PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES"

Transkripsi

1 PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) PADA PEMELIHARAAN TANAMAN TEH MENGHASILKAN (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DENGAN ASPEK KHUSUS PEMETIKAN DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH MUHAMMAD ZAMRONI A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) pada Pemeliharaan Tanaman Teh Menghasilkan (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) dengan Aspek Khusus Pemetikan di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2015 Muhammad Zamroni NIM A

4 ABSTRAK MUHAMMAD ZAMRONI. Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) pada Pemeliharaan Tanaman Teh Menghasilkan (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) dengan Aspek Khusus Pemetikan di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Dibimbing oleh AHMAD JUNAEDI. Kegiatan magang dilaksanakan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman teknis dan manajerial tanaman teh serta mempelajari aspek pemetikan. Adapun tujuan khusus dari magang ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai penerapan Good Agricultural Practices (GAP) pada pemeliharaan tanaman menghasilkan teh serta mempelajari studi pengelolaan tanaman teh di Unit Perkebunan Tambi. Metode yang dilaksanakan selama kegiatan magang yaitu metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung dilakukan secara aktif mengikuti dan mengamati kegiatan teknis di lapangan dan wawancara. Metode tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan laporan manajemen, arsip kebun dan jurnal penelitian teh. Hasil magang menunjukkan bahwa tinggi bidang petik, diameter bidang petik, analisis pucuk, kapasitas pemetik, gilir dan hanca petik serta sarana transportasi telah sesuai standar. Analisis petik masih perlu peningkatan agar kuantitas dan kualitas pucuk optimal. Kata kunci: Good Agricultural Practices (GAP), gilir petik, rumus petik, manajemen pemetikan ABSTRACT MUHAMMAD ZAMRONI. The Application of Good Agricultural Practices (GAP) for Maintenance of Productive Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) with Special Aspect of Plucking at Plantation Unit of Tambi, Wonosobo, Central Java. Supervised by AHMAD JUNAEDI. Internship activities was conducted in order to improve knowledge, field experience, and to study tea management aspect of tea plucking. The specific purpose of this internship was to obtain information regarding the application of Good Agricultural Practices (GAP) in the maintenance of productive tea at Plantation Unit of Tambi. Internship was conducted by direct and indirect methods. Direct method was conducted by doing and observing the field activity and interview actively. Indirect method was conducted by collecting management report, company archive and literature review. Results showed that the height and diameter of plucking height surface, shoots analysis, the capacity of plucker, plucking round management and plucking area and transportation were complied to the standart by best practices. The increase in supervision of plucking analysis were really important to get an optimal quality and quantity of tea shoots. Keywords: Good Agricultural Practices (GAP), plucking cycle, plucking formula, plucking management

5

6 PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) PADA PEMELIHARAAN TANAMAN TEH MENGHASILKAN (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DENGAN ASPEK KHUSUS PEMETIKAN DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH MUHAMMAD ZAMRONI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

7

8 Judul Skripsi : Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) pada Pemeliharaan Tanaman Teh Menghasilkan (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) dengan Aspek Khusus Pemetikan di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Nama : Muhammad Zamroni NIM : A Disetujui oleh Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr Ketua Departemen Tanggal Lulus:

9

10 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan karunia-nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Kegiatan magang yang dilaksanakan sejak Februari sampai Juni 2015 berjudul Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) pada Pemeliharaan Tanaman Teh Menghasilkan (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) dengan Aspek Khusus Pemetikan di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua, kakak dan keluarga yang telah memberikan doa dan dukungannya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Ahmad Junaedi MSi selaku dosen pembimbing skripsi, Dr Ir Ade Wachjar MS dan Candra Budiman SP MSi selaku dosen penguji, Dr Ir Heni Purnamawati MSc Agr selaku dosen pembimbing akademik, serta Bapak Muhamad Subandi sebagai pembimbing selama magang. Penghargaan juga disampaikan kepada Unit Perkebunan Tambi yang telah bersedia menerima penulis untuk melaksanakan kegiatan magang. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman Dandelion AGH 48, Nur Khairina Mufattihah, Sahabat Maxima dan Bintang Muda atas doa dan kasih sayangnya. Semoga skripsi ini bermanfaat, Aamiin. Bogor, Agustus 2015 Muhammad Zamroni

11

12 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR xi DAFTAR LAMPIRAN xii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Botani Teh 2 Syarat Tumbuh 2 Budidaya Tanaman Teh 3 Good Agricultural Practices 4 Pemetikan dan Analisis Hasil Petikan 5 METODE MAGANG 6 Tempat dan Waktu 6 Pelaksanaan 6 Pengamatan dan Pengumpulan Data 7 Analisis dan Pengolahan Data 8 KEADAAN UMUM 9 Sejarah PT Perkebunan Tambi 9 Letak Geografis dan Luas Areal 10 Keadaan Iklim, Tanah dan Topografi 10 Keadaan Tanaman dan Produksi 10 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 11 Kesejahteraan Karyawan 12 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 12 Aspek Teknis 12 Aspek Manajerial 37 PEMBAHASAN 40 Pemupukan 40 Pemangkasan 42 Pengendalian OPT 43 Rekomendasi untuk Pemenuhan GAP 45 Bidang Petik 46 Tebal Daun Pemeliharaan 46 Analisis Petik dan Analisis Pucuk 47 Gilir Petik 48 Hanca Petik 48 Tenaga dan Kapasitas Pemetik 49 KESIMPULAN DAN SARAN 50 Kesimpulan 50 Saran 50 DAFTAR PUSTAKA 51 LAMPIRAN 53 RIWAYAT HIDUP 67

13 DAFTAR TABEL 1. Kebutuhan pupuk lewat tanah pada TM di Unit Perkebunan Tambi Kebutuhan pupuk tanah pada TBM di Unit Perkebunan Tambi Diameter bidang petik berdasarkan umur setelah pemangkasan di Unit Perkebunan Tambi tahun Hasil analisis petik di Unit Perkebunan Tambi bulan Mei Hasil analisis pucuk di Unit Perkebunan Tambi bulan Januari-Mei Gilir petik di Unit Perkebunan Tambi tahun Hanca petik di Unit Perkebunan Tambi bulan Januari-Mei Kapasitas pemetik di Unit Perkebunan Tambi bulan Januari-Mei Kapasitas pemetik di Unit Perkebunan Tambi tahun Kapasitas pemetik berdasarkan usia pemetik di Unit Perkebunan Tambi bulan Januari-April Kapasitas pemetik berdasarkan lama kerja pemetik di Unit Perkebunan Tambi bulan Januari-April Perhitungan rasio kebutuhan tenaga pemetik di Unit Perkebunan Tambi Perbandingan jumlah pemetik di lapangan dengan perhitungan berdasarkan hasil perhitungan 32 DAFTAR GAMBAR 1. Kegiatan pemotongan (a), penanaman daun stek (b) dan tempat penyungkupan (c) Kegiatan pemupukan melalui tanah (a) dan daun (b) Gejala serangan hama ulat penggulung daun (a) dan penyakit Blister blight (b) Kegiatan pemangkasan manual (a) dan pemangkasan mesin (b) Penampakan rorak (a) dan kegiatan pembuatan saluran air/rorak (b) Kegiatan penggemburan tanah atau pemorokan Alat petik; gunting petik (a) dan mesin petik (b) Kegiatan penimbangan pucuk di lapangan Tinggi bidang petik berdasarkan tahun setelah pemangkasan di Unit Perkebunan Tambi tahun Tebal daun pemeliharaan berdasarkan tahun setelah pemangkasan di Unit Perkebunan Tambi tahun Mesin penggilingan; open top roller (a), rotorvene (b) dan ghoogi (c) Kegiatan penjenisan (a) dan mesin penjenisan/sortasi kering (b) 36

14 DAFTAR LAMPIRAN 1. Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten kebun (kepala blok) Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Jurnal harian magang sebagai Pendamping Asisten Afdeling Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Peta lokasi Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Curah hujan dan hari hujan di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah tahun Luas areal dan tata guna lahan Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah tahun Struktur organisasi perusahaan Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Jumlah tenaga kerja di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah bulan Mei Realisasi produksi teh Unit Perkebunan Tambi tahun Realisasi produktivitas Unit Perkebunan Tambi tahun Hasil pengamatan kesesuaian komponen pemeliharaan tanaman teh menghasilkan dengan GAP 64

15 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman teh merupakan salah satu tanaman penyegar dan aromatik yang mempunyai peranan yang sangat strategis terhadap perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 komoditas teh mampu menghasilkan devisa sebesar US$ juta. Walaupun jumlahnya relatif kecil namun yang dihasilkan dari teh merupakan nett devisa karena komponen impornya sangat kecil. Secara nasional industri teh menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar Rp 1.2 trilyun. Komoditas teh di Indonesia berfungsi juga sebagai sumber penciptaan lapangan kerja di pedesaan dan mendorong agribisnis dan agroindustri yang secara langsung maupun tidak langsung juga menciptakan lapangan kerja di sektor jasa. Diperkirakan pengusahaan teh melibatkan kurang lebih 98 ribu tenaga kerja dan mampu mendorong berkembangnya ekonomi wilayah-wilayah tersebut (Kementerian Pertanian RI 2014). Luas areal perkebunan teh Indonesia tahun 2009 adalah ha dengan produksi ton dan produktivitas sebesar kg ha -1 tahun -1. Volume ekspor teh mencapai ton, sedangkan impor teh mencapai ton. Sedangkan pada tahun 2010 perkebunan teh mempunyai luas areal ha dengan produksi ton dan produktivitas kg ha -1 tahun -1. Pada tahun yang sama volume ekspor teh mencapai ton sedangkan volume impornya mencapai ton. Pada tahun 2011 volume ekspor teh menurun pada angka ton dan impor teh naik pada angka ton (Direktorat Jenderal Perkebunan 2012). Pada perkebunan teh, sasaran produksi yang diharapkan adalah pucuk yang berkualitas baik dengan bobot yang tinggi pada setiap petikan. Hal ini disebabkan tanaman teh merupakan tanaman yang dipanen pucuknya secara teratur, sehingga setiap faktor penentu pertumbuhan vegetatifnya perlu diperhatikan (Rachmawati dan Pranoto 2009). Mutu hasil teh tidak hanya ditentukan oleh ketinggian tempat tumbuh teh, namun dipengaruhi juga oleh sistem pemetikan. Pemetikan merupakan suatu cara pemungutan hasil tanaman teh berupa pucuk, pucuk yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan dan tujuan pengolahan (Johan dan Dalimoenthe 2009). Pada era globalisasi ini, pelaksanaan pembangunan perkebunan di Indonesia harus memperhatikan kelestarian ekosistem dan memberdayakan masyarakat sekitar sehingga tidak akan mengakibatkan terjadinya degradasi lahan maupun permasalahan sosial yang lain, karena pada dasarnya program pembangunan pertanian berkelanjutan berawal dari permasalahan pokok tentang bagaimana mengelola sumberdaya alam secara bijaksana sehingga bisa menopang kehidupan yang berkelanjutan, bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat dari generasi ke generasi. Bentuk pendekatan dan implementasinya harus bersifat multi sektoral dan holistik yang berorientasi pada hasil nyata dan kongkrit yakni (1) adanya peningkatan ekonomi masyarakat; (2) pemanfaatan sumberdaya lokal untuk pelestarian lingkungan; (3) penerapan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan, serta (4) pemerataan akses dan keadilan bagi masyarakat dari generasi ke generasi. Berdasarkan pertimbangan hal-hal tersebut di atas, maka perlu menyusun

