dihadapi dalam pengukuran PER adalah adanya variasi earnings per share yang dihitung, terutama pada perusahaan-perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang tinggi karena diharapkan memiliki forward earnings per share yang tinggi. Pada perusahaan-perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan tinggi tersebut, volatilitas earnings per share-nya juga tinggi, sehingga PER bisa sangat berbeda dengan perusahaan lainnya (Damodaran 2002). Enterprise Multiple (EV/EBITDA) adalah multiple lain yang dapat digunakan dalam relative valuation. Jika price to earnings ratio dihitung berdasarkan nilai pasar, maka enterprise multiple ini berdasarkan nilai buku. PER adalah multiple yang banyak digunakan oleh semua orang di dunia, dan enterprise multiple adalah pengukuran multiple dengan cara yang lebih baru (Damodaran 2002). Penelitian ini menggabungkan apa yang dilakukan penelitian sebelumnya dari penelitian Fitriani dan Utama (2001) dan penelitian Persson dan Ståhlberg (2006) dengan menggunakan data akuntansi dan data pasar untuk evaluasi kinerja saham saat ini. Pada penelitian Fitriani dan Utama (2001) portofolio dibentuk berdasarkan data 3

akuntansi yaitu PER, PBV, PSR, dan ROE, yang kemudian pengukuran kinerja dilakukan dengan metode Sharpe measure. Kinerja portofolio yang superior dalam penelitian tersebut adalah portofolio yang dibentuk oleh nilai-nilai PER atau PBV yang rendah. Pada penelitian Persson dan Ståhlberg (2006) portofolio dibentuk berdasarkan data akuntansi yaitu PER dan EV/EBITDA, yang kemudian pengukuran kinerja dilakukan dengan metode CAPM. Kinerja yang superior dalam penelitian tersebut adalah portofolio yang dibentuk oleh nilai-nilai PER atau EV/EBITDA yang rendah. Pada studi Karya Akhir ini, pembentukan portofolio menggunakan data akuntansi yang memberikan superior return pada penelitian-penelitian sebelumnya (Fitriani dan Utama 2001; dan Persson dan Ståhlberg 2006), yaitu data akuntansi PER, PBV, dan EV/EBITDA, yang kemudian diukur kinerjanya dengan menggunakan Sharpe measure dan Treynor measure. Studi ini dilakukan selama lima tahun dari 2004 sampai 2008. Portofolio yang dibentuk diambil dari 45 saham-saham yang paling likuid setiap tahunnya di Bursa Efek Indonesia (saham-saham pada index LQ-45). Pembentukan portofolio juga dilakukan dua kali dalam satu tahun, yaitu pada periode Januari-Desember untuk mewakili tahun buku perusahaan dan pada periode Mei-April untuk mewakili kenyataan bahwa laporan keuangan tahun sebelumnya sudah benar-benar diterbitkan perusahaan pada bulan Mei. 1.2. PERUMUSAN MASALAH Sesuai dengan literatur yang pernah penulis ketahui, penelitian evaluasi kinerja portofolio saham yang dibentuk oleh nilai-nilai data pasar dan akuntansi banyak dilakukan misalnya oleh Basu (1983), Stattman (1980), Rosenberg et al. (1985), Chan et al. (1991), Fitriani dan Utama (2001), Persson dan Ståhlberg (2006), dan peneliti-peneliti lainnya. Penelitian terbaru dengan membandingkan beberapa portofolio saham yang dibentuk oleh beberapa data akuntansi sekaligus adalah yang dilakukan Fitriani dan Utama (2001) dan Persson dan Ståhlberg (2006). Dari kedua penelitian ini, kiranya perlu dilakukan penelitian lanjutan yang lebih baru untuk lebih membuktikan portofolio yang dibentuk oleh rasio apa yang kinerjanya paling superior di antara kedua penelitian tersebut. Studi ini banyak mengacu pada penilitian Fitriani dan Utama (2001) dan Persson dan Ståhlberg (2006). Fitriani dan Utama (2001) yang menemukan bahwa portofolio dengan rasio PER atau PBV yang rendah memberikan kinerja yang paling superior dibandingkan portofolio dengan rasio PSR ataupun ROE, tetapi Fitriani dan 4

Utama (2001) tidak memperhitungkan portofolio dengan rasio EV/EBITDA. Persson dan Ståhlberg (2006) menemukan bahwa potofolio dengan rasio EV/EBITDA memberikan kinerja yang paling superior dibandingkan portofolio dengan rasio PER, tetapi Persson dan Ståhlberg (2006) tidak menggunakan rasio PBV. 1.3. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian pada Karya Akhir ini adalah untuk melengkapi studi sebelumnya dengan mengevaluasi kinerja return saham ke depan dengan penggunaan data pasar dan data akuntansi tahun sebelumnya dari rasio PER, PBV, dan EV/EBITDA pada tahun 2004 sampai 2008 dengan periode investasi Januari- Desember dan Mei-April. 1.4. PERTANYAAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas dan sesuai dengan rumusan masalah serta tujuan penelitian, maka terdapat pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana evaluasi kinerja Sharpe s dan Treynor measure portofolio yang telah dikelompokkan berdasarkan PER, PBV, dan EV/EBITDA perusahaan? 2. Portofolio yang dibentuk dari rasio apakah yang memberikan excess return lebih tinggi dibandingkan dengan portofolio yang dibentuk dari rasio lainnya? 1.5. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa tambahan bukti empiris di Indonesia yang merupakan pelengkap atau lanjutan penelitian Fitriani dan Utama (2001) dan Persson dan Ståhlberg (2006) mengenai evaluasi kinerja portofolio yang dibentuk oleh data pasar dan akuntansi. 1.6. SISTEMATIKA PENULISAN Penulisan Karya Akhir ini dibagi menjadi lima bab pembahasan, yang secara garis besar rinciannya adalah sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN Menguraikan latar belakang, pokok masalah dan tujuan penelitian, pertanyaan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II. LANDASAN TEORI 5

Pembahasan teori dan penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penulisan karya akhir ini baik penelitian yang telah dilakukan di luar negeri maupun yang di dalam negeri. BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Pada bagian ini akan dibahas mengenai ruang lingkup penelitian, metode pengumpulan data dan sumber-sumber data, hipokarya Akhir penilitian, dan model yang pembentukan portofolio yang digunakan. BAB IV. PEMBAHASAN Bab ini berisikan hasil olah data dan Analisis olah data. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN Berisi penutup atas penelitian ini, kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran perbaikan. 6