PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Cammellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH, PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH GHULAM NURUL HUDA

dokumen-dokumen yang mirip
KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Cammellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi Wonosobo, Jawa Tengah

KONDISI UMUM PERKEBUNAN

KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH, PT TAMBI WONOSOBO, JAWA TENGAH

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

KONDISI UMUM PERKEBUNAN

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi

Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik

PEMBAHASAN Sistem Petikan

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

PELAKSANAAN TEKNIS LAPANG

KAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH

PEMBAHASAN Potensi Pucuk

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

PEMBAHASAN. Analisis Petik. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PELAKSANAAN DI LAPANG

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) di Karanganyar, Jawa Tengah

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Wonosobo

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PELAKSANAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH KP GAMBUNG DAN KP PASIR SARONGGE

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah

PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis L. (O) Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT TAMBI WONOSOBO, JAWA TENGAH ROSIANTIM LYDIA SEPTIANINGRUM

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH

HASIL DAN PEMBAHASAN

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PENGELOLAAN PEMETIKAN PADA TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan,

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

III. BAHAN DAN METODE

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kunt.) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH DINA MUTIARA A

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O.Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH ALDI RADIFAN A

Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah.

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

TATA CARA PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN STEK TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) KLON GMB 4 DAN GMB 7 PADA BEBERAPA MACAM MEDIA TANAM

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

ANALISIS HASIL PETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH, PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

PENGELOLAAN KETENAGAKERJAAN PADA PEMETIKAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT PERKEBUNAN TAMBI WONOSOBO, JAWA TENGAH

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

III. BAHAN DAN METODE

ANALISIS PEMETIKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU PUCUK TANAMAN TEH

PEMBENTUKAN PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

Transkripsi:

i PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Cammellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH, PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH GHULAM NURUL HUDA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

ii PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing serta belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi ataupun lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan oleh penulis lalin telah disebut dalam teks serta dicantumkan dalam Daftar Pustaka. Bogor, Juli 2013 Ghulam Nurul Huda NIM A24090017

iii ABSTRACT GHULAM NURUL HUDA. Pruning Management of Tea (Camellia sinensis (l. ) O. Kuntze) at Bedakah Plantation PT Tambi, Wonosobo, Central Java. Supervised by SOFYAN ZAMAN dan SUPIJATNO. The intership was conducted at Bedakah Plantation, PT Tambi, Wonosobo, Central Java from February until June 2013. The intership composed of several work, acting as field worker for one month, as accompanying foreman for one month, as accompanying block leader for four weeks and accompanying field division leader for two weeks. The general objective was to expand knowledge of intership studenting about the technical and managerial aspects of the tea plantation to get skills and work experience. Pruning activity attention to the production helm. If the shoot was considered stable production during the dry season the implementation of pruning could be done 100% in the first semester. The pruning cycle of 2013, targeted area was pruned two smesters. Realization of the trimmed area in one year is not necessarily the same as the plan that has been set at 25%. Based on the data obtained in the five-year timeframe realization prunings only 17.83% of the total area of crop yield. This is due to several factors that affect the timing of pruning include garden conditions, climate, and manpower. Keywords : tea, pruning, production, productivity ABSTRAK GHULAM NURUL HUDA. Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Dibawah bimbingan SOFYAN ZAMAN dan SUPIJATNO. Magang ini dilakukan di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah dari bulan Februari hingga Juni 2013. Pelaksanaan magang terdiri dari beberapa pekerjaan diantaranya sebagai pekerja lapangan selama satu bulan, sebagai asisten mandor selama satu bulan, sebagai asisten kepala blok selama empat minggu dan asisten kepala bagian kebun selama dua minggu. Tujuan umum adalah untuk memperluas pengetahuan mahasiswa magang tentang aspek teknis dan manajerial perkebunan teh, mengasah keterampilan dan pengalaman kerja. Kegiatan pemangkasan memperhatikan produksi pucuk. Apabila produksi pucuk dianggap stabil pada musim kemarau maka pelaksanaan pemangkasan dapat dilakukan 100 % di semester I. Pada gilir pangkas tahun 2013 semua blok melaksanakan pemangkasan dalam dua semester. Realisasi luas areal yang dipangkas dalam satu tahun tidak selalu sama dengan rencana yang telah ditetapkan sebesar 25 %. Berdasarkan data yang diperoleh dalam kurun waktu lima tahun realisasi pangkasan hanya 17.83 % dari luas areal tanaman menghasilkan. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi waktu pelaksanaan pemangkasan diantaranya kondisi kebun, iklim, dan tenaga kerja. Kata Kunci: teh, pemangkasan, produksi, produktivitas

iv Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau memnyebutkan sumbernya. Pengutipan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruhnya karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

v PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Cammellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH, PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH GHULAM NURUL HUDA Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

vi Judul Skripsi : Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Cammellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Nama : Ghulam Nurul Huda NIM : A24090017 Disetujui oleh Ir Sofyan Zaman, MP Dosen Pembimbing I Dr Ir Supijatno, MSi Dosen Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr Ketua Departemen Tanggal Lulus :

Judul Skripsi Nama NIM Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Cammellia sinensis (L.) o. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tarnbi, Wonosobo, Jawa Tengah Ghulam Nurul Huda A24090017 Disetujui oleh Ir Sofyan Zaman, MP Dosen Pembirnbing I Dr Ir Supijatno, MSi Dosen Pembimbing II Tanggal Lulus:. 1'\? 1.

vii PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Cammellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Penulisan skripsi merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertainan Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Orang tua tercinta dan kakak-kakakku tersayang atas cinta dan perhatiannya selama ini. 2. Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr selaku Kepala Departemen Agronomi dan Hortikultura yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis. 3. Ir. Sofyan Zaman, MP dan Dr. Ir. Supijatno, MSi selaku Dosen Pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan dan saran dalam penyusunan skripsi. 4. Dr Ir. Endang Murniati, MS selaku Dosen Pembimbing Akademik atas bimbingan dan motivasinya dalam peningkatan akademik. 5. Direksi PT. Tambi atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk pelaksanaan magang. 6. Pimpinan Unit Perkebunan Bedakah, selaku pembimbing lapang atas bantuan dan bimbingan selama penulisan melaksanakan kegiatan magang. 7. Bapak Purwandi dan Sudiyono selaku Pembimbing Lapang yang telah memberikan masukan dan arahan selama kegiatan magang. 8. Kepala blok UP. Bedakah atas bimbingan dan ilmunya selama kegiatan magang. 9. Rekan-rekan tenaga kerja mandor kebun UP. Bedakah atas kebersamaan di lapang. 10. Nahla Jovial Nisa, S.Kep, Ahmad Nashih Abdurrahman, dan Keluarga Beastudi Etos atas dukungan dan kebersamaan selama ini. 11. Bapak Selamet dan sekeluarga atas kebersamaan selama magang. 12. Remaja Bedakah, mas muji, mas risman, mas yudi, mas jianto, dll. Atas kebersamaan dan keceriaan selama kegiatan magang. 13. Keluarga Socrates 46 atas segala curahan perhatian dan dukungan selama ini. Bogor, Juli 2013 Ghulam Nurul Huda

1 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 2 METODE MAGANG 2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang 2 Metode Pelaksanaan Magang 2 Pengumpulan Data 2 Pengolahan Data 4 KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH 5 Sejarah Kebun 5 Letak Wilayah Administrasi 5 Kondisi Tanah dan Iklim 6 Luas Areal dan Tata Guna Lahan 6 Kondisi Tanaman dan Produksi 7 Organisasi dan Ketenagakerjaan 9 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 10 Aspek Teknis 10 Pembibitan 10 Pemeliharaan Tanaman 13 Pengolahan Pucuk Teh 27 Aspek Manajerial 32 HASIL DAN PEMBAHASAN 36 Tipe Pangkasan 36 Tinggi Pangkasan 36 Waktu Pangkasan 37 Luas Areal Pangkasan 37 Alat Pangkas 39 Kriteria Saat Pangkas 39 Gilir Pangkas 39 Tinggi dan Diameter Bidang Petik Tanaman 40 Presentase Pucuk Burung 40 Bobot Pangkasan 41 Tingkat Produktivitas dan Kebijakan Kebun 42 Tenaga Pemangkas 43

Keterampilan Pemangas 44 Keterampilan Tenaga Kerja Pemangkas Berdasarkan Klasifikasi Lama Kerja 44 Keterampilan Tenaga Kerja Pemangkas Berdasarkan Klasifikasi Tingkat Pendidikan 45 Pertumbuhan Tunas 45 Pengelolaan Sisa Pangkasan 46 KESIMPULAN DAN SARAN 47 Kesimpulan 47 Saran 47 DAFTAR PUSTAKA 48 DAFTAR LAMPIRAN 49 2

3 DAFTAR TABEL 1 Luas areal dan tata guna lahan unit perkebunan Bedakah tahun 2013 6 2 Jenis tanaman teh unit perkebunan Bedakah tahun 2013 7 3 Produksi dan produktivitas teh unit perkebunan bedakah tahun 2008-2012 8 4 Kondisi tenaga kerja unit perkebunan Bedakah tahun 2013 9 5 Kebutuhan pupuk lewat tanah di unit perkebunan Bedakah tahun 2013 17 6 Aplikasi pemupukan di Tanaman Belum Menghasilkan lewat tanah tahun 2013 17 7 Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman menghasilkan 22 8 Standar densitas teh kering 31 9 Isi polybag mutu teh kering unit perkebunan Bedakah 31 10 Rata-rata tinggi pangkasan dan diameter bidang pangkas blok Rinjani, Bismo, dan Argopuro 36 11 Rencana luas areal pangkas unit perkebunan Bedakah tahun 2013 38 12 Rencana dan realisasi pemangkasan unit perkebunan Bedakah 2008-2012 38 13 Gilir pangkas blok Bismo, Rinjani, dan Argopuro 40 14 Rata-rata tinggi dan diameter bidang petik tanaman sebelum pemangkasan pada blok Bismo, Argopuro, dan Rinjani 40 15 Persentase pucuk burung blok Bismo, Argopuro dan Rinjani 41 16 Bobot basah pucuk dan bobot basah pangkasan 41 17 Kebutuhan tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja 43 18 Kapasitas pemangkas blok Bismo, Argopuro dan Rinjani 44 19 Presentase kerusakan cabang berdasarkan lama kerja pemangkas 45 20 Presentase kerusakan cabang berdasarkan tingkat pendidikan 45 DAFTAR GAMBAR 1 Produksi basah dan kering tanaman teh tahun 2008-2012 8 2 Naungan kolektif dan bedengan pembibitan 11 3 Media tanam untuk pembibitan 11 4 Pembukaan sungkup 13 5 Kegiatan babad bokor 15 6 Kegiatan pengendalian gulma secara kimia 15 7 Kegiatan pemupukan tanaman menghasilkan 18 8 Pangkasan bersih 19 9 Kegiatan Pemeliharaan Lubang Tadah TBM 20 10 Kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman 21 11 Kegiatan pemetikan pucuk teh mengunakan gunting petik 25 12 Kegiatan pemetikan pucuk teh menggunakan mesin petik 25 13 Kegiatan penimbangan pucuk teh 26 14 Kegiatan pelayuan pucuk teh 28 15 Sabit pangkas 39 16 Grafik produktivitas berdasarkan umur tahun pangkas tahun 2012 42 17 Diagram produktivitas blok Muria, Argopuro dan Rinjani berdasarkan tahun pangkas tahun 2012 42 18 Grafik pertumbuhan tunas 46

4 DAFTAR LAMPIRAN 1 Peta lokasi unit perkebunan bedakah tahun 2013 49 2 Curah hujan dan hari hujan unit perkebunan Bedakah tahun 2003 2012 50 3 Gilir pangkas unit perkebunan Bedakah tahun 2008-2012 51

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman teh berasal dari famili Theaceae, genus Camellia, spesies (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze). Tanaman teh merupakan tanaman perkebunan yang termasuk dalam bagian tanaman penyegar (Suwarto dan Octavianty 2010). Teh yang biasanya dikonsumsi sebagai minuman penyegar diperoleh dari pengolahan pucuk daun tanaman teh. Menurut Setyamidjaja (2000), tanaman teh diperkirakan berasal dari daerah subtropis yaitu daerah di pegunungan Himalaya dan daerah-daerah yang berbatasan dengan Republik Rakyat Cina, India serta Birma. Meskipun berasal dari daerah subtropis namun daerah penyebarannya juga meliputi daerah tropis, dingin dan panas. Daerah pertanaman teh di Indonesia pada umumnya terletak di dataran tinggi meskipun diusahakan pula di dataran rendah. Lingkungan fisik yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh adalah iklim dan tanah, sehingga dalam penanamannya harus memperhatikan kedua faktor tersebut (Pusat Penelitian Teh dan Kina 2006). Teh merupakan bagian dari komoditas perkebunan yang menyumbang devisa bagi negara. Direktorat Jenderal Perkebunan (2012) menunjukkan bahwa volume ekspor teh sering mengalami pasang surut. Pada tahun 2008 volume ekspor teh mengalami penurunan 122 452 ton. Pada tahun 2009 volume ekspor teh Indonesia masih mencapai 123 506 ton dengan nilai ekspor 1 314 570 000 US$. Perkebunan teh di Indonesia diusahakan oleh Perkebunan Besar Negara (PBN), Perkebunan Besar Swasta (PBS), dan Perkebunan Rakyat (PR). Pada saat ini Indonesia merupakan negara produsen terbesar ketujuh setelah India, Cina, Srilangka, Kenya, Vietnam, dan Turki. Pada tahun 2012 luas areal pertanaman teh di Indonesia mencapai 152 217 ha, total produksi mencapai 168 053 ton, dan produktivitas mencapai 1 472 kg ha -1. Oleh karena itu, usaha peningkatan produktivitas teh harus selalu diperhatikan. Salah satu upaya teknik budidaya untuk menjaga dan meningkatkan produktivitas tanaman melalui pemeliharaan tanaman dengan cara pemangkasan. Pemangkasan dapat mempertahankan tanaman pada fase vegetatif, merangsang pertumbuhan tunas muda sehingga menghasilkan pucuk lebih banyak, membentuk bidang petik selebar mungkin, mengganti dan mempermudah percabangan tanaman, serta mengurangi luka-luka pada tanaman yang dipangkas (Suwarto dan Octavianty 2010). Satu bulan sebelum pemangkasan sebaiknya tanaman tidak dipetik. Tujuannya agar tanaman memiliki masa istirahat untuk mengumpulkan cadangan makanan di dalam batang atau akarnya (Ghani 2002). Kegiatan pemangkasan harus dilakukan oleh tenaga kerja terampil untuk memperkecil terjadinya kesalahan dalam pelaksanaannya. Pemangkasan yang dilakukan dengan tidak baik dan hati-hati dapat menyebabkan kerusakan bahkan kematian pada tanaman teh. Oleh karena itu, keterampilan pemangkas diperlukan untuk memperkecil kerusakan pada tanaman.

