JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

HUBUNGAN KECEMASAN REMAJA DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PADA SISWI SMP X BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda, namun hampir 90% wanita memiliki siklus hari dan hanya 10-15%

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID PADA MAHASISWI PRODI D III KEBIDANAN TINGKAT II STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS

BAB I PENDAHULUAN. produksi zat prostaglandin (Andriyani, 2013). Disminore diklasifikasikan

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*)

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja (pubertas) merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-15% diantaranya

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN USIA MENARCHE DENGAN DISMENORHEA PRIMER PADA REMAJA PUTRI KELAS XI SMA NEGERI 15 PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. distribusi lemak pada daerah pinggul. Selama ini sebagian masyarakat merasa

Nurul Fatimah, Isy Royhanaty, Sawitry Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, STIKES Karya Husada Semarang

HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN SIKAP REMAJA PRE MENARCHE DI SMPN 1 BRATI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN STRES BELAJAR DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEMESTER 2 STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2010

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KETIDAKTERATURAN MENSTRUASI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu. Meskipun menstruasi adalah proses fisiologis, namun banyak perempuan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan biologis dan psikologis yang pesat dari masa kanak-kanak ke masa

Hubungan Olahraga Dengan Kejadian Dismenorea Mahasiswi Tingkat 1 Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi

TINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PREMENSTENSION KELAS X

HUBUNGAN STRES BELAJAR DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA ( TAHUN ) TENTANG DYSMENORRHEA DI SMPN 29 KOTA BANDUNG

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MENSTRUASI TERHADAP UPAYA PENANGANAN DISMENORE PADA SISWI SMA NEGERI 1 BUNGKU TENGAH

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI

Rahmawati, Murwati, Henik Istikhomah Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI DI SMAN 1 SENTOLO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Stikes Paguwarmas Journal of Midwivery and Pharmacist.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah sebuah periode transisi dari dari kanak-kanak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengalami menstruasi atau haid. Menstruasi merupakan bagian dari proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA USIA SAAT TIMBULNYA MENARCHE DENGAN USIA SAAT TERJADINYA MENOPAUSE WANITA DI KECAMATAN KARTASURA. Merry Tiyas Anggraini*

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN SINDROMA PRAMENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 4 SURAKARTA

[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI YA II SURABAYA PROGRAM FAKULTAS SKRIPSI ANALISIS FAKTOR KEJADIAN DISMINORE...

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWI SD TENTANG MENSTRUASI SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN DI SDN SAMPANGAN 01 SEMARANG

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 1 KAHU KABUPATEN BONE

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN ORANG TUA (IBU) DENGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DISMENOREA DAN PENANGANANNYA DI MA AN-NUR KOTA CIREBON TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua,

HUBUNGAN USIA MENARCHE, LAMA MENSTRUASI, DAN RIWAYAT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN 2015.

HUBUNGAN PERAN IBU SEBAGAI PENDIDIK DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SISWI KELAS VII SMP NEGERI I TANGEN SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. disabilitas yang seringkali dipakai kalangan publik atau institusi pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

BAB VI PEMBAHASAN. A. Pembahasan Univariat 1) Kejadian Dismenore Responden. yang tidak mengalami dismenore sebanyak 55 orang (55%).

PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS I SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN TENTANG MENSTRUASI

BAB I PENDAHULUAN. antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut WHO (World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan

BAB I PENDAHULUAN. dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MAHASISWI KEPERAWATAN SI DALAM MENGATASI DISMENORE

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terhadap stress (Isnaeni, 2010). World Health Organization (WHO) dan belum menikah (WHO dalam Isnaeni, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak. menuju masa dewasa. Banyak perubahan-perubahan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu periode dalam siklus kehidupan. Pada masa

PENGETAHUAN TENTANG JAMU SEBAGAI PEREDA NYERI HAID PADA SISWI SMA N 1 JATINOM KLATEN. Indri Kusuma Dewi 1 ) Bambang Yunianto 2 ) ABSTRAK

Daftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia,

Rika Herawati : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Nyeri Haid (Dismenorea) Pada Siswi Madrasah Aliyah Negeri Pasir Pengaraian 2017

HUBUNGAN STRESS TERHADAP SIKLUS MENSTRUASI MAHASISWI

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NYERI MENSTRUASI (DISMENOREA) PADA REMAJA PUTRI DI BEBERAPA SMA DI KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

SIKAP REMAJA PUTRI USIA TAHUN TENTANG MENARCHE DI SMP N BANDARKEDUNGMULYO KABUPATEN JOMBANG ABSTRAK

HUBUNGAN STATUS GIZI, STRESS, OLAHRAGA TERATUR DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI SMA ST. THOMAS 2 MEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa remaja banyak terjadi perubahan baik secara fisik

HUBUNGAN DISMENOREA TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWI SMA MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa. remaja adalah anak

Yuli S. BR Sitorus 1, Sri Rahayu Sanusi 2, Maya Fitria 2 ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa kanak kanak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi.

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Abstrak. Analisis Kejadian Dismenore Primer Pada Remaja Putri Kelas XI SMK YAPSIPA Kota Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. Masa pubertas merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi remaja.

PENGETAHUAN MENSTRUASI REMAJA YANG MENGALAMI SUBSTITUSI POLA ASUH PADA KELUARGA TKI. Hery Ernawati

Transkripsi:

FACTORS - FACTORS RELATED TO THE EVENT DYSMENORRHEA IN GRADE X IN SMK AS SYIFA KISARAN TAHUN 2015 JOHARMI DOSEN TETAP AKADEMI KEBIDANAN AS SYIFA KISARAN ABSTRAK Dysmenorrhea is a menstrual pain experienced by many women in the reproductive age. The incidence of menstrual pain in the world is very high, on average more than 50% of women in every country have experiencing menstrual pain. In the United States this percentage is about 60% and in Sweden around 72% while in Indonesia is estimated that 55% of women of reproductive age who are tortured by pain during menstruation. This study is aimed to find the correlation between age of menarche and, duration of menstrual pain, stress and the incidence of dysmenorrhea in students of Class X at SMK AS SYIFA KISARAN. This was an analytical study with cross-sectional approach. The population in this study was all students in Class X of AS SYIFA KISARAN as many as 136 female students, that sampled by using probability sampling technique. The probability sampling used was simple random sampling. The results of this study indicate that there are 50 students (86.2%) who have age of menarche 10 years, have normal duration of menstruation (3-7 days), as many as 34 students (58.4%), 33 students (56.9%) suffered from stress. There is no significant correlation between age of menarche and the incidence of dysmenorrhea (p-value = 0.086), there is a significant correlation between duration of menstruation and the incidence of dysmenorrhea (p-value = 0.040), there is a significant correlation between stress and the incidence of dysmenorrhea (p-value = 0.032). The female students are expected to improve their efforts in anticipating dysmenorrhea pain that suffered, for example by controlling stress. It can be done with regular exercise, adequate rest, good time management, and make new friends. In addition, the students should to undertake preventive measures against dysmenorrhea which often occurs during menstruation, especially for females who have history of family about positively dysmenorrhea and to visit to a doctor in order to perform early prevention of other endometritis diseases. Keywords : Dysmenorrhea, Age of menarche, Duration in menstruate, Stress PENDAHULUAN Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial. Perubahan paling awal muncul yaitu perkembangan secara biologis. Salah satu tanda keremajaan secara biologi yaitu mulainya remaja mengalami menstruasi (Rahmawati, 2012). Menstruasi pertama kali biasanya dialami oleh perempuan sekitar usia 10 tahun, namun bisa juga lebih dini atau lebih lambat. Menstruasi merupakan hal yang menandakan bahwa seorang perempuan tersebut sehat serta sistem reproduksinya bekerja dengan normal. Sehingga terjadinya menstruasi sangatlah penting, khususnya bagi kesehatan organ reproduksi seorang perempuan (Laila, 2011). Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Kebanyakan wanita tidak merasakan gejalagejala pada waktu menstruasi, tetapi sebagian kecil merasakan berat di panggul atau merasa nyeri haid. Dalam keadaan normal, masa reproduksi dimulai ketika sudah terjadi pengeluaran sel telur yang matang (ovulasi) pada siklus menstruasi (Proverawati, 2009). Dismenore adalah perasaan nyeri haid yang intens dan kram tergantung pada tingkat keparahan, dismenore dinyatakan sebagai dismenore primer atau dismenore sekunder. 158

