BAB VIII PENUTUP 8.1. Kesimpulan Desa Muara-Binuangeun adalah salah satu desa pesisir yang ada di kabupaten Lebak, provinsi Banten. Desa ini dibagi menjadi dua yaitu desa Muara I dan desa Muara II. Desa Muara I masuk kedalam areal kawasan kabupaten Lebak, sedangkan desa Muara II masuk kedalam areal kawasan kabupaten Pandeglang, Banten. Aktivitas nelayan lebih terfokus pada desa Muara I. Bahkan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang ada di desa Muara II menjadi tidak aktif karena hampir semua kegiatan pelelangan terpusat di desa Muara I. Dari Tempat Pelelangan Ikan tersebut, kini berkembang menjadi pasar tempat masyarakat bertransaksi dalam jual beli kebutuhan hidup. Bukan hanya ikan yang diperdagangkan, tetapi kebutuhan lain seperti kebutuhan rumah tangga dan sebagainya. Kearifan lokal yang berkembang pada masyarakat nelayan di desa Muara- Binuangeun ini memiliki karakteristik yang disesuaikan dengan lingkungan masyarakat ditempat tersebut dan sangat berkaitan dengan sistem mata pencaharian masyarakat yaitu sebagai nelayan. Profesi sebagai nelayan ini ternyata mempengaruhi pola aplikasi dan bentuk serta karakteristik pada kearifan lokal masyarakat. Misalnya saja, tata upacara ruwatan laut yang merupakan penghargaan bagi penguasa laut. Kearifan lokal ini merupakan suatu keyakinan masyarakat nelayan tentang alam yang telah memberi penghidupan pada mereka. Masyarakat percaya, jika di darat ada penghuninya, maka di laut pun ada 146
penghuninya yang memiliki karakteristik yang sama dengan makhluk yang ada di darat. Makhluk tersebut di sebut dengan sileman. Berdasarkan hal ini, karena masyarakat nelayan ikut mencari nafkah di tempat makhluk tadi, maka sudah sewajarnya diadakan upacara ruwatan sebagai bentuk penghargaan, rasa terimakasih, dan toleransi dengan makhluk yang ada di laut tadi. Masyarakat percaya, jika tidak melakukan upacara tersebut, maka akan terkena musibah seperti paceklik, ataupun kecelakaan di laut seperti kapal tenggelam dan sebagainya. Kearifan lokal yang lainnya adalah kearifan lokal yang berkaitan dengan sistem sosial ekonomi masyarakat nelayan yaitu Langgan. Langgan adalah salah satu kearifan lokal yang berbentuk aturan-aturan khusus atau norma-norma, nilainilai yang mengatur mekanisme yang dijalankan didalamnya untuk mencapai tujuan kesejahteraan secara ekonomi masyarakat (tujuannya di awal) yang ditetapkan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam sistem tersebut. Di samping itu jika difahami lebih jauh, Langgan ini juga diartikan sebagai individu yang melakukan peminjaman modal pada nelayan untuk melaut. Artinya adalah, selain sebagai suatu sistem yang mengatur mekanisme hubungan antara Langgan dengan nelayan, Langgan juga difahami sebagai individu yang memberikan pinjaman modal pada nelayan. Langgan inilah yang kemudian menjadi fokus pada penelitian ini. Langgan memiliki karakteristik bentuk berupa aturan atau norma khusus ada sejak dulu yang merupakan konsensus antara pihak yang terlibat dalam sistem tersebut. Karakteristik lainnya bersesuaian dengan sistem mata pencaharian masyarakat dan lingkungan yang mempengaruhinya. 147
Langgan terlahir dari inisiatif masyarakat dalam memecahkan masalah sosial-ekonomi mereka. Pada saat kemiskinan terjadi pada masyarakat dan implikasinya adalah masyarakat tidak memiliki modal untuk melaut, pada saat itulah timbul inisiatif untuk membuat atau mencari alternatif dalam mencari pinjaman modal. Kemudian terbentuklah Langgan sebagai wujud inisasi masyarakat tadi. Langgan menjadi tempat bagi nelayan dalam memperoleh pinjaman modal untuk melaut. Layaknya lembaga pemberi modal lainnya, Langgan yang merupakan lembaga pemberi modal yang sifatnya tradisional, memiliki serangkaian tata aturan atau kesepakatan dalam proses atau mekanisme yang diterapkannya. Di dalam perkembangannya, sebagai kebudayaan masyarakat, Langgan tumbuh dan berkembang menjadi besar, kemudian mengalami kemunduran kembali. Berdasarkan hal ini, maka Langgan juga mengalami kemungkian untuk berubah seperti halnya kehidupan sosial masyarakat dan kebudayaan masyarakat. Berdasarkan hasil studi di lapangan, terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perubahan pada Langgan. Ketiga faktor tersebut diantaranya adalah : 1. Interfensi ulama melalui agama Islam, yang telah banyak membatasi bahkan mengharamkan praktek-praktek kearifan lokal yang dijalankan oleh masyarakat. Langgan di pandang sebagai suatu bentuk riba, karena praktek Langgan ini mengharuskan para nelayan untuk membayar bunga yang sangat besar dari materi yang dipinjam nelayan. Sehingga praktek Langgan, perlahan mulai tidak disukai dan mulai di tinggalkan oleh masyarakat. 148