2 2 Tujuan Kegiatan magang secara umum bertujuan untuk memperluas wawasan, meningkatkan keterampilan bekerja dan memperoleh pengalaman, baik dalam aspek teknis maupun manajerial pada berbagai tingkatan yang ada di perkebunan. Tujuan khusus kegiatan ini untuk mempelajari, menganalisis permasalahan, dan kendala yang dihadapi pada setiap proses produksi, terutama dalam aspek pemangkasan teh di perkebunan. METODE MAGANG Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang Kegiatan magang ini dilaksanakan selama 4 bulan mulai Februari 2013 sampai Juni 2013 di Unit Perkebunan Bedakah, PT. Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Metode Pelaksanaan Magang Kegiatan magang yang dilakukan selama empat bulan ini mempunyai kegiatan yaitu: pada bulan pertama bertugas sebagai karyawan harian lepas (KHL) atau buruh harian lepas (BHL), seperti halnya karyawan perkebunan yang lainnya juga melakukan pekerjaan seperti pembibitan, pemupukan, pengendalian gulma, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, pemetikan, pengolahan hasil yang kegiatannya di bawah pengawasan mandor, dan penulis juga membuat jurnal harian kerja. Pada bulan kedua, tugas yang dilakukan yaitu sebagai pendamping mandor, yang pekerjaannya merencanakan, mengkoordinir, dan mengawasi pekerjaan karyawan, menghitung biaya operasional yang dipakai dalam setiap kegiatan yang dilakukan, membuat jurnal harian, dan menghitung prestasi kerja karyawan. Kegiatan ini di bawah pengawasan asisten atau kepala afdeling. Pada bulan ketiga dan keempat, tugas yang dilakukan yaitu sebagai pendamping asisten atau pendamping kepala afdeling yang pekerjaannya membantu mengelola, mengawasi tenaga kerja, menganalisis setiap kegiatan yang dilakukan di tingkat afdeling, dan membuat jurnal harian. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam kegiatan magang meliputi data sekunder dan data primer. Data sekunder yang dikumpulkan adalah iklim (10 tahun terakhir), produksi dan produktivitas (5 tahun terakhir), produktivitas berdasarkan umur pangkas, pola pangkasan, kebutuhan HOK pemangkasan berdasarkan umur setelah pangkas.

3 Data Primer Pengamatan dilakukan pada afdeling-afdeling yang ada di perkebunan. Parameter yang diamati pada kegiatan magang dengan aspek pemangkasan berjumlah 15 tanaman contoh tiap blok adalah sebagai berikut: Pengamatan sebelum pemangkasan 1. Tinggi tanaman Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi dari permukaan tanah sampai ke pucuk bidang petik. Pengamatan dilakukan pada 15 tanaman contoh/ blok yang diambil secara acak dari tiga blok pada dua afdeling. 2. Diameter bidang petik (DBP) Dengan mengukur diameter bidang petik ke dua arah yaitu timur barat dan utara selatan masing-masing 15 tanaman contoh, kemudian diambil rata-rata keduanya dengan rumus : DBP = diameter (utara-selatan) + diameter (timur-barat) 2 3. Kriteria saat pemangkasan Faktor-faktor yang mempengaruhi saat pemangkasan antara lain adalah ketinggian bidang petik (tinggi tanaman) diukur dengan alat ukur dari tanah sampai ujung pertumbuhan tanamn, presentase pucuk burung diamati menggunaan lingkaran dengan diameter 1 m, dan tingkat produktivitas tanaman berdasarkan umur pangkas. Pengamatan pada saat pemangkasan 1. Tinggi pangkasan Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi dari permukaan tanah sampai luka bekas pemangkasan pada tanaman yang telah dipangkas. Pengamatan dilakukan terhadap 15 tanaman contoh dari blok-blok yang diamati. 2. Presentase kerusakan akibat pemangkasan Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah cabang yang rusak setelah pemangkasan pada tiap tanaman contoh. Presentase kerusakan = bekas pangkasan yang rusak atau pecah x 100% Bekas pangkasan seluruhnya 3. Kebutuhan tenaga pemangkasan per hari Dihitung berdasarkan jumlah tenaga pemangkas yang riil. Hasil pengamatan dibandingkan dengan standar berdasarkan rumus sebagai berikut : pemangkasan/ hari =luas areal pemangkasan/ hari (ha hari -1 ) Kapasitas standar (ha hari -1 ) Hasil dari perhitungan berguna untuk mengetahui kelebihan atau kekurangan tenaga pemangkasan yang terjadi pada suatu areal. Kapasitas pangkas =luas areal pangkas/ hari Jumlah tenaga pemangkasan/ hari

4 4 4. Luas areal pemangkasan Dihitung berdasarkan luas areal yang dipangkas secara riil. Pengamatan ini bertujuan untuk membandingkan antara rencana dan realisasi luas areal yang dipangkas dalam satu tahun. Luas areal pangkasan = Luas areal TM Gilir pangkasan 5. Tipe/ jenis pangkasan Pengamatan dilakukan pada waktu pemangkasan dengan cara melihat langsung dan bisa juga melalui wawancara dengan mandor. 6. Jumlah tenaga kerja Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung langsung tenaga kerja yang melakukan pemangkasan dan melalui wawancara langsung dengan mandor. 7. Bobot Pangkasan Pengamatan dilakukan dengan menimbang bobot basah hasil pangkasan pada 5 tanaman contoh yang diamati pada saat umur setelah tanam. Pengamatan setelah pemangkasan Pengamatan yang dilakukan setelah pemangkasan adalah pengamatan pertumbuhan pucuk dengan melihat pertumbuhan tunas beberapa minggu setelah pemangkasan. Pengamatan dilakukan pada dua blok dengan ketinggian dan jenis klon yang berbeda. Pengolahan Data Pengolahan data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif terhadap data primer dan sekunder. Pengolahan data deskriptif kuantitatif menggunakan rataan, persentase dan uji t-student. Peubah pengamatan diolah pada taraf nyata 5 %. t hitung S p Keterangan : x 1 : nilai tengah pengamatan n 1 : jumlah pengamatan x 2 : nilai tengah standar n 2 : jumlah standar S 2 1 : ragam pengamatan S p : simpangan baku gabungan Nilai berbeda nyata apabila t hitung > t tabel dan tidak berbeda nyata apabila t hitung < t tabel ; t tabel diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5 % dan db (n 1 + n 2-2).

5 KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH Sejarah Kebun PT Perkebunan Tambi merupakan perusahaan swasta milik Belanda yang didirikan pada tahun 1865 dengan nama Bagelen Thee En Kina Maatschappij. Pengelolaanya diserahkan kepada Firma Jhon Peet & Co yang berkedudukan di Jakarta. Jhon Peet mempunyai pengetahuan tentang persyaratan dan budidaya teh, sehingga pada tahun 1902 mulai ditanam biji-biji teh dari Assam (India), baru pada tahun 1918 diadakan penanaman teh besar-besaran di kebun Tambi, Bedakah, dan Tanjung Sari untuk menggantikan teh Cina yang telah ada. Pada tanggal 3 Juli 1957 diadakan pertemuan di kebun Tanjungsari yang diselenggarakan oleh perusahaan dan dihadiri oleh instansi terkait dari jajaran kepala desa hingga tingkat kabupaten. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan antara Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo dengan PT NV Eks PPN Sindoro Sumbing. Kesepakatan tersebut yaitu kedua belah pihak bekerja sama mengelola perkebunan dengan membentuk perusahaan baru yang modalnya 50 % dari PT NV Eks PPN Sindoro Sumbing dan 50 % dari Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo. Perusahaan baru ini diberi nama PT NV Perkebunan Tambi dengan akta notaris Raden Sujadi di Magelang tanggal 13 Agustus 1957 dan mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman tanggal 10 April 1958 No.JA.5/30/25 yang kemudian diterbitkan dalam tambahan berita Negara Republik Indonesia tanggal 12 April 1960 nomor 65. Nama PT NV Perkebunan Tambi lebih dikenal sebagai PT Perkebunan Tambi yang memiliki tiga Unit Perkebunan diantaranya Unit Perkebunan Bedakah, Unit Perkebunan Tanjungsari, Unit Perkebunan Tambi dan memiliki Kantor Pusat yang terletak di Jalan Tumenggung Jogonegoro No. 39, Wonosobo-Jawa Tengah. Letak Wilayah Administrasi PT. Perkebunan Tambi terdiri dari tiga Unit Perkebunan yaitu Unit Perkebunan Tambi (UP Tambi), Unit Perkebunan Bedakah (UP Bedakah), Unit Perkebunan Tanjungsari (UP Tanjungsari). Unit perkebunan Bedakah terletak di sebelah barat lereng Gunung Sindoro, Dusun Bedakah, Desa Tlogomulyo, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo, Propinsi Jawa Tengah. Jarak dari ibu kota kabupaten ± 17 km ke arah timur laut Wonosobo. Jarak dari jalan raya menuju Unit Perkebunan Bedakah ± 5 km. unit Perkebunan Bedakah berada pada ketinggian 1 200 1 950 m dpl. Lokasi unit perkebunan Bedakah berbatasan dengan tanah Perhutani di sebelah utara, Desa Pagerejo di sebelah selatan, Desa Candiasan di sebelah timur, Desa Damarkasian di sebelah barat. Unit perkebunan Bedakah memiliki enam blok kebun yaitu Bismo, Rinjani, Argopuro, Mandala, Kembang, dan Muria (Lampiran 1). Gambar lokasi unit perkebunan Bedakah dapat dilihat pada Lampiran 1. Unit kerja administratif Unit Perkebunan Bedakah tersebar di empat desa : 1) Desa Candiasan meliputi unit kerja blok Rinjani; 2) Desa Tlogomulyo meliputi unit kerja blok Bismo, pabrik pengelolaan teh hitam, kantor induk dan kantor kebun; 3) Desa Damarkasian meliputi unti kerja blok Argopuro, Mandala, dan Muria; 4) Desa Sojopuro meliputi unit kerja blok Kembang.

6 6 Kondisi Tanah dan Iklim Unit perkebunan Bedakah memiliki jenis tanah andosol dan regosol dengan ph 4.5-6.5. Topografi lahan pada unit perkebunan Bedakah umumnya landai sampai bergelombang/berbukit dan kemiringan lahan 16 20 %. Curah hujan selama sepuluh tahun terakhir (2003-2012) berkisar 2 455 4 438 mm dengan rata-rata 3 031.75 mm tahun -1 dan hari hujan berkisar 110 182 hari dengan rata-rata 149.3 hari hujan tahun -1. Iklim berdasarkan curah hujan menurut Schimdt-Ferguson adalah tipe B. Rata-rata bulan kering 2.7 bulan dan rata-rata bulan basah 8.7 bulan (Lampiran 2). Suhu udara kebun berkisar antara 18 20 0 C dengan kelembaban udara 70 90 %. Suhu udara yang optimum bagi pertumbuhan tanaman teh berkisar antara 13 25 0 C dan kelembaban relatif pada siang hari < 70 % (Setyamijadja 2000). Luas Areal dan Tata Guna Lahan Berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan (RKAP) tahun 2013, luas keseluruhan unit perkebunan Bedakah adalah 355.27 ha. Luas areal tanaman menghasilkan sebesar 285.97 ha yang terbagi dalam enam blok dan luas areal tanaman belum menghasilkan 38.17 ha. Sisa luas areal digunakan untuk sarana dan prasarana penunjang perkebunan. Luas areal dan tata guna lahan unit perkebunan Bedakah tahun 2013 tertera pada Tabel 1: Tabel 1 Luas areal dan tata guna lahan unit perkebunan Bedakah tahun 2013 Uraian Luas Areal (ha) Tanaman menghasilkan 285.97 Tanaman belum menghasilkan 38.17 Replanting 6.55 Kebun perbanyakan 0.64 Pembibitan 0.47 Lapangan 2.84 Tanaman Acacia 0.5 Jalan 8.82 Pabrik dan gudang 0.72 Kantor 0.03 Emplasemen 6.97 Curah atau alur 2.77 Jumlah 355.27 Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Bedakah, 2013

7 Kondisi Tanaman dan Produksi Unit perkebunan Bedakah termasuk kebun teh dataran tinggi (high land tea plantation). Komoditas teh yang dihasilkan terdiri atas jenis teh yang berasal dari tanaman teh klonal dan seedling. Jarak tanaman untuk setiap jenis tanaman klon ratarata 10 000 pohon ha -1, sedangkan jenis tanaman seedling 7 000 pohon ha -1. Klon yang dibudidayakan adalah TRI 2024, TRI 2025, Gambung 3, Gambung 4, Gambung 7, Pasir Sarongge, dan TB Merah. Klon tanaman teh di unit perkebunan Bedakah dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis tanaman teh unit perkebunan Bedakah tahun 2013 Jenis Luas Penanaman Tiap Blok (ha) Tanaman Muria Kembang Argopuro Mandala Rinjani Bismo % Klon GB 3 29.5 4.5 6.18 8.56 4.64 2.21 16.67 GB 4 6.96 7.21 20.73 13.13 15.28 21.34 25.60 GB 7 3.4 6.49 14.98 9.72 6.4 14.6 16.81 TRI 2024 5.45 0 0 0 0 0.4 1.77 TRI 2025 12.26 9.916 0.65 12.56 0 7.7 13.03 KIARA 8 1.03 0 0 0 0 0 0.31 CIN 143 0.34 0 0 0.25 0 1.12 0.52 PS 1 0.08 0 0 0 0 0.16 0.07 Seedling 0 18.78 17.5 18.1 17.15 11.86 25.22 Jumlah 58,57 46,90 60,04 62,32 43,47 59,39 100.00 Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Bedakah, 2013 Populasi tanaman per hektar untuk tap blok di unit perkebunan Bedakah tidak sama disesuaikan dengan keadaan tempat tersebut. Rata-rata populasi tanaman per hektar di unit perkebunan Bedakah pada tahun 2013 adalah 11 296 pohon ha -1. Jumlah relatif sedang apabila dibandingkan dengan populasi tanaman optimal yaitu 13 000 pohon ha -1 (PT Perkebunan Nusantara IX, 2001). Jarak tanam yang digunakan antara lain 120 cm x 60 cm untuk lahan dengan topografi yang datar dan 110 cm x 60 cm untuk lahan dengan topografi yang curam. Unit perkebunan Bedakah menggunakan jarak tanam teh 75 cm x 140 cm dan 75 cm x 100 cm. Lokasi kebun Bedakah berada pada dataran tinggi yang kondisi mikro klimatnya optimum. Usaha menjaga kondisi klimat dilakukan dengan penanaman pohon pelindung. Pohon pelindung berfungsi sebagai penyaring dan pengurang intensitas cahaya matahari, sehingga suhu udara dan kelembaban tetap terjaga. Menurut Johan (2006), adanya pohon pelindung yang dapat mengurangi intensitas cahaya matahari 40 50 % maka pucuk yang dihasilkan dapat menjadi dua kali lipat bila dibandingkan dengan tanpa pohon pelindung, jika pengurangan intensitas cahaya matahari terlalu berat melebihi 60 %, maka pertumbuhan tanaman akan terhambat karena kekurangan cahaya. Pengurangan intensitas cahaya matahari kurang dari 40 % maka kurang efektif karena suhu daun masih di atas optimal bagi proses fotosintesis. Tanaman pelindung yang digunakan di unit perkebunan Bedakah terbagi menjadi dua yaitu jenis pelindung sementara dan pelindung tetap. Tanaman pelindung sementara yang digunakan adalah jenis Crotolaria sp. Tanaman ini berfungsi ganda

8 8 yaitu disamping sebagai tanaman pelindung, juga dapat menambah kesuburan tanah baik dari serasah daun maupun bintil akar yang mengikat unsur hara N dari udara, sedangkan untuk tanaman pelindung tetap yang digunakan adalah Acasia, Silver oaks. Penanaman pohon pelindung tetap pada tepi patok dengan jarak antar tanaman 10 m. Produksi dan produktivitas teh unit perkebunan Bedakah dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Produksi dan produktivitas teh unit perkebunan Bedakah tahun 2008-2012 Tahun Luas TM Produksi (kg) Produktivitas (kg ha -1 ) Rendemen (ha) Basah Kering Basah Kering (%) 2008 303.83 3 587 799 774 767 11 808.57 2 550.00 21.59 2009 303.05 3 210 373 702 440 10 593.54 2 317.90 21.88 2010 303.42 3 154 031 685 664 10 394.60 2 259.79 21.74 2011 291.20 3 698 326 811 547 12 702.40 2 786.91 21.94 2012 285.49 5 019 469 1 113 560 17 583.41 3 900.00 22.18 Jumlah 18 669 998 4 087 978 63 082.52 13 814.59 Rata-rata 3 734 000 817 596 12 616.50 2 762.92 21.87 Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Bedakah, 2013 Berdasarkan data produksi dan produktivitas basah dan kering selama lima tahun terakhir, rata-rata produksi basah 3 734 000 kg tahun -1 dan produksi kering 817 596 kg tahun -1, produktivitas basah 12 616.50 kg ha -1 sedangkan produktivitas kering 2 762.92 kg ha -1. Hasil ini berbeda dengan produktivitas kering Perkebunan Besar Swasta yang rata-rata lima tahun terakhir menunjukkan angka 1 472 kg ha -1 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2012). Grafik produksi basah dan kering unit perkebunan Bedakah dapat dilihat di Gambar 1. Jumlah Produksi (kg) 6000000 5000000 4000000 3000000 2000000 1000000 0 2008 2009 2010 2011 2012 Tahun Teh Basah (kg/tahun) Teh Kering (kg/tahun) Gambar 1 Produksi basah dan kering tanaman teh tahun 2008-2012 Produksi teh kering unit perkebunan Bedakah dalam waktu kurun lima tahun terakhir mencapai 4 087 978 kg tahun -1 dan 18 669 998 kg tahun -1 untuk produksi basah. Pemasaran teh ± 70 80 % untuk tujuan ekspor, sedangkan sisanya dipasarkan di pasar lokal. Negara yang menjadi tujuan ekspor adalah negara-negara Eropa, Amerika, dan Timur Tengah.