Gejala dismenore primer terasa dari awal periode menstruasi dan dirasakan seumur hidup. Karena kontraksi rahim abnormal akibat ketidakseimbangan kimia sehingga mengalami kram menstruasi berat. Sedangkan dismenore sekunder dimulai pada tahap selanjutnya. Masa remaja atau masa puber adalah suatu tahapan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa dimana terjadi kematangan, pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik fisik maupun psikologis. Perkembangan yang pesat ini berlangsung pada usia 11-16 tahun, dan anak perempuan lebih cepat dewasa dibandingkan anak laki- laki. Pada masa pubertas organ-organ reproduksi mulai berfungsi, misalnya pada remaja putri adalah mulai menstruasi. Datangnya menstruasi tidak sama pada setiap remaja putri, banyak faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut (Proverawati, 2009). Dalam Jurnal Occupation And Environmental Medicine, (2008) disebutkan dismenore banyak dialami oleh para wanita. Di Amerika Serikat diperkirakan hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-15% diantaranya mengalami dismenore berat, yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun. Telah diperkirakan bahwa lebih dari 140 juta jam kerja yang hilang setiap tahunnya di Amerika Serikat karena dismenore primer. Angka kejadian nyeri menstruasi di dunia sangat besar, rata- rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami nyeri menstruasi. Di Amerika angka prosentasenya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72% sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55% perempuan usia reproduktif yang tersiksa oleh nyeri selama menstruasi (Proverawati, 2009). Menurut Proverawati, (2009) menyatakan faktor resiko timbulnya dismenore bermacam-macam yaitu menstruasi pertama pada usia yang amat dini, belum pernah melahirkan anak, periode menstruasi yang lama, status gizi, merokok, kebiasaan olahraga, stress. Menarche pada usia lebih awal, menurut Proverawati, (2009), usia saat seorang anak perempuan mulai mendapat menstruasi sangat bervariasi. Terdapat kecenderungan bahwa saat ini anak mendapat menstruasi yang pertama kali pada usia yang lebih muda. Ada yang berusia 12 tahun sudah mendapat menstruasi yang pertama kali, yang usia 8 tahun sudah mengalami dan ada juga yang usia 16 tahun baru mengalami. Menarche pada usia lebih awal menyebabkan alat-alat reproduksi belum berfungsi secara optimal dan belum siap mengalami perubahan-perubahan sehingga timbul nyeri ketika menstruasi, biasanya terjadi pada usia < 12 tahun. Lama menstruasi lebih dari normal atau hipermenorea menurut Proverawati (2009), hipermenorea adalah pendarahan menstruasi yang banyak dan lebih lama dari normal, yaitu 6-7 hari dangan ganti pembalut 5-6 kali perhari. Menstruasi normal biasanya 3-5 hari (3-7 hari masih normal), jumlah darah rata-rata 35 cc (10-80 cc masih dianggap normal), kira-kira 2-3 kali ganti pembalut perhari. Penyebab hipermenorea biasanya berhubungan dengan gangguan endokrin dan juga disebabkan karena adanya gangguan inflamasi, tumor uterus, dan gangguan emosional juga dapat mempengaruhi pendarahan. Lama menstruasi lebih dari normal, menimbulkan adanya kontraksi uterus, bila menstruasi terjadi lebih lama mengakibatkan uterus lebih sering berkontraksi dan semakin banyak prostaglandin yang dikeluarkan. Produksi prostaglandin yang berlebihan menimbulkan rasa nyeri, sedangkan kontraksi uterus yang terus menerus menyebabkan suplay darah ke uterus terhenti dan terjadi disminore. Faktor stress adalah respon dari tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Bila seseorang setelah mengalami stres mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut mengalami distres. Pada gejala stres, gejala yang dikeluhkan penderita didominasi oleh keluhan-keluhan somatik (fisik), tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan psikis. Disisi lain saat stres, tubuh akan memproduksi hormon adrenalin, estrogen, progesteron serta prostaglandin yang berlebihan. Estrogen dapat menyebabkan peningkatan kontraksi uterus secara berlebihan, sedangkan progesteron bersifat menghambat kontraksi. Peningkatan kontraksi secara berlebihan ini menyebabkan rasa nyeri. Selain itu hormon adrenalin juga meningkat sehingga menyebabkan otot tubuh tegang termasuk otot rahim dan dapat menjadikan nyeri ketika menstruasi (Isnaeni, 2010). 159

