STUDI EVALUATIF PELAKSANAAN KEGIATAN UNIT PRODUKSI DI BLPT BANDUNG. (OLEH : IWA KUNTADI) ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI EVALUASI KEBUTUHAN GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI PROPINSI BANGKA BELITUNG

Personal Philosophy Pages

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian Program Keahlian Tata Boga maka diperoleh

Deskripsi, Silabus. : Kajian Pendidikan Teknologi Kejuruan Jumlah kredit : 2 SKS Semester : 2 : Pendidikan Teknik Arsitektur

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

Kata Kunci: Manajemen Pendidikan, Efektivitas dan Efisiensi, Pembelajaran.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Tahun Ajaran 2011/2012, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Motivasi Memasuki Dunia Kerja berpengaruh positif dan signifikan

SILABUS. Kajian Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

KEBUTUHAN DALAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU MESIN OTOMOTIF SMK TEKNOLOGI DAN REKAYASA. Muhammad Akhyar

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan kebijakan di bidang pendidikan yang dikenal dengan nama link and

Mengupayakan-pembelajaran-yangefektif-untuk peserta didik-sekolah-dasar melalui-optimalisasi kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. kejuruan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA ERA GLOBALISASI. Paningkat Siburian. Abstrak

Analisis Kinerja Dosen Iain Ar-Raniry Banda Aceh

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu sistem pendidikan

MANAJEMEN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN TERHADAP MUTU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN EDUCATION FINANCING MANAGEMENT ON QUALITY OF VOCATIONAL SCHOOL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. anak yang perlu bagi kehidupannya dalam masyarakat, baik sebagai anggota. hidup di dalam masyarakat (Purwanto, 2007: 24).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MAKALAH STRATEGI PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEJURUAN DI INDONESIA. Oleh: Sriyono

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menyiapkan tenaga kerja terampil dan kompeten.

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

KONTRIBUSI MOTIF BERPRESTASI, KONSEP MENGAJAR, DAN PERSEPSI PERANAN TERHADAP PENAMPILAN KERJA GURU

PERANAN PROMOSI JABATAN DALAM USAHA MENINGKATKAN PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA CV. BINA KARYA LAMPUNG SELATAN

KENAKALAN REMAJA. Pandangan. oleh : Yusi Riksa Yustiana, M.Pd. Jurusan PPB FIP UPI. Kenakalan merupakan istilah yang diberikan oleh orang dewasa

PERANAN PROMOSI JABATAN DALAM USAHA MENINGKATKAN PRESTASI KERJA KARYAWAN CV. PROBOLINGGO MANDIRI LAMPUNG TIMUR. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, perkembangan sumber daya. pengetahuan maupun penguasaan tinggi sangat diperlukan.

PEDOMAN KERJA BERBASIS STRUKTUR ORGANISASI

KAJIAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan organisasi/perusahaan dalam menjawab tantangan bisnis di masa

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

PENTINGNYA PERAN SERTA ORANG TUA DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SMK

MATA KULIAH : Pendidikan Teknologi dan Kejuruan KODE MATA KULIAH : TKF 209

STRATEGI PEMBELAJARAN KETERAMPILAN DASAR KEJURUAN

Sistem Informasi Pemasaran, Lingkungan Makro Pemasaran, Sistem Riset Pemasaran dan Proses Riset Pemasaran

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini

RELEVANSI KOMPETENSI LULUSAN SMK DENGAN TUNTUTAN DUNIA KERJA. Ricky Gunawan Jurusan Teknik Mesin FPTK UPI

PEMBERDAYAAN TENAGA PENGAJAR SMK

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

(1999). Menuju Indonesia Modern Bandung : Yayasan Amal Keluarga.

Pudin Saragih. Abstrak

PENGEMBANGAN MATA KULIAH PRAKTEK KEJURUAN BAGI MAHASISWA JPTM FPTK UPI YANG RELEVAN DENGAN KEBUTUHAN SEBAGAI CALON GURU SMK BIDANG TEKNIK MESIN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naima Hady, 2013

DAFTAR PUSTAKA. . (1999). Kebijakan Teknis Pengembangan dan Implementasi Kurikulum Menengah Kejuruan. Jakarta: Balitbang dan Dikdasmen, Depdikbud.

PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH, MOTIVASI KERJA DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA GURU SD MUHAMMADIYAH SE KECAMATAN NGAMPILAN KOTA YOGYAKARTA

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala

DAFTAR PUSTAKA. Dessler, G Human Resource Management. 8th edition. New Jersey: Prentice-Hall,

Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PROSEDUR PENGENDALIAN DOKUMEN DAN DATA. Silabus

PERTEMUAN TUJUAN PERKULIAHAN POKOK BAHASAN/SUB POKOK BAHASAN 1-2 Menguasai Konsep Dasar Manajemen Pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditentukan sebelumnya. Apabila secara formal dalam organisasi maka proses

PEMBAHASAN PETA KONSEP KETERAMPILAN UNTUK PENULISAN BUKU SD, SMP, DAN SMA. Disusun Oleh : Prof. Dr. Arifah A. Riyanto, M.Pd.

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SILABI MANAJEMEN PENDIDIKAN

DAFTAR PUSTAKA. Barnadib, Imam (1986). Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Andi Offset.

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013

ANALISIS STRATEGI TATA LETAK TERHADAP PRODUKTIVITAS OPERASIONAL PRODUKSI DAN INVENTORY CONTROL PADA PT.MEGATAMA PLASINDO

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Prestasi Kerja dan Indikatornya. memberikan dampak yang positif terhadap organisasi, antara lain

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI) UIN AR RANIRY

Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Botupingge Kabupaten Bone Bolango

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, bab IV ayat 5 yang menyebutkan : Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, melindungi kehidupan bangsa serta mampu mencukupi

DAFTAR PUSTAKA. Arcaro, J.S. (2007). Pendidikan Berbasi Mutu, Prinsip-prinsip Perumusan dan. Tata Langkah Penerpan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar

SEMINAR NASIONAL SMK BERBASIS POTENSI UNGGULAN DAERAH DAN KEBUTUHAN MASYARAKAT SEBAGAI UPAYA MENGELIMINASI CITRA SEKOLAH SECOND CHOICE

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu proses belajar mengajar yang dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EFEKTIVITAS PENGAJARAN DALAM MENCAPAI KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

PENGARUH PENGEMBANGAN KARIR DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI YAYASAN LEMBAGA PERS DAN PENDAPAT UMUM PANTAGON SUARA RAKYAT MEDAN

BAB II KERANGKA TEORITIS

Studi Deskriptif mengenai Gaya Kepemimpinan di Balai Besar Pelatihan Pertanian. Lembang. LARISSA GINA SARI, AZHAR EL HAMI, S.Psi, M.

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian pembahasan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan

STUDI TENTANG PERAN SERTA ORANG TUA DAN DUNIA USAHA/INDUSTRI DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SMK NEGERI 1 SINGOSARI.

I PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 5, NO 2, Edisi Juni 2013 (ISSN : )

(2001 ), Standar Peiayanan Minimal Penyelenggaraan Sekolah

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. VALBURY ASIA FUTURES SURABAYA SKRIPSI. Disusun oleh :

PENGARUH KEBIJAKAN UPAH DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN PT X SURABAYA SKRIPSI

Intoduction: Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB 3 ANALISIS SISTEM. terdapat di Fakultas Ilmu Komputer Jurusan Sistem Informasi Universitas Bina

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana

BAB I PENDAHULUAN. produksi/operasi merupakan salah satu fungsi pokok dalam kegiatan

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

PENGGUNAAN LABORATORIUM DALAM MENUNJANG PROSES PEMBELAJARAN TEKNIK PEMESINAN

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANUFAKTUR DI LABORATORIUM PLASTIK INJEKSI POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

DAFTAR PUSTAKA. Alma, B. (1998). Pengantar Bisnis. Bandung: Alfabeta.