9 Organisasi dan Ketenagakerjaan Unit Perkebunan Bedakah dipimpin oleh pemimpin perkebunan yang secara langsung membawahi asisten kepala bagian kebun, asisten kepala bagian kantor dan kepala bagian pabrik. Pemimpin unit perkebunan diangka oleh Direksi PT Tambi. Pemimpin Unit Perkebunan Bertugas memimpin, merencanakan, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas sebagai pemimpin umum perkebunan. Beberapa tugas pemimpin umum perkebunan adalah mengelola kebun dan kegiatan kebun, mengelola kegiatan pabrik dan kantor serta kegiatan lain yang berkaitan dengan jabatannya sebagai pemimpin umum perkebunan. Pemimpin Unit Perkebunan membawahi secara langsung asisten kepala bagian kantor, kepala bagian pabrik dan asisten kepala bagian kebun. Kepala bagian kantor bertugas memimpin, merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan kantor perkebunan. Kegiatan kantor meliputi seluruh kegiatan yang termasuk dalam kegiata pengelolaan perkebunan, pembukuan, pengarsipan, sumber daya manusia, dan masalah umum perkebunan serta kegiatan kantor lainnya. Kepala bagian pabrik bertugas memimpin, merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas bagian pabrik. Kegiatan bagian pabrik meliputi kegiatan pengelolaan hasil kebun dan kegiatan pabrik lainnya dalam rangka mendukung usaha perusahaan. Kepala bagian pabrik dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh kepala urusan pengelolaan, pembimbing pelayuan, pembimbing penggilingan, pembimbing pengeringan, pembimbing sortasi dan kepala gudang. Kepala bagian kebun bertugas memimpin, merencanakan, mengatur, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan bagian kebun. Kegiatan bagian kebun meliputi kegiatan pengelolaan kebun, lahan, dan kegiatan kebun lainnya. Tenaga kerja Unit Perkebunan Bedakah terdiri atas karyawan I, II (A, B, C, D, E) dan karyawan tetap atau lepas. Karyawan I meliputi pimpinan unit perkebunan, asisten kepala bagian kantor, kepala bagian pabrik, asisten kepala bagian kebun dan sebagian kepala blok. Karyawan II meliputi karyawan pelaksana, karyawan tetap dan karyawan lepas. Karyawan tetap adalah karyawan yang diangkat oleh pemimpin unit perkebunan dengan persetujuan direksi. Karyawan lepas adalah karyawan yang tidak terkait dengan perusahaan dan pekerjaannya disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Sistem penggajian untuk karyawan I dan II ditetapkan oleh direksi. Besarnya upah berdasarkan surat keputusan dari direksi yang disesuaikan dengan jabatan dan UMK (Upah Minium Kabupaten) yang berlaku. Sistem penggajian untuk karyawan tetap berdasarkan keputusan pimpinan unit perkebunan dengan besar gaji berdasarkan jumlah hari kerja, sedangkan untuk karyawan harian lepas ditetapkan berdasarkan prestasi kerja. Premi sosial adalah bonus untuk pemetik apabila dalam satu minggu dapat mencapai target maka mendapatkan premi sebesar 1 HOK. Premi kompensasi adalah bonus untuk semua karyawan lepas yang akan diperoleh berdasarkan pada perhitungan jumlah hari kerja, dengan jumlah hari kerja 24 hari. Premi yang diperoleh sebesar Rp. 10.000 perhitungan berdasarkan jumlah 24 hari kerja digunakan untuk memperoleh

10 10 point yang berlaku untuk Tunjangan Hari Raya Keagamaan (THRK). Kondisi tenaga kerja Unit Perkebunan Bedakah dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kondisi tenaga kerja unit perkebunan Bedakah tahun 2013 Jenis No Status Kelamin Tingkat Pendidikan L P S1 SLTA SLTP SD TTSD Jml 1 Karyawan I 9 5 4 9 Jumlah 9 5 4 9 2 Karyawan II E 2 1 1 2 3 Karyawan II D 14 1 5 3 7 15 4 Karyawan II C 9 1 5 3 2 10 5 Karyawan II B 15 1 5 6 5 16 6 Karyawan II A 42 6 1 10 11 26 48 Jumlah 82 9 1 26 24 40 91 Karyawan Borong 7 tetap Petik 0 152 141 11 152 Karyawan Borong 8 tetap Pemeliharaan 24 2 10 6 10 26 Karyawan Borong 9 tetap Umum 18 2 1 7 4 8 20 Jumlah 42 156 1 17 10 159 11 198 Karyawan 10 Lepas/Kontrak 5 5 5 Jumlah 5 5 5 Total 138 165 7 47 34 204 11 303 Sumber : Kantor Induk Unit Perkebunan Bedakah, 2013 Pembagian gaji untuk karyawan I dilakukan setiap bulan pada tanggal 1, karyawan II setiap bulan pada tanggal 3, sedangkan untuk karyawan harian tetap dan lepas dilakukan tiga kali dalam sebulan yaitu tanggal 3, 13, 23. Hari kerja karyawan dalam seminggu adalah enam hari dengan lama kerja 7 jam/hari. Jenis pekerjaan yang membutuhkan waktu 24 jam/hari diberlakukan shift kerja dan pekerjaan di luar jam kerja dihitung lembur. Pembibitan PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan pertama yang dilakukan untuk memulai pembibitan yaitu persiapan lokasi pembibitan. Lokasi pembibitan harus dibersihkan dari gulma dengan mencangkul rumput dan dibenam kedalam tanah 20 30 cm dengan tujuan untuk memperbaiki struktur tanah. Selain itu, lokasi pembibitan harus dekat dengan sumber air agar

11 penyiraman dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Kemiringan lahan juga perlu diperhatikan agar jumlah cahaya yang dibutuhkan terpenuhi. Pada pembibitan tanaman teh di unit perkebunan Bedakah berada di blok Bismo dengan lahan seluas 0.64 ha. Bangunan pembibitan ini terbuat dari anyaman bambu sebagai atap (rigen) dan dinding (ketep), sedangkan tiang penyangganya menggunakan batang bambu. Ketinggian bangunan pembibitan sekitar 2 2.5 m dan jarak antar tiang penyangga bangunan 3 m x 3.5 m. Intensitas sinar matahari yang masuk dalam bangunan pembibitan ± 25 % dan kelembaban > 80 %. Bangunan pembibitan dilengkapi dengan saluran air, bak air, dan jalan kontrol. Sistem saluran air pada pembibitan dibuat di sekeliling bangunan pembibitan dengan kedalaman 60 cm dan lebar 40 cm untuk menjaga drainase. Bedengan dibuat dengan ukuran lebar 1 m, panjang 16 20 m serta jarak antar bedengan 80 cm. Bedengan dibuat dengan rangka yang terbuat dari bambu berbentuk setengah lingkaran dengan ketinggian ± 60 cm di atas permukaan tanah disungkup menggunakan plastik. Naungan kolektif dan bedengan pembibitan dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 Naungan kolektif dan bedengan pembibitan Media tanam pembibitan berasal dari tanah lapisan atas (top soil) dan tanah lapisan bawah (sub soil) dengan ph 4.5 6.0. Tanah diayak menggunakan ayakan berdiameter 1 cm untuk membersihkan tanah dari benda asing dan memecahkan gumpalan tanah yang terlalu besar. Setiap 1 m 3 top soil dicampur dengan tawas 600 g, SP 36 600 g, KCl 300 500 g, Kieserit 250 g, Dithane M-45 350 g dan Basamid 200 g. Pada sub soil setiap 1 m 3 tanah dicampur dengan tawas 1 000 g, Dithane M-45 300 g, Basamid 150-200 g. Media tanam hasil pencampuran dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 Media tanam untuk pembibitan

12 12 Tanah yang telah siap digunakan segera dimasukkan ke dalam polybag transparan berukuran 12 cm x 25 cm serta diberi lubang di bagian sisi bawah kanan dan kiri masing-masing lima lubang. Tanah lapisan atas diisikan 2/3 pada bagian bawah polybag, sedangkan tanah lapisan bawah diisikan 1/3 pada bagian atas polybag. Hal ini dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan akar menuju bagian tanah yang banyak mengandung unsur hara. Kondisi tanah harus lembab, tidak boleh terlalu kering atau basah. Polybag yang berisi tanah disusun di atas bedengan yang sebelumnya telah dilapisi serasah daun sebagai bahan organik tambahan dan menjaga kelembaban tanah. Polybag yang telah tersusun disiram air bersih dan disemprot menggunakan Dithane M-45 2 g l -1 kemudian dibiarkan sekitar 10 15 hari. Bahan stek yang digunakan berasal dari klon Gambung 3, Gambung 4, dan Gambung 7. Klon yang dominan digunakan sebagai bahan stek adalah klon Gambung 7 karena tahan terhadap penyakit cacar daun teh. Ranting stek (stekres) diambil dari kebun perbanyakan 4 5 bulan setelah pemangkasan. Satu minggu sebelum pengambilan stekres dilakukan tipping dengan tujuan memacu perkembangan tunas dan menguatkan helaian daun. Pengambilan stekres dilakukan dengan memotong setingggi 15 cm dari bidang pangkas. Syarat stekres yaitu sehat, berwarna hijau tua, daun mulus dan pertumbuhan daun mengarah ke atas. Stek yang dipakai untuk pembibitan berasal dari bagian tengah stekres yang berwarna hijau tua, sedangkan bagian pangkal (warna coklat) dan bagian ujung (warna hijau muda) tidak digunakan untuk stek. Bagian tengah stekres yang digunakan untuk stek biasanya terdiri dari 4 5 helai daun. Metode stek yang digunakan adalah single node cutting adalah stek satu buku dengan internode (ruas) di atas ketiak daun 0.5 cm dan di bawah ketiak daun 2 3 cm. Stek dipotong dengan kemiringan 45 o dan 1/3 bagian dari daun dihilangkan untuk mengurangi terjadinya penguapan. Stek direndam menggunakan Dithane M-45 2 g l -1 selama lima menit kemudian ditanam menghadap sinar matahari dan tidak saling menutupi. Penyiraman menggunakan air yang telah dicampur insektisida Lanate 2 g l -1 dilakukan setelah semua stek selesai ditanam. Penyiraman bertujuan membersihkan tanah yang menempel pada daun, sedangkan insektisida untuk mengendalikan serangan hama. Bedengan disungkup kembali menggunakan plastik sungkup yang baru untuk mencegah penularan hama dan penyakit serta penyiraman matahari dapat merata. Sungkup diusahakan agar tertutup rapat untuk menghindari kebocoran baik di atas maupun di sisi bedengan dan dijaga kebersihannya. Pemeliharaan bibit meliputi pengendalian gulma, pengendalian hama, pemeliharaan saluran drainase, pembukaan sungkup, dan penjarangan naungan. Pengendalian gulma dilakukan dengan membersihkan gulma di polybag atau sekitar bedengan secara manual. Pengendalian hama mulai dilakukan saat bibit berumur enam bulan. Pemeliharaan saluran drainase dengan cara menguras saluran air untuk memperlancar drainase. Pembukaan sungkup plastik dibagi menjadi tiga tahap dan diikuti dengan penjarangan atap naungan. Pembukaan sungkup pertama pada saat bibit berumur 3.5 4 bulan dengan membuka ¼ bagian sungkup pertama selama 2 jam setiap hari mulai pukul 07.00 09.00 WIB selama 20 hari. Pembukaan sungkup kedua, sungkup dibuka ½ bagian selama tiga jam setiap hari mulai jam 07.00 10.00 WIB selama 20 hari. Pembukaan sungkup ketiga dibuka semua bagian selama empat jam mulai pukul 07.00 11.00 WIB selama 20 hari. Pembukaan sungkup dapat dilihat pada Gambar 4.