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Ifa (2011), dengan judul Beberapa faktor yang mempengaruhi dengan kejadian dismenore primer pada mahasiswi Akbid Al-hikmah Jepara, dengan 40 responden ditemukan 87,5 % responden mengalami dismenore primer. Hasil penelitian ini sesuai teori yang ada serta sama dengan hasil penelitian yang dilakukan Novi (2006) di Desa Banjar Kematren dan Kumbhar et al (2011) di Kota Kadapa India yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara riwayat keluarga dengan kejadian dismenorea. Berdasarkan fenomena yang peneliti temukan di sekitar lingkungan tempat tinggal, yang berkaitan dengan angka kejadian terbesar di dunia mengenai dismenore, dan peneliti sendiri adalah seorang perempuan yang juga pernah mengalami dismenore, maka dari itu, peneliti tertarik untuk meneliti faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian dismenore dan dikuatkan dengan adanya studi pendahuluan di SMK AS SYIFA KISARAN yang mayoritas sebagian besar siswanya adalah remaja putri. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 27 Januari 2015 terhadap 10 siswi kelas X di SMK AS SYIFA KISARAN, didapatkan 10 siswi mengatakan bahwa mereka sudah mengalami menstruasi, 7 siswi (70%) mengalami dismenore mengatakan nyeri menstruasi di hari 1-3, dan 3 siswi (30%) tidak mengalami dismenore mengatakan mereka tidak merasakan nyeri pada saat menstruasi. Di temukan 7 siswi yang mengalami dismenore dengan tingkatan yang berbeda beda. Dari 7 siswi yang mengalami dismenore tersebut diantaranya mengalami nyeri dismenore tingkat ringan ada 2 siswi sebesar 28,5 %, kemudian nyeri dismenore tingkat sedang ada 4 siswi sebesar 57,1 % dan nyeri dismenore tingkat berat ada 1 siswi sebesar 14,2 %, ke tujuh siswi tersebut mengatakan dimana terjadi stress yang bersamaan dengan datangnya haid, dan menstruasi yang lamanya lebih dari 5 hari, mereka juga mengatakan pertama kali mendapatkan menstruasi pada usia kurang dari 10 tahun. Berdasarkan uraian yang terjadi diatas, membuat peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai, faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dismenore pada siswi kelas X SMK AS SYIFA KISARAN, diantaranya yang paling banyak dialami yaitu faktor yang berhubungan dengan stress, usia menarche dan lama menstruasi. Metode Pengolahan dan Analisa Data Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah analitik. Menurut Notoatmodjo (2010), analitik adalah penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena itu terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian dismenore pada siswi kelas X SMK AS SYIFA KISARAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dimana subyek penelitian hanya diteliti dan diobservasi atau diukur pada waktu yang bersamaan, hanya sekali saja tanpa ingin mengetahui perkembangan selanjutnya (Nursalam,2008). Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas X SMK AS SYIFA KISARAN yang berjumlah 136 orang. Sampel Adapun sampel penelitian ini adalah siswi kelas X SMK AS SYIFA KISARAN yang telah mengalami menstruasi dan termasuk dalam usia remaja menurut WHO yaitu 12 24 tahun, sejumlah 58 orang. Teknik Sampling Probability Sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling yaitu pemilihan sampel yang dilakukan secara acak dengan memilih sampel yang telah memenuhi kriteria sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi, tanpa memperhatikan strata (jenjang) dimana elemen populasi berpeluang sama untuk menjadi elemen sampel. 160

