BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kriptografi (cryptography) berasal dari Bahasa Yunani: cryptós artinya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kriptografi adalah ilmu sekaligus seni untuk menjaga keamanan pesan (message).

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi Definisi Kriptografi

BAB 2 LANDASAN TEORI

TUGAS KRIPTOGRAFI Membuat Algortima Sendiri Algoritma Ter-Puter Oleh : Aris Pamungkas STMIK AMIKOM Yogyakarta emali:

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasa sandi (ciphertext) disebut sebagai enkripsi (encryption). Sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Reference. William Stallings Cryptography and Network Security : Principles and Practie 6 th Edition (2014)

Kriptografi. A. Kriptografi. B. Enkripsi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DASAR-DASAR KEAMANAN SISTEM INFORMASI Kriptografi, Steganografi. Gentisya Tri Mardiani, S.Kom.,M.Kom

(pencurian, penyadapan) data. Pengamanan data dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu steganography dan cryptography.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERANAN ARITMETIKA MODULO DAN BILANGAN PRIMA PADA ALGORITMA KRIPTOGRAFI RSA (Rivest-Shamir-Adleman)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB Kriptografi

Kriptografi, Enkripsi dan Dekripsi. Ana Kurniawati Kemal Ade Sekarwati

BAB 2 LANDASAN TEORI

Kriptografi Kunci Rahasia & Kunci Publik

BAB II. Dasar-Dasar Kemanan Sistem Informasi

ALGORITMA ELGAMAL DALAM PENGAMANAN PESAN RAHASIA

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI

Penggabungan Algoritma Kriptografi Simetris dan Kriptografi Asimetris untuk Pengamanan Pesan

BAB II LANDASAN TEORI. yang mendasari pembahasan pada bab-bab berikutnya. Beberapa definisi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

2016 IMPLEMENTASI DIGITAL SIGNATURE MENGGUNAKAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI AES DAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI RSA SEBAGAI KEAMANAN PADA SISTEM DISPOSISI SURAT

Simulasi Pengamanan File Teks Menggunakan Algoritma Massey-Omura 1 Muhammad Reza, 1 Muhammad Andri Budiman, 1 Dedy Arisandi

BAB II LANDASAN TEORI

APLIKASI ENKRIPSI DAN DEKRIPSI MENGGUNAKAN ALGORITMA RSA BERBASIS WEB

I. PENDAHULUAN. andil yang besar dalam perkembangan komunikasi jarak jauh. Berbagai macam model alat komunikasi dapat dijumpai, baik yang berupa

DASAR-DASAR KEAMANAN SISTEM INFORMASI Kriptografi, Steganografi. Gentisya Tri Mardiani, S.Kom

APLIKASI TEORI BILANGAN UNTUK AUTENTIKASI DOKUMEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengenalan Kriptografi

Perhitungan dan Implementasi Algoritma RSA pada PHP

Aplikasi Perkalian dan Invers Matriks dalam Kriptografi Hill Cipher

PENGGUNAAN KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI BERDASARKAN KEBUTUHAN DAN KARAKTERISTIK KEDUANYA

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi Berikut ini akan dijelaskan sejarah, pengertian, tujuan, dan jenis kriptografi.

2.1 Keamanan Informasi

+ Basic Cryptography

BAB I PENDAHULUAN. dengan munculnya berbagai sistem operasi yang lengkap layaknya komputer,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui ringkasan pemahaman penyusun terhadap persoalan yang dibahas. Hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai makna. Dalam kriptografi dikenal dua penyandian, yakni enkripsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kerahasiaan dan keamanan saat melakukan pertukaran. data adalah hal yang sangat penting dalam komunikasi data,

Sedangkan berdasarkan besar data yang diolah dalam satu kali proses, maka algoritma kriptografi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :

Rancang Bangun Kombinasi Chaisar Cipher dan Vigenere Cipher Dalam Pengembangan Algoritma Kriptografi Klasik

BAB 2 LANDASAN TEORI. Berikut ini akan dijelaskan pengertian, tujuan dan jenis kriptografi.