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang tahun 2020 perekonomian Indonesia akan berubah dan

MENGUKUR KINERJA SEKOLAH Oleh: RASTO

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

Transkripsi:

STUDI EVALUATIF PELAKSANAAN KEGIATAN UNIT PRODUKSI DI BLPT BANDUNG. (OLEH : IWA KUNTADI) ABSTRAK Studi ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi kualitas perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan unit produksi di BLPT Bandung. Hasil studi (penelitian) menunjukkan bahwa (a) organisasi dan mekanisme pengelolaan unit produksi di BLPT Bandung telah berjalan dengan baik, karena telah disusun dan dilaksanakannya: jadual kegiatan, rencana kerja tahunan, struktur organisasi dan mekanisme kerja unit produksi; (b) mutu hasil pekerjaan unit produksi di BLPT Bandung termasuk baik, karena proses pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan unit produksi atau proses pembuatan barang telah dilakukan secara berkala, oleh orang atau lembaga yang memiliki kewenangan mengevaluasi unit produksi; (c) kegiatan unit produksi memiliki relevansi dengan praktek kejuruan di SMK, karena prestasi belajar siswa yang terlibat dalam kegiatan unit produksi termasuk baik di sekolahnya; (d) tidak terdapat perbedaan yang berarti prestasi praktek UP antara siswa yang berasal dari Sekolah Teknologi Menengah 1 Bandung dengan Sekolah Teknologi Menengah 5 Bandung Kelemahan yang timbul pada pelaksanaan unit produksi ini yaitu : (a) pemasaran produk yang tidak melibatkan petugas unit produksi dan tidak melihat pangsa pasar produk tersebut; (b) rendahnya pemahaman majamemen bisnis dan kepemilikan jiwa wiraswasta pada pengelola unit produksi. Hambatan lain adalah rendahnya teori dan praktek kejuruan peserta unit produksi dan modal kerja unit produksi. Disamping itu juga masih rendahnya jiwa wiraswasta dan pemahaman manajemen bisnis profesional dari para pengelola unit produksi.

Pendahuluan Industrialisasi dalam program pembangunan jangka panjang tahap kedua di Indonesia ditandai dengan realitas dan tuntutan perkembangan teknologi yang meningkat. Perubahan dan perkembangan teknologi tersebut, untuk sebagian menyebabkan situasi kompetitif dalam dunia industri itu sendiri. Dalam hal lain, mendorong adanya peningkatan kualitas, produktivitas, serta volume usaha industri. Kaitannya dengan dunia pendidikan sebagai penghasil tenaga kerja bagi pasar industrial, dituntut untuk menghasilkan kualitas lulusan yang sesuai dengan persyaratan kerja industri. Memang hal tersebut terbukti dari hasil penelitiannya Marzuki (1987), Zulkabir(1990), dan Herminanto (1993), menemukan bahwa selain kesiapan kerja siswa sekolah kejuruan masih rendah, lulusannya juga kurang dapat beradaptasi dengan sarana dan fasilitas kerja yang terdapat di industri. Hal itu diduga akibat dari ketidakpercayaan dan keraguan terhadap penguasaan teori, maupun kemampuan praktek yang diperoleh selama di lembaga sekolah. Keraguan tersebut erat kaitannya dengan fasilitas sekolah, khususnya peralatan praktek yang sangat minim, baik menyangkut kuantitas maupun kualitasnya. Dalam situasi kompetitif dan upaya untuk memperkuat struktur industri, persyaratan kerja yang ditetapkan industri semakin tinggi. Keberadaan tuntutan semacam itu, sesungguhnya masih terdapat ketimpangan dalam peran dan tanggungjawab pendidikan. Dunia pendidikan terus dituntut untuk mengadaptasi dan mengantisipasi tuntutan dunia industri. Akan tetapi,

dunia industri sebagai pemakai tenaga kerja lulusan dunia pendidikan, belum memainkan peranan yang berarti bagi pengembangan dunia pendidikan. Berdasarkan keterbatasan kondisi pada aspek pem-biayaan pendidikan, situasi birokrasi, dan konservativisme yang tidak sejalan dengan dunia pendidikan, maka tuntutan tersebut terasa tidak realistis. Dengan demikian, dunia industri semestinya memberikan kontribusi yang proporsional dalam pengembangan pendidikan. Hal ini tidak berarti mengabaikan upaya dunia pendidikan sendiri untuk meningkatkan kualitasnya. Berada pada tataran demikian, ada suatu fenomena yang dapat dicermati, bahwa di tengah keterbatasan pembiayaan pendidikan, sesungguhnya terdapat inefisiensi dalam pengelolaan pendidikan. Antara lain dalam pengelo-laan sarana dan peralatan praktikum yang tidak optimal, baik dari segi fungsi, waktu, maupun pemanfaatannya. Berkenaan dengan kondisi demikian; disertai dengan berlakunya Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah, memungkinkan sekolah menengah memiliki otonomi untuk menggali dan mengelola dana sendiri. Peraturan Pemerintah No. 29 Pasal 29 ayat 2 tersebut menyebutkan bahwa untuk mempersiapkan siswa sekolah menengah kejuruan menjadi tenaga kerja, maka pada sekolah menengah kejuruan dapat didirikan unit produksi yang bersifat bisnis (profit oriented) dan beroperasi secara profesional. Dikaitkan dengan fenomena keterbatasan pembiayaan pendidikan dan inefisiensi pengelolaan, maka unit produksi dapat