13 Gambar 4 Pembukaan sungkup Pengamatan terhadap pertumbuhan stek dilakukan setiap hari. Atap rumah pembibitan dibuka saat bibit mencapai umur 6 7 bulan. Seleksi bibit yang sudah diperbanyak dalam naungan kolektif terdiri dari dua tahap seleksi yaitu : 1. Seleksi bibit dilakukan pada umur 7 bulan berdasarkan tinggi tanaman dengan kriteria A, B, dan C. Bibit yang berada pada kelas A mempunyai tinggi minimal 20 cm dengan jumlah daun 4 6 lembar, bibit kelas B memiliki tinggi minimal 15 20 cm dengan jumlah daun 3 4 lembar, sedangkan bibit kelas C memiliki tinggi minimal 10 15 cm dengan jumlah daun 2 3 lembar. Bibit A merupakan bibit yang paling baik menurut pertumbuhan bibit dan baik untuk ditanam di lapangan dengan 5 helaian daun, tinggi minimal 25 cm dan kondisi bibit sehat. 2. Seleksi bibit kedua dilakukan pada umur sembilan bulan dengan cara mengumpulkan bibit berdasarkan kriteria pada tahap pertama. Bibit yang telah siap untuk disalurkan atau ditanam yaitu bibit yang telah berumur 12 bulan dan tinggi tanaman minimal 25 cm. Kegiatan pembibitan diikuti oleh penulis adalah pengisian polybag dan penanaman stek. Prestasi kerja karyawan untuk pengisian polybag dan penanaman stek adalah 700 polybag dan 1 500 tanaman, sedangkan prestasi kerja penulis untuk pengisian polybag dan penanaman stek adalah 500 polybag dan 600 tanaman. Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan tanaman bertujuan menjaga tanaman tumbuh dengan baik, menjaga kesuburan tanah serta mengawetkan tanah sehingga produksi tetap stabil dan diharapkan meningkat. Pemeliharaan tanaman di unit perkebunan Bedakah meliputi pemeliharaan TBM dan TM yaitu : Pembentukan bidang petik (centering). Kegiatan centering adalah kegiatan memotong batang utama teh untuk membentuk bidang petik pada tanaman teh yang masih muda atau belum menghasilkan (TBM). Kegiatan centering dilakukan dengan tujuan untuk memacu pertumbuhan cabang yang melebar sehingga membentuk frame yang baik dan merata. Pembentukan bidang petik di unit perkebunan Bedakah dilakukan dengan cara centering. Alat yang digunakan adalah gunting centering dan alat ukur. Centering dilakukan dalam dua tahap yaitu centering I dan centering II. Centering I dilakukan saat

14 14 bibit tanaman berumur 3 4 bulan setelah ditanam di lapang. Bibit dipotong setinggi 15 20 cm dari permukaan tanah. Tujuan centering I adalah memotong batang utama yang tumbuh ke atas yang mengalahkan pertumbuhan cabang ke samping. Centering II dilakukan setelah 7 bulan dari centering I bertujuan untuk menekan pertumbuhan batang yang mengarah ke atas. Batang yang tumbuh mengarah ke atas dipotong setinggi 25 30 cm dari permukaan tanah. Pada saat tanaman telah mencapai ketinggian 120 cm maka dilakukan cut a cross setinggi 40 cm di atas permukaan tanah. Setelah dilakukan cut a cross, 3 bulan berikutnya dilakukan pemetikan pada ketinggian 40 cm (titik petik sama tingginya dengan bidang potong) diulang sampai 3 4 kali petikan. Kemudian petikan berikutnya naik 1 2 lembar. Centering harus dilakukan dengan hati-hati dan selektif. Pelaksanaan centering dipengaruhi oleh kondisi dan pertumbuhan tanaman. Tanaman minimal memiliki dua batang sekunder saat dilakukan centering I. Pada tanaman yang tumbuh kerdil dan kurang sehat maka tidak dilakukan centering, luka centering diusahakan halus agar tunas dapat tumbuh dengan baik. Pengendalian gulma. Pengendalian gulma merupakan pengaturan tumbuh tanaman yang tidak diharapkan dengan cara membuang atau membabat. Tujuan pengendalian gulma adalah menekan populasi tanaman yang tidak dikehendaki pertumbuhannya serta meminimalisasi kerugian akibat persaingan hara tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman utama yang diharapkan dapat tumbuh optimal dan maksimal dalam memanfaatkan hara yang terdapat di dalam tanah Populasi gulma yang tidak terkendali akan merugikan tanaman karena terjadi persaingan dalam memperoleh unsur hara, air, cahaya matahari, dan ruang tumbuh. Jenis gulma yang dominan yang tumbuh di perkebunan teh unit perkebunan Bedakah antara lain Ageratum conyzoides, Borreria alata, melastoma malabathricum, Emilia sonchifolia, Clidemia hirta, Impatiens plathypetala, Eleusine indica, Setaria plicata, Imperata cylindrica, Commelina nudiflora, dan Paspalum conjugatum. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara manual (manual weeding) dan kimia (chemical weeding). Pelaksanaannya disesuaikan dengan jenis gulma, kondisi tanaman dan tahun pangkas. Populasi gulma paling banyak ditemui pada areal TBM dan areal TM yang selesai dipangkas karena sebagian besar permukaan tanah mengalami pembukaan pori-pori pada top soil. Hal ini disebabkan oleh frame tanaman masih sempit sehingga permukaan tanah yang terbuka memudahan cahaya matahari masuk ke dalam areal tanaman yang menyebabkan laju pertumbuhan gulma mengalami percepatan dalam pertumbuhannya. Pengendalian gulma secara manual adalah mengendalikan gulma dengan tangan atau memotong dengan alat. Cara pelaksanaan pengendalian ini dilakukan menurut baris tanaman dan dimulai dari areal yang memiliki topografis sulit ke areal yang memiliki topografis mudah. Hal ini bertujuan untuk mengefektifkan tenaga dan waktu dalam pengendalian gulma. Pengendalian gulma secara manual pada areal TBM disebut streep weeding yang dilakukan dengan menggunakan kored dan waktu pelaksanaan dalam satu tahun tiga kali pada TBM I dan II, sedangkan pada TBM III pelaksanaan streep weeding dilakukan dua kali dalam setahun. Sedangkan pengendalian gulma secara manual pada TM disebut babad bokor yang dilakukan dengan parang pada waktu menjelang pemupukan yaitu dua kali dalam setahun dari tahun pangkas I sampai IV. Apabila populasi gulma melimpah maka dapat dilakukan hingga tiga kali dalam setahun.

15 Pengendalian gulma secara kimia adalah mengendalikan gulma dengan menggunakan bahan kimia jenis herbisida. Alat yang digunakan adalah hand sprayer berkapasitas 15 liter. Herbisida yang digunakan meliputi herbisida yang bersifat sistemik yaitu Roundup berbahan aktif glyphosat. Pada areal TM, pengendalian gulma secara kimia berdasarkan tahun pangkas tanaman. Herbisida sistemik digunakan pada tahun pangkas I dan II dengan dosis 2 l ha - 1, sedangkan pengendalian gulma pada tanaman tahun pangkas III dan IV dengan dosis 1,5 l ha -1. Aplikasi penyemprotan dua kali dalam satu tahun untuk masing-masing nomor kebun di semua tahun pangkas. Setiap aplikasi ditambah Green Asri 300 cc ha -1, Urea 12 kg ha -1, SP 36 4 kg ha -1, dan KCl 4 kg ha -1, sedangkan pengendalian gulma secara manual (babad bokor) dilaksanakan menjelang pemupukan lewat tanah, aplikasi 2 kali pada tahun pangkas I, II, III, IV. Kegiatan babad bokor dapat dilihat di Gambar 5. Gambar 5 Kegiatan babad bokor Pada areal TBM, pengendalian gulma secara kimia dilakukan berbeda sesuai dengan umur TBM. TBM I aplikasi dilakukan 2 kali menggunakan herbisida sistemik dengan dosis 3 l ha -1, TBM II dan III aplikasi dilakukan 3 kali menggunakan herbisisda sistemik dengan dosis 3 l ha -1. Setiap aplikasi ditambah GA 300 cc ha -1, Urea 12 kg ha -1, SP 36 4 kg ha -1, KCl 4 kg ha -1, sedangkan pengendalian gulma secara manual (manual weeding) pada TBM I dan II dilakukan 3 kali dan TBM III dilakukan 2 kali dalam setahun kegiatan pengendalian gulma secara kimia di TBM dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 Kegiatan pengendalian gulma secara kimia

16 16 Pelaksanaan penyemprotan dilakukan pada pagi hari saat cuaca cerah di bawah daun pemeliharaan atau setinggi gulma 20 30 cm di atas permukaan tanah. Penyemprotan gulma dimulai dari lokasi kondisi tersulit menuju lokasi termudah dengan dua langkah satu kali pompa. Pengaplikasian dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari kontak antara herbisida dengan tanaman teh. Tenaga kerja penyemprotan dibagi dua yaitu tenaga pengangkut air dan tenaga semprot. Penulis mengikuti kegiatan pengendalian gulma secara kimia di blok muria. Standar prestasi kerja yang berlaku untuk pengendalian gulma secara kimia adalah 0.28 ha HK -1, sedangkan prestasi kerja karyawan dan penulis adalah 0.32 ha HK -1 dan 0.28 ha HK -1. Pemupukan. Pemupukan adalah pemberian unsur-unsur hara dalam jumlah cukup dan seimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Tujuan pemupukan untuk meningkatkan daya dukung tanah terhadap peningkatan pertumbuhan dan mengotimalkan produksi. Pelaksanaan pemupukan harus memenuhi kaidah 4 T yaitu tepat jenis, tepat cara, tepat dosis, dan tepat waktu. Pemupukan di unit perkebunan Bedakah dilakukan melalui dua cara yaitu pemupukan lewat daun dan pemupukan lewat tanah. Pemupukan lewat daun dengan PPC menggunakan Green Asri (GA) dengan dosis 500 cc ha -1 kebutuhan air 200-250 l ha -1 dilakukan sepagi mungkin sebelum pukul 10.00 WIB dan direncanakan 8 kali aplikasi dalam 1 tahun dari bulan Mei sampai bulan Agustus. Aplikasi pemupukan menggunakan alat mist blower. Pemupukan melalui daun dengan ZnSO 4 menggunakan mist blower, drum drigen, alat ukur volume lainnya. Penyemprotan pupuk daun dengan dosis 1 kg ZnSO 4 dilarutkan ke dalam 200 250 liter air dilaksanakan pada periode musim hujan (plus/growing season) dan direncanakan 10 aplikasi dalam 1 tahun dari bulan Februari sampai bulan November. Pemupukan dilakukan pada pagi hari dengan cuaca cerah agar pupuk bisa langsung terserap oleh tanaman. Apabila pada saat setelah pemupukan daun terjadi hujan, maka pemupukan harus diulangi lagi karena pupuk yang ada sudah tercuci. Prestasi kerja untuk pemupukan daun sebesar 0.6 ha HK -1. Pemupukan lewat tanah dilakukan dengan cara menabur pupuk ke dalam lubang pupuk yang telah dibuat per tanaman. Areal yang akan dipupuk bersih dari gulma. Pembuatan lubang pupuk dilakukan 1 hari sebelum pemupukan dan setiap tanaman memiliki satu lubang pupuk. Lubang pupuk TBM dibuat dengan cara ditugal, sedangkan untuk TM dengan cara dikoak menggunakan kored atau cangkul. Kedalaman lubang sekitar 10 cm dan jarak dari batang bawah tanamaan ± 10 15 cm. Lubang pupuk harus segera ditutup setelah pupuk dimasukkan untuk menghindari penguapan. Pemupukan dilakukan pada awal dan akhir musim hujan. Waktu yang tepat untuk melakukan pemupukan adalah pada kondisi curah hujan 60 200 mm minggu -1. Curah hujan kurang dari 60 mm minggu -1 menyebabkan pupuk tidak terurai dengan baik, sedangkan curah hujan lebih dari 200 mm minggu -1 menyebabkan pupuk hilang tercuci oleh aliran air. Kondisi curah hujan di lapangan tidak dapat diperkirakan secara pasti sehingga bila pemupukan telah berlangsung dan terjadi hujan maka pemupukan harus dihentikan. Hal ini dilakukan untuk menghindari hanyutan pupuk oleh air hujan sehingga pemupukan tidak efektif. Aplikasi pemupukan direncanakan 2 kali dalam setahun. Semester I aplikasi antara februari sampai april, semseter II antara bulan Oktober sampai November, N 8 % dengan komposisi 5:1:2.5:0.3.

17 Jenis pupuk yag digunakan yaitu Urea, SP 36, KCl, dan Kieserit dengan kandungan masing-masing unsur adalah Urea (46 % N), SP 36, KCl (60 % K 2 O), Kieserit (27 % MgO). Pemberian dosis pupuk per lubang untuk setiap areal yang dipupuki berbeda-beda sesuai dengan jumlah pupuk, populasi tanaman dan luas areal yang dipupuk. Kebutuhan pupuk kimia lewat daun pada tanaman menghasillkan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Kebutuhan pupuk lewat tanah di unit perkebunan Bedakah tahun 2013 Blok Urea SP 36 KCl Kiesrite kg/thn kg/apl kg/thn kg/apl kg/thn kg/apl kg/thn kg/apl Bismo 33391 16695 8533 4266 12800 6400 3413 1706 Rinjani 21565 10782 5511 2756 8267 4133 2204 1102 Mandala 29391 14696 7511 3755 11267 5634 3004 1502 Argopuro 29391 14696 7511 3755 11267 5633 3004 1502 Kembang 19478 9739 4978 2489 7467 3734 1991 996 Muria 33740 16870 8622 4311 12932 6466 3450 1725 Jumlah 166956 83478 42666 21332 64000 32000 17066 8533 Keterangan: /thn: 1 tahun, /apl: 1 aplikasi, /ha: 1 ha Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Bedakah, 2013 Kebutuhan pupuk tanah untuk setiap blok berbeda-beda sesuai dengan target produksi yang akan dicapai dan direkomendasikan oleh direksi. Unsur N adalah unsur yang paling banyak dibutuhkan oleh tanaman teh untuk pertumbuhan pucuk. Apabila tanaman teh kekurangan unsur N maka pertumbuhan pucuk burung akan lebih banyak dibandingkan dengan peko, sehingga komposisi N dalam setiap pemupukan menjadi faktor yang menentukan pada produktivitas teh yang dihasilkan. Pada tanaman belum menghasilkan kebutuhan pupuk di setiap blok hampir sama karena target produksi diasumsikan sama dan pelaksanaan pemupukan dilakukan 4 kali dalam setahun. Asumsi produktivitas untuk TBM I 1 750 kg ha -1 tahun -1, TBM II 2 000 kg ha -1 tahun -1, sedangkan TBM III 2 250 kg ha -1 tahun -1. Konsentrasi aplikasi N 10 % dengan perbandingan jenis pupuk Urea, SP 36, KCl, Kiesrite yaitu 5:1:2.5:0.3. aplikasi pemupukan pada TBM lewat tanah untuk tanaman klonal dan seedling dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Aplikasi pemupukan di Tanaman Belum Menghasilkan lewat tanah tahun 2013 Urea SP 36 KCl Kiesrite Blok (kg/ha/apl) (kg/ha/apl) (kg/ha/apl) (kg/ha/apl) TBM I 95 25 36 10 TBM II 109 28 42 11 TBM III 122 32 47 13 Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Bedakah, 2013 Tahapan kegiatan pemupukan yaitu kepala blok mengajukan permintaan pupuk sesuai kebutuhan kepada kepala gudang melalui persetujuan kepala kebun. Pencampuran pupuk dilakukan di gudang oleh tenaga pencampur sehari sebelum

18 18 pemupukan untuk memperlancar proses pemupukan di lapang. Pupuk yang telah dicampur kemudian dimasukkan ke dalam karung dengan kapasitas 50 kg. Pupuk dikeluarkan dari gudang pada pagi hari di hari pemupukan berlangsung. Pengeluaran pupuk dari gudang diawasi langsung oleh kepala gudang, kepala blok, dan pembimbing pemeliharaan tanaman. Pupuk dikeluarkan dari gudang oleh tenaga kerja yang ada kemudian diangkut oleh truk sampai ke kebun yang akan dipupuk. Tenaga kerja pemupukan terdiri atas tenaga pengangkut pupuk dan tenaga penabur pupuk. Tenaga pengangkut pupuk bertugas mengangkut pupuk ke baris tanaman yang akan dipupuk dan mengisi ember penabur pupuk, sedangkan tenaga penabur bertugas menabur pupuk ke dalam lubang pupuk dan menutup lubang pupuk tersebut. Pemupukan dilakukan dengan sistem berjajar searah baris tanaman. Kegiatan pemupukan dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 Kegiatan pemupukan tanaman menghasilkan Permasalah teknis yang ditemui di lapang saat kegiatan pemupukan yaitu penaburan tidak menggunakan alat takaran dan sarung tangan, sehingga pengaplikasian pupuk masih ada yang kurang dari dosis kebutuhan tanaman. Kegiatan pemupukan diawasi langsung oleh kepala blok, mandor pemeliharaan, dan petugas keamanan blok. Penulis mengikuti kegiatan pemupukan TM di blok Muria, Bismo, dan Mandala. Standar kerja untuk blok Bismo adalah 0.2 ha HK -1, sedangkan blok Muria dan Mandala adalah 0.12 ha HK -1. Prestasi kerja karyawan dan penulis di blok Bismo masing-masing adalah 0.2 ha HK -1 dan 0.15 ha HK -1. Pemangkasan. Pemangkasan bertujuan untuk menurunkan bidang petik agar tanaman lebih mudah dipetik, mengusahakan pertumbuhan tanaman teh agar tetap pada fase vegetatif, membentuk bidang petik seluas mungkin serta membuang cabang yang tidak produktif, merangsang pertumbuhan cabang dan ranting. Tipe pemangkasan produksi yang diterapkan di unit perkebunan Bedakah adalah pangkasan bersih (Gambar 8).