PERANCANGAN APLIKASI KRIPTOGRAFI BERBASIS WEB DENGAN ALGORITMA DOUBLE CAESAR CIPHER MENGGUNAKAN TABEL ASCII

BAB I PENDAHULUAN , 1.1. Latar Belakang

RANCANGAN,IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN ZENARC SUPER CIPHER SEBAGAI IMPLEMENTASI ALGORITMA KUNCI SIMETRI

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya internet sangatlah cepat dan telah menjadi salah satu kebutuhan dari

BAB 2 LANDASAN TEORI

Aplikasi Pengamanan Data dengan Teknik Algoritma Kriptografi AES dan Fungsi Hash SHA-1 Berbasis Desktop

BAB I PENDAHULUAN. terdapat pada bab ini adalah latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah,

PERANCANGAN ENKRIPSI DAN DESKRIPSI DENGAN METODE ALPHA-QWERTY REVERSE PADA APLIKASI SHORT MESSAGE SERVICE BERBASIS ANDROID

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat. dapat dirasakan hampir di setiap bidang kehidupan. Salah

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGGUNAAN KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI BERDASARKAN KEBUTUHAN DAN KARAKTERISTIK KEDUANYA

SEMINAR TUGAS AKHIR PERIODE JANUARI 2012

IMPLEMENTASI ALGORITMA STEGANOGRAFI WHITESPACE DAN ENKRIPSI RC6 UNTUK KEAMANAN PADA TEKS

BAB III PENGERTIAN DAN SEJARAH SINGKAT KRIPTOGRAFI

ALGORITMA ELGAMAL UNTUK KEAMANAN APLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, salah satunya adalah telepon selular (ponsel). Mulai dari ponsel yang

PENERAPAN ALGORITMA RSA DAN DES PADA PENGAMANAN FILE TEKS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

PERANCANGAN APLIKASI ENKRIPSI DATA MENGGUNAKAN METODE ADVANCED ENCRYPTION STANDARD

Penerapan Algoritma Kriftografi Rives Shamir Adleman (RSA) Pada Sebuah Image

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keamanan, kerahasiaan, dan keotentikan data. Oleh karena itu diperlukan suatu

BAB II LANDASAN TEORI. bilangan bulat dan mengandung berbagai masalah terbuka yang dapat dimengerti

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan, yaitu : kerahasiaan, integritas data, autentikasi dan non repudiasi.

Security Sistem Informasi.

Pengantar Kriptografi

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM KEAMANAN INFORMASI

KEAMANAN JARINGAN KOMPUTER MODUL 2 ENKRIPSI. DISUSUN OLEH Kundang K.Juman,Ir,MMSI

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

APLIKASI JAVA KRIPTOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA VIGENERE. Abstract

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERANCANGAN APLIKASI KERAHASIAAN PESAN DENGAN ALGORITMA HILL CIPHER

TINJAUAN PUSTAKA. Kriptografi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Kriptografi

BAB 2 LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi 2.1.1 Pengertian Kriptografi Perubahan besar yang mempengaruhi keamanan adalah pengenalan sistem terdistribusi dan penggunaan jaringan dan fasilitas komunikasi untuk membawa data antara pengguna terminal dan komputer dan antara komputer dan komputer. Tindakan keamanan jaringan diperlukan untuk melindungi data selama transmisi (Shrivastava, 2016). Tindakan tersebut dinamakan kriptografi. Kriptografi berasal dari bahasa Yunani. Menurut bahasa tersebut kata kriptografi dibagi menjadi dua, yaitu kripto dan graphia. Kripto berarti secret (rahasia) dan graphia berarti writing (tulisan). Menurut terminologinya kriptografi adalah ilmu dan seni untuk menjaga keamanan pesan ketika pesan dikirim dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam perkembangannya, kriptografi juga digunakan untuk mengindentifikasi pengiriman pesan dengan tanda tangan digital dan keaslian pesan dengan sidik jari digital (fingerprint). (Ariyus, 2008). Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam bidang kriptografi : a. Plaintext adalah pesan yang hendak dikirim (berisi data asli). b. Ciphertext adalah pesan yang terenkripsi (tersandi) yang merupakan hasil dari enkripsi. c. Enkripsi adalah proses pengubahan plaintext menjadi ciphertext. d. Dekripsi adalah kebalikan dari enkripsi yakni mengubah ciphertext menjadi plaintext, sehingga berupa data awal atau asli. e. Kunci adalah suatu bilangan yang dirahasiakan yang digunakan dalam proses enkripsi dan dekripsi.