16 2 Pedoman Teknis Budidaya Teh yang Baik (Good Agricultural Practices/GAP on Tea) (Kementerian Pertanian RI 2014). Good Agricultural Practices (GAP) merupakan sebuah pedoman pelaksanaan budidaya dalam sektor pertanian. Penerapan GAP mencerminkan tiga pilar keberlanjutan yaitu layak secara ekonomi, ramah lingkungan dan diterima oleh masyarakat. GAP diharapkan mampu dibuat untuk spesifik komoditas sehingga dapat menjadi suatu standar acuan dalam pengembangan dan pengelolaan komoditas tersebut di tempat lain. GAP mencakup kesesuaian komoditas dengan kesesuaian iklim dan lahan yang ada, upaya konservasi lahan dan air untuk keberlanjutan lingkungan, pemupukan yang tepat sesuai kebutuhan hara, tanah dan tanaman. Pengendalian hama penyakit secara terpadu dan ramah lingkungan serta proses panen dan pasca panen yang menjamin kebersihan dan kualitas produk (Neely et al. 2007). Tujuan Secara umum kegiatan magang ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam memahami proses kerja secara nyata dan memberikan pengalaman manajerial pada pengelolaan tanaman perkebunan. Adapun tujuan khusus dari magang ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai penerapan Good Agricultural Practices (GAP) pada pemeliharaan tanaman teh menghasilkan serta mempelajari pengelolaan pemetikan tanaman teh di Unit Perkebunan Tambi. TINJAUAN PUSTAKA Botani Teh Teh merupakan tanaman berdaun hijau yang termasuk dalam keluarga Camellia dengan nama spesies Camellia sinensis (L.) O. Kuntze dan berasal dari daerah pegunungan di Assam, China, Burma, Thailand dan Vietnam. Dalam spesies Camellia sinensis, dikenal beberapa varietas yaitu var sinensis, var assamica dan var cambodiensis. Dewasa ini, di Indonesia 99% pertanaman teh dilakukan dengan menggunakan teh dengan var assamica. Hal ini disebabkan var assamica lebih cocok ditanam di daerah tropis, serta memiliki hasil produksi yang tinggi dengan kualitas yang baik (Setyamidjaja 2000). Tanaman teh mempunyai dua fase pertumbuhan pucuk pada masa pertumbuhannya, yaitu periode peko dan burung. Kedua periode tersebut saling bergantian pertumbuhannya. Ritme pertumbuhan tersebut yang dinamakan flushing (periode peko) untuk pertumbuhan intensif/aktif dan periode dorman (periode burung) untuk pertumbuhan inaktif. Masa pergantian periode peko ± 35 hari. Lamanya stadium peko dan burung setiap tanaman berbeda-beda, bahkan masa bertunas untuk satu tanaman pun berbeda-beda (Setyamidjaja 2000). Syarat Tumbuh Pertumbuhan tanaman teh dipengaruhi oleh iklim dan tanah. Faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman teh yaitu suhu udara, curah hujan,

17 3 sinar matahari dan ketinggian tempat. Tanaman teh menghendaki suhu udara yang sejuk. Suhu udara yang baik bagi tanaman teh berkisar antara C, diikuti sinar matahari yang cerah dan kelembaban relatif (Rh) tidak kurang dari 70%. Tanaman teh akan terhenti pertumbuhannya apabila suhu di bawah 13 C dan di atas 30 C serta kelembaban relatif (Rh) kurang dari 70% (PPTK 2006). Tanaman teh tidak tahan kekeringan. Tanaman ini tumbuh baik di daerah dengan curah hujan tinggi dan merata sepanjang tahun. Jumlah curah hujan per tahun lebih dari mm (Muljanto dan Yudono 1998). Pancaran sinar matahari berpengaruh besar pada proses asimilasi. Sinar matahari yang penuh mengakibatkan asimilasi dan pembentukan karbohidrat lebih banyak sehingga semakin banyak pula tunas yang terbentuk. Tumbuhnya banyak tunas mengakibatkan tanaman teh menjadi terlalu sarat dan terlalu berat untuk dipetik, untuk itu diperlukan pohon-pohon pelindung. Fungsi pohon pelindung, di samping menghambat kehilangan air dari tanaman juga menghambat hilangnya air dari dalam tanah (Setiawati dan Nasikun 1991). PPTK (2006) mengatakan ketinggian tempat untuk daerah pertanaman teh yaitu dari m dpl, terbagi menjadi tiga daerah yaitu dataran rendah (<800 m dpl), dataran sedang ( m dpl) dan dataran tinggi (>1 200 m dpl). Perbedaan suhu udara sangat erat kaitannya dengan ketinggian tempat dan berpengaruh terhadap sifat pertumbuhan perdu teh. Daerah dataran rendah tanaman teh hanya dapat tumbuh agak baik di bawah pohon pelindung. Komposisi tanah di dataran rendah umumnya juga kurang baik untuk tanaman teh, sebab biasanya kurang gembur dan kurang subur (Adisewojo 1982). Oleh karena itu, hasil teh dari dataran tinggi mempunyai aroma dan mutu yang lebih baik dibandingkan teh dari dataran rendah. Budidaya Tanaman Teh Perkembangan teknologi perbanyakan tanaman teh telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Saat ini tanaman teh dapat diperbanyak secara vegetatif maupun generatif. Perbanyakan secara generatif yaitu menggunakan biji. Biji yang digunakan sebagai sumber bahan tanam, hendaknya diperoleh dari kebun biji yang dipelihara secara khusus sebagai penghasil biji. Pemeliharaan kebun biji yang kurang baik, dapat menurunkan kualitas biji yang dihasilkan. Selain itu, biji teh yang telah dihasilkan umumnya tidak langsung ditanam, tetapi harus disimpan terlebih dahulu. Perlu diketahui, bahwa biji teh lekas kehilangan kekuatan tumbuhnya, jika cara menyimpanannya tidak benar (Adisewejo 1982). Ketidakseragaman sifat tanaman hasil perbanyakan dengan biji mendorong berkembangnya teknologi perbanyakan secara vegetatif yaitu dengan stek daun. Perbanyakan dengan cara ini akan menghasilkan tanaman yang seragam (Ghani 2012). Perbanyakan dengan stek juga merupakan cara yang paling cepat untuk memenuhi kebutuhan bibit di lapangan dalam jumlah banyak dan diharapkan membawa sifat unggul dari induknya. Stek yang digunakan didapatkan dari kebun perbanyakan yang dipelihara secara khusus. Ranting stek (stekres) mulai dapat diambil dari kebun perbanyakan pada empat bulan setelah dilakukan pemangkasan. Tanda stekers dapat diambil (matang) apabila pangkal stekers sepanjang ± 10 cm berwarna cokelat (PPTK 2006). Stek diambil dari ranting stek sepanjang ± 1 ruas dan mempunyai satu helai daun. Stek yang dapat digunakan

18 4 adalah bagian tengah ranting stek yang berwarna hijau tua, sedangkan yang berwarna cokelat (bagian pangkal) dan hijau muda (bagian ujung) tidak digunakan sebagai bahan stek. Bibit teh yang telah siap kemudian ditanam dengan jarak tanam yang disesuaikan dengan kondisi dan kemiringan areal pertanaman. Menurut Ghani (2012), jarak tanam tanaman teh yaitu 120 cm x 70 cm, sedangkan menurut PPTK (2006), jarak tanam dibagi menjadi tiga yaitu kondisi datar sampai kemiringan 15 berjarak tanam 120 cm x 90 cm, kemiringan berjarak tanam 120 cm x 75 cm dan kemiringan lebih dari 30 berjarak tanam 120 cm x 60 cm. Bibit teh yang telah ditanam termasuk Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) yang perlu dipelihara sampai akhirnya tanaman tersebut siap untuk dipetik. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada TBM meliputi pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pembentukan bidang petik, pemupukan dan pemangkasan. Kegiatan tersebut harus dilakukan secara benar dan tepat, agar tanaman teh dapat menghasilkan pucuk daun teh yang diharapkan. Selanjutnya, setelah menjadi Tanaman Menghasilkan (TM), perlakuan pemeliharaan disesuaikan dengan keadaan tanaman (PPTK 2006). Pada perkebunan teh, sasaran produksi yang diharapkan adalah pucuk yang berkualitas baik dengan bobot yang tinggi pada setiap petikan. Hal ini disebabkan tanaman teh merupakan tanaman yang dipanen pucuknya secara teratur, sehingga setiap faktor penentu pertumbuhan vegetatifnya perlu diperhatikan (Rachmawati dan Pranoto 2009). Mutu hasil teh tidak hanya ditentukan oleh ketinggian tempat tumbuh teh, namun dipengaruhi juga oleh sistem pemetikan. Pemetikan merupakan suatu cara pemungutan hasil tanaman teh berupa pucuk, pucuk yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan dan tujuan pengolahan (Johan dan Dalimoenthe 2009). Good Agricultural Practices Good Agricultural Practices (GAP) merupakan sebuah pedoman pelaksanaan budidaya dalam sektor pertanian. Penerapan GAP mencerminkan tiga pilar keberlanjutan (layak secara ekonomi, ramah lingkungan dan diterima oleh masyarakat) termasuk keamanan pangan dan kualitas; terkait dengan wajib dan/atau persyaratan sukarela, dengan fokus pada produksi primer dan mengambil serta memperhitungkan insentif konteks kelembagaan. GAP diharapkan mampu dibuat untuk spesifik komoditas sehingga dapat menjadi suatu standar acuan dalam pengembangan dan pengelolaan komoditas tersebut di tempat lain. GAP mencakup kesesuaian komoditas dengan kesesuaian iklim dan lahan yang ada, upaya konservasi lahan dan air untuk keberlanjutan lingkungan, pemupukan yang tepat sesuai kebutuhan hara, tanah dan tanaman. Pengendalian hama penyakit secara terpadu dan ramah lingkungan serta proses panen dan pasca panen yang menjamin kebersihan dan kualitas produk (Neely et al. 2007). Penerapan GAP merupakan pendekatan holistik dengan penekanan pada kegiatan yang dapat mempengaruhi kualitas produksi, lingkungan dan kesehatan serta keselamatan kerja. Pengelolaan GAP perkebunan secara lestari bukan hanya semata-mata untuk kepentingan pasar melainkan sudah menjadi komitmen nasional bahwa pembangunan jangka panjang berkelanjutan ditentukan oleh keseimbangan perhatian antara manusia dan lingkungan, dengan kata lain sektor