Cara pengumpulan data Pengumpulan data merupakan kegiatan penelitian untuk mengumpulkan data. Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu dilihat alat ukur pengumpulan data agar memperkuat hasil penelitian (Hidayat, 2010). Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa : a. Data Primer Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari objek-objek penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi (Riwidikdo, 2008). Data primer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dengan wawancara kepada responden yang berisi pertanyaan tentang umur menarche, lama menstruasi, dan stress b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian (Riwidikdo, 2008). Data sekunder yang digunakan untuk mendukung data primer diperoleh dari SMK AS SYIFA KISARAN yakni jumlah siswi kelas X SMK AS SYIFA KISARAN dengan cara pengumpulan absensi kelas X dan konfirmasi pada bagian pendidikan yaitu yang berjumlah 136 siswi. Proses pengumpulan data Merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Pengumpulan data dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut : a. Mengajukan ijin penelitian kepada Kepala Sekolah SMK AS SYIFA KISARAN. b. Setelah memperoleh izin dan data yang berkaitan dengan penelitian di SMK AS SYIFA KISARAN, peneliti menentukan jumlah responden yang akan diteliti dengan menggunakan tehnik Simple Random Sampling. c. Peneliti menjelaskan prosedur penelitian yang akan dilakukan, serta meminta bantuan terhadap pihak sekolah dalam pengumpulan siswi yang akan menjadi responden. d. Setelah menentukan jadwal penelitian, peneliti dan pihak sekolah mempersiapkan responden yang sudah dipilih dengan menggunakan tehnik Simple Random Sampling beserta tempat yang akan digunakan oleh peneliti. e. Peneliti mengadakan pendekatan kepada responden untuk memberikan penjelasan dan membuat kesepakatan bahwa responden bersedia menjadi responden. f. Peneliti menyerahkan kuesioner kepada respoden dan peneliti mengarahkan dan medampingi responden untuk mengisi kuesioner. g. Setelah semua pertanyaan kuesioner dijawab dengan lengkap, responden diminta untuk mengembalikan kepada peneliti. h. Setelah semua data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data. Uji Validitas dan Reliabilitas Teknik pengujian instrument berupa angket, sebelum disebarkan terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas yang dilaksanakan di SMK AS SYIFA KISARAN. 1. Uji Validitas Menurut Notoatmodjo (2008), validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui kuesioner yang kita susun tersebut valid atau benar-benar sudah diukur. 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Untuk perhitungan uji reliabilitas ini harus dilakukan hanya pada pertanyaanpertanyaan yang sudah memiliki validitas (Notoatmodjo, 2010). HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Usia Menarche pada siswi kelas X SMK AS SYIFA KISARAN Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana disajikan pada tabel 5.1, ditemukan bahwa responden siswi kelas X SMK AS SYIFA KISARAN yang memiliki umur menarche 10 tahun sejumlah 50 siswi (86,2%), dan yang memiliki umur menarche < 161