7 2.1.2 Algoritma Kriptografi Algoritma dalam kriptografi merupakan sekumpulan aturan (fungsi matematis yang digunakan) untuk proses enkripsi dan proses dekripsi. Dalam beberapa metode kriptografi terdapat perbedaan antara fungsi enkripsi dan fungsi dekripsi. Konsep matematis yang mendasari algoritma adalah relasi antara himpunan, yaitu relasi antara himpunan yang berisi elemen-elemen ciphertext. Enkripsi dan dekripsi merupakan fungsi yang memetakan elemen-elemen antara kedua himpunan tersebut. Misalkan himpunan plaintext dinotasikan P dan himpunan elemen ciphertext dinotasikan C, maka fungsi E memetakan himpunan P ke himpunan C. E(P) = C Dan fungsi dekripsi memetakan himpunan C ke himpunan P D(C) = P Karena fungsi dekripsi D mengembalikan himpunan C menjadi himpunan P asal, maka algoritma kriptografi harus memenuhi persamaan D(E(P)) = P Tingkat keamanan suatu algoritma dalam kriptografi seringkali diukur dari kuantitas proses yang dilakukan dalam suatu fungsi, baik itu fungsi enkripsi maupun fungsi dekripsi. Proses tersebut juga dapat dihubungkan dengan sumber data yang dibutuhkan, Menunjukkan semakin kuat algoritma kriptografi tersebut. Pada kriptografi klasik, keamanan kriptografi terletak pada kerahasiaan algoritma kriptografinya. Salah satu contohnya adalah mesin Enigma yang dikeluarkan oleh pemerintah Jerman pada masa perang dunia ke-2. Namun, hal ini yang menjadi titik lemah ketika algoritma bocor ke pihak yang seharusnya tidak berwenang sehingga mengharuskan untuk menyusun suatu algoritma baru tanpa ada rasa khawatir akan kebocoran informasi tersebut, sebab informasi tersebut hanya dapat didekripsikan, yaitu pihak yang memang mempunyai kunci private. (Kamil, 2016)

8 2.1.3 Tujuan Kriptografi Berikut adalah tujuan adanya kriptografi (Munir, 2006) : 1. Kerahasiaan Data (Confidentiality) Dengan adanya kriptografi, kerahasiaan data dapat ditingkatkan. Data penting yang dimiliki hanya akan dapat dibuka atau dibaca oleh orang-orang tertentu yang memiliki akses untuk membukanya. 2. Integritas (Integrity) Data yang benar atau asli tanpa ada rekayasa dari pihak ketiga atau pihak yang tidak memiliki akses terhadap data tersebut. 3. Autentikasi (Authentication) Autentikasi dilakukan untuk membuktikan data yang dikirim adalah data asli atau data yang benar. Autentikasi mencegah adanya data palsu. 4. Nir-penyangkalan (Non-Repudation) Nir-penyangkalan adalah salah satu tujuan kriptografi. Dengan ini si pengirim tidak dapat menolak bahwa pesan tersebut benar berasal dari si pengirim. 2.1.4 Jenis-jenis Algoritma Kriptografi Algoritma kriptografi dibagi dua, yaitu algoritma simetri (menggunakan satu kunci), algoritma asimetri (menggunakan dua kunci berbeda untuk proses enkripsi dan dekripsi) 2.1.4.1 Algoritma Simetris Dimana kunci yang digunakan pada proses enkripsi dan dekripsi adalah kunci yang sama. Dalam kriptografi kunci simetris dapat diasumsikan bahwa si penerima dan pengirim pesan telah terlebih dahulu berbagi kunci sebelum pesan dikirimkan. Keamanan dari sistem ini terletak pada kerahasiaan kuncinya. Pada umumnya yang termasuk ke dalam kriptografi simetris ini beroperas dalam mode blok (block cipher), yaitu setiap kali proses enkripsi atau dekripsi dilakukan terhadap satu blok data (yang berukuran tertentu), atau beroperasi dalam mode aliran (stream cipher), yaitu setiap kali enkripsi atau dekripsi dilakukan terhadap satu bit atau satu byte data.