dipandang sebagai upaya untuk mengatasi persoalan tersebut. Jika upaya unit produksi ini berhasil, maka diharapkan lembaga pendidikan mampu memiliki kemandirian, baik dalam aspek pembiayaan maupun penyelenggaraan pendidikan dalam upaya mengembangkan profesionalisme guru dan siswa. Optimalisasi sarana dan peralatan praktikum melalui pengelolaan unit produksi, secara profesional akan semakin memperpendek kesenjangan antara dunia pendidikan dengan realitas dunia kerja. Hal ini siswa dapat dipersiapkan secara terencana dan dilibatkan dalam aktivitas praktek unit produksi tersebut, yang memang berorientasi kepada produk yang dapat diserap oleh pasar industrial. Sejumlah lembaga pendidikan menengah teknologi kejuruan, telah melakukan upaya-upaya pembentukan unit produksi. Pengamatan pendahuluan yang penulis lakukan di beberapa Sekolah Menengah Kejuruan di Bandung (STMN 1, STMN 5, STMN Penerbangan) menemukan fakta bahwa umumnya sekolah-sekolah tersebut mengalami hambatan dalam pembentukan unit produksi tersebut. Hambatan dan masalah yang dihadapi sekolah, umumnya berkisar pada perbedaan dalam aturan, disiplin, dan tujuan antara dunia pendidikan dengan dunia usaha/industri. Unit produksi berorientasi kepada kualitas produk yang dapat memenuhi pasar industrial. Dengan demikian, unit produksi harus mengikuti kultur industri, baik dalam profesionalisme tenaga kerja dan manajerial, efektivitas dan efisiensi pengelolaan, maupun orientasi kepada keuntungan. Ditinjau dari sisi lain, hal tersebut bertentangan dengan prinsip dan konsep pendidikan. Oleh karena itu, adalah menarik

untuk mengkaji bagaimana lembaga pendidikan menengah teknologi kejuruan menghadapi dan mengantisipasi persoalan tersebut. Permasalahan yang hendak dicari pemecahan dan jawabannya melalui studi ini, dirumuskan : Sejauhmana pelaksanaan kegiatan unit produksi di BLPT Bandung sesuai dengan tujuan program yang telah ditetapkan. Tujuan utama pelaksanaan evaluasi, yaitu menilai keberhasilan program, sebenarnya proses evaluasi cukup diarahkan kepada hasil yang dicapai oleh program. Meskipun demikian, sebagai suatu kesatuan pencapaian hasil program unit produksi tidak dapat dilepaskan keterkaitannya dengan perencanaan dan pelaksanaannya. Oleh karena itu, masalah yang akan diteliti difokuskan kepada perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelaksanaan kegiatan unit produksi di BLPT Bandung. Beberapa kegunaan hasil penelitian ini, yaitu: 1. Memberi masukan terhadap lembaga pendidikan khususnya BLPT untuk menyusun pola atau struktur kerja praktikum siswa yang sesuai dengan unit produksi. 2. Memberikan peluang kepada guru/instruktur untuk mengembangkan kreativitas dan semangat kerja. 3. Memberikan motivasi pada siswa untuk mengembangkan usaha mandiri (kewiraswastaan). 4. Melibatkan dunia industri ke dalam dunia pendidikan. 5. Memberikan petunjuk adanya keterkaitan dan kepadanan (link and match) antara