19 Gambar 8 Pangkasan bersih Ketinggian pangkasan yang ditetapkan di unit perkebunan Bedakah adalah 45 cm untuk pangkasan pertama atau pangkas bentuk dan 50 60 cm di atas permukaan tanah untuk pangkasan selanjutnya. Sistem yang diterapkan yaitu sistem pemangkasan yang selalu naik 5 cm lebih tinggi dari pangkasan sebelumnya dan diturunkan kembali setelah tinggi pangkasan mencapai ketinggian 60 cm. Alat yang digunakan terdiri dari sabit, batu asahan, dan alat ukur. Kegiatan pemangkasan di unit perkebunan Bedakah dilaksanakan dalam dua semester. Semester pertama yaitu antara bulan Februari dan April, sedangkan semester kedua antara bulan Oktober dan November. Luas areal pangkasan di unit perkebunan Bedakah tiap tahun adalah 25 % dari luas areal tanaman menghasilkan yang dibagi menjadi dua semester. Semester pertama luas areal yang dipangkas 60 % dan sisanya dipangkas pada semester kedua sebesar 40 %. Penulis mengikuti kegiatan pemangkasan di Blok Bismo, Argopuro, dan Rinjani. Standar kerja yang berlaku adalah 0.04 ha/hk. Prestasi kerja karyawan dan penulis masing-masing adalah 0.04 ha HK -1 dan 0.012 ha HK -1. Gosok Lumut. Gosok lumut bertujuan membersihkan lumut yang menempel pada tanaman. Batang tanaman teh mudah ditumbuhi lumut dan paku-pakuan karena kondisi lingkungan tumbuhnya yang lembab. Lumut dan paku-pakuan yang terlalu banyak menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu dan batang tanaman menjadi keropos. Tanaman yang berasal dari klon lebih mudah ditumbuhi lumut dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari klon. Hal ini disebabkan tanaman klon lebih meruah, rimbun, batang dan cabang tanaman tertutup sehingga mengakibatkan kondisi tanaman menjadi semakin lembab. Alat yang digunakan adalah sapu kecil yang terbuat dari ranting kayu dan karung plastik bekas. Kegiatan gosok lumut dilakukan secepatnya satu minggu setelah pemangkasan agar kesempatan tumbuh tunas lebih mudah dan cepat. Penulis melakukan kegiatan gosok lumut di Blok Bismo, Argopuro, Rinjani, Muria, dan Mandala. Standar prestasi kerja kegiatan gosok lumut adalah 0.002 ha HK -1. Prestasi kerja karyawan dan penulis masing-masing adalah 0.02 ha HK -1 dan 0.015 ha HK -1. Porokan. Porokan berfungsi menggemburkan tanah sehingga penyerapan air dapat berjalan dengan baik. Porokan dilaksanakan pada tanaman yang telah dipangkas (porok ungkit) yang bertujuan untuk menggemburkan atau memperbaiki aerasi tanah. Alat yang digunakan yaitu garpu porok. Porokan dilakukan di antara baris tanaman

20 20 dengan jarak ± 30 cm dari batang bawah. Hal ini dilakukan agar garpu porokan tidak melukai akar tanaman teh. Garpu porokan ditekan pada tanah hingga kedalaman ± 20 30 cm kemudian diangkat dengan posisi miring 45 0 agar tanah mudah terangkat. Penulis mengikuti kegiatan porokan di blok Bismo dan Argopuro. Standar prestasi kerja porokan adalah 0.04 ha HK -1. Prestasi kerja karyawan dan penulis masing-masing adalah 0.04 ha HK -1 dan 0.02 ha HK -1. Pemeliharaan saluran air dan lubang tadah. Saluran air berfungsi melancarkan aliran air agar tidak terlalu besar memasuki areal pertanaman yang dapat berakibat fatal (tanah longsor) dan melancarkan jalannya air menuju lubang tadah. Pemeliharaan air dilakukan dua kali dalam setahun yaitu awal dan akhir musim hujan. Alat yang digunakan untuk pemeliharaan saluran air adalah cangkul. Lubang tadah dikenal dengan istilah rorak dibuat pada saat TBM. ukuran lubang tadah yaitu panjang 3 m, lebar 30 cm dan lebar 30 cm, sedangkan kedalaman rorak 30 cm setiap 2 3 baris tanaman teh. Fungsi rorak adalah menyimpan dan melancarkan air yang masuk ke areal tanaman. Alat yang digunakan untuk membuat lubang tadah yaitu cangkul, sabit, dan lempeng. Kegiatan pemeliharaan lubang tadah dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9 Kegiatan pemeliharaan lubang tadah TBM Pemeliharaan lubang tadah dilakukan dua kali dalam setahun pada TBM dan satu kali dalam empat tahun pada TM. Pelaksanaan dilakukan pada awal dan akhir musim hujan. Caranya yaitu mengangkat atau menguras tanah yang telah memenuhi lubang dengan mencangkul. Pemeliharaan lubang tadah sangat penting dilakukan pada tanaman yang telah dipangkas karena lubang tadah sudah banyak tertutup oleh seresah daun dan gulma. Penulis mengikuti kegiatan pemeliharaan lubang tadah di blok Argopuro dan Bismo. Standar prestasi kerja yang berlaku untuk kegiatan pemeliharaan lubang tadah adalah 0.04 ha HK -1. Prestasi kerja karyawan dan penulis masing-masing adalah 0.04 ha HK -1 dan 0.017 ha HK -1. Pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pengedalian hama dan penyakit di unit perkebunan Bedakah dilakukan kultur teknis dengan cara memetik daun atau pucuk yang terserang hama, serta penyemprotan dengan bahan kimia aktif. Keberadaan hama di unit perkebunan Bedakah cukup menggangu tanaman, sehingga produksi tanaman menjadi menurun. Hama pengganggu yang sering menyerang tanaman teh adalah Empoasca, ulat penggulung pucuk (Cydia leucastome), ulat penggulung daun

21 (Hommona coffearia) dan ulat api (Setora nitens). Penyakit yang menyerang tanaman teh di unit perkebunan Bedakah sebagian besar adalah cacar daun. Cacar daun disebabkan oleh spora jamur Exobasidium vexan massee, sedangkan kering daun disebabkan oleh hama Empoasca yang menyerang tanaman teh dengan cara menghisap jaringan tanaman. Keduanya menyerang tanaman teh pada daun dan ranting yang masih muda. Spora sangat mudah berkembang pada kelembaban udara > 80 % dan intensitas sinar matahari kurang, sedangkan hama Empoasca mudah menyerang daun tanaman teh yang masih muda. Serangan cacar terhadap kebun teh tidak berlangsung terus menerus sepanjang tahun tapi pada umumnya terjadi pada saat musim hujan. Namun, jika penyakit ini tidak dilakukan pengendalian maka akan menimbulkan kerugian. Serangan hama Empoasca berlangsung terus menerus sepanjang tahun. Serangan hama ini sangat membahayakan daun teh lewat jaringan tanaman. Kegiatan pengendalian Hama dan penyakit tanaman dapat dilihat di Gambar 10. Gambar 10 Kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman Pengendalian penyakit di unit perkebunan Bedakah dilakukan secara kultur teknis dan kimia. Pengendalian penyakit dengan cara kultur teknis yaitu mengurangi ranting pohon pelindung agar intensitas sinar matahari lebih banyak, pemangkasan dilakukan sejajar dengan kemiringan tanah. Aplikasi pengendalian penyakit pada TBM I, II, dan III direncanakan 18 kali dalam satu tahun dengan menggunakan fungisida dosis 150 cc ha -1 dan insektisida 200 cc ha -1, sedangkan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman menghasilkan disesuaikan dengan tingkatan serangan (Tabel 7). Alat yang digunakan yaitu Power Sprayer, Mist Blower, dan Hand Sprayer. Penyemprotan dilakukan 10 hari sekali atau 3 kali selama sebulan. Penulis melakukan kegiatan pengendalian penyakit tanaman menghasilkan dan pemupukan daun di blok Muria. Standar prestasi kerja untuk kegiatan pengendalian penyakit adalah 1 ha HK -1. Prestasi kerja karyawan dan penulis masing-masing adalah 1 ha HK -1 dan 0.8 ha HK -1. Tabel 7 Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman menghasilkan Tingkat Serangan Luas Areal Aplikasi Fungisida Insektisida Ringan 0 15 % 45 % 4 kali 70 % Manxyl 70 % Crowen 30 % Probok 30 % Metindo Sedang 15 30 % 25 % 36 kali Conasol Talstar Berat > 30 % 30 % 36 kali Conasol Convider Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Bedakah, 2013

22 22 Pemetikan Pemetikan merupakan pemungutan hasil pucuk tanaman teh yang memenuhi syarat-syarat pengelolaan dan berfungsi sebagai suatu usaha membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi secara optimum dan berkesinambungan untuk diolah menjadi produk teh kering. Pemetikan di unit perkebunan Bedakah dilaksanakan rutin setiap hari dan telah ditentukan jenis petikan, gilir petik serta hanca petik masingmasing blok. Jenis Pemetikan. Jenis pemetikan yang diterapkan di unit perkebunan Bedakah adalah pemetikan jendangan, pemetikan produksi, dan pemetikan gendesan. Pemetikan jendangan adalah pemetikan yang dilakukan pada tahap awal sebelum pemangkasan. Tujuan dari pemetikan jendangan yaitu membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan daun pemeliharaan yang cukup agar potensi produksi tanaman tinggi. Pemetikan jendangan dapat dilakukan telah memenuhi syarat yaitu tinggi pucuk ± 20 25 cm dari luka pangkasan dan kondisi daun yang akan ditinggal sudah masak fisiologis. Tunas yang baru tumbuh ke atas dipetik, sedangkan tunas yang tumbuh ke samping dibiarkan agar bidang petik dapat melebar. Waktu pemangkasan pemetikan jendangan di unit perkebunan Bedakah pada umumnya 3.5 4 bulan setelah pemangkasan kemudian dilanjutkan dengan pemetikan produksi. Pemetikan produksi adalah pemetikan yang dilakukan setelah pemetikan jendangan. Pemetikan ini dilakukan terus menerus secara rutin sampai menjelang pemetikan gendesan. Pemetikan produksi dilakukan dengan cara memetik pucuk manjing atau masak petik. Pucuk manjing adalah pucuk yang memenuhi syarat pengolahan sesuai dengan sistem pemetikan yang telah ditetapkan yaitu petikan medium. Pada pemetikan produksi tebal daun pemeliharaan optimal adalah 15 20 cm. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga petik biasa. Berdasarkan daun yang ditinggalkan pada ranting yang dipetik, pemetikan produksi dibedakan menjadi pemetikan ringan, pemetikan sedang, dan pemetikan berat. Pemetikan ringan apabila daun yang ditinggalkan pada perdu, satu atau dua daun di atas kepel (k+1 dan k+2). Pemetikan sedang apabila daun yang ditinggalkan pada bagian tengah perdu tidak ada tetapi pada bagian pinggir perdu ditinggalkan satu daun di atas kepel (bagian tengah k+0 dan bagian pinggi k+1). Pemetikan berat apabila petikan tidak meninggalkan daun sama sekali pada perdu di atas kepel (k+0) bahkan kepelnya ikut dipetik. Kepel adalah daun yang pertama kali keluar dari tunas dan tertutup oleh sisik. Pemetikan gendesan atau rampasan adalah pemetikan produksi yang dilakukan menjelang waktu pemangkasan tanaman. Semua pucuk yang memenuhi syarat dipetik dan tidak memperhatikan rumus daun yang ditinggalkan setelah pemetikan. Pemetikan gendesan ini dilakukan tiga hari sebelum tanaman dipangkas. Apabila sebelum dipangkas tumbuh kembali pucuk-pucuk muda, areal tersebut akan dipetik kembali untuk mengurangi kekurangan hasil. Tenaga kerja yang digunakan tenaga pemetik biasa, tetapi upah yang digunakan dapat berupa upah harian. Hal ini terjadi karena pemetikan gendesan hanya dilakukan beberapa hari dan daun yang ada harus dipetik.

23 Jenis Petikan. Jenis petikan adalah jenis pucuk yang dihasilkan dari pelaksanaan pemetikan. Berdasarkan klasifiksi Pusat Penelitian Teh dan Kina tahun (2010), Jenis petikan berdasarkan daun yang diambil terdiri atas petikan halus, petikan medium dan petikan kasar. Petikan halus apabila pucuk yang diperoleh terdiri atas pucuk peko dengan satu daun (p+1) dan pucuk peko dengan dua daun muda (p+2m). Petikan medium apabila yang diperoleh terdiri atas pucuk peko dengan dua atau tiga daun (p+2, p+3), pucuk peko dengan tiga daun muda (p+3m) dan pucuk burung dengan satu, dua atau tiga daun muda (b+1m, b+2m, b+3m). Petikan kasar apabila pucuk yang diperoleh terdiri atas pucuk peko dengan empat daun (p+4), pucuk peko dengan empat daun muda (p+4m) dan pucuk burung dengan beberapa daun tua [b+(1-4t)]. Jenis petikan yang dilakukan setiap perkebunan teh bergantung pada kebijakan direksi sesuai dengan produk teh kering yang akan dihasilkan. Jenis petikan yag diterapkan di unit perkebunan Bedakah adalah petikan medium dengan bidang petik rata. Menurut Setyamidjaja (2000), pucuk peko adalah pucuk yang memiliki tunas aktif berbentuk runcing terletak pada ujung pucuk. Rumus petikan pucuk peko tertulis dengan huruf p, sedangkan pucuk burung adalah pucuk yang memiliki tunas tidak aktif (dorman) berbentuk titik pada ujung pucuk. Rumus petikan pucuk burung ditulis dengan lambang b. Gilir Petik dan Hanca Petik. Gilir petik adalah jangka waktu antara satu pemetik dengan pemetikan berikutnya pada blok yang sama dihitung dalam hari. Gilir petik yang dilakukan di Unit Perkebunan Bedakah adalah 1 2 bulan. Panjang pendeknya gilir petik dipengaruhi oleh kecepatan pertumbuhan pucuk. Hal ini disebabkan karena faktor iklim, ketinggian tempat, dan kesehatan tanaman. Pada musim kemarau pertumbuhan pucuk tunas makin lambat, sehingga gilir petik semakin panjang dibandingkan dengan musim hujan. Tanaman yang sehat makin cepat pertumbuhannya dibandingkan dengan tanaman yang kurang sehat, hal ini disebabkan karena enzim pada tanaman kurang stabil dalam bekerja, sehingga pertumbuhan tanaman tidak optimal dalam memanfaatkan sinar matahari untuk melakukan fotosintesis. Hanca petik adalah luas areal yang harus selesai dipetik oleh seorang pemetik dalam satu hari. Pengaturan gilir petik dan penetapan hanca petik merupakan tanggung jawab pembimbing petik. Tujuan penetapan hanca petik adalah untuk menentukan luas areal yang dapat dipetik dalam satu hari. Hanca petik ditentukan berdasarkan luas areal yang dipetik, gilir petik dan jumlah tenaga kerja. Hanca petik sangat dipengaruhi oleh tenaga pemetik, jika tenaga pemetik mencukupi kebutuhan maka hanca petik yang telah ditetapkan akan terlaksana sehingga dapat menghindari terjadinya pucuk yang terlambat dipetik.