9 Contoh algoritma simetris, yaitu : Trithemius, Double Transposition Cipher,DES (Data Encryption Standard), AES (Advanced Encryption Standard).(Kamil, 2016) Proses dari skema kriptografi simetris dapat dilihat pada gambar 2.1. Gambar 2.1. Skema Algoritma Simetris (Kamil, 2016) Kelebihan kriptografi simetris adalah (Kamil, 2016) : a. Proses enkripsi atau dekripsi kriptografi simetris membutuhkan waktu yang singkat. b. Ukuran kunci simetris relative lebih pendek. c. Otentikasi pengiriman pesan langsung dari ciphertext yang diterima, karena kunci hanya diketahui oleh penerima dan pengirim saja. Kelemahan kriptografi simetris adalah (Kamil, 2016) : a. Kunci simetris harus dikirim melalui saluran komunikasi yang aman, dan kedua entitas yang berkomunikasi harus menjaga kerahasiaan kunci. b. Kunci harus sering diubah, setiap kali melaksanakan komunikasi. Apabila kunci tersebut hilang atau lupa, maka pesan tersebut tidak dapat dibuka. 2.1.4.2 Algoritma Asimetris Berbeda dengan kriptografi kunci simetris, kriptografi kunci public memiliki dua buah kunci yang berbeda pada proses enkripsi dan dekripsinya. Dimana kunci yang digunakan untuk proses enkripsi atau sering disebut public key dan dekripsi atau sering disebut private key menggunakan kunci yang berbeda. Entitas pengirim akan mengenkripsi dengan menggunakan kunci public, sedangkan entitas penerima mendekripsi menggunakan kunci private (Kamil, 2016). Contoh algoritma asimetris, yaitu RSA (Riverst Shamir Adleman), Knapsack, Rabin, ElGamal (Munir, 2004). Skema dari kriptografi dapat dilihat pada gambar 2.2.

10 Gambar 2.2. Skema Algoritma Asimetris Kamil, 2016) Kelebihan kriptografi asimetris adalah (Kamil,.2016) : a. Hanya kunci private yang perlu dijaga kerahasiaannya oleh setiap entitas yang berkomunikasi. Tidak ada kebutuhan mengirim kunci private sebagaimana kunci simetri. b. Pasangan kunci private dan kunci public tidak perlu diubah dalam jangka waktu yang sangat lama. c. Dapat digunakan dalam pengaman pengiriman kunci simetris. Kelemahan kriptografi asimetris adalah (Kamil, 2016) : a. Proses enkripsi dan dekripsi umumnya lebih lambat dari algortima simetri, karena menggunakan bilangan yang besar dan operasi bilangan yang besar. b. Ukuran ciphertext lebih besar dari plaintext. c. Ukuran kunci relatif lebih besar daripada ukuran kunci simetris. 2.2 Super Enkripsi Algoritma kriptografi memberikan keamanan namun tidak menjamin keamanan 100 persen (Mathur, 2015), sehingga diajukan solusi yang dirancang untuk meningkatkan keamanan tersebut, melalui kombinasi penggunaan algoritma kriptografi yang berbeda untuk mengenkripsi pesan. (Araújo, 2015) Multiple encryption,dimana salah satu contohnya adalah double enkripsi (super enkripsi) adalah proses enkripsi yang dilakukan sebanyak dua kali atau lebih. Pertama enkripsi plaintext menjadi ciphertext, kemudian enkripsi ciphertext itu, mungkin menggunakan cipher lain dan kunci.(ritter, 2007). 2.3 Algoritma Trithemius