19 5 pertanian diharapkan mampu menghasilkan produk dengan keuntungan positif dibidang lingkungan, sosial dan ekonomi. Dalam mencapai tantangan tersebut, perlu perubahan paradigma pembangunan pertanian yang memperhatikan aspek: poeple-profit-planet, bukan hanya profit oriented. Penerapan GAP secara umum dalam pelaksanaan budidaya tanaman perkebunan adalah budidaya secara tepat dan benar, produksi tinggi, mutu produk baik, keuntungan optimal dan ramah lingkungan serta dengan memperhatikan aspek keamanan dan kesejahteraan petani (Isnoor 2006). Pemetikan dan Analisis Hasil Petikan Pemetikan merupakan suatu cara pemungutan pucuk tunas yang masih muda yang selanjutnya diolah menjadi bahan baku utama. Pemetikan berpengaruh pada kesehatan tanaman, kelestarian produksi dan mutu jadi. Waktu pemetikan menentukan kualitas teh yang diproduksi. Umur tanaman perlu diperhatikan agar pemetikan dapat dilakukan pada waktu yang tepat dan dihasilkan teh yang berkualitas. Sistem dan waktu pemetikan juga harus disesuaikan agar dihasilkan produksi yang berkualitas tinggi. Pengelolaan pemetikan teh akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil panen teh. Pemetikan harus dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan sistem petikan dan syarat-syarat pengelolaan yang berlaku. Pemetikan berfungsi pula sebagai usaha untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan (Setyamidjaja 2000). Keberhasilan pemetikan merupakan kunci kesuksesan dalam bisnis teh secara keseluruhan. Hal itu berdasarkan alasan bahwa pemetikan teh paling banyak menyerap tenaga kerja dan biaya. Tenaga kerja petik mengambil porsi 80-90% tenaga atau 70-80% dari total tenaga kerja di perkebunan teh, sedangkan biaya petik mengambil porsi 65-75% dari total biaya tanaman atau 40-50% dari total biaya produksi kebun di luar biaya penyusutan aktiva. Selain itu, pemetikan berpengaruh pada kesehatan pokok, kelestarian produksi dan mutu teh jadi (Ghani 2002). Pemetikan yang berlebihan akan menyebabkan tanaman berada pada kondisi yang tertekan. Teknik pemetikan yang efektif harus dilakukan untuk memenuhi standar analisis pucuk yang ditetapkan. Pucuk yang dipetik harus memiliki persentase memenuhi syarat (MS) sebesar 70%, sedangkan pucuk yang tidak memenuhi syarat (TMS) maksimal sebesar 30%. Pemetikan dilakukan sebagai usaha untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan (PPTK 2006). Pucuk yang dipetik mengakibatkan tanaman kehilangan salah satu alat fotosintesis untuk pembuatan zat pati yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman. Kehilangan zat pati akibat pemetikan pucuk sekitar 7.5%, semakin kasar pucuk yang dipetik, maka semakin tinggi kehilangan zat patinya. Pemetikan pucuk p+2, p+3 akan lebih kecil kehilangan zat patinya dari pada pucuk p+4 atau lebih. Kehilangan zat pati akibat dipetik tidak akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu, asalkan daun-daun yang tertinggal pada perdu (lapisan daun pemeliharaan) cukup memadai untuk melakukan asimilasi (fotosintesis) (PPTK 2006). Hasil teh diperoleh dari daun-daun pucuk tanaman teh yang dipetik. Kualitas teh jadi sangat ditentukan oleh kualitas pucuk hasil olahan. Pucuk teh tersebut harus diperiksa dan dianalisis sebelum daun teh diolah menjadi teh. Daun

20 6 teh yang dianalisis akan menentukan kualitas dan mutu teh. Pemeriksaan pucuk tersebut sering disebut dengan analisis hasil petikan. Analisis hasil petikan terdiri atas dua macam yaitu (1) analisis petik dan (2) analisis pucuk (PPTK 2006). Analisis petik adalah pemisahan pucuk yang didasarkan pada jenis pucuk atau rumus petik yang dihasilkan dari pemetikan yang telah dilakukan dan dinyatakan dalam persen. Tujuan dilaksanakannya analisis petik adalah untuk melihat kondisi kesehatan tanaman, menilai ketepatan pelaksanaan pemetikan, menilai sistem pemetikan yang dilakukan, gilir petik dan keterampilan pemetik (PPTK 2006). Analisis pucuk adalah kegiatan pemisahan pucuk yang didasarkan pada bagian tua dan muda yang dinyatakan dalam persen. Selain itu, pemisahan pucuk juga didasarkan pada kerusakan dan dinyatakan dalam persen. Tujuan dilaksanakannya analisis pucuk yaitu dapat menilai pucuk yang akan diolah, dapat digunakan untuk menentukan harga pucuk (khususnya bagi teh rakyat) dan dapat memperkirakan persentase mutu teh produk yang akan dihasilkan (PPTK 2006). METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi PT. Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah selama empat bulan dari 16 Februari sampai 16 Juni Pelaksanaan Kegiatan yang dilakukan selama magang adalah kegiatan sebagai karyawan harian lepas (KHL) yang mengerjakan aspek teknis di lapangan dan kegiatan manajerial pada berbagai tingkat pekerjaan mulai dari sebagai pendamping pembimbing hingga sebagai pendamping kepala sub bagian kebun. Kegiatan pada bulan pertama sebagai karyawan harian lepas (KHL) adalah melaksanakan semua kegiatan pemeliharaan tanaman di lapangan meliputi pembibitan, penyulaman, pemeliharaan pohon pelindung, pengendalian gulma, pengendalian hama penyakit, pemupukan, pemangkasan, gosok lumut dan pemetikan. Penulis membuat dan mengisi jurnal kegiatan harian selama menjadi KHL (Lampiran 1). Kegiatan yang dilakukan pada bulan kedua adalah menjadi pendamping pembimbing. Pekerjaan yang dilakukan meliputi menghitung jumlah tenaga kerja yang hadir, membantu mengawasi dan mengorganisir kerja karyawan harian di lapangan, membantu membuat laporan harian serta mengisi jurnal kegiatan harian (Lampiran 2). Kegiatan yang dilakukan pada bulan ketiga adalah sebagai pendamping kepala blok. Pekerjaan yang dilakukan diantaranya membantu kepala blok dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), membantu pembuatan laporan bulanan, mengawasi kinerja pembimbing dan membuat jurnal kegiatan harian (Lampiran 3). Kegiatan yang dilakukan pada bulan keempat adalah sebagai pendamping kepala sub bagian kebun. Kegiatan yang dilakukan adalah membantu memeriksa perencanaan kerja dan anggaran setiap blok, membantu memeriksa laporan harian

21 7 dan bulanan setiap blok, mengawasi kinerja kepala blok dan membuat jurnal harian sebagai pendamping kepala sub bagian kebun (Lampiran 4). Pengamatan dan Pengumpulan Data Data primer yang dikumpulkan selama kegiatan magang adalah hal-hal yang berhubungan dengan penerapan Good Agricultural Practices (GAP) yang mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian No. 50 Tahun 2014 tentang pedoman teknis budidaya teh yang baik serta berbagai data yang dibutuhkan pada aspek pemetikan. Pengumpulan data primer juga dilakukan dengan mengikuti kegiatan pemetikan langsung dan wawancara dengan pekerja. Komponen GAP yang diamati meliputi: 1. Pemupukan: dosis pupuk, cara pemupukan, jenis dan pencampuran pupuk, serta aspek ketenagakerjaan. 2. Pemangkasan: gilir dan teknis pemangkasan serta aspek ketenagakerjaan. 3. Pengendalian OPT: OPT utama pada tanaman teh baik hama maupun penyakit, musuh alami OPT dan pengendalian gulma. 4. Pemetikan: a. Tinggi bidang petik Tinggi bidang petik diukur dari atas permukaan tanah hingga permukaan bidang petik. Pengamatan dilakukan menggunakan meteran pada 10 tanaman contoh yang mewakili umur I, II, III dan IV tahun setelah pangkas dan dilakukan di setiap blok. b. Diameter Bidang Petik Diameter bidang petik tanaman teh diukur garis tengah lingkaran bidang permukaan tanaman teh. Diameter bidang petik diukur dari dua arah yang berbeda, kemudian dirata-ratakan agar hasilnya lebih akurat. Pengamatan dilakukan menggunakan meteran pada 10 tanaman contoh yang mewakili umur I, II, III dan IV tahun setelah pangkas dan dilakukan di setiap blok. c. Tebal daun pemeliharaan Tebal daun pemeliharaan diukur dari mulai tumbuhnya daun pertama hingga permukaan bidang petik. Pengamatan dilakukan menggunakan meteran pada 10 tanaman contoh yang mewakili umur I, II, III dan IV tahun setelah pangkas dan dilakukan di setiap blok. d. Analisis petik Analisis petik merupakan pemisahan pucuk berdasarkan jenis pucuk atau rumus petik. Pengamatan analisis petik dilakukan dengan mengambil sampel petikan secara acak, kemudian ditimbang 200 gram, dilakukan di kebun setelah kegiatan pemetikan berdasarkan ketinggian tempat, gilir petik, tahun setelah pangkas dan jenis klon. Jenis petikan terbagi menjadi: Petikan halus : p+1, p+2m Petikan medium : p+2, p+3, p+3m, b+1m, b+2m, b+3m Petikan kasar : p+4 atau lebih, b+(1-4t) e. Analisis Pucuk Analisis pucuk merupakan pemisahan pucuk berdasarkan syarat olah yaitu pucuk memenuhi syarat (MS) dan pucuk tidak memenuhi syarat (TMS) yang dinyatakan dalam persen. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara

22 8 yang sama seperti pengambilan sampel analisis petik. Analisis pucuk dilakukan setelah kegiatan analisis petik. Analisis pucuk meliputi: Pucuk memenuhi syarat (MS) : p+1, p+2, p+3, b+1m, b+2m, b+3m Pucuk tidak memenuhi syarat (TMS) : p+4, p+5, b+(1-5)t, daun lembaran dan tangkai f. Hanca petik Hanca petik adalah luas areal yang harus selesai dipetik dalam satu hari. Data diperoleh dari wawancara dengan pembimbing petik, kepala blok maupun kepala sub bagian kebun serta pengamatan langsung. Pengamatan dilakukan di setiap blok, dengan rumus hanca petik: Hanca seorang pemetik = luas areal petik/hari x jumlah patok/ha jumlah pemetik g. Gilir petik Gilir petik adalah jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya pada areal yang sama dinyatakan dalam hari. Pengamatan gilir petik dihitung berdasarkan rumus yang berlaku kemudian dibandingkan dengan pengamatan langsung di lapangan. Perhitungan gilir petik menggunakan rumus: Luas areal petik/hari = luas areal yang dipetik gilir petik h. Kapasitas petik Kapasitas petik merupakan banyaknya pucuk yang mampu dipetik oleh tenaga petik dalam satu hari kerja. Pengamatan dilakukan dengan mengamati kapasitas pemetik berdasarkan umur dan lama pengalaman kerja. Data diperoleh dari wawancara dan data dari pembimbing petik. i. Tenaga petik Kebutuhan tenaga petik dihitung langsung berdasarkan banyaknya tenaga pemetik di lapangan kemudian dibandingkan dengan kebutuhan tenaga petik sesuai rumus kebutuhan tenaga petik yaitu: Kebutuhan TP = [produktivitas kering x rendemen] x (100 + absensi)% Kapasitas pemetik x HKE/th Selain itu pengumpulan data sekunder berupa pengumpulan data penunjang dilakukan melalui bahan pustaka yang tersedia di perusahaan. Analisis dan Pengolahan Data Data dan informasi dianalisis menggunakan metode deskriptif dengan membandingkan studi pustaka yang berlaku pada pedoman teknis budidaya tanaman teh yang baik (GAP) dengan kondisi di lapangan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rataan, persentase dan uji t-student kemudian hasilnya dibandingkan dengan standar kerja setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Uji t-student pada taraf 5% digunakan untuk mengetahui kapasitas pemetik berdasarkan usia dan lama pengalaman kerja. Rumus t-student yang digunakan adalah sebagai berikut: t student = rata-rata pengamatan 1 dan 2 sp (1/n1 + 1/n2) Nilai sp = (n 1-1) S (n 2-1) S 2 2 n 1 + n 2-2

23 9 Nilai berpengaruh nyata apabila 0.01 p hitung 0.05 ; dan sangat berpengaruh nyata apabila p hitung < 0.01 ; serta tidak berpengaruh nyata apabila p hitung > 0.05 ; t tabel diperoleh dari nilai sebaran t pada taraf 5% dan derajat bebas (n 1 +n 2-2) (Walpole 1992). KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi PT Perkebunan Tambi adalah perusahaan yang dimiliki Pemerintah Hindia Belanda sekitar tahun 1865, yang pengelolaannya disewakan kepada pengusaha swasta yaitu D. Van den Sluijs (Kebun Tanjungsari) dan W. D. Jong (Kebun Tambi dan Bedakah). Pada bulan Maret 1880, seluruh kebun tersebut dibeli oleh Mr. P. Van den Berg, A. W. Hole dan Ed. Yacobson, yang selanjutnya mereka mendirikan Bagelen Thee En Kina Maatschappij. Pada saat Perang Dunia II, Hindia Belanda diduduki oleh Jepang, sehingga nama perusahaan diubah menjadi Sai Bai Kigyo Rengokai (SKR). Tanaman teh pada masa itu banyak diganti dengan tanaman lain seperti palawija, ubi-ubian dan jarak. Perusahaan tersebut kemudian diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia setelah proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945, yang dikelola oleh Pusat Perkebunan Negara (PPN) berkantor di Surakarta. Pada tanggal 19 Desember 1948 terjadi serangan militer Hindia Belanda, sehingga kebun dan pabrik dibumihanguskan oleh para penduduk Indonesia agar tidak dikuasai oleh Belanda. Kemudian, pada tahun 1949 diadakan Konferensi Meja Bundar (KMB) yang menghasilkan keputusan penyerahan kedaulatan kepada Indonesia. Perkebunan dijual kepada NV Eks PPN Sindoro Sumbing. Peresmian perjanjian jual beli perusahaan terjadi pada 26 November 1954, sehingga status Perkebunan Tambi, Bedakah dan Tanjungsari resmi menjadi PT NV Eks Sindoro Sumbing. Pada tanggal 3 Juli 1957 diadakan pertemuan di Kebun Tanjungsari yang kemudian dicapai kesepakatan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo dan PT NV Eks Sindoro Sumbing bersama-sama mengelola perkebunan tersebut dengan membentuk perusahaan baru dengan modal masingmasing pihak sebesar 50%. Perusahaan baru ini diberi nama PT NV Perusahaan Perkebunan Tambi dengan akta notaris Raden Sujadi tanggal 13 Agustus 1957 dan pengesahan Menteri Kehakiman tanggal 18 April 1958 No. JA5/30/25 yang diterbitkan pada lembaran Berita Negara tanggal 12 Agustus 1960 Nomer 65. PT NV Perusahaan Perkebunan Tambi yang saat ini lebih dikenal PT Tambi memiliki tiga unit perkebunan beserta kantor unit perkebunan dan satu unit direksi. Kantor direksi dibangun di pusat kota Wonosobo, tepatnya Jalan Tumenggung Jogonegoro No.39, Wonosobo. Pada tahun 2010 saham PT Perkebunan Sindoro Sumbing dibeli oleh PT Indo Global Galang Pamitra (IGP). PT Tambi saat ini sedang mengembangkan potensi keindahan alam perkebunan sebagai kawasan wisata agro dengan nama Wisata Agro Perkebunan Teh Tambi (Sumber dari arsip Kantor Kebun Unit Perkebunan Tambi, PT Tambi 2015).

24 10 Letak Geografis dan Luas Areal Unit Perkebunan (UP) Tambi terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian tempat m dpl. Jarak perkebunan sekitar 16 km ke arah utara dari Kota Wonosobo dan berada di lereng Gunung Sindoro sebelah barat. Unit Perkebunan Tambi terbagi dalam 4 blok yaitu Taman, Pemandangan, Panama dan Tanah Hijau (Lampiran 5). Blok Pemandangan terletak di Desa Sigedang, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo dan merupakan blok tertinggi di UP Tambi yaitu sekitar m dpl. Blok Taman terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian tempat mencapai m dpl. Blok Panama terletak di Desa Tlogo, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian tempat antara m dpl. Blok Tanah Hijau terletak di Desa Jengkol, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo dengan ketinggian tempat m dpl. Berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan (RKAP) tahun 2015 (Lampiran 7), luas keseluruhan UP Tambi adalah ha. Luas areal TM yaitu sebesar ha dan TBM/replanting yaitu sebesar ha, sedangkan sisa luasan digunakan untuk pembibitan, kebun perbanyakan, pabrik, agrowisata serta sarana dan prasarana penunjang. Luas areal per blok yaitu Blok Pemandangan seluas ha, Blok Taman seluas ha, Blok Panama seluas ha dan Blok Tanah Hijau dengan luas ha, kemudian setiap luasan blok dibagi menjadi 15 nomer atau leger. Keadaan Iklim, Tanah dan Topografi Curah hujan selama sepuluh tahun terakhir ( ) berkisar antara mm dan hari hujan berkisar antara hari. Rata-rata bulan kering 2.8 dan rata-rata bulan basah 9.2, sedangkan tipe iklim berdasarkan curah hujan menurut Schmidth-Ferguson adalah tipe C (Lampiran 6). Suhu di Unit Perkebunan Tambi berkisar antara o C dengan kelembaban udara berkisar 80-95%. Jenis tanah di Unit Perkebunan Tambi adalah Andosol dengan ph Tekstur tanah adalah geluh (lumpur yang lekat) dengan kedalaman efektif solum yaitu cm. Keadaan drainase di lahan Unit Perkebunan Tambi adalah sedang sampai dengan cepat. Topografi lahan pada umumnya adalah berombak sampai berbukit dengan tingkat kemiringan 0-45%. Keadaan Tanaman dan Produksi Tanaman teh yang dibudidayakan di UP Tambi terdiri dari klon Gambung 3, Gambung 4, Gambung 7, TRI 2024, TRI 2025, Tambi Merah (klon lokal), Malabar Pasir Sarongge (MPS), Kiara 8, Cin 143 dan Seedling (Hibrid dan Assam). Jarak tanam untuk jenis klon yaitu 120 cm x 75 cm, sedangkan untuk seedling yaitu 130 cm x 90 cm atau tidak beraturan. Populasi per hektar untuk jenis klon sekitar pohon dan untuk jenis seedling pohon per hektar. Produk yang dihasilkan Unit Perkebunan Tambi 80% diekspor ke luar negeri dengan beberapa negara tujuan seperti Inggris, Australia, USA, Jerman, Pakistan, Kazakstan, Rusia dan India. Produksi dan produktivitas di Unit