24 24 Sistem Pemetikan. Sistem pemetikan yang berlaku di unit perkebunan Bedakah adalah sistem giringan atau sejajar. Pemetikan berjajar dimulai dari tempat yang jauh dari tempat penimbangan atau jalan utama menuju tempat penimbangan pucuk. Setiap dua baris tanaman dipetik oleh satu orang pemetik. Pengawasan oleh pembimbing petik dengan cara bergerak dari ujung ke ujung barisan tanaman teh yag dipetik. Sehingga sistem ini mempermudah pembimbing dalam proses pengawasan petikan, bidang petik dan keterampilan pemetik. Perlengkapan Pemetikan. Setiap pemetik di unit perkebunan Bedakah dalam melaksanakan kegiatannya dilengkapi penutup tubuh dari plastik, penutup kepala (caping), sepatu boot, gunting petik, keranjang petik, dan waring persegi yang terbuat dari rotan. Penutup tubuh berfungsi melindungi tubuh agar tidak basah dan gesekan dengan ranting tanaman. Penutup kepala berfungsi sebagai pelindung kepala dari sengatan matahari dan air hujan. Sepatu boot berfungsi sebagai pelindung kaki ketika bergesekan dengan tanah. Gunting petik digunakan pemetik untuk melakukan pemetikan daun teh. Keranjang petik berfungsi sebagai tempat penampung daun teh yang dipetik dengan kapasitas penyimpanan 5 kg. Waring merupakan tempat untuk menyimpan pucuk berkapasitas besar 25 50 kg yang terbuat dari plastik jala berbentuk persegi yang dapat diikat di ujung-ujungnya dan biasanya setiap pemetik diberikan dua buah waring. Pelaksanaan Pemetikan. Pelaksanan pemetikan di unit perkebunan Bedakah dimulai pada pukul 07.00 sampai pukul 14.00 WIB tetapi pelaksanaannya dapat melebihi ketentuan jika terjadi kelebihan panen pucuk di lapang. Penimbangan pucuk hasil pemetikan dilakukan dua kali yaitu penimbangan pertama pada pukul 10.00 WIB dan penimbangan kedua pada pukul 14.00 WIB. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya pucuk terlambat dipetik. Kegiatan pemetikan di mulai dari tempat terjauh sampai tempat terdekat dengan jalan atau tempat penimbangan. Selama pemetikan berlangsung, pucuk dimasukkan ke dalam ranjang yang dibawa oleh pemetik. Apabila keranjang telah penuh dengan pucuk maka dimasukkan ke dalam waring yang sudah disiapkan dan disimpan di tempat yang teduh. Hal ini dimaksudkan agar kondisi pucuk tetap segar. Setelah waring penuh maka pemetik akan membawa ke tempat pengumpulan hasil yang terdekat dengan blok dimana kegiatan pemetikan dilaksanakan. Pemetikan pucuk dilakukan dengan gunting petik bila produksi melimpah. Keuntungan menggunakan gunting petik adalah pekerjaan pemetikan dapat selesai lebih cepat sesuai dengan areal yang telah ditentukan untuk melakukan kegiatan pemetikan. Kondisi pucuk yang melimpah jika dipetik dengan tangan akan mengakibatkan kerusakan pada batang sehingga tunas yang tumbuh akan lama, selain itu banyak pucuk yang tidak terpetik. Kekurangan menggunakan gunting pemetik adalah pemetikan kurang selektif sehingga banyak pucuk yang belum manjing ikut terpetik dan pemetikan yang dilakukan termasuk dalam pemetikan berat. Kegiatan pemetikan dapat dilihat pada Gambar 11.

25 Gambar 11 Kegiatan pemetikan pucuk teh mengunakan gunting petik Pemetikan pucuk dilakukan di atas bidang petik dengan memperhatikan syarat dan rumus petik. Pemetikan dengan alat gunting tidak boleh dilakukan dengan cara mendorong karena akan menyebabkan batang yang digunting akan rusak dan tidak rata. Pemetikan yang dilakukan dengan memetik pucuk di bawah bidang petik juga tidak dibenarkan karena akan meyebabkan bidang petik menjadi tidak rata. Unit Perkebunan Bedakah dalam pelaksanaan kegiatan pemetikan tidak hanya menggunakan gunting petik, tetapi juga menggunakan mesin petik OCHIAI untuk mencegah pertumbuhan pucuk yang kaboler, serta meratakan bidang petik. Kegiatan pemetikan dengan menggunakan mesin petik dapat dilihat di Gambar 12. Gambar 12 Kegiatan pemetikan pucuk teh menggunakan mesin petik

26 26 Kapasitas Pemetik. Kapasitas pemetik adalah bobot pucuk yang mampu dipetik oleh seorang pemetik dalam satu hari kerja. Standar kapasitas pemetik (basid yield) unit perkebunan Bedakah berbeda-beda sesuai dengan cara pemetikan yang dilakukan. Standar kapasitas pemetik bila menggunakan gunting petik yaitu 60 100 kg, sedangkan kapasitas pemetik menggunakan mesin petik yaitu 100 150 kg. Kapasitas pemetik antar blok berbeda dan berubah-ubah tiap harinya. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhinya diantaranya kondisi cuaca, populasi tanaman, keterampilan pemetik, kondisi pucuk, dan topografi kebun. Kapasitas pemetik dapat mencapai standar bahkan melebihi bila keberadaan faktor-faktor tersebut saling mendukung. Penulis melakukan kegiatan pemetikan di blok Mandala, Muria, dan Rinjani. Kapasitas petik rata-rata yang diperoleh penulis selama mengikuti kegiatan pemetikan menggunakan gunting adalah 56 kg. Kapasitas petik yang diperoleh penulis masih dibawah standar yang berlaku di kebun. Hal ini dikarenakan kurangnya keterampilan dan pengalaman dalam memetik teh yang dimiliki oleh penulis. Penimbangan dan Pengangkutan Pucuk. Penimbangan dan pengangkutan pucuk adalah penghitungan bobot hasil pemetikan pucuk teh sebelum dibawa ke pabrik untuk diolah selanjutnya. Pucuk yang telah dikumpulkan di dalam waring persegi selanjutnya dipindahkan ke dalam waring kantong pabrik dengan kapasitas 30 35 kg. Penimbangan pucuk dilakukan dua kali yaitu di kebun dan di pabrik. Penimbangan di kebun dilakukan dua kali sesuai dengan kondisi pucuk, sedangkan penimbangan di pabrik dilakukan satu kali. Untuk menghindari sinar matahari secara langsung sebaiknya setiap pengangkutan pucuk harus ditutup menggunakan terpal terutama pada saat turun hujan dan pengangkutan hasil tidak terlalu padat sehingga tidak akan menimbulkan kerusakan pucuk dan menurunkan mutu pucuk. Kegiatan penimbangan pucuk di unit perkebunan Bedakah dilakukan oleh juru timbang dengan menggunakan alat timbang yang digantung dapat dilihat pada Gambar 13. Gambar 13 Kegiatan penimbangan pucuk teh Penimbangan di kebun dilakukan dua kali untuk mengejar target produksi atau bila dirasa pucuk yang akan dipetik pada suatu nomor kebun dalam jumlah banyak. Apabila penimbangan pucuk satu kali maka dilakukan pada pukul 12.00 13.00 WIB, sedangkan bila dua kali penimbangan dilakukan pada pukul 10.00 11.00 WIB dan pukul 13.30 14.30 WIB. Data berat pucuk dicatat dalam buku klat pemetik yang telah diatur format penulisannya oleh kepala bagian kebun dan dimiliki oleh pembimbing

27 petik, sehingga seluruh blok dalam pembuatan laporan satu format penulisan. Total hasil penimbangan, nomor kebun, luas kebun, luas yang dikerjakan dan jumlah tenaga kerja dicatat pada buku pengantar daun yang dipegang oleh pembimbing pemetikan. Pucuk yang telah ditimbang disusun dalam bak truk kemudian diangkut ke pabrik. Mutu pucuk teh sangat dipengaruhi oleh penanganan yang baik selama pengangkutan. Penanganan tersebut meliputi sanitasi angkut, waring disusun rapih dan tidak berdesakan sehingga pucuk teh tidak mengalami kerusakan fisik dan kualitas pucuk tetap terjaga. Pengangkutan pucuk harus dilakukan secepatnya untuk mengurangi kerusakan. Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut pucuk adalah truk berkapasitas 4 600 kg. Permasalahan teknis yang ditemui di lapang selama mengikuti pengangkutan pucuk yaitu waring disusun berdesak-desakan, truk masing mengangkut penumpang yang menyebabkan pucuk daun terinjak, tidak menggunakan penutup plastik sehingga terjadi selisih kekurangan ataupun kelebihan bobot pucuk teh hasil timbangan di kebun dengan di pabrik, sarana jalan belum memadai menyebabkan lamanya waktu perjalanan. Pengolahan Pucuk Teh Pengolahan pucuk teh yang dilakukan di unit perkebuan Bedakah adalah pengolahan teh hitam orthodox dengan sistem orthodox rotorvane. Pengolahan teh dimulai dari penerimaan pucuk segar dari kebun dan analisis pucuk. Kegiatan selanjutnya adalah pelayuan, penggulungan, penggilingan, sortasi basah, oksidasi enzimatis, pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan penggudangan. Penerimaan Pucuk Segar. Pucuk sebagai bahan baku pengolahan harus dijaga kualitasnya agar dapat diproses. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi, komunikasi, dan kerjasama antara bagian kebun dengan bagian pabrik. Pucuk teh yang berasal dari kebun diturunkan dari bak truk kemudian dilakukan penimbangan sebelum memasuki ruang pelayuan. Penimbangan ini bertujuan mengetahui selisih antara timbangan di kebun dengan penimbangan di pabrik, menentukan isi tiap Withering Through (WT) agar sesuai dengan kapasitas dan persen pucuk layu. Pucuk dari kebun diusahakan tidak mengalami kerusakan karena kerusakan pucuk mengakibatkan rendahnya mutu teh yang dihasilkan. Kerusakan pucuk diantaranya disebabkan oleh penanganan pucuk selama kegiatan pemetikan, pengaturan jam penimbangan, dan penanganan transportasi dari kebun menuju pabrik. Analisis Pucuk. Analisis pucuk adalah pemisahan pucuk antara pucuk yang memenuhi syarat olah (pucuk muda) dan pucuk yang tidak memenuhi syarat olah (pucuk tua) yang dinyatakan dalam persen. Tujuan analisis pucuk untuk mengetahui kualitas pucuk dan menentukan upah petik. Analisis pucuk untuk pengolahan teh hitam yang baik adalah > 60 % (MS > 60 %) namun unit perkebunan Bedakah menerapkan standar MS > 50 %. Pucuk MS merupakan pucuk yang memenuhi syarat olah berdasarkan rumus petik tanpa melihat kerusakan pucuk dan penyakit. Peralatan yang digunakan untuk analisis pucuk antara lain timbangan digital, kotak analisis pucuk dan tampah. Kegiatan analisis diawali dengan pengambilan contoh pucuk. Contoh pucuk diambil dari pucuk yang terhampar dalam Withering Through pada 10 titik secara acak. Pengambilan contoh pucuk dan pucuk diangkat dari bawah. Pucuk diangkat dari 10 titik untuk diletakkan di atas tampah kemudian dicampur secara merata dan diambil 200 g untuk sample perhitungan analisis pucuk. Jumlah sample

28 28 dihitung dengan kelipatan 500 kg artinya setiap bobot berat pucuk teh sebesar 500 kg diambil satu sample seberat 200 g. Contoh pucuk dipisahkan antara yang memenuhi syarat olah yaitu p+1, p+2m, p+2, p+3, b+1m, b+2m, b+3m. Sedangkan pucuk yang termasuk dalam kriteria tidak memenuhi syarat olah yaitu p+4, p+4m, lembaran tua dan tangkai tua. Pucuk yang memenuhi syarat olah dan pucuk yang tidak memenuhi syarat olah ditimbang terpisah dan dinyatakan dalam persen. Cara menghitung rata-rata analisis dari setiap blok kebun untuk setiap penimbangan dengan menjumlahkan hasil analisisnya dibagi dengan jumlah berapa kali analisis dilakukan. Rata-rata analisis pucuk dalam satu hari setiap blok kebun dilakukan dengan cara: 1. Mengalikan rata-rata analisis pucuk dari setiap penimbangan dengan jumlah produksinya. 2. Menjumlahkan hasil perkalian tersebut dari penimbangan pertama hingga akhir kemudian dibagi jumlah produksi blok tersebut. Rata-rata analisis pucuk untuk perkebunan dalam satu hari dilakukan dengan menjumlahkan hasil perkalian antara rata-rata analisis dengan jumlah produksi pucuk untuk setiap blok kebun kemudian dibagi seluruh jumlah produksi pucuk kebun yang diterima pabrik pada hari tersebut. Pelayuan. Pelayuan merupakan proses pertama dalam pengolahan teh hitam. Pada proses pelayuan, pucuk teh akan mengalami dua perubahan yaitu perubahan fisik dan kimia. Perubahan fisik ditandai dengan menurunnya kandungan air sel sehingga pucuk menjadi lemas dan lentur. Perubahan kimia terjadi dengan adanya perubahan senyawa-senyawa hasil metabolisme tanaman yang terkandung di dalalm sel-sel daun. Peralatan pelayuan antara lain mesin pemanas/heat Exchanger (HE), hot air ducting (saluran udara panas), fan (saluran aliran udara), Withering Through (WT), thermometer wet dan dry dan alat kebersihan seperti sapu lidi, kain keset. Kegiatan pelayuan di unit perkebunan Bedakah dapat dilihat pada Gambar 14. Gambar 14 Kegiatan pelayuan pucuk teh Kapasitas tiap WT berkisar 1 200 1 400 kg berjumlah 13 buah dengan ukuran 24 m x 1.8 m dan ketebalan palung 30 cm. Pucuk yang telah ditimbang segera dibeberkan di atas WT dengan kepadatan 30 35 kg m -2. Tujuan pembeberan pucuk adalah meratakan pucuk dalam WT sehingga aliran udara yang masuk pada tumpukan pucuk menjadi lancar. Pucuk yang telah dibeberkan selanjutnya dialiri udara segar

29 untuk menghilangkan panas dan air dalam pucuk selama ± 2 jam kemudian diganti dengan aliran udara panas. Suhu yang dianjurkan 26 27 o C dan kelembaban 60-70 % tidak boleh lebih dari 75 %. Lama pemanasan tergantung pada kondisi pucuknya, pemberian suhu panas diberikan jika selisih suhu dry-wet 2 derajat. Pembalikan pucuk atau jaga layu dilakukan setiap 4 6 jam sekali dan setiap jam diukur kelembaban udara, suhu serta diperiksa tingkat kelayuannya. Pembalikan pucuk saat dipelayuan bertujuan untuk meratakan tingkat kelayuan pucuk. Kegiatan pelayuan dibagi menjadi empat shift yaitu shift pertama, waktu kerja dimulai pukul 09.00 17.00 WIB terdiri dari enam orang tenaga pelayuan, satu tenaga analisis dan pembimbing. Shift kedua, waktu kerja dimulai pukul 17.00 24.00 WIB terdiri dari dua orang jaga layu dan seorang pembimbing, shift ketiga, pukul 24.00 07.00 WIB terdiri dari dua orang jaga layu dan seorang pembimbing. Shift keempat, waktu kerja dimulai pukul 05.00 13.00 WIB terdiri dari empat orang tenaga turun layu dan seorang pembimbing. Penggulungan. Alat yang digunakan untuk proses penggulungan pucuk layu yaitu Open Top Roller (OTR) berkapasitas 350 kg. Lama penggulungan ± 45 menit. Mesin OTR terdiri dari dua perangkat utama yaitu cones berfungsi untuk membolakbalik pucuk dan batten yang berfungsi mengelinting daun. Perputaran mesin searah jarum jam. Proses penggulungan akan membuat daun memar dan dinding sel rusak sehingga cairan sel keluar di permukaan dengan merata serta memudahkan proses. Penggilingan. Tujuan penggilingan adalah membuat tekstur daun teh yang sudah digulung menjadi partikel yang lebih kecil dan memeras cairan sel sehingga dapat diperoleh bubuk sebanyak-banyaknya. Pucuk yang telah digulung dimasukkan ke dalam mesin penggiling yaitu Rotor Vane (RV). Hasil dari penggilingan adalah bubuk basah yang kemudian dipisah-pisahkan menjadi beberapa jenis bubuk basah pada sortasi basah. Sortasi Basah. Tujuan sortasi basah yaitu mendinginkan bubuk, memecahkan gumparan dan memisahkan bubuk agar diperoleh bubuk yang seragam, sehingga memudahkan proses pengeringan dan sortasi kering. Keseragaman bubuk memberikan hasil oksidasi enzimatis yang optimal dan pengeringan yang merata. Alat yang digunakan dalam sortasi basah meliputi Rotary Roll Breaker (RRB), mesin ayakan dengan mesh (jumlah lubang per inchi persegi pada ayakan) yang berbeda sesuai dengan mutu (jenis bubuk) yang diinginkan, ghogi, conveyor, slove moving, exhaust fan, air humidifier, nampan alumunium dan alat kebersihan. Hasil sortasi basah yaitu bubuk (bagian halus) meliputi bubuk I, bubuk II, bubuk III, bubuk IV, dan badag (bagian kasar). Bubuk dan badag ditampung menggunakan nampan alumunium dan dihamparkan dengan ketebalan 7 10 cm kemudian disusun dalam troly. Kondisi suhu ruangan selama proses penggulungan, penggilingan, dan sortasi basah yaitu < 25 0 C dan kelembaban udara 90 95 %.