dunia pendidikan kejuruan dengan dunia industri dalam konteks programprogram yang dikembangkan. 6. Memberi gambaran dasar untuk penelitian lebih lanjut, khususnya yang berkenaan dengan unit produksi. 7. Mencoba membuat pola (net work) unit produksi, sesuai dengan rencana pemerintah dalam penerapan Link and Match.. Pembahasan 1. Evaluasi Perencanaan Kegiatan Unit Produksi Evaluasi terhadap perencanaan kegiatan UP menggambarkan bahwa menyusun jadual kegiatan UP, mengorganisasikan kegiatan UP, dan mekanisme kerja organisasi telah dilaksanakan berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh Dikmenjur. Sedangkan rencana anggaran atau biaya produksi dibuat dengan menggunakan sumber anggaran modal yang bersifat internal dan eksternal pada unit produksi yang telah ditentukan. 2. Evaluasi terhadap Pelaksanaan Program Kegiatan Unit Produksi. Evaluasi terhadap pelaksanaan program kegiatan UP, memberikan gambaran sebagai berikut : a. Rencana kerja tahunan program UP dapat direalisasikan sesuai dengan jadual yang telah dibuat bersama.

b. Pelaksanaan kegiatan UP melibatkan sebagian siswa SMK yang memiliki keterampilan tertentu, sedangkan unsur yang paling dominan adalah Koordinator Unit Produksi. c. Pelaksanaan mekanisme kerja UP berjalan dengan baik, karena dukungan manajer, guru, koordinator, dan siswa. d. Tidak semua unsur yang terlibat dalam kegiatan UP, turut serta memasarkan produk hasil kegiatan UP. 3. Evaluasi Program UP a. Evaluasi terhadap kemajuan setiap jenis usaha UP dilakukan secara berkala. b. Manfaat program UP dirasakan oleh siswa dalam bentuk: (1) bertambahnya kegiatan praktek; (2) insentif berupa uang yang digunakan siswa untuk keperluan sehari-hari, membayar SPP, dan modal usaha kecil-kecilan. c. Kegiatan UP relevan dengan pelajaran praktek sekolah. d. Evaluasi pelaksanaan UP dilakukan setiap 3 bulan dan akhir tahun melalui rapat anggota. e. Setiap guru kurang menunjang pelaksanaan UP, sedangkan kemampuan guru cukup menunjang. f. Laporan neraca keuangan dari setiap jenis usaha dalam UP dilakukan setiap bulan. g. Kegiatan UP memberi manfaat bagi kesejahteraan siswa, guru, petugas UP dan karyawan.

h. Pelaksanaan UP relevan dengan kurikulum SMK dan sesuai dengan pelajaran praktek sekolah. i. Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan UP adalah berupa modal, kemampuan praktek, keterbatasan dan ketepatan waktu pesanan barang, dan kemampuan teori kejuruan. Sedangkan pemecahan masalahnya disarankan bahwa UP harus dikelola oleh orang yang berjiwa wiraswasta dan memahami manajemen bisnis. j. Evaluasi Hasil Belajar Siswa dalam Kegiatan Unit Produksi menunjukkan bahwa hasil belajar praktek siswa yang terlibat dalam kegiatan UP tidak berbeda signifikan baik siswa berasal dari Sekolah Teknologi Menengah Negeri 1 Bandung dengan Sekolah Teknologi Menengah Negeri 5 Bandung. Hal ini menunjukkan bahwa : (1) Siswa yang akan dilibatkan dalam kegiatan UP telah diseleksi oleh gurunya berdasarkan kriteria yang ditetapkan pada program UP di BLPT. (2) Evaluasi yang dilakukan untuk menentukan prestasi praktek siswa dalam kegiatan UP berdasarkan pada produk dan job. (3) Karena siswa yang mengikuti kegiatan UP ini adalah siswa yang dipilih terampil dan produk yang akan dihasilkannya adalah produk standar. (4) Siswa yang dilibatkan dalam kegiatan UP di BLPT tidak dilihat dari jenis sekolah dan fasilitas praktikumnya, namun ditinjau berdasarkan kemampuan/ keterampilan prakteknya dan semua siswa diperlakukan sama.