25 11 Perkebunan Tambi berfluktuasi selama lima tahun terakhir ( ). Rata-rata produksi pucuk teh di Unit Perkebunan Tambi selama kurun waktu lima tahun terakhir (Lampiran 10) yaitu kg tahun -1, produksi teh kering kg tahun -1 dan produktivitas sebesar kg ha -1 tahun -1. Menurut Pusat Data dan Informasi Pertanian (2007), produksi pucuk basah untuk PBN (Perkebunan Besar Negara) yaitu ton, PBS (Perkebunan Besar Swasta) yaitu ton dan untuk PR (Perkebunan Rakyat) yaitu ton. Hal ini menunjukkan bahwa produksi Unit Perkebunan Tambi mencapai 12.93% dari total produksi teh yang dihasilkan oleh Perkebunan Swasta (PS) dan mencapai 2.60% dari total produksi teh di Indonesia. Unit Perkebunan Tambi memiliki produktivitas tahun 2012 (Lampiran 11) sebesar kg ha -1 jauh lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas nasional yaitu kg ha -1 (Ditjenbun 2012). Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT Perkebunan Tambi dipimpin oleh seorang direktur yang berasal dari salah seorang pemegang saham. Selain itu, direktur mempunyai wakil yang berasal dari pemerintah daerah Wonosobo. Hal ini terkait kepemilikan saham yang sebagian dipegang oleh perorangan dan sebagian dipegang oleh pemerintah daerah Wonosobo. Unit Perkebunan Tambi dipimpin oleh seorang pemimpin yang diangkat oleh Direksi PT Perkebunan Tambi. Seorang Pemimpin Unit Perkebunan Tambi bertugas dalam memimpin, merencanakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi setiap kegiatan pengelolaan dan administrasi bagian kebun, pabrik serta kantor untuk mencapai tujuan perusahaan secara efisien dan efektif. Pemimpin Unit Perkebunan Tambi secara langsung membawahi Kepala Sub Bagian Kebun, Kepala Sub Bagian Kantor dan Kepala Sub Bagian Pabrik beserta seluruh jajarannya (Lampiran 8). Kepala Sub Bagian Kebun bertugas dalam memimpin, merencanakan, mengkoordinasikan dan mengawasi semua kegiatan yang berhubungan langsung dengan kebun dan tanaman, ketenagakerjaan di kebun serta administrasi kebun. Kepala Sub Bagian Kantor bertugas memimpin, mengkoordinasikan dan mengawasi setiap kegiatan kantor berupa pengelolaan keuangan, pembukuan, sumber daya manusia dan masalah umum lainnya dalam ruang lingkup Unit Perkebunan Tambi. Kepala Sub Bagian Pabrik bertugas memimpin, mengkoordinasikan dan mengawasi setiap kegiatan administrasi, teknik dan pengolahan teh di pabrik. Jumlah tenaga kerja di Unit Perkebunan Tambi Wonosobo tahun 2015 (Lampiran 9) berjumlah 502 orang dengan luas areal keseluruhan ha. Indeks Tenaga Kerja (ITK) yang dapat dicapai adalah 1.84 orang ha -1. Tenaga kerja terdiri dari Karyawan I, Karyawan II dan Borongan. Karyawan I mempunyai syarat minimal D3 dan S1, Karyawan II terdiri dari golongan A, B, C, D dan E. Golongan II E diperoleh apabila pengajuan peningkatan jabatan lebih dari umur 40 tahun dan tidak dapat lagi meningkat ke Golongan I. Tenaga pemetik dan tenaga pemeliharaan termasuk tenaga borongan. Tenaga borongan terbagi menjadi tenaga borongan tetap dan borongan lepas. Sistem penggajian untuk karyawan I dan II ditetapkan oleh direksi. Besarnya upah berdasarkan surat keputusan dari direksi yang disesuaikan dengan jabatan dan UMK (Upah Minium Kabupaten) yang berlaku. Sistem penggajian

26 12 untuk karyawan tetap berdasarkan keputusan pimpinan unit perkebunan dengan besar gaji berdasarkan jumlah hari kerja, sedangkan untuk karyawan harian lepas ditetapkan berdasarkan prestasi kerja. Premi sosial adalah bonus untuk pemetik apabila dalam satu minggu dapat mencapai target maka mendapatkan premi sebesar 1 HOK. Premi kompensasi adalah bonus untuk semua karyawan lepas yang akan diperoleh berdasarkan pada perhitungan jumlah hari kerja, dengan jumlah hari kerja 24 hari. Premi yang diperoleh sebesar Rp perhitungan berdasarkan jumlah 24 hari kerja digunakan untuk memperoleh point yang berlaku untuk Tunjangan Hari Raya Keagamaan (THRK). Pembagian gaji untuk karyawan I dilakukan setiap bulan pada tanggal 1, karyawan II setiap bulan pada tanggal 3, sedangkan untuk karyawan harian tetap dan lepas dilakukan tiga kali dalam sebulan yaitu tanggal 3, 13, 23. Hari kerja karyawan dalam seminggu adalah enam hari dengan lama kerja 7 jam hari -1. Jenis pekerjaan yang membutuhkan waktu 24 jam hari -1 diberlakukan shift kerja dan pekerjaan di luar jam kerja dihitung lembur. Kesejahteraan Karyawan Unit Perkebunan Tambi menyediakan beberapa fasilitas bagi karyawan antara lain jamsostek, rumah tinggal, tempat ibadah, balai pelayanan kesehatan, koperasi, pakaian kerja, gratifikasi, THR (Tunjangan Hari Raya), kendaraan bermotor, rekreasi dan tempat olahraga. Balai pelayanan kesehatan beroperasi setiap hari senin dan kamis. Karyawan yang mendapatkan pelayanan kesehatan yaitu karyawan I, II serta keluarganya (tiga orang anak), sedangkan bagi karyawan lepas dan pensiunan hanya untuk dirinya. Perusahaan juga memberikan cuti kerja selama 14 hari dalam satu tahun bagi karyawan. Perusahaan memberikan satu stel pakaian kerja setiap tahun. Kendaraan bermotor diberikan kepada karyawan sesuai dengan tugas dan jabatannya. Kegiatan rekreasi dilaksanakan setiap tahun. Keberadaan koperasi karyawan ditujukan untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup karyawan. PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pembibitan Pembibitan merupakan kegiatan penyediaan bahan tanaman teh yang bertujuan untuk mempersiapkan bahan tanaman yang memenuhi kriteria layak tanam, sehingga dapat digunakan untuk penanaman baru (new planting) ataupun peremajaan (replanting). Penyediaan bibit tanaman teh dapat berasal dari biji dan stek. Pembibitan teh asal biji, memerlukan biji yang baik dan tepat agar menghasilkan produksi dan kualitas yang tinggi. Beberapa kelebihan yang dimiliki dengan menggunakan bibit yang berasal dari biji yaitu tanaman asal biji mempunyai daya adaptabilitas yang luas, mempunyai potensi produksi yang tinggi dan adanya keanekaragaman perdu yang terjadi secara alami sehingga mempunyai pengaruh terhadap zat yang terkandung di dalam pucuk. Pembibitan teh dengan stek merupakan cara yang paling cepat untuk memenuhi kebutuhan

27 bibit dalam jumlah banyak, dengan keyakinan bahwa sifatnya akan mengikuti sifat dari pohon induknya. Hal tersebut harus didukung dengan melakukan pemeliharaan kebun induk. Kebun induk yang akan dipergunakan harus dijaga kemurnian klonnya, potensi produksi dan kualitas. Keberhasilan pembibitan dengan stek dipengaruhi oleh mutu bahan stek, persiapan yang tepat, pengelolaan media tanam, pemilihan lokasi yang tepat dan tenaga kerja yang terampil. UP Tambi melaksanakan pembibitan dengan cara stek. Lokasi pembibitan berada di Blok Panama dengan luas 0.80 ha dan kebun perbanyakan dengan luas 0.60 ha. Bangunan rumah pembibitan terbuat dari bambu dengan atap terbuat dari paranet. Syarat lokasi pembibitan yang baik yaitu dekat sumber air, drainase baik, intensitas matahari yang cukup, kelembaban terjaga, aman, diusahakan mengarah ke arah timur dan tanah yang ada memenuhi syarat. Klon perbanyakan yang diambil steknya yaitu Gambung 7, karena klon ini memiliki produksi yang baik dan tahan terhadap hama penyakit dibanding dengan klon lain yang ada di UP Tambi. Kebun perbanyakan merupakan tempat untuk menghasilkan bahan stek yang akan digunakan, sehingga harus dipelihara dengan lebih teliti kesehatan maupun kebersihannya. Pemangkasan pada kebun perbanyakan dilakukan empat bulan sebelum pengambilan bahan stek, dengan cara pangkasan setengah bersih. Kemudian dilakukan pemeliharaan kebun perbanyakan selama ± 4 bulan, antara lain penyiangan terhadap gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit yang bersifat pencegahan pada kebun perbanyakan. Media tanam yang digunakan terdiri dari top soil dan sub soil yang telah dicampur pupuk kandang, dengan perbandingan antara top soil dengan sub soil yaitu 2:1. Setiap meter kubik top soil juga dicampur dengan 1.25 kg SP-36, 500 g KCl, 250 g Kiserit, 1 kg tawas dan 400 g Dithane, sedangkan pada sub soil cukup dicampur dengan 1 kg tawas dan 400 g Dithane. Kemudian, media tanam difumigasi menggunakan Basamid dengan dosis g/m 3. Setelah selesai, media tanam dimasukan ke dalam polybag. Kebun perbanyakan yang telah dipelihara selama 3-4 bulan, siap untuk diambil cutting. Ciri-ciri ranting yang telah siap di cutting yaitu ranting yang cukup matang dengan ketinggian ± 15 cm dari bidang pangkasan, tidak terlalu muda ataupun terlalu tua, lembaran daun berjumlah ± 8 lembar, serta tumbuh sehat, tegar, daun mulus dan pertumbuhannya mengarah ke atas. Stek yang diambil yaitu potongan ranting yang terdapat satu lembar daun dengan jarak 1 cm di atas daun dan 3-4 cm di bawah daun. Potongan ranting tersebut direndam dalam larutan ZPT untuk mempercepat pertumbuhan tunas, selama 5-10 menit. Potongan ranting stek yang telah siap ditanam ke dalam polybag dengan arah daun menghadap sinar matahari, serta dimiringkan dengan tujuan tunas baru dari ketiak daun akan tumbuh mengarah lurus ke atas. Polybag yang telah berisi stek disusun di atas bedengan yang telah disiapkan sebagai tempat meletakan polybag dengan lebar bedengan 90 cm dan panjang disesuaikan dengan lokasi, biasanya ± 10 m. Kemudian masing-masing bedengan disungkup dengan plastik bersih dibantu dengan bambu sebagai tiang penyangga. Sungkup diusahakan tertutup rapat dan dapat dibuka setelah 3-4 bulan, dilakukan secara bertahap agar tanaman mampu beradaptasi dengan lingkungan luar dengan baik. Tahapan pembukaan sungkup I dibuka ¼ bagian mulai pukul ; tahap ke II sungkup dibuka ½ bagian pada pukul ; tahap ke III dibuka semua 13