30 30 Oksidasi Enzimatis. Oksidasi enzimatis adalah peristiwa bertemunya senyawa polifenol dengan bantuan udara sehingga menghasilkan perubahan warna, aroma, dan rasa. Bubuk dan badag dimasukkan ke dalam ruangan fermentasi dengan suhu ruangan 21 22 0 C atau tidak lebih dari 25 0 C (Dry 23 0 C dan Wet 22 0 C) dan kelembaban > 90 %. Lama proses oksidasi enzimatis dihitung sejak pucuk layu digiling dalam OTR sampai bubuk akan dimasukkan ke dalam mesin pengering yaitu 90 130 menit. Tenaga kerja yang berada dalam proses penggulungan, penggilingan, sortasi basah, dan oksidasi enzimatis berjumlah sepuluh orang dan seorang pembimbing. Pengeringan. Pengeringan bertujuan menghentikan oksidasi enzimatis senyawa polifenol dan menurunkan kadar air hingga 3 4 % sehingga daya simpan lebih lama. Peralatan yang digunakan yaitu Endless Chain Pressure (ECP), Dry main fan, burner, tray, Heat Exchanger (HE), spreader dan alat kebersihan. Proses pengeringan dimulai dengan menyalakan burner untuk memanaskan heater selama 30 60 menit. Suhu pengeringan terdiri dari dua macam yaitu suhu masuk (inlet) 95 97.5 0 C dan suhu keluar (outlet) 45 50 0 C. Mesin pengering yang dimiliki berjumlah dua unit dengan kapasitas yang berbeda. Unit I untuk mengeringkan bubuk I dan II, sedangkan unit II untuk mengeringkan bubuk III, IV dan badag. Kapasitas dryer di UP Bedakah 200 250 kg/jam. Waktu yang dibutuhkan selama proses pengeringan sekitar 20 25 menit. Pengeringan teh harus dijaga kesinambungannya agar hasil pengeringan homogen dalam tingkat kekeringannya serta kesinambungan bubuk yang akan dikeringkan harus stabil. Teh yang sudah keluar dari ECP dryer ditampung dalam nampan dengan keadaan yang masih panas sehingga harus dibiarkan terlebih dahulu di tempat yang bersih dan tidak lembab dalam beberapa waktu. Hasil keringan teh kemudian ditimbang menurut jenis bubuk dan badag. Sortasi Kering. Kegiatan sortasi meliputi : 1). Memisahkan teh kering menjadi beberapa grade (mutu) sesuai dengan standar perdagangan teh, 2). Menyeragamkan bentuk, ukuran dan warna setiap grade, 3). Membersihkan teh dari serat, debu, dan benda asing lain. Alat yang digunakan antara lain bubble tray (memisahkan partikel yang memanjang dan berbentuk butiran atau bulat), vibrex (mengangkat serat dan partikel yang ringan), chota (memisahkan partikel teh sesuai ukuran standar atau sesuai jenisnya), crusher (memperkecil partikel teh menjadi ukuran yang lebih kecil), winnower (memisahkan teh dari benda asing atau teh ringan dengan yang berat). Kegiatan sortasi dipimpin oleh seorang pembimbing yang membawahi delapan orang tenaga kerja. Standar densitas dapat dilihat pada Tabel 8. Tahapan sortasi kering untuk bubuk I, II, III : Bubble tray Vibrex Chota Winower Tahapan sortasi kering untuk bubuk IV dan badag : Crusher Bubble tray Vibrex Chota Winower

31 Tabel 8 Standar densitas teh kering Grade Volume (cc) dari teh 100 gram tanpa diketuk OP 475 480 BOP Grof 390 395 FBOP 365 370 BOP 340 350 BOPF 330 335 PF 290 295 Dust 250 255 BP 245 250 BT 410 420 PF II 280 290 Dust II 240 245 BP II 250 260 BT II 340 350 Sumber : Kantor Pabrik Unit Perkebunan Bedakah, 2013 Pengepakan dan Penggudangan. Pengepakan bertujuan melindungi produk dari kerusakan, memudahkan transportasi, efisiensi dalam penyimpanan di gudang, dan memudahkan dalam membedakan tiap mutu teh. Teh yang telah melalui tahap sortasi kemudian dikemas dalam karung plastik atau polybag berukuran 20 cm x 75 cm x 110 cm. Penggudangan bertujuan memudahkan dalam penyimpanan teh, membuat teh lebih tahan lama dan memudahkan proses pemasaran. Kondisi ruangan harus bersih, sirkulasi udara baik (tidak lembab), kering, dan aman. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggudangan yaitu tinggi tumpukan polybag tidak lebih dari 10 tumpuk. Kapasitas tumpukan sekitar 10 polybag x 8 polybag. Isi polybag mutu teh kering unit perkebunan Bedakah dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Isi polybag mutu teh kering unit perkebunan Bedakah Mutu Grade Isi Polybag (kg) I BOP 50 BOPF 50 PF 55 Dust 60 BT 45 BM 60 II PF II 55 Dust II 60 BP II 50 BT II 50 III Dust III 60 BM III 50 Dust IV 60 Bohea 30-35 Sumber : Kantor Pabrik Unit Perkebunan Bedakah, 2013

32 32 Aspek Manajerial Kepala Sub Bagian Kebun Kepala sub bagian kebun merupakan pimpinan dari beberapa kepala blok yang bertanggung jawab langsung kepada pimpinan unit perkebunan. Kepala bagian kebun bertugas mengawasi kinerja kepala blok dan blok secara keseluruhan, memeriksa perencanaan anggaran tiap blok, dan menerima laporan hasil kerja kepala blok setiap hari. Laporan tersebut berguna untuk mengetahui kinerja kepala blok serta memberikan masukan terhadap permasalahan yang dihadapi. Jumlah kepala bagian kebun unit perkebunan Bedakah adalah dua orang. Satu orang fokus untuk mengawasi pelaksanaan pemetikan dan satu orang fokus untuk mengawasi pelaksanaan pemeliharaan tanaman di kebun. Penulis membantu mengawasi hasil produksi dan kinerja setiap kepala blok pada saat bekerja sebagai pandamping kepala sub bagian kebun. Kepala Blok Kepala blok merupakan pimpinan pembimbing pemetikan, pemeliharaan dan proteksi tanaman di sebuah blok. Terkecuali pada blok bismo, kepala blok juga membawahi pembimbing pembibitan. Selama bertugas kepala blok dibantu oleh para pembimbing di kebun. Tugas kepala blok mancakup planning, organizing, actuating, controlling dan evaluating (POACE). Kepala blok bertugas untuk merencanakan (planning) kegiatankegiatan yang akan dilaksanakan dan menentukan kegiatan mana yang harus diprioritaskan. Rencana dibuat diantaranya rencana biaya, tenaga kerja, kegiatan pemeliharaan, pemetikan, dan proteksi tanaman. Selain itu kepala blok juga bertugas untuk mengatur (organizing) kegiatan-kegiatan yang ada agar dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Pada aspek actuating tugas kepala blok kurang berperan banyak, karena fokus utama kepala blok berada pada aspek perencanaan, pengorganisasian, dan pengontrolan suatu kegiatan. Aspek controlling dilakukan setiap harinya dan evaluating dilakukan di akhir bulan sebagai akumulasi kegiatan selama satu bulan. Kepala blok yang terdapat di unit perkebunan Bedakah berjumlah enam orang yang membawahi masing-masing blok dan bertanggung jawab langsung kepada kepala bagian kebun. Penulis bekerja sebagai pendamping kepala blok Muria, Argopuro, Bismo, dan Mandala. Penulis mengawasi tugas dari pembimbing dengan mengontrol cara kerja dan laporan kegiatan. Pembimbing Pembimbing merupakan pengawasan langsung di lapang dibawah pengawasan kepala blok dan kepala bagian kebun. Seorang pembimbing selalu mengikuti prosedur yang telah ditentukan oleh kepala blok. Pembimbing yang berada di unit perkebunan Bedakah terdiri dari pembimbing pemetikan, pembimbing pembibitan, pembimbing pemeliharaan, dan pembimbing proteksi tanaman. Penulis mengikuti kegiatan sebagai pembimbing pemetikan, pemeliharaan, dan proteksi tanaman selama kegiatan magang.

33 Pembimbing Pemetikan Tugas pembimbing pemetikan mengawasi pekerjaan pemetikan yang langsung berhubungan dengan tenaga kerja. Pembimbing pemetikan berkoordinasi dengan pengemudi truk mengenai jam penimbangan sehingga hasil pucuk dapat diantar tepat waktu ke pabrik. Pemetikan harus sesuai dengan siklus petik dan target produksi. Jumlah pembimbing pemetikan unit perkebunan Bedakah adalah 10 orang. Blok Rinjani, Bismo, Argopuro, dan Mandala masing-masing memiliki dua orang pembimbing, sedangkan Muria dan Kembang masing-masing memiliki satu orang pembimbing. Perencanaan kegiatan pemetikan merupakan suatu langkah awal yang dilakukan pembimbing agar pelaksanaan kegiatan pemetikan dapat dilakukan dengan baik. Beberapa faktor yang perlu dilakukan dalam perencanaan pemetikan yaitu: perekrutan tenaga pemetik, alat dan sarana pemetikan, jenis pemetikan, rotasi pemetikan, luas pemetikan, dan hasil analisis pucuk. Pembimbing petik memiliki program kerja pemetikan yang disusun dalam buku kalt. Penyusunan buku ini meliputi wilayah pemetikan, luasan, tenaga kerja yang dipakai, bobot hasil petikan, dan waktu pelaksanaan kegaiatan pemetikan. Tenaga kerja pemetikan dibawah pengawasan pembimbing pemetikan mempunyai status buruh harian lepas dengan sistem kerja borongan. Keterampilan dan keahlian pemetik dalam melakukan pemetikan merupakan dasar pertimbangan pembimbing pemetikan untuk perekrutan tenaga kerja. Pemberian upah di unit perkebunan Bedakah berbeda di tiap blok. tenaga pemetik di blok Muria dan Mandala pemberian upah sebesar Rp. 290 kg -1, upah pemetik di blok Argopuro dan kembang sebesar Rp. 280 kg -1, sedangkan upah pemetik di blok Bismo dan Rinjani sebesar Rp. 260 kg -1. Kebijakan pemberian upah yang berbeda di tiap blok ini dilakukan atas pertimbangan tingkat kesulitan pemetikan dan jarak lokasi pemetikan. Apabila analisa pucuk basah > 50 % maka tenaga pemetik akan mendapat bonus berupa premi sebesar Rp. 30 kg -1. Kegiatan pemetikan dilakukan pada hari senin sampai sabtu mulai pukul 07.00 14.00 WIB, terkecuali di Blok Bismo jam kerja dimulai pukul 07.00 12.00 WIB. Pemetikan diatur dalam kelompok untuk memudahkan dalam pembagian hanca, hanca merupakan pembagiain luas areal yang dikerjakan atau petik dalam satu hari. Hanca Petik = Luas Areal TM (ha) Gilir Petik + 1 hari Luas Areal TM UP. Bedakah : 285.97 ha Gilir Petik : 30 hari Jumlah Pemetik : 195 orang Jumlah patok/ha : 25 patok Hanca Petik = 285.97 ha = 9.22 ha hari -1 (30+1) hari Kapasitas Pemetikan = 9.22 ha/hari = 0.047 ha orang -1 hari -1 195 orang Pengawasan yang dilakukan oleh pembimbing pemetik adalah pengecekan peralatan dan sarana, cara pemetikan yang dilakukan sesuai standar pelaksanaan, disiplin waktu dan kerja pemetik. Pada proses penimbangan pucuk di kebun pembimbing pemetik bertanggung jawab atas hasil pucuk yang diperoleh karena hal ini mendasari upah yang diberikan kepada para pemetik. Setiap hasil pucuk dari pemetik

34 34 yang ditimbang dicatat dalam buku pembimbing pemetik dan hasil kerja dari pembimbing pemetik dilaporakan dalam buku laporan harian kerja. Kesalahankesalahan tenaga kerja pemetik dalam melakukan kegiatan diantaranya cara pemetikan yang kurang sesuai standar dan penempatan pucuk yang kurang baik, disini tugas pembimbing pemetikan berkewajiban untuk memberikan bimbingan terhadap kesalahan-kesalahan di kebun. Penulis bekerja sebagai pendamping pembimbing pemetikan pada blok Muria, Argopuro, Bismo, Rinjani, dan Mandala. Kegiatan yang dilakukan yaitu mengabsen pekerja, mengarahkan pekerja, mengawasi pelaksanaan pemetikan, memotivasi pekerja, menimbang hasil pucuk, mengisi laporan kerja harian, dan buku pengantar. Pembimbing Pemeliharaan Tugas pembimbing pemeliharaan adalah mengawasi semua kegiatan pemeliharaan meliputi pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, pemeliharaan tanaman pelindung, penanaman, pembuatan dan pemeliharaan lubang tadah serta kegiatan pemeliharaan lainnya. unit perkebunan Bedakah memiliki tujuh orang pembimbing pemeliharaan masing-masing di blok Rinjani, Bismo, Argopuro, dan Muria. Pembimbing pemeliharaan blok Kembang status ketenagakerjaan masih calon karyawan atau kader pemeliharaan. Pengawasan pemupukan dilakukan mulai dari sehari sebelum pelaksanaan yang bertugas mengajukan permintaan pupuk. Pengajuan pupuk disetujui oleh kepala blok, kepala bagian blok, kepala tanaman dan administratur. Setelah disetujui bon pupuk diserahkan ke kapala gudang dan pupuk dapat dikeluarkan pada hari itu juga dengan jumlah sesuai dengan kebutuhan tanaman, bahan pupuk yang dikeluarkan dari gudang masih di dalam karung yang berlabel. Pupuk yang akan digunakan dicampur terlebih dahulu sebelum pemupukan dilaksanakan. Kegiatan ini dikerjakan oleh tenaga laden (pencampur sekaligus pengangkut pupuk) yang terdiri dari ± 6 orang dan diawasi oleh pembimbing pemeliharaan. Setelah pencampuran selesai, pupuk dimasukkan ke dalam karung dengan kapasitas masing-masing ± 25 kg. Pupuk yang telah selesai dimasukkan ke dalam karung lalu diangkut ke masing-masing baris tanaman untuk diatur agar pengaplikasian pupuk sesuai dengan dosis tanaman. Kegiatan pemupukan memerlukan tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Tenaga yang dipakai biasanya laki-laki dan perempuan, tenaga kerja laki-laki merupakan tenaga laden dan tenaga perempuan merupakan tenaga pemupuk. Tenaga pemupukan diambil dari tenaga pemeliharaan harian dan borongan di blok tanaman. Waktu pemupukan dimulai dari jam 06.00 11.00 WIB, dalam kegiatan pemupukan ini berstatus tenaga kerja harian dengan upah yang berbeda-beda di setiap blok kisaran Rp. 12 000 Rp. 25 000 per harinya. Pengupahan dalam pemupukan sudah ditetapkan oleh kepala bagian kebun Rp. 70 000 ha -1, sehingga tugas kepala blok dan pembibing pemeliharaan tinggal mengatur pengupahan sesuai dengan tugas dan jumlah tenaga kerja yang masuk. Areal atau nomor di blok yang akan dipupuk benar-benar telah dipersiapkan atau dipastikan oleh pembimbing pemeliharaan tanaman bahwa jalur pupuk bersih dari gulma. Selain itu sehari sebelum pemupukan pembimbing juga harus memastikan bahwa areal yang akan dipupuk telah dibuat lubang pupuk. Pembimbing juga harus mengingatkan para pekerja untuk membawa alat-alat seperti ember, sarung tangan, dan sabuk gendong untuk melakukan penaburan pupuk pada lubang-lubang yang sudah dibuat.