10 tahun sejumlah 8 siswi (13,8%). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri kelas X SMK AS SYIFA KISARAN memiliki umur menarche 10 tahun. Usia menarche 10 tahun yang sebagian besar dialami oleh remaja putri SMK AS SYIFA KISARAN ini merupakan hal yang wajar, hal ini karena memang pada umumnya menarche atau menstruasi pertama yang dialami oleh wanita biasanya terjadi pada usia 10-16 tahun. Hal ini dikarenakan bahwa usia menarche dipengaruhi oleh faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan. Sebagaimana dinyatakan oleh (Proverawati 2009) bahwa menarche adalah menstruasi pertama kali yang dialami kaum perempuan yang merupakan tanda awal dimulainya kehidupan baru sebagai remaja dalam masa pubertas yang biasanya terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun. B. Gambaran Lama Menstruasi pada Siswi Kelas X SMK AS SYIFA KISARAN Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana disajikan pada tabel 5.2, ditemukan bahwa responden siswi kelas X SMK AS SYIFA KISARAN yang mengalami lama menstruasi yang normal (3-7 hari) sejumlah 34 siswi (58,4%) dan yang mengalami lama menstruasi tidak normal (8 hari atau lebih) sejumlah 24 siswi (41,4%). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden siswi kelas X SMK AS SYIFA KISARAN mengalami lama menstruasi yang normal (3-7 hari). Lama menstruasi yang normal (3-7 hari) yang dialami oleh siswi kelas X SMK AS SYIFA KISARAN merupakan periode menstruasi yang baik. Menstruasi normal biasanya 3-5 hari (3-7 hari masih normal), jumlah darah rata-rata 35 cc (10-80 cc masih dianggap normal), kira-kira 2-3 kali ganti pembalut per hari (Wiknjosastro 2005). C. Gambaran tingkat stress yang dialami oleh siswi kelas X SMK AS SYIFA KISARAN Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana disajikan pada tabel 5.3, dapat diketahui bahwa responden siswi kelas X SMK AS SYIFA KISARAN lebih banyak yang mengalami stress, yaitu sejumlah 33 siswi (56,9%). Stress yang dialami oleh siswi kelas X SMK AS SYIFA KISARAN bisa disebabkan oleh banyak hal, diantaranya stress dapat dipicu karena siswi mau menghadapi ujian tengah semester. Selain itu juga stress karena kehilangan atau bertengkar dengan pacar atau orang yang disayangi bisa membuat remaja menjadi depresi dan stress jika terlalu dipikirkan. Kemudian stress yang dialami oleh remaja juga bisa terjadi akibat konflik di dalam keluarga seperti pertengkaran keluarga, masalah prestasi sekolah atau kegagalan. Kehidupan sekolah juga menjadi salah satu faktor utama penyebab stress pada remaja. Tuntutan akademis yang dinilai terlampau berat, hasil ujian yang buruk, tugas yang menumpuk dan ekspektasi orangtua yang terlalu tinggi pada anak hanyalah beberapa contoh dari faktor ini. Demikian pula dengan lingkungan pergaulan, dimana teman bagi seorang remaja bisa jadi segalanya, bahkan melebihi keluarganya sendiri (Froggatt,W, 2003). D. Gambaran Kejadian dismenore pada Siswi Kelas X SMK AS SYIFA KISARAN Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana disajikan pada tabel 5.4, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden siswi kelas X SMK AS SYIFA KISARAN mengalami dismenore saat haid, yaitu sejumlah 44 siswi (75,9%). Dismenore atau nyeri haid yang sebagian besar dialami oleh siswi kelas X SMK AS SYIFA KISARAN ini wajar terjadi karena dismenore merupakan hal yang paling sering dialami oleh wanita yang telah menginjak masa remaja. Apalagi, saat haid remaja sedang mengalami kecemasan atau stress tentu akan menambah rasa nyeri yang dialaminya, karena kecemasan dan kegelisahan dapat meningkatkan kadar prostaglandin dalam tubuh yang dapat meningkatkan rasa nyeri. Selain itu, dismenore yang terjadi pada siswi bisa disebabkan masalah siswi misalnya masalah pergaulan dengan teman sebaya, ditinggal pacar, kelelahan karena kesibukan baik di sekolah atau tugas dari orang tua misalnya mencuci, mengepel, dan sebagainya. 162