11 Trithemius Cipher adalah salah satu polyalphabetic sandi yang didesain agar lebih mudah digunakan. Daripada menggunakan kombinasi acak dari huruf alfabet, Trithemius menggunakan sebuah tabel khusus Trithemius (Mollin, 2005). Tabel 2.1. Tabel Trithemius (Mollin, 2005) a b c d e f g h i k l m n o p q r s t u w x y z a a b c d e f g h i k l m n o p q r s t u w x y z b b c d e f g h i k l m n o p q r s t u w x y z a c c d e f g h i k l m n o p q r s t u w x y z a b d d e f g h i k l m n o p q r s t u w x y z a b c e e f g h i k l m n o p q r s t u w x y z a b c d f f g h i k l m n o p q r s t u w x y z a b c d e g g h i k l m n o p q r s t u w x y z a b c d e f h h i k l m n o p q r s t u w x y z a b c d e f g i i k l m n o p q r s t u w x y z a b c d e f g h k k l m n o p q r s t u w x y z a b c d e f g h i l l m n o p q r s t u w x y z a b c d e f g h i k m m n o p q r s t u w x y z a b c d e f g h i k l n n o p q r s t u w x y z a b c d e f g h i k l m o o p q r s t u w x y z a b c d e f g h i k l m n p p q r s t u w x y z a b c d e f g h i k l m n o q q r s t u w x y z a b c d e f g h i k l m n o p r r s t u w x y z a b c d e f g h i k l m n o p q s s t u w x y z a b c d e f g h i k l m n o p q r t t u w x y z a b c d e f g h i k l m n o p q r s u u w x y z a b c d e f g h i k l m n o p q r s t w w x y z a b c d e f g h i k l m n o p q r s t u x x y z a b c d e f g h i k l m n o p q r s t u w y y z a b c d e f g h i k l m n o p q r s t u w x z z a b c d e f g h i k l m n o p q r s t u w x y Baris pertama pada tabel 2.1 di atas berisi semua huruf abjad dalam urutan asli. Baris berikutnya juga mengandung semua huruf tetapi dalam setiap baris, huruf-huruf

12 itu akan bergeser ke kiri sebanyak 1 kali. Tabel memiliki 24 baris dan kolom 24 yang terdiri dari 24 huruf dalam alfabet Latin kecuali huruf j dan v (Mollin, 2005). Pada proses enkripsi, huruf berikutnya pada plaintext akan digantikan oleh huruf yang relevan dari baris berikutnya pada tabel. Setelah menggunakan baris terakhir, salah satu harus pindah kembali ke baris pertama. Ini berarti bahwa semua huruf pada plaintext berubah sesuai dengan jumlah posisi yang ditentukan oleh baris aktual. Oleh karena itu huruf pertama dienkripsi tanpa pergeseran, huruf kedua dengan pergeseran ditentukan oleh baris kedua (jadi oleh satu posisi), huruf ketiga dengan pergeseran yang ditentukan oleh baris ketiga (jadi oleh dua posisi) dan seterusnya. Atau, dapat dihitung menggunakan rumus : C = P + K mod n P = C K mod n Dimana, C : Ciphertext P : Plaintext K : Kunci n : jumlah huruf yang digunakan Berikut adalah contoh proses enkripsi dengan menggunakan Algoritma Trithemius: Plaintext : T A M A R A Kunci : A B C D E F 1. C = P + K mod n 3. C = T + A mod n C = 18 + 0 mod 24 C = 18 T C = P + K mod n C = M + C mod n C = 11 + 2 mod 24 C = 13 O 2. C = P + K mod n 4. C = A + B mod n C = 0 + 1 mod 24 C = 1 B C = P + K mod n C = A + D mod n C = 0 + 3 mod 24 C = 3 D

13 5. C = P + K mod n 6. C = R + E mod n C = 16+ 4 mod 24 C = 20 W C = P + K mod n C = A + F mod n C = 0 + 5 mod 24 C = 5 F Sehingga, diperoleh Ciphertext : T B O D W F Berikut adalah contoh proses enkripsi dengan menggunakan Algoritma Trithemius: Plaintext : T B O D W F Kunci : A B C D E F 1. P = C - K mod n 4. P = T - A mod n P = 18-0 mod 24 P = 18 T P = C - K mod n P = D - D mod n P = 3-3 mod 24 P = 0 A 2. P = C - K mod n 5. P = B - B mod n P = 1-1 mod 24 P = 0 A P = C - K mod n P = W - E mod n P = 20-4 mod 24 P = 16 R 3. P = C - K mod n 6. P = O - C mod n P = 13-2 mod 24 P = 11 M P = C - K mod n P = F - F mod n P = 5-5 mod 24 P = 0 A Sehingga, diperoleh kembali Plaintext : T A M A R A