35 Penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh teaga kerja pemupukan yaitu meliputi disiplin waktu dan kerja pemupukan yang kurang efisien dan cara pemupukan yang dilakukan tenaga penabur seringkali tidak sesuai dengan prosedur pelaksanaan. Hal tersebut merupakan tugas seorang pembimbing pemeliharaan dalam menjalankan fungsi pengawasan untuk menegur tenaga kerja yang salah dalam menjalankan tugasnya serta berhak memberikan sanksi. Penulis bertugas sebagai pendamping pembimbing pemeliharaan mengawasi langsung ke lapang mengikuti kegiatan pemupukan di blok Muria dan Bismo, tenaga kerja yang diawasi 25 orang dengan penjabaran 20 tenaga penabur pupuk dan 5 orang tenaga laden di blok Muria dengan prestasi kerja karyawan 12 patok HK -1 atau 0.48 ha HK -1, sedangkan jumlah tenaga kerja yang diawasi di blok Bismo berjumlah 19 orang dengan penjabaran 3 orang tenaga laden dan 16 tenaga penabur pupuk, prestasi kerja karyawan 7 patok HK -1 atau 0.28 ha HK -1. Pembimbing Proteksi Tugas pembimbing proteksi adalah mengawasi dan mengordinasikan kegiatan pengendalian penyakit di kebun yang bertanggung jawab langsung kepada kepala blok. Jumlah pembimbing proteksi di Unit Perkebunan Bedakah adalah enam orang masingmasing di blok Bismo, Argopuro, Rinjani dan Mandala. Sedangkan di blok Muria dan Kembang status ketenagakerjaan menjadi calon karyawan atau kader. Penulis bekerja sebagai pembimbing pemeliharaan dan proteksi pada blok Bismo, Argopuro, Mandala, dan Muria. Jenis pekerjaan yang diawasi antara lain pengendalian gulma secara manual dan kimia, pemupukan, pemangkasan, gosok lumut, pengendalian penyakit, pembuatan lubang tadah, dan sulaman. Penulis mengabsen pekerja, memberikan contoh pekerjaan, mengarahkan pekerja, memotivasi pekerja, mengawasi pelaksanaan kegiatan, mengontrol setiap pekerjaan dan membuat laporan pekerjaan harian (klat pemeliharaan blok).

36 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Tipe Pangkasan Tipe pemangkasan memberikan ciri secara kualitatif kepada suatu jenis pemangkasan tentang adanya daun-daun tua yang tersisa di perdu teh setelah pemangkasan selesai. Secara umum pemangkasan bertujuan merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru sehingga menghasilkan pucuk dalam jumlah banyak dan berkualitas baik (Suwarto dan Octavianty 2010). Jenis pangkasan yang diamati adalah pangkasan produksi. Pangkasan produksi merupakan pangkasan pada tanaman menghasilkan yang dilakukan berulang kali dengan gilir pangkas tertentu. Jenis pangkasan produksi memiliki beberapa tipe yaitu pangkasan jambul, pangkasan kepris, pangkasan bersih dan pangkasan tengah bersih. Tipe pangkasan produksi yang diterapkan unit perkebunan Bedakah adalah tipe pangkasan bersih. Tinggi Pangkasan Menurut Effendi et al. (2010), pada umumnya tinggi pangkasan tanaman menghasilkan (TM) berkisar 40 cm sampai 60 cm. Pemangkasan lebih rendah dari 40 cm akan menyebabkan percabangan yang terbentuk akan menjadi terlalu rendah sehingga akan menyulitkan pemetik dalam melaksanakan pemetikan. Sebaliknya, jika tinggi pangkasan lebih dari 60 cm akan menyulitkan dalam pelaksanaan pemangkasan. Ketinggian pangkasan produksi di unit perkebunan Bedakah adalah 45 cm sampai 60 cm. Pemangkasan pertama dilakukan pada ketinggian 45 cm dari permukaan tanah dengan kenaikan setiap pangkasan setinggi 5 cm dari luka pangkas sebelumnya. Pada tanaman yang tinggi pangkasannya telah mencapai 60 cm diturunkan lagi pangkasan seperti pangkasan pertama yaitu 45 cm. Penulis melakukan pengamatan ketinggian pangkasan pada blok Rinjani, blok Argopuro, dan blok Bismo dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Rata-rata tinggi pangkasan dan diameter bidang pangkas blok Rinjani, Bismo, dan Argopuro Blok Umur Pangkasan (Tahun) Tinggi Pangkasan Standar (cm) Tinggi Pangkasan Realisasi (cm) Diameter Bidang Pangkas (cm) Rinjani 6 50 45.33 ± 0.976 66.30 ± 5.46 Bismo 6 50 53.20 ± 1.207 71.33 ± 4.13 Argopuro 4 50 55.13 ± 1.187 74.20 ± 3.86 Sumber : Hasil Pengamatan (Februari, 2013) Berdasarkan hasil pengamatan, tinggi pangkasan yang dilakukan oleh tenaga pemangkas blok Bismo, Argopuro, dan Rinjani tidak selalu sama dengan standar tinggi pangkasan yang ditetapkan. Faktor yang mempengaruhi perbedaan tinggi pangkasan di lapangan dengan standar pangkasan antara lain keterampilan tenaga kerja, kondisi lahan, dan penggunaan alat ukur yang tidak baku. Semakin terampil tenaga pemangkas

37 dan semakin mudah lahan yang dipangkas maka tinggi pangkasan yang dihasilkan akan mendekati standar. Waktu Pemangkasan Penentukan waktu pemangkasan perlu diperhatikan kondisi tanaman dan iklim. Penentuan waktu pemangkasan yang tepat sangat penting untuk menjamin pertumbuhan tanaman berikutnya agar dapat berproduksi secara optimal. Kegiatan pemangkasan di unit perkebunan Bedakah dilaksanakan dua semester. Semester pertama yaitu dilaksanakan pada Februari sampai bulan April dengan luas 60 % dan pada semester II, dilakukan pada bulan Oktober sampai bulan November dengan luas 40 %. Pemangkasan dilakukan pada bulan-bulan tersebut karena kondisi lingkungan mendukung curah hujan cukup tinggi sehingga kebutuhan air bagi tanaman dan suplai hara tercukupi. Pada bulan Februari curah hujan mulai menurun, sedangkan sinar matahari mulai banyak dan suhu udara mulai meningkat. Pertimbangan dalam menentukan waktu pemangkasan secara agronomis berhubungan erat dengan kondisi tanaman dan lingkungan yang mendukung bagi pertumbuhan tunas. Penentuan waktu yang tepat dalam melaksanakan pemangkasan harus memperhatikan kondisi atau kesehatan tanaman (Wibowo 2006). Pada bulan Oktober (dimulainya musim hujan) pertumbuhan pucuk mulai meningkat. Hal ini disebabkan karena cadangan pati yang dibentuk sejak bulan juni mulai dibongkar untuk pertumbuhan pucuk. Pada bulan oktober sinar matahari cukup banyak, sehingga tanaman dapat melakukan proses fotosintesis dengan baik. Namun pada bulan Desember hasil pucuk menurun. Hal ini disebabkan cadangan pati dalam akar sudah mulai habis dan juga fotosintesis mulai berjalan dengan lambat sebab penyinaran tidak begitu banyak. Unit Perkebunan Bedakah tidak menerapkan perlakuan pengistirahatan tanaman. Pemetikan gendesan tetap dilaksanakan selama masih ada pucuk di kebun. Perlakuan pengistirahatan tanaman belum begitu diperlukan oleh unit perkebunan Bedakah. Hal ini disebabkan karena unit perkebunan Bedakah termasuk perkebunan yang terletak di dataran tinggi (pegunungan). Luas Areal Pangkasan Unit Perkebunan Bedakah menetapkan luas areal pangkasan per tahun adalah 25 % dari total luas areal tanaman menghasilkan. Pemangkasan di unit perkebunan Bedakah dilakukan dua kali yaitu semester I dilaksanakan pada Februari sampai bulan April dengan luas 60 % dan pada semester II, dilakukan pada bulan Oktober sampai bulan November dengan luas 40 %, sehingga total pemangkasan 100 %. Pertimbangan dilakukan pangkasan yang lebih luas di semester I adalah bahwa musim berpengaruh lebih baik atau musim plus, sehingga produksi tidak terlalu menurun. Rencana luas areal pangkas unit perkebunan Bedakah pada tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 11.

38 38 Tabel 11 Rencana luas areal pangkas unit perkebunan Bedakah tahun 2013 No Blok Nomor Luas Areal Luas Kebun Areal Pangkas Kebun Pangkasan (ha) (ha) (%) 1 Bismo 9.10.11.14 13.75 54.96 25.02 2 Rinjani 7.11.12.13 9.28 37.20 24.95 3 Mandala 5.13 10.63 52.31 20.32 4 Argopuro 8.9.14.13.12 14.22 48.46 29.34 5 Kembang 12.13 6.35 34.27 18.53 6 Muria 2.3.6.11 11.88 58.77 20.21 Jumlah : 66.11 285.97 138.37 Rata-Rata : 11.02 47.66 23.06 Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Bedakah, 2013 Luas areal pangkasan disesuaikan dengan luas blok yang dipangkas sehingga total areal yang dipangkas bisa lebih atau kurang dari 25 %. Seperti yang terlihat di tabel 11 rencana luas areal pangkas dengan rata-rata 23.06 % dari luasan enam blok yang dipangkas. Setiap blok mempunyai kewenangan sendiri dalam pembagian luas areal yang dipangkas kordinasi dengan kepala sub bagian kebun. Apabila produksi pucuk dianggap stabil pada musim kemarau maka pelaksanaan pemangkasan dapat dilakukan 100 % di semester I. Pada gilir pangkas tahun ini semua blok melaksanakan pemangkasan dalam dua semester. Pembagian areal pangkas sebaiknya diatur menurut nomor kebun yang saling berdekatan agar memudahkan dalam dalam pengawasan. Rencana dan realisasi pemangkasan unit perkebunan Bedakah tahun 2008 2012 dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Rencana dan realisasi pemangkasan unit perkebunan Bedakah 2008-2012 Tahun Luas areal TM (ha) Luas Areal Pangkas (ha) Persentase (%) Rencana Realisasi Rencana Realisasi 2008 308.23 77.55 68.09 25.16% 22.09% 2009 303.05 74.39 59.54 24.55% 19.65% 2010 303.42 80.47 55.70 26.52% 18.36% 2011 293.50 66.66 32.29 22.71% 11.00% 2012 285.49 56.42 51.48 19.76% 18.03% Rata-rata 71.10 53.42 23.74% 17.83% Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Bedakah, 2013 Realisasi luas areal yang dipangkas dalam satu tahun tidak selalu sama dengan rencana yang telah ditetapkan sebesar 25 %. Berdasarkan data yang diperoleh dalam kurung waktu lima tahun realisasi pangkasan hanya 17.83 % dari luas areal tanaman menghasilkan. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi waktu pelaksanaan pemangkasan diantaranya kondisi kebun, iklim, dan tenaga. Kondisi kebun yang masih menguntungkan secara ekonomi dilihat dari pendapatan produksi pucuk teh, sehingga tidak dilakukan pemangkasan. Kebijakan realisasi luas areal yang dipangkas ada di bawah kepala dengan persetujuan kepala sub bagian kebun.

39 Alat Pangkas Alat pangkas yang digunakan untuk pemangkasan pada unit perkebunan Bedakah adalah sabit pangkas. kunci utama keberhasilan pemangkasan yaitu ketajaman alat. Alat pangkas yang tajam dapat mengurangi kerusakan cabang hasil pangkasan. Batu asah digunakan untuk mengasah sabit pangkas agar tetap tajam dan halus. Alat pangkas dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15 Sabit pangkas Alat ukur digunakan untuk mengukur ketinggian pangkasan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan di lapang menunjukkan bahwa penggunaan alat ukur hanya pada satu tanaman yang dijadikan sebagai tanaman contoh pangkasan. Pemakaian alat ujur jarang digunakan karena dianggap tidak efisien waktu. Pemangkas biasanya menggunakan ukuran ketinggian lutut sebagai alat ukur. Pemakaian tinggi lutut sebagai alat ukur akan mempengaruhi ketepatan ketinggian pangkasan karena tinggi badan tiap pemangkas berbeda-beda dan kontur tanah yang bergelombang menyebabkan tinggi pangkasan menjadi tidak teratur. Kriteria Saat Pangkas Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pemangkasan antara lain gilir pangkas, ketinggian tanaman, presentase pucuk burung, tingkat produktivitas, kadar pati dan kebijakan kebun. Pada unit perkebunan Bedakah faktor yang sering digunakan untuk menentukan waktu pangkas adalah tingkat produktivitas dan kebijakan kebun. Gilir Pangkas Menurut Setyamidjaja (2000), gilir pangkas merupakan jangka antara pemangkas terdahulu dengan pemangkasan berikutnya pada nomor blok yang sama. Panjang pendeknya gilir pangkas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ketinggian tempat di atas permukaan laut. Lokasi unit perkebunan Bedakah berada pada ketinggian > 1 200 m dpl termasuk daerah tinggi sehingga daur pangkasnya 4 5 tahun. Kebijakan unit perkebunan Bedakah menetapkan gilir pangkas empat tahun untuk setiap nomor blok. Namun, pada pelaksanaannya kegiatan pemangkasan tidak selalu sesuai dengan ketentuan karena masih terdapat beberapa nomor blok dengan gilir pangkas lima tahun bahkan ada yang enam tahun (Lampiran 3). Perbedaan gilir pangkas ini disebabkan oleh berbagai hal di lapang secara ekonomis dan teknis menguntungkan perkebunan.