28 14 bagian mulai pukul Setiap tahapan dilakukan selama dua minggu. Jika kondisi tertentu, misalnya tumbuh gulma, maka sungkup dibuka untuk membersihkan gulma secara manual. Selama pembibitan, dilakukan kegiatan pemeliharaan seperti penyiraman air secara teratur, diusahakan tidak terlalu basah karena dapat tumbuh gulma dan jamur. Saluran air antar bedengan diperbaiki agar drainase tetap baik. Keberhasilan mendapatkan bibit tanaman teh yang siap tanam 60-75%. Bibit teh siap untuk ditanam setelah berumur tahun dari pembibitan. Kegiatan pemotongan daun stek dan penanaman ke dalam polybag dapat dilihat pada Gambar 1. a b c Gambar 1. Kegiatan pemotongan (a), penanaman daun stek (b) dan tempat penyungkupan (c) Pada kegiatan pembibitan, prestasi kerja penulis saat melakukan pengambilan cutting daun stek di kebun induk adalah 800 cutting HK -1, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah cutting HK -1 dan standar kerja yang berlaku adalah cutting HK -1. Pembentukan bidang petik (centering) Kegiatan centering adalah kegiatan memotong batang utama teh untuk membentuk bidang petik pada tanaman teh yang masih muda atau belum menghasilkan (TBM). Kegiatan centering dilakukan dengan tujuan untuk memacu pertumbuhan cabang yang melebar sehingga membentuk frame yang baik dan rata. Pembentukan bidang petik di Unit Perkebunan Tambi dilakukan dengan cara centering. Alat yang digunakan adalah gunting centering dan alat ukur. Centering dilakukan dalam dua tahap yaitu centering I dan centering II. Centering I dilakukan saat bibit tanaman berumur 3-4 bulan setelah ditanam di lapangan. Bibit dipotong setinggi cm dari permukaan tanah. Tujuan centering I adalah memotong batang utama yang tumbuh ke atas yang mengalahkan pertumbuhan cabang ke samping. Centering II dilakukan setelah tujuh bulan dari centering I bertujuan untuk menekan pertumbuhan batang yang mengarah ke atas. Batang yang tumbuh mengarah ke atas dipotong setinggi cm dari permukaan tanah. Pada saat tanaman telah mencapai ketinggian 120 cm maka dilakukan cut a cross setinggi 40 cm di atas permukaan tanah. Setelah dilakukan cut a cross, tiga bulan berikutnya dilakukan pemetikan pada ketinggian 40 cm (titik petik sama tingginya dengan bidang potong) diulang sampai 3-4 kali petikan, kemudian petikan berikutnya naik 1-2 lembar. Centering harus dilakukan dengan hati-hati dan selektif. Pelaksanaan centering dipengaruhi oleh kondisi dan pertumbuhan tanaman. Tanaman minimal memiliki dua batang sekunder saat dilakukan centering I. Pada tanaman yang tumbuh kerdil dan kurang sehat maka tidak dilakukan centering, luka centering diusahakan halus agar tunas dapat tumbuh dengan baik.

29 Pengendalian Gulma Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak dikehendaki karena tumbuh di waktu dan tempat yang tidak diinginkan atau mengganggu tanaman utama yang diproduksi. Populasi gulma yang tumbuh tanpa terkendali di areal pertanaman teh akan menyebabkan banyak kerugian. Keberadaan gulma akan memberikan persaingan bagi tanaman teh dalam memanfaatkan faktor-faktor tumbuh seperti unsur hara, cahaya dan air. Penurunan hasil pucuk teh akibat dari keberadaan gulma diperkirakan mencapai 40%. Keberadaan gulma selain sebagai kompetitor tanaman teh juga akan mengakibatkan inefisiensi dalam pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan rutin seperti pemupukan, pemangkasan dan pemetikan. Jenis gulma yang tumbuh di areal pertanaman teh di UP Tambi antara lain adalah pacar air (Impatien plathypetala), babadotan (Ageratum conyzoydes), kirinyuh (Chromolaena odorata (L.)), rumput teki (Paspalum conjugatum), kentang-kentangan (Borreria alata), sengganen (Melastoma malabathrichum), harendong (Clidemia hirta), kirinyuh (Eupatorium inulifolium), gucen (Rubus rosaefolius), tali sahit (Comellina difusa), Mikania micrantha dan alang-alang (Imperata cylindrica). Populasi gulma di UP Tambi mencapai puncaknya saat menjelang dilaksanakannya program pemupukan dan menjadi bersih gulma saat pemupukan dilaksanakan. Tujuan pengendalian gulma adalah menekan pertumbuhan gulma sehingga diperoleh laju pertumbuhan vegetatif tanaman teh yang tinggi, produksi pucuk maksimal dan kerugian serendah mungkin. Pengendalian gulma secara kultur teknis dilakukan dengan menerapkan cara pemetikan teh secara benar dan tepat. Cara pemetikan teh yang tepat adalah dengan melaksanakan petikan rata dan teratur agar pembentukan tajuk tanaman teh dapat melebar dan rapat sehingga dapat mengurangi pertumbuhan gulma di antara barisan tanaman. Selain itu, pengendalian gulma secara kultur teknis dapat diterapkan berupa penanaman tanaman pupuk hijau seperti Tephrosia spp. dan Crotalaria spp. di antara barisan tanaman teh. Pengendalian gulma di UP Tambi secara umum dilakukan melalui dua cara yaitu secara manual memanfaatkan tenaga manusia dan secara kimiawi menggunakan herbisida. Pengendalian gulma secara manual di UP Tambi dilaksanakan selama dua periode yaitu Semester I (Januari-Maret) dan Semester II (Agustus-Oktober) dengan perkiraan keluasan di setiap semester masing-masing 50%. Khusus untuk gulma pacar air, pengendalian dilakukan dengan cara mencabut gulma sampai ke akarnya dengan menggunakan tangan sedangkan untuk jenis gulma lainnya dilakukan dengan pembabatan menggunakan kored. Pengendalian gulma secara kimiawi/chemical weeding dilaksanakan dua kali dalam setahun untuk semua nomer kebun (tahun pangkas I-IV) pada bulan Februari-April dan September-November bergantian dengan pengendalian secara manual. Pengendalian gulma secara manual yang dilakukan setelah pemangkasan disebut babad bokor dan dongkel anakan kayu (DAK). Babad bokor dilakukan dengan mencabut gulma hingga akarnya menggunakan tangan, kored, sabit dan parang. Dongkel anakan kayu (DAK) juga biasanya dilakukan menjelang pemupukan tanah, dilaksanakan dua kali pada tanaman umur pangkas I-IV. Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan herbisida sistemik dengan bahan aktif Isopropilamina glifosat (Round Up), dengan dosis herbisida Round Up 1.5 liter ha -1 dan konsentrasi 4 ml liter -1 air. Alat 15

30 16 yang digunakan adalah knapsack sprayer dengan kapasitas 15 liter. Penyemprotan dilakukan pada saat kondisi cuaca cerah agar penyerapan herbisida ke dalam tanaman tidak terhambat. Hasil penyemprotan akan terlihat setelah 5-7 hari pasca aplikasi tergantung tingkat dosis yang digunakan. Pada saat pelaksanaan aplikasi juga harus menerapkan empat tepat, yaitu tepat waktu, tepat dosis, tepat cara dan tepat konsentrasi untuk meminimalisir efek negatif bagi lingkungan. Aplikasi dalam satu tahun sebanyak dua kali semprot dengan campuran hanya satu jenis herbisida dan ideal dilakukan sepuluh hari sebelum kegiatan pemupukan. Prestasi kerja rata-rata penulis saat melakukan chemical weeding adalah ha HK -1, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah ha HK -1 dan standar kerja yang berlaku adalah ha HK -1. Pemupukan Pemupukan menjadi salah satu aspek penting dalam budidaya tanaman, karena apapun jenis tanamannya pasti membutuhkan makanan berupa unsur hara dan mineral, begitupun dengan tanaman teh. Dalam pertumbuhan pucuk, tanaman teh menyerap unsur hara dari dalam tanah secara terus-menerus sehingga ketersediaan unsur hara dalam tanah makin lama makin berkurang. Unsur hara dalam tanah dapat juga berkurang karena proses pencucian atau hanyut oleh air hujan, penguapan dan erosi. Oleh karena itu, apabila tanah dibiarkan tanpa diberikan perlakuan akan menjadi rusak atau menjadi tanah kritis. Untuk menghindari hal yang demikian, maka perlu dilakukan pengelolaan tanah sebaikbaiknya. Salah satu upaya dalam pengelolaan tanah adalah melalui program pemupukan yaitu memberikan unsur-unsur hara ke dalam tanah dalam jumlah yang cukup sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan tanaman. Pelaksanaan pemupukan harus memperhatikan prinsip empat tepat yaitu tepat dosis, tepat cara, tepat waktu dan tepat jenis. Selain pemupukan melalui tanah, di perkebunan teh juga sering melaksanakan program pemupukan yang disemprotkan melalui daun terutama untuk pemberian unsur mikro. Pemupukan di Unit Perkebunan Tambi dilakukan melalui dua cara yaitu pemupukan melalui tanah (Gambar 2a) dan pemupukan melalui daun (Gambar 2b). Pemupukan melalui tanah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan unsur-unsur hara makro tanaman seperti N, P, K dan Mg dengan perbandingan 5:1:2:0.5. Bahan pupuk yang digunakan untuk memenuhi unsur-unsur tersebut adalah Urea 46%, SP-36 36%, KCL 60% dan Kiserit 27%. Persentase yang digunakan adalah N 8% dari target produksi teh kering per tahun. a Gambar 2. Kegiatan pemupukan melalui tanah (a) dan daun (b) b

31 17 Pemupukan melalui tanah di Unit Perkebunan Tambi dilaksanakan dua kali dalam setahun yaitu pada semester I dengan dua kali aplikasi yaitu pada bulan Februari dan Juni, sedangkan semester II dengan satu kali aplikasi pada bulan Oktober-November. Kebutuhan pupuk melalui tanah pada tanaman menghasilkan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kebutuhan pupuk melalui tanah pada TM di Unit Perkebunan Tambi 2015 Urea SP-36 KCl Kiserit Blok kg tahun -1 kg apl -1 kg tahun -1 kg apl -1 kg tahun -1 kg apl -1 kg tahun -1 kg apl -1 Pemandangan Taman Panama Tanah Hijau Jumlah Sumber : Laporan RKAP Unit Perkebunan Tambi 2015 Aplikasi pupuk lewat tanah untuk tanaman dengan tahun pangkas I dan IV adalah 90% sedangkan tanaman dengan tahun pangkas II dan III sebesar 110%. Hal ini disebabkan tanaman dengan tahun pangkas I dan IV memiliki potensi produksi yang lebih rendah dari pada tanaman dengan tahun pangkas II dan III yang sedang berproduksi maksimal sehingga membutuhkan pasokan hara yang lebih banyak. Pemupukan dilakukan dengan cara dibenam di sekitar tanaman dengan lubang 20 cm dari leher akar dan kedalaman lubang cm. Satu lubang untuk dua pohon yang diletakan secara bergantian di baris tanaman antara pemupukan pertama dengan pemupukan kedua dan seterusnya. Tenaga kerja kegiatan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi terdiri dari mandor/pembimbing, penabur pupuk, penggali lubang, langsir dan laden. Mandor/pembimbing adalah sebagai pengawas kegiatan pemupukan dengan mengawasi segala proses pemupukan dari awal hingga akhir. Mandor/pembimbing bertanggung jawab secara langsung terhadap pekerja pemupukan. Pemupuk terdiri dari penabur pupuk dan penggali lubang yang ketika di lapangan bekerja secara berpasangan. Langsir merupakan pekerja yang membawa pupuk dari gudang kebun lalu dimasukan truk setelah itu membawa pupuk sampai tempat yang dekat dengan lahan yang akan di pupuk. Laden merupakan pekerja yang mengantarkan pupuk dari tempat diletakan pupuk untuk dibagi-bagikan kepada para penabur pupuk. Standar kerja rata-rata untuk kegiatan pemupukan di UP Tambi adalah sebesar 0.25 ha HK -1. Penulis mengikuti kegiatan pemupukan dengan profesi sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama beberapa hari dengan prestasi kerja rata-rata 0.23 ha HK -1, sedangkan prestasi kerja rata-rata karyawan adalah 0.35 ha HK -1. Kebutuhan pupuk melalui tanah untuk setiap blok berbeda-beda sesuai dengan target produksi yang akan dicapai dan direkomendasikan oleh direksi. Unsur N adalah unsur yang paling banyak dibutuhkan oleh tanaman teh untuk pertumbuhan pucuk. Apabila tanaman teh kekurangan unsur N maka pertumbuhan pucuk burung akan lebih banyak dibandingkan dengan peko, sehingga komposisi N dalam setiap pemupukan menjadi faktor yang menentukan pada produktivitas teh yang dihasilkan.