2. Interfensi kebijakan pemerintah melalui TPI (Tempat Pelelangan Ikan), dimana keberadaan TPI, telah merubah sistem atau mekanisme yang diterapkan oleh Langgan. Langgan yang semula menerima langsung hasil tangkapan dari nelayan, dengan adanya TPI kini harus melalui administrasi TPI terlebih dahulu. Keuntungan yang besar pun kini mulai dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah melalui TPI. Berdasarkan hal ini, TPI telah merubah / mencampuri kebijakan yang di terapkan oleh Langgan. TPI juga telah dapat mengisi alur mekanisme kerja Langgan dalam sistem kerja Langgan yang ada di Desa Muara Binuangeun. 3. Kemiskinan dan perpindahan profesi yang terjadi pada masyarakat, dimana pada saat mata pencaharian sebagai nelayan tidak lagi menjanjikan, maka banyak masyarakat beralih profesi dan meninggalkan pekerjaan sebagai nelayan. Perpindahan profesi ini juga di dorong oleh keinginan masyarakat yang besar untuk keluar dari masalah ekonomi. Hal inilah yang kemudian menjadi penyebab perubahan pada Langgan. Langgan yang semula dikhususkan hanya untuk masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan, ternyata secara diam-diam banyak nelayan yang mencoba usaha kecil-kecilan di luar mata pencahariannya sebagai nelayan. Inilah yang menyebabkan banyak Langgan yang gulung tikar. 8.2. Rekomendasi Meskipun Langgan dipandang banyak merugikan masyarakat dengan dampak negatif yang ditimbulkannya, keberadaan Langgan harus tetap dipertahankan. Karena Langgan juga banyak memiliki dampak positif bagi masyarakat desa Muara, misalnya saja adalah Langgan telah membantu masyarakat dalam memperoleh modal, memasarkan hasil tangkapan nelayan, memiliki aturan yang berlandaskan modal sosial masyarakat dan sebagainya. 149
Sehingga perlu adanya pembenahan dalam sistem hubungan yang diterapkan oleh Langgan. Disinilah peran semua pihak harus benar-benar dilibatkan dalam rangka memperbaiki sistem yang telah ada dan telah terbangun sejak lama. Bukan Langgan-nya yang merugikan masyarakat sebenarnya, akan tetapi mekanisme dan tata-aturannya yang harus dirubah dan disesuaikan dengan kebutuhan semua pihak yang terlibat dalam sistem tersebut. Dengan demikian, diharapkan tidak akan ada pihak yang akan merasa dirugikan dari praktek Langgan ini. Jika mekanismenya dijalankan dengan baik, maka tidak akan merugikan pihak manapun. Seperti tujuan adanya Langgan semula yaitu untuk membantu masyarakat keluar dari masalah sosial-ekonomi masyarakat, maka hendaknya Langgan dikembalikan pada tujuan semula tadi. Dengan demikian, Langgan akan menjadi sangat menguntungkan bagi masyarakat. Sebenarnya, keberadaan Langgan telah banyak membantu masyarakat dalam memperoleh modal. Dengan mekanisme yang mudah dalam proses peminjamannya, masyarakat nelayan dapat dengan cepat memperoleh modal untuk melaut. Kesalahan bukan hanya terjadi pada Langgan saja, akan tetapi masyarakat juga memiliki posisi yang sama seperti Langgan. Andai saja, sikap konsumtif nelayan dapat dihilangkan, maka mereka tidak akan kekurangan modal untuk melaut. Di sisi lain, pemerintah juga sama. Andai saja program pemerintah lebih melihat pada kearifan lokal yang berkembang pada masyarakat dan berangkat dari kebutuhan yang krusial pada masyarakat, maka kegagalan dalam pembangunan dapat dihilangkan atau paling tidak, diminimalisir. Berdasarkan hal ini, maka rekomendasi yang dapat diberikan antara lain : 150
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang kearifan lokal masyarakat nelayan di desa Muara. Mengingat keterbatasan pengetahuan peneliti, masih banyak hal-hal lain yang masih belum tergali. Dengan diketahuinya kearifan lokal masyarakat yang lebih mendalam, maka diharapkan akan menjadi modal dalam menentukan bentuk pembangunan yang ideal untuk dijalankan dilokasi penelitian. Ini juga akan menjadi masukan bagi berbagai pihak dalam rangka kemajuan pembangunan. 2. Bagi masyarakat Desa Muara, hendaknya tidak selalu bergantung pada sesuatu hal saja (seperti pada Langgan misalnya), dan mencoba untuk menghilangkan kebiasaan buruk seperti prilaku konsumtif dan boros. Sehingga dapat keluar dari masalah-masalah sosial-ekonomi. Disamping itu, masyarakat juga hendaknya terus bersama-sama memupuk sikap dan tindakan kolektif dalam menjaga dan melestarikan kearifan lokal yang mereka miliki. Karena kearifan lokal tersebut merupakan ciri khas dan cerminan dari prilaku dan kebiasaan masyarakat yang diperlihatkan melalui modal sosial dan aplikasi dari kearifan lokal itu sendiri. 3. Bagi akademisi, diharapkan hasil penelitian ini menjadi bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya demi kemajuan bersama. 4. Bagi pemerintah, diharapkan akan menjadi bahan rujukan dan sebagai masukan untuk pembuatan kebijakan selanjutnya demi kemajuan bersama. 151