14 2.4 Double Transposition Cipher Double Transposition Cipher adalah salah satu cipher manual yang digunakan dalam Perang Dunia II oleh kedua belah pihak yang sedang berperang. Cipher ini bahkan lebih aman dibandingkan Double Playfair Cipher. Cipher ini terdiri dari dua putaran kolom tranposisi, dengan menggunakan 2 buah kunci yang berbeda. Setelah kunci pada putaran pertama ditentukan, kemudian setiap huruf pada kunci diberi nomor sesuai urutan abjad, dan plaintext dibaca per kolom berdasarkan urutan nomornya. Dimana, arah urutan harus ditentukan terlebih dahulu apakah kiri-ke-kanan, atau kanan-ke-kiri, untuk mempermudah apabila terdapat huruf yang sama pada kunci. Ciphertext yang dihasilkan dari putaran pertama, dienkripsi lagi di putaran kedua dengan cara yang sama, namun menggunakan kunci yang berbeda. Ciphertext yang dihasilkan dari putaran yang kedua, kemudian dibagi ke dalam blok. Dimana, masingmasing blok terdiri dari 5 huruf untuk mempermudah proses transmisi (Salomon, 2005). Salah satu syarat proses enkripsi dengan menggunakan cipher ini adalah, tabel yang kita gunakan harus terisi penuh.(bauer, 2013). Agar tabel yang digunakan bisa terisi penuh, digunakan padding character. Berikut adalah contoh proses enkripsi dengan menggunakan Double Transposition Cipher : Plaintext : TUGAS AKHIR KUNCI 1 : JEJE KUNCI 2 : TAMARA Enkripsi pertama dengan menggunakan KUNCI 1 : JEJE 3 1 4 2 J E J E T U G A S A K H I R X Q Ciphertext 1 : UAR AHQ TSI GKX Enkripsi kedua dengan menggunakan KUNCI 2 : TAMARA

15 6 1 4 2 5 3 T A M A R A U A R A H Q T S I G K X Ciphertext 2 : AS AG QX RI HK UT Yang kemudian akan ditransmisikan, menjadi : ASAGQ XRIHK UT Sedangkan untuk contoh proses dekripsi dengan menggunakan Double Transposition Cipher, dimulai dengan menggunakan KUNCI 2 terlebih dahulu, yaitu TAMARA. Dimana, jumlah baris pada tabel ditentukan dari hasil pembagian panjang ciphertext dengan kunci. (Salomon, 2005). Lalu, ciphertext dimasukkan ke dalam tabel berdasarkan jumlah penggalannya sesuai dengan urutan abjad pada kunci yang digunakan. Ciphertext : ASAGQXRIHKUT 12 Kunci : TAMARA 6 Sehingga, 12 : 6 = 2 6 1 4 2 5 3 T A M A R A U A R A H Q T S I G K X Hal yang sama dilakukan dengan menggunakan KUNCI 1 yaitu JEJE, sehingga diperoleh hasil sebagai berikut : 3 1 4 2 J E J E T U G A S A K H I R X Q Karena X dan Q merupakan padding character, sehingga dapat diabaikan. Jadi diperoleh kembali plaintext : TUGASAKHIR.

16 2.5. Kompleksits Algoritma Sebuah masalah dapat mempunyai banyak algoritma penyelesaian. Contoh: masalah pengurutan (sort), ada puluhan algoritma pengurutan. Sebuah algoritma tidak saja harus benar, tetapi juga harus mangkus (efisien). Algoritma yang bagus adalah algoritma yang mangkus (efficient). Kemangkusan algoritma diukur dari waktu (time) eksekusi algoritma dan kebutuhan ruang (space) memori. Algoritma yang mangkus ialah algoritma yang meminimumkan kebutuhan waktu dan ruang. Kebutuhan waktu dan ruang suatu algoritma bergantung pada ukuran masukan (n), yang menyatakan jumlah data yang diproses. Kemangkusan algoritma dapat digunakan untuk menilai algoritma yang bagus dari sejumlah algoritma penyelesaian masalah (Wibowo, 2013). Besaran yang digunakan untuk menjelaskan model pengukuran waktu dan ruang ini adalah kompleksitas algoritma (Azizah, 2013). Ada dua macam kompleksitas algoritma, yaitu kompleksitas waktu dan kompleksitas ruang. Kompleksitas waktu, T(n), diukur dari jumlah tahapan komputasi yang dibutuhkan untuk menjalankan algoritma sebagai fungsi dari ukuran masukan (n). Dengan menggunakan besaran kompleksitas waktu/ruang algoritma, kita dapat menentukan laju peningkatan waktu (ruang) yang diperlukan algoritma dengan meningkatnya ukuran masukan (n) (Wibowo, 2013). Kompleksitas waktu asimptotik terdiri dari tiga macam, yaitu (Demaine, 2005): 1. Ω-notation atau Big- Ω (lower bounds) 2. -notation atau Big- (tight bounds) 3. O-notation atau Big-O (upper bounds)