32 18 Pada tanaman belum menghasilkan kebutuhan pupuk di setiap blok hampir sama karena target produksi diasumsikan sama dan pelaksanaan pemupukan dilakukan empat kali dalam setahun. Asumsi produktivitas untuk TBM I kg ha -1 tahun -1, TBM II kg ha -1 tahun -1, sedangkan TBM III kg ha -1 tahun -1. Konsentrasi aplikasi N 8% dengan perbandingan jenis pupuk Urea, SP-36, KCl dan Kiserite yaitu 5:1:2.5:0.3. Aplikasi pemupukan pada TBM melalui tanah untuk tanaman klonal dan seedling dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kebutuhan pupuk melalui tanah pada TBM di Unit Perkebunan Tambi 2015 Blok Urea SP-36 KCI Kiserit...kg tahun TBM I TBM II TBM III Jumlah Sumber : Laporan RKAP Unit Perkebunan Tambi 2015 Pemupukan melalui daun merupakan salah satu cara untuk mempercepat pertumbuhan pucuk sekaligus mempercepat penyembuhan luka petikan. Pelaksanaannya baru terprogram dan terjadwal pada tahun 2012 dengan tujuan meningkatkan hasil produksi. Jenis pupuk yang digunakan yaitu Zink sulfat dan PPC (Pelengkap Pupuk Cair). Jenis PPC yang digunakan yaitu Sanfor dan Companny dengan dosis masing-masing 0.5 liter ha -1. Pengaplikasian Sanfor atau Companny dicampur dengan Urea dengan dosis 125 g ha -1 dan air yang digunakan untuk membuat larutan ± 250 ml. Penyemprotan ZnSO 4 dilaksanakan selama sepuluh bulan dimulai bulan Februari sampai dengan November dengan dosis 1 kg ha -1 aplikasi -1. Alat yang digunakan adalah misblower dan handsprayer/pakabak. Sedangkan pupuk pelengkap cair (PPC) diberikan pada musim kamarau yaitu Juli-September sebanyak enam kali aplikasi (2 kali dalam 1 bulan) dengan dosis liter ha -1. Cara pengaplikasian Zink sulfat hampir sama dengan dengan PPC. Penyemprotan pupuk melalui daun yang tepat yaitu disemprot pada bagian bawah daun agar dapat langsung diserap oleh stomata yang sedang terbuka. Jika penyemprotan pada bagian bawah daun sulit dilakukan, diperbolehkan lewat bagian atas, tetapi langsung menyentuh pucuk daun. Saat yang baik dilakukan penyemprotan yaitu saat stomata sedang membuka, berkisar antara pukul enam pagi hingga pukul sembilan pagi, maksimal pukul sepuluh. Jika melewati pukul sepuluh, stomata daun diperkirakan telah menutup dan pemupukan akan terbuang. Alat yang digunakan dalam kegiatan pemupukan melalui tanah yaitu ember, gelas takar, sarung tangan dan masker, sedangkan pemupukan melalui daun yaitu drum air, ember, gelas ukur, selang, pengaduk, mesin diesel dan power sprayer. Pengendalian Hama dan Penyakit Hama dan penyakit tanaman merupakan salah satu faktor penghambat dalam peningkatan produksi pucuk di perkebunan teh. Beberapa hama penting yang dijumpai di perkebunan teh khususnya di UP Tambi antara lain wereng hijau (Empoasca flavescens), ulat api (Setora nitens), kepik penghisap daun (Helopeltis antonii), tungau jingga (Brevipalpus phoenicis), ulat jengkal (Hyposidra talaca,

33 Ectropis bhurmitra, Biston suppressaria), ulat penggulung daun (Homona coffearia) dan ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma). Sedangkan penyakit penting yang sering menyerang areal pertanaman teh di UP Tambi adalah cacar daun teh (Blister blight) yang disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans. Penyakit cacar daun teh ini menjadi penting karena sangat sulit untuk dikendalikan terutama pada musim penghujan serta sangat nyata menurunkan produksi pucuk di UP Tambi. Empoasca atau wereng hijau merupakan serangga yang menyerang pucuk teh, dengan menusuk dan menghisap cairannya. Jika pucuk sudah habis, serangan dapat berlanjut ke daun muda dan tua. Gejala serangan berupa perubahan warna tulang daun teh menjadi merah coklat. Pada daun, timbul noda-noda berwarna kemerahan seperti terbakar (leaf burn), kemudian menguning. Pertumbuhan daun menjadi terhambat dan pucuk daun teh tumbuh tidak normal. Serangan dapat menyebabkan tanaman jadi gundul dengan produksi sangat menurun. Upaya pengendalian hama ini dilakukan secara kimiawi dengan insektisida jenis Talstar dan Tamabas dengan dosis 200 cc ha -1. Kepik penghisap daun atau Helopeltis antonii menyerang pucuk daun muda. Kepik ini menusuk dan menghisap daun teh sehingga membentuk bercak-bercak hitam. Musuh alami Helopeltis ini banyak. Nimfa-nya dimangsa oleh laba-laba lompat, belalang sembah dan predator lain. Dewasa yang terbang ditangkap oleh capung dan laba-laba pembuat jaring. Tungau jingga (Brevipalpus phoenicis) sangat merusak tanaman teh, terutama teh pada dataran tinggi. Serangga ini menyerang daun biasa/bukan tunas petik, menyebabkan kematian urat daun dan pangkal daun. Daun yang terserang berat berubah warna menjadi kemerahan, lalu mengering dan gugur. Ulat jengkal menyerang daun, pupus daun dan pentil teh. Serangan berat menyebabkan daun berlubang dan pucuk tanaman gundul sehingga tinggal tulang daun saja. Ulat penggulung daun membuat tempat berlindung untuk diri sendiri dari daun teh, caranya dengan menyambungkan dua (atau lebih) daun bersama-sama dengan sutra, atau dengan menggulung satu daun lalu menyambungkan pinggirnya. Daun yang terserang tidak dapat dipetik sebagai hasil panen teh. Serangan ulat penggulung daun (Homona coffearia) mengakibatkan daun teh menjadi menggulung dan terlipat melintang (Gambar 3a). Hama ini dijumpai menyerang daun teh muda maupun tua. Pada musim penghujan, intensitas serangan ulat penggulung daun tergolong rendah sehingga tidak dilakukan penanganan khusus sebagai upaya pengendalian. Serangan hama ini menjadi cukup tinggi pada musim kemarau sehingga UP Tambi melaksanakan upaya pengendalian secara mekanis dengan memetik daun/perdu yang terserang atau dengan mengambil dan membinasakan kelompok telur yang ditemukan pada perdu/daun teh. Sedangkan upaya pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan jenis insektisida Kejora 15 EC dengan bahan aktif Alfa sipermetrin 15 g liter -1 dengan dosis 200 cc ha -1 aplikasi -1. Ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma) menyerang areal pertanaman teh dan mengakibatkan pucuk menggulung sehingga pertumbuhannya terhambat. Ulat penggulung pucuk menyerang bagian tanaman teh yang akan dipanen. Ulat menggulung daun pucuk dengan memakai benang-benang halus untuk mengikat daun pucuk sehingga tetap tergulung. Cara ulat menggulung daun cukup khas. Serangan hama ini tidak begitu menjadi masalah di UP Tambi karena secara alami populasinya masih dapat dikontrol dengan keberadaan musuh alaminya seperti 19

34 20 laba-laba, kepik, jangkrik, semut dll. Pengendalian hanya dilakukan secara kultur teknis dengan memetik daun-daun yang terserang serta dengan jalan memperpendek gilir/daur petik dari nomer-nomer kebun yang terserang. Hama ulat api (Setora nitens) sempat menjadi hama penting di UP Tambi tepatnya pada tahun 2009 terutama di blok Panama. Populasi hama ini meningkat pesat pada musim kemarau sehingga menjadi sulit dikendalikan baik secara mekanis maupun kultur teknis. Upaya pengendalian hama ulat api ini dilakukan secara kimiawi menggunakan insektisida jenis Crowen 113 EC dengan bahan aktif Cypermethrin 113 g liter -1 dengan dosis 200 cc ha -1 dan disemprotkan menggunakan knapsack sprayer dengan metode spot spraying. Metode spot spraying adalah metode penyemprotan yang dilakukan hanya pada titik-titik tertentu yang mengalami serangan berat. Metode ini dipilih untuk mengurangi residu insektisida yang berlebihan karena dapat mempengaruhi ambang batas residu yang ditetapkan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point). Pengendalian penyakit cacar daun teh (Blister blight) di UP Tambi dilakukan secara kimiawi menggunakan fungisida jenis Connasol 50 SC dengan bahan aktif Heksakonazol 50 g liter -1 untuk klon TRI (2024 dan 2025) dengan dosis cc ha -1 aplikasi -1 dan fungisida jenis Agronil 75 WP dengan bahan aktif Klorotalonil 75% untuk semua klon Gambung dengan dosis g ha -1 aplikasi -1. Tindakan pengendalian berupa penyemprotan fungisida dilakukan selama dua semester yaitu Januari-April dan September-Desember. Penyemprotan dilakukan setelah pemetikan dengan batas maksimal delapan hari sebelum pemetikan berikutnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari residu pada hasil pucuk akibat aplikasi fungisida. Pada lahan-lahan dengan tingkat serangan berat (Kelas A) seluas ha, pengendalian dilakukan lebih intensif selama enam bulan dengan aplikasi dua kali penyemprotan dalam sebulan (12 kali per tahun). Sedangkan untuk lahan-lahan dengan tingkat serangan sedang (Kelas B) seluas ha, pengendalian dilakukan selama enam bulan dengan aplikasi delapan kali penyemprotan per tahun. Prestasi kerja penulis saat melakukan aplikasi pengendalian hama dan penyakit (PHP) dengan mobil proteksi (pick up) adalah 0.06 ha HK -1, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 0.07 ha HK -1 dan standar kerja yang berlaku adalah 0.06 ha HK -1. a Gambar 3. Gejala serangan hama ulat penggulung daun (a) dan penyakit Blister blight (b) Pemangkasan Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan kultur teknis untuk menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu, sehingga pemetikan dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan efisien. Pemangkasan bertujuan untuk b