Dismenore juga bisa disebabkan oleh keadaan emosional seseorang, dimana pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apabila mereka tidak mendapatkan penerangan yang baik tentang proses haid maka mudah timbul terjadinya dismenore. Ketidaksiapan remaja putri dalam menghadapi perkembangan dan pertumbuhan pada dirinya tersebut mengakibatkan gangguan psikis yang akhirnya menyebabkan gangguan fisiknya, misalnya gangguan haid seperti dismenore. Remaja dan ibu-ibu yang emosinya tidak stabil lebih mudah mengalami nyeri menstruasi (Proverawati, 2009). E. Hubungan Usia Menarche dengan Kejadian Dismenore Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana disajikan pada tabel 5.5, dapat diketahui bahwa siswi dengan umur menarche < 10 tahun yang mengalami dismenore sejumlah 50,0%. Ini disebabkan Umur menarche yang terlalu muda (<10 tahun) dimana organ-organ reproduksi belum berkembang secara maksimal dan masih terjadi penyempitan pada leher rahim, maka akan timbul rasa sakit pada saat menstruasi, karena organ reproduksi wanita belum berfungsi secara maksimal (Prawirohardjo, 2005). Siswi dengan umur menarche 10 tahun yang mengalami dismenore sejumlah 80,0%. Ini bisa terjadi karena dismenore disebabkan oleh faktor lain bukan usia menarche, meskipun usia menarche sudah menunjukkan normal namun jika terdapat gangguan lain misalnya stress maka remaja tetap akan mengalami dismenore. F. Hubungan Stres dengan Kejadian Dismenore Berdasarkan tabel 5.7, dapat diketahui bahwa siswi yang mengalami stress yang mengalami dismenore sejumlah 87,9%, sedangkan siswa yang tidak stress yang mengalami dismenore sejumlah 60,0%. Ini menunjukkan bahwa kejadian dismenore lebih berpeluang terjadi pada siswi yang mengalami stress dibandingkan siswi yang tidak mengalami stress. Hal ini karena siswi yang stress, tubuh akan memproduksi hormon adrenalin, estrogen, progesteron serta prostaglandin yang berlebihan. Estrogen dapat menyebabkan peningkatan kontraksi uterus secara berlebihan, sedangkan progesteron bersifat menghambat kontraksi. Peningkatan kontraksi secara berlebihan ini menyebabkan rasa nyeri. Selain itu hormon adrenalin juga meningkat sehingga menyebabkan otot tubuh tegang termasuk otot rahim dan dapat menjadikan nyeri ketika menstruasi (Isnaeni, 2010) Dari hasil penelitian juga diperoleh siswi yang tidak stress tapi mengalami dismenore sebanyak 15 responden (60,0%). Hal ini bisa terjadi misalnya karena kegiatan siswi yang terlalu padat dalam kesehariannya sehingga dapat menyebabkan kelelahan pada siswi, keadaan ini tentu dapat menyebabkan nyeri dismenore (Hawari, 2008). Kesimpulan 1. Sebagian besar siswi kelas X SMK AS SYIFA KISARAN memiliki umur menarche 10 tahun sejumlah 50 siswi (86,2%) 2. Sebagian besar responden siswi kelas X SMK AS SYIFA KISARAN mengalami lama menstruasi yang normal (3-7 hari), yaitu sejumlah 34 siswi (58,4%) 3. Responden siswi kelas X SMK AS SYIFA KISARAN lebih banyak yang mengalami stress, yaitu sejumlah 33 siswi (56,9%) 4. Sebagian besar responden siswi kelas X SMK AS SYIFA KISARAN mengalami dismenore saat haid, yaitu sejumlah 44 siswi (75,9%) 5. Tidak ada hubungan yang signifikan antara umur menarche dengan kejadian dismenore pada siswi kelas X SMK AS SYIFA KISARAN dengan p-value = 0,086 > α (0,05). 6. Ada hubungan yang signifikan antara lama menstruasi dengan kejadian dismenore pada siswi kelas X SMK AS SYIFA KISARAN dengan p-value 0,040 < α (0,05). 7. Ada hubungan yang signifikan antara stress dengan kejadian dismenore pada siswi kelas X SMK AS SYIFA KISARAN dengan p-value 0,032 < α (0,05). 163