17 Gambar 2.3. Grafik Notasi Asimptotik Gambar 2.3. menunjukan notasi menjadi batas bawah dari suatu fungsi f(n) agar berada dalam suatu faktor konstan. Dinyatakan f(n) = (g(n)) jika terdapat konstanta positif dan c sedemikian sehingga pada dan di kanan, nilai f(n) selalu berada tepat pada cg(n) atau di atas cg(n) (Azizah, 2013). Gambar 2.4. Grafik Notasi Asimptotik Gambar 2.4. merupakan nilai n minimum yang mungkin. Gambar 9.1. menunjukan notasi membatasi suatu fungsi f(n) agar berada dalam faktor konstan. Dinyatakan f(n) = (g(n)) jika terdapat konstanta positif, sedemikian

18 sehingga pada dan di kanan, nilai f(n) selalu berada tepat pada g(n), tepat pada g(n), atau di antara g(n) dan g(n) (Azizah, 2013). Gambar 2.5. Grafik Notasi Asimptotik O Gambar 2.5. menunjukan notasi O menjadi batas atas dari suatu fungsi f(n) agar berada dalam suatu faktor konstan. Dinyatakan f(n) = O(g(n)) jika terdapat konstanta positif dan c sedemikian sehingga pada dan di kanan, nilai f(n) selalu berada tepat pada cg(n) atau di bawah cg(n). Komplesitas waktu algoritma biasanya dihitung dengan menggunakan notasi O(g(n)), dibaca big-o dari g(n) (Azizah, 2013). 2.6 Android Android adalah sistem operasi untuk telepon selular yang berbasis linux dan juga berbasisopen source yang menyediakan platform terbuka bagi para pengembang untuk menciptakan aplikasi baru (Wulandari, 2013). Android awalnya dikembangkanoleh Android, Inc., dengan dukungan finansial dari Google, yang kemudian membelinya padatahun 2005. Sistem operasi ini dirilis secara resmi pada tahun 2007, bersamaan dengan didirikannya Open Handset Alliance, konsorsium dari perusahaanperusahaan perangkat keras, perangkat lunak, dan telekomunikasi yang bertujuan untuk memajukan standar terbuka perangkat seluler. Android adalah sistem operasi dengan sumber terbuka, dan Google merilis kodenya di bawah Lisensi Apache. Sejalan dengan pertumbuhan aplikasi mobile dan bersamaan dengan bangkitnya ancaman keamanan di platform mobile, upaya penelitian yang cukup besar telah

19 dilakukan untuk menilai keamanan aplikasi mobile. Android, sebagai platform mobile yang dominan dan juga target utama ancaman malware mobile, telah banyak diminati (Sadeghi, 2017). Kode dengan sumber terbuka dan lisensi perizinan padaandroid memungkinkan perangkat lunak untuk dimodifikasi secara bebas dan didistribusikan oleh para pembuat perangkat, operator nirkabel, dan pengembang aplikasi. Selain itu,android memiliki sejumlah besar komunitas pengembang aplikasi yang memperluas fungsionalitas perangkat, umumnya ditulis dalam versi kustomisasi bahasa pemrograman (Wulandari, 2013). Sejak April 2009, versi Android dikembangkan dengan nama kode yang dinamai berdasarkan makanan pencuci mulut dan penganan manis. Masing-masing versi dirilis sesuai urutan alfabet. Berikut adalah rangkaian perjalanan android 1. Kerjasama Android Inc. dengan Google Inc. 2. 2007-2008 Produk awal Android 3. Android Versi 1.1 4. Android Versi 1.5 (Cupcake) 5. Android Versi 1.6 (Donut) 6. Android Versi 2.0/2.1 (Eclair) 7. Android Versi 2.2 (Froyo) 8. Android Versi 2.3 (Gingerbread) 9. Android Versi 3.0 (Honeycomb) 10. Android Versi 4.0 (ICS) 11. Android Versi 4.1-4.3 (Jelly Bean) 12. Android Versi 4.4 (KitKat) dan 13. Android Versi 5.0 (Lollipop)