35 mempermudah agar tanaman selalu berada pada fase vegetatif, memelihara bidang petik agar tetap rendah untuk memudahkan pemetikan, membentuk bidang petik selebar mungkin, membuang cabang tidak produktif serta merangsang pembentukan tunas baru. Standar kerja untuk kegiatan pemangkasan di UP Tambi adalah sebesar 0.04 ha HK -1. Penulis mengikuti kegiatan pemangkasan dengan status sebagai karyawan harian lepas (KHL) dengan prestasi kerja antara ha HK -1 sedangkan prestasi kerja pemangkas di UP Tambi rata-rata sebesar 0.06 ha HK -1. Jenis/Tipe Pangkasan. Pemangkasan yang diterapkan di UP Tambi adalah jenis pangkasan bersih dan pangkasan setengah bersih. Pertimbangan memilih jenis pangkasan bersih karena blok-blok yang terdapat di UP Tambi terletak pada ketinggian di atas m dpl dimana penyinaran matahari dan suhu tidak terlalu tinggi sehingga tanaman dapat bertahan meskipun tidak ada daun yang disisakan setelah pemangkasan. Jenis pangkasan setengah bersih dipilih karena secara teknis pangkasan bersih sulit untuk bisa diterapkan secara efisien. Sistem upah borongan yang diterapkan seringkali membuat pemangkas lebih mengutamakan kuantitas dari pada kualitas hasil pangkasan. Akibatnya, pangkasan bersih yang memang sedikit lebih rumit dan memerlukan waktu serta kesabaran dalam pelaksanaannya justru sulit sekali untuk bisa dilaksanakan terutama pada tanaman tua dengan keadaan frame yang sangat lebar. Tinggi Pangkasan. Standar tinggi pangkasan setiap blok di UP Tambi disesuaikan dengan tinggi pangkasan sebelumnya. Ketinggian pangkasan di UP Tambi senantiasa dinaikan dari luka pangkas sebelumnya sampai pada ketinggian tertentu tinggi pangkasan kembali lagi pada ketinggian pangkasan awal (pangkasan dagul). Gilir pangkas. Gilir pangkas merupakan rentang waktu antara pemangkasan terdahulu dengan pemangkasan berikutnya. UP Tambi yang terletak pada ketinggian di atas m dpl menggunakan gilir pangkas 4-5 tahun. Namun dalam pelaksanaannya, pemangkasan tidak selalu sesuai dengan gilir pangkas yang direncanakan. Terkadang ada beberapa nomer kebun yang dipangkas lebih cepat ataupun lebih lambat dari gilir pangkas yang seharusnya. Keputusan mempercepat jadwal pemangkasan untuk nomer-nomer kebun tertentu adalah karena keadaan tanaman yang sudah kurang produktif serta kondisi tanaman yang sudah tinggi dan terlalu rapat sehingga menyulitkan dalam kegiatan pemeliharaan dan pemetikan. Waktu pemangkasan. Waktu yang tepat untuk dilaksanakan pemangkasan adalah saat keadaan tanaman sehat karena tanaman yang sehat akan memiliki cadangan makanan yang cukup untuk pertumbuhan kembali pasca dilakukannya pemangkasan. Selain itu, pemangkasan tanaman teh juga harus didukung oleh faktor lingkungan yang kondusif terutama suhu dan kelembaban. Pemangkasan di UP Tambi dilaksanakan dalam dua semester yakni Februari-Mei (Semester I) dan Oktober-November (Semester II). Namun, untuk blok Pemandangan yang terletak pada ketinggian tempat sekitar m dpl, pemangkasan hanya dilakukan pada semester I dengan pertimbangan untuk pengendalian penyakit cacar daun teh serta ketersediaan tenaga kerja. Luas areal pangkasan. Luas areal pangkasan dalam satu tahun yang ditetapkan di Unit Perkebunan Tambi adalah sebesar 25-30% dari luas total areal tanaman menghasilkan. Pekerjaan pemangkasan dilaksanakan dalam dua semester 21

36 22 dengan 70% dilaksanakan pada semester I dan sisanya pada semester II. Kebijakan ini dimaksudkan untuk mengantisipasi terganggunya stabilitas produksi karena areal produktif berkurang akibat pemangkasan. UP Tambi yang terdiri dari empat blok membagi areal yang akan dipangkas ke masing-masing blok. Setiap blok rata-rata mendapat bagian 3-4 nomer kebun yang harus dipangkas setiap tahunnya. Rencana luas areal pangkasan yang ditetapkan kebun tidak selalu sesuai dengan realisasinya. Pada tahun 2015, UP Tambi menetapkan bahwa luas areal pangkasan adalah sebesar ha atau 24.52% dari total areal tanaman menghasilkan. Akan tetapi realisasinya hingga Mei 2015 baru sebesar ha atau sekitar 18.9% dari luas areal tanaman menghasilkan. Perbedaan luas rencana dan realisasi ini terjadi karena terdapat beberapa nomer kebun yang memang disisakan untuk dipangkas pada akhir tahun (semester II) serta terdapat perubahan nomer kebun yang dipangkas dari rencana awal dengan pertimbangan menyesuaikan kondisi tanaman yang ada di lapangan. Tenaga Pemangkas. Tenaga pemangkas di Unit Perkebunan Tambi merupakan tenaga kerja musiman dengan sistem upah borongan. Sistem upah borongan ini seringkali menyebabkan para pemangkas bekerja hanya mementingkan kuantitas dari pada kualitas hasil pangkasan. Alat pangkas. Kegiatan pemangkasan perdu teh di UP Tambi dilakukan secara manual menggunakan sabit pangkas (Gambar 4a) dan mesin pangkas (Gambar 4b). Pertimbangan melaksanakan pemangkasan secara manual ini adalah karena tersedianya tenaga pemangkas yang cukup serta untuk mengurangi kerusakan cabang akibat pemangkasan. Mesin pangkas hanya digunakan apabila tenaga pemangkas jumlahnya tidak memadai untuk dilakukan pemangkasan secara manual. a Gambar 4. Kegiatan pemangkasan manual (a) dan pemangkasan mesin (b) Penanganan Sisa Pangkasan. Salah satu kegiatan yang mengikuti program pemangkasan yang dilaksanakan di UP Tambi adalah penanganan sisa pangkasan. Sisa pangkasan berupa cabang maupun ranting segar dimanfaatkan untuk menutup frame/bidang pangkas agar tidak terkena sengatan sinar matahari langsung. Sisa pangkasan juga bisa ditinggal maupun dibenamkan di lahan untuk menambah bahan organik dalam tanah, akan tetapi kegiatan benam serasah ini tidak lagi dilaksanakan di UP Tambi. Secara lengkap kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam paket program pemangkasan yang dilaksanakan di UP Tambi adalah sebagai berikut : Penutupan frame/bidang pangkas Cabang atau serasah sisa pangkasan dimanfaatkan untuk menutup bidang pangkas selama 3-5 hari sehingga dapat mengurangi sengatan sinar matahari b

37 23 langsung ke atas permukaan luka pangkas. Kegiatan penutupan bidang pangkas ini juga penting dilakukan untuk mengurangi kehilangan air yang berlebihan melalui transpirasi maupun evaporasi. Pemeliharaan saluran air dan lubang tadah Saluran air berfungsi melancarkan aliran air agar tidak terlalu besar memasuki areal pertanaman yang dapat berakibat fatal (tanah longsor) dan melancarkan jalannya air menuju lubang tadah. Pemeliharaan saluran air dilakukan dua kali dalam setahun (pada awal dan akhir musim hujan). Lubang tadah dikenal dengan istilah rorak (Gambar 5a) dibuat pada saat TBM I dengan ukuran panjang 2 m, lebar 30 cm, kedalaman 30 cm di sela-sela baris setiap 2-3 barisan tanaman. Fungsi lubang tadah adalah menyimpan dan melancarkan air yang masuk ke areal tanaman. Alat yang digunakan dalam pemeliharaan saluran air dan pembuatan lubang tadah yaitu cangkul, sabit dan lempag. a Gambar 5. Penampakan rorak (a) dan kegiatan pembuatan saluran air/rorak (b) Pemeliharaan lubang tadah dilakukan dua kali dalam setahun untuk TBM I, II dan III, sedangkan TM satu kali dalam empat tahun. Pelaksanaannya dilakukan saat awal dan akhir musim hujan. Caranya yaitu mengangkat atau menguras tanah yang telah memenuhi lubang dengan menggunakan cangkul. Pemeliharaan lubang tadah sangat penting dilakukan pada tanaman yang telah dipangkas (50% dari areal pangkas) karena banyaknya lubang tadah yang tertutup oleh serasah daun. Penulis mengikuti kegiatan pembuatan rorak sebagai karyawan harian lepas dengan prestasi kerja sebesar ha HK -1, sedangkan prestasi kerja karyawan sebesar ha HK -1 dan standar kerja yang berlaku adalah ha HK -1. Pemorokan/penggemburan tanah Porokan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan setelah pemangkasan. Kegiatan ini bertujuan untuk menggemburkan tanah yang berada di sekitar tanaman teh, memperlancar sirkulasi dan respirasi tanah, serta memperlancar laju aliran air. Alat yang digunakan yaitu garpu porok. Teknis melakukan kegiatan porokan yaitu garpu porok ditekan ke dalam tanah dengan posisi miring, kemudian tanah diangkat. Pada saat menekan garpu ke dalam tanah, harus dilakukan secara hati-hati agar garpu tidak melukai akar atau bahkan dapat membuat terputusnya akar tanaman teh. Kedalaman porokan cm. Penulis mengikuti kegiatan pemorokan selama dua hari sebagai karyawan harian lepas dengan prestasi kerja sebesar ha HK -1, sedangkan prestasi kerja karyawan sebesar ha HK -1 dan standar kerja yang berlaku adalah ha HK -1. Kegiatan penggemburan tanah atau pemorokan dapat dilihat pada Gambar 6. b

38 24 Gambar 6. Kegiatan penggemburan tanah atau pemorokan Pemetikan Pemetikan merupakan kegiatan pengambilan hasil dari tanaman teh baik berupa pucuk peko maupun pucuk burung yang memenuhi syarat untuk diolah. Selain sebagai bahan baku utama pengolahan, kegiatan pemetikan juga bertujuan untuk membentuk figur tanaman agar mampu berproduksi maksimal sesuai