Kesimpulan Pelaksanaan unit produksi dinyatakan berhasil, apabila memenuhi sebagian besar atau keseluruhan kriteria suatu unit produksi yang ditetapkan oleh Dikmenjur Depdikbud. Adapun kriteria unit produksi, diantaranya : (a) organisasi dan mekanisme pengelolaan UP, (b) pemasaran produk, (c) keterlibatan guru dan siswa dalam proses produksi, (d) relevansi program UP dengan program sekolah, (e) mutu hasil pekerjaan, dan (f) manfaat kegiatan UP. Kesimpulan penelitian ini adalah : 1. Evaluasi pelaksanaan unit produksi di BLPT Bandung, untuk kriteria organisasi dan mekanisme pengelolaan UP dinyatakan berhasil, karena UP di BLPT Bandung telah menyusun dan melaksanakan : (a) jadual kegiatan UP, (b) rencana kerja tahunan, (c) struktur organisasi, fungsi, tugas, dan wewenang organisasi, dan (d) mekanisme kerja UP. 2. Evaluasi terhadap pemasaran produk UP menunjukkan keberhasilan BLPT Bandung dalam pemasaran produk, karena UP telah menghasilkan dan memasarkan produk/barang serta terlibatnya koordinator dan pelaksana UP dalam memasarkan produk. Kelemahan BLPT Bandung dalam memasarkan produk adalah mekanisme pemasaran yang tidak melibatkan petugas UP dan pasar, dan ketepatan waktu melaksanakan pesanan barang. 3. Hasil evaluasi terhadap keterlibatan guru dan siswa dalam proses produksi, menunjukkan bahwa BLPT Bandung dalam pelaksanaan kegiatan UP telah

melibatkan semua unsur yang harus ada dalam organisasi UP, yaitu: siswa, guru SMK, petugas UP, pelaksana UP, dan manager. Dengan unsur dominan yang terlibat dalam pelaksanaan UP adalah petugas UP, siswa yang terampil, dan guru SMK. Keterlibatan unsur pendukung UP ditampakkan pada : (a) mekanisme kerja UP, (b) pelaksanaan PKL, dan (c) pemasaran produk. 4. Kegiatan UP di BLPT Bandung memiliki relevansi dengan praktek kejuruan di SMK, dan prestasi belajar siswa yang terlibat dalam kegiatan UP menunjukkan prestasi belajar yang tergolong baik dalam mata pelajaran praktek kejuruan. 5. Tidak terdapat perbedaan prestasi praktek antara siswa yang berasal dari Sekolah Teknologi Menengah Negeri 1 Bandung dengan Sekolah Teknologi Menengah Negeri 5 Bandung. 6. Evaluasi terhadap mutu hasil pekerjaan UP di BLPT Bandung dapat digambarkan melalui : (a) pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan UP atau proses pembuatan barang/produk telah dilakukan oleh Dikmenjur dan P3G dalam bentuk pembinaan, (b) peninjauan langsung manajer terhadap setiap jenis usaha UP, (c) dibuatnya laporan berkala manajer kepada koordinator UP, (d) adanya penanggung jawab pengawasan dan pelaksanaan UP yaitu koordinator UP, (e) program UP dilaksanakan sesuai dengan tujuan UP, (f) evaluasi program dilakukan setiap tiga bulan dan akhir tahun. Ini berarti bahwa pengawasan terhadap mutu hasil pekerjaan telah dilaksanakan oleh BLPT, sesuai dengan kriteria Dikmenjur.

7. Pelaksanaan unit produksi di BLPT Bandung telah memberikan manfaat nyata, yaitu: (a) insentif dalam bentuk honorarium kepada siswa, (b) bertambahnya kegiatan praktek dan keterampilan praktek siswa, (c) kesejahteraan guru dan karyawan. 8. Manfaat program UP kepada siswa dalam bentuk insentif uang belum dimanfaatkan untuk kegiatan yang produktif dan menunjang kelancaran proses belajar siswa, tetapi lebih banyak dimanfaatkan untuk kegiatan yang bersifat konsumtif. 9. Berdasarkan evaluasi terhadap pelaksanaan UP di BLPT Bandung, maka UP di BLPT Bandung telah melaksanakan sebagian besar kriteria keberhasilan suatu UP yang ditetapkan oleh Dikmenjur. Daftar Pustaka : Ahir Bustami. 1975. Mater List of Equipment for Technical Educational Project. Technical Training Centre. Amien, Moh. 1993. Prospek Link and Match dalam Menghadapi Dunia Kerja. Seminar Nasional. Tanggal 11-12 Oktober 1993. Yogyakarta: Senat Mahasiswa MIPA IKIP Yogyakarta. Anderson, Scarvia B., Ball, Samuel, and Murphy, Richard. 1981. Encyclopedia of Education Evaluation, Training Program. San Fransisco: Jossey Bass Publishers. Arikunto Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta., 1988. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Jakarta: P2LPTK.