Saran 1. Bagi SMK AS SYIFA KISARAN Diharapkan pihak sekolah dapat memberikan pelatihan kepada guru untuk meningkatkan keterampilannya dalam memberikan bimbingan dan konseling pada siswi dalam mengatasi stress yang dialami siswi sehingga siswi dapat merasa nyaman dan dapat mengendalikan stress yang dideritanya serta dapat meringankan nyeri dismenore yang dirasakan. 2. Bagi Institusi Adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi penelitian yang akan datang dan dapat sebagai pendukung teori tentang dismenore. 3. Bagi Siswi Diharapkan siswi dapat lebih meningkatkan upayanya untuk mengantisipasi nyeri dismenore yang dideritanya, misalnya dengan cara mengendalikan stress. Pengendalian stress dapat dilakukan dengan olahraga secara teratur, istirahat yang cukup, management waktu yang baik, dan memperbanyak teman. Selain itu, sebaiknya siswi untuk melakukan upaya preventif terhadap dismenore yang sering terjadi saat menstruasi, terutama bagi siswi yang memiliki riwayat keluarga dengan kejadian dismenore dan melakukan pemeriksaan diri ke dokter agar dapat melakukan pencegahan dini terhadap penyakit-penyakit endometris lainnya. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya agar mengembangkan penelitian ini dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang lebih banyak lagi yang juga mempengaruhi kejadian dismenorea misalnya usia menarche, masa menstruasi, kebiasaan berolahraga, dan riwayat keluarga serta memperluas ruang lingkup dan memperbanyak sampel agar ruang lingkup dan generalisasi penelitian menjadi lebih luas. DAFTAR PUSTAKA Arifin. 2005. Efektivitas Senam Dismenore Dalam Mengurangi Dismenore Pada Remaja Putri Di SMUN 5 Semarang. Online:http://eprints.undip.ac.id/ 9253/1/ARTIKEL_SKRIPSI234.pdf. diakses pada tanggal 2 desember 2013 Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Baziad, A. 2003. Menopause dan Andropause. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwaono Prawirohardjo. Bobak, LJ. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC. Dahlan, MS. 2008. Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Uji Hipotesis Dengan Menggunakan SPSS Seri 1. Jakarta: Arkans. Dorland, 2005. Buku Saku Kedokteran. Jakarta : EGC. Froggatt,W. 2003. Free from stres hal 11 panduan mengatasi kecemasan. Kelompok Grame Hawari, D. 2008. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : FKUI. Hidayat, A. A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika Hurlock, E.B., 2007. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi 5, Cetakan 11. Jakarta : Erlangga. Irianto, K. 2004. Seksiologi. Bandung : Sinar Baru Algensindo. Kartono, K., 2006. Psikologi Wanita 1 Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa. Bandung : Mandar Maju. Knoers. 2002. Kelompok Usia remaja. (http://www.suarakarya-online.com).diakses tanggal 17 Januari 2014. Kumbhar, S.K. et.al. 2011. Prevalence of dysmenorrrhea among adolenscent Girls ( 14-19 Yrs ) Of Kadapa District and Its Impact On Quality Of Life : A Cross Sectional Study. National Journal Of Community Medicine 2, 265-268 Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. 164

Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Novi, I. 2008. Faktor yang Mememngaruhi Kejadian Dismenorea Primer. The Indonesian Journal Of Public Health 4, 96 104 Nugroho, T. 2010. Obstetri dan Ginekologi untuk Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Yogjakarta: Nuha Medika. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Perdanakusuma, O. (2010). Stress and menstrual cycle relationship. Diakses pada Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBP-SP. Proverawati, A. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta : Nuha Medika. Rahmawati, T. 2012. Dasar-Dasar Kebidanan. Jakarta: Prestasi Pustaka. Riwidikdo, H. 2009. Statistik Untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Pustaka Rihana. Smelzer. B. 2001. Keperawatan Medical Bedah. Jilid II. Jakarta: EGC. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama. Widyastuti, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya. Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 165