20 Gambar 2.6 Gambar Logo Android 2.7 Penelitian yang Relevan Berikut ini beberapa penelitian terdahulu tentang kriptografi yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis : Tabel 2.2 Penelitian yang relevan No Nama/Tahun Judul Hasil Penelitian 1 Ismail Fata Lubis (2015) 2 Jonathan Simamora (2016) 3 Terry Ritter (2007) Implementasi Super Implementasi pengamanan Enkripsi Algoritma data/file dengan metode super Elgamal Dengan enkripsi, memberikan tingkat Teknik Transposisi keamanan yang lebih tinggi. Segitiga Implementasi Menerapkan aplikasi Short Algoritma One Time Pad dan Algoritma Hill Cipher pada Aplikasi Short Message Service Message Service (SMS) untuk merahasiakan pesan dengan menggunakan algoritma One Time Pad dan Algoritma Hill (SMS) Berbasis Cipher pada perangkat berbasis Android Android. Ritter's Crypto Glossary Multiple encryption,dimana and Dictionary of salah satu contohnya adalah Technical double enkripsi (super

21 4 Rahman Kurnanda (2016) 5 Manish Shrivastava, dkk (2016) Cryptography. enkripsi) adalah proses enkripsi yang dilakukan sebanyak dua kali atau lebih. Pertama enkripsi plaintext menjadi ciphertext, kemudian enkripsi ciphertext itu, mungkin menggunakan cipher lain dan kunci. Perbandingan PDF merupakan singkatan dari Algoritma 3DES dan Portable Document Format, Rinjdael Dalam mempermudah pertukaran Perancangan Aplikasi dokumen. Keunggulan dari Keamanan Data. dokumen yang dibuat dengan Skripsi format PDF adalah dia tidak bisa diubah secara langsung oleh si penerima dokumen tidak seperti file dokumen dengan format.doc,.txt atau yang lainnya. Content Based Perubahan besar yang Symmetric Key mempengaruhi keamanan Algorithm adalah pengenalan sistem terdistribusi dan penggunaan jaringan dan fasilitas komunikasi untuk membawa data antara pengguna terminal dan komputer dan antara komputer dan komputer. Tindakan keamanan jaringan diperlukan untuk melindungi data selama transmisi mereka. Namun ada kemungkinan seseorang membuka dokumen

22 6 Raghav Mathur, dkk (2015) 7 Mai Iwamoto, dkk (2016) 8 Tsai-Cheng Li, dkk (2010) Solving Security Issues in Mobile Computing using Cryptography Techniques A Study of Malicious PDF Detection Technique High Adaptive Multiple-Encryption of Hidden Information Technology tersebut Algoritma kriptografi memberikan keamanan namun tidak menjamin keamanan 100 persen. Sehingga, tidak hanya enkripsi, tapi juga transmisi data melalui jaringan yang aman adalah hal yang wajib. File PDF dianggap aman untuk format file statis. Di sisi lain, file PDF dapat dieksekusi dengan menggunakan berbagai kode sebagai malware. Dalam tulisan ini, ditemukan fitur dari malware baru yang menggunakan file malware PDF yang sebenarnya, kemudian menyelidiki untuk menemukan fitur yang berguna untuk mendeteksi perangkat lunak jahat. Dengan penetrasi internet dan pesatnya perkembangan teknologi informasi, transmisi teks dan citra yang aman ini mendapat banyak perhatian. Metode enkripsi tradisional hanya bisa menjaga keamanan informasi. Namun, informasinya bisa retak dan melanjutkan tindak pidana karena penggunaan informasi yang relevan secara ilegal.

23 Oleh karena itu, perlu diterapkan metode enkripsi / dekripsi dengan berbagai variasi waktu dan beragam informasi untuk meningkatkan keamanan informasi.