Asma Affan. 1992. Profesionalisme dalam Manajemen Pendidikan. Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia II. Medan: Tanggal 8 Februari 1992. Beane, James A., Toepfer Conrad F., & Alessi Samuel J. 1986. Curriculum Planning and Development. Boston: Allyn and Bacon, Inc. Depdikbud. 1993. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika., 1994. Konsep Sistem Ganda pada Pendidikan Menengah Kejuruan. Rakernas Depdikbud. Jakarta. Direktorat Dikmenjur. 1993. Informasi Pendidikan Menengah Kejuruan. Rakernas Depdikbud. Jakarta. Agustus 1993. Evans, Rupert N. 1968. Foundation of Vocational Education. Columbus: Charles E. Merril Publishing Co. Finch, Curtis R. dan Crunkilton, John R. 1979. Curriculum Development in Vocational and Technical Education. Boston: Allyn and Bacon, Inc. Harris, Chester W. 1960. Encyclopedia of Educational Research. New York: The Macmillan Co. Heidjrachman R. 1987. Teori dan Konsep Manajemen. Yogyakarta: BPFE dan LMP2AMP-YKPN. Johnson, Richard A., Kast, Fremont E., dan Rosenzweig, J.E. 1973. The Theory and Management of Systems. Japan: McGraw-Hill Kogakusha, Ltd. Leighbody, Gerald B. dan Donald M. Kidd. 1968. Methods of Teaching Shop and Technical Subjects. New York: Delmar Publishers. Manulang M. 1981. Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia. Moekijat. 1991 Latihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Mandar Maju. Morgan, Mary and Piland William E. 1984. Locally Directed Evaluation of Vocational Education. Journal of Vocational and Technical Education 1 (1). Pp. 22-31

Muhammad Fadel. 1992. Industrialisasi dan Wiraswasta, Masyarakat Industri Belah Ketupat. Jakarta: PT. Gramendia Pustaka Utama. Nolker, Helmut dan Eberhard Schoenfeldt. 1983. Pendidikan Kejuruan. Jakarta: PT. Gramedia. Pakpahan Jorlin. 1980. Peningkatan Mutu Guru Teknologi, Analisis Pendidikan. Th. I, No. 2/1980. Posavac, Emil J. & Carey, Raymond G. 1985. Program Evaluation Methods and Case Studies. Englewood Cliffs New Jersey: Prantice-Hall Inc. Siagian S.P. 1979. Peran Staf dalam Manajemen. Jakarta: Gunung Agung. Slamet PH. 1989. Kolaborasi Sekolah Kejuruan dan Dunia Kerja. Harian Kedaulatan Rakyat. Tanggal 11 Desember 1989. Sudjana. 1982. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito. Sukamto. 1988. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Jakarta: P2LPTK. Suradjiman. 1980. Peningkatan Pendidikan Kejuruan Melalui Pembinaan Jiwa Wiraswasta, Analisis Pendidikan. Th. I, No. 2/1980. T. Hani Handoko. 1992. Manajemen, Edisi II. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Thompson, John F. 1973. Foundation of Vocational Education. New Jersey: Prentice- Hall, Inc. Thorogood, Ray. 1982. Current Themes in Vocational Education and Training Polices: Part I. Industrial and Commercial Training. Wenrich, Ralph C. dan J. William Wenrich. 1974. Leadership in Administration of Vocational and Technical Education. Columbus: Charles E. Merril Publishing Co. Zulkabir. 1990. Kesenjangan Okupasional: Kasus STM Pendidikan No. 4/IX/1990. Jawa Barat. Mimbar

Biodata Penulis Iwa Kuntadi, Dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 30 Agustus 1962. Pendidikan formal yang diselesaikannya pada Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FPTK IKIP Bandung, tahun 1987. Pekerjaan sebagai dosen pada Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FPTK IKIP Bandung, mulai tahun 1988 - sekarang dan juga sebagai staf pada Lembaga Penelitian bidang Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup IKIP Bandung. Beberapa karya ilmiah yang ditulis : (1) Kesiapan kerja siswa Sekolah Menengah Kejuruan; (2) Penelitian tentang evaluasi daya dukung dan efektivitas penggunaan peralatan laboratorium praktek di SMK dalam menghasilkan tenaga lulusan yang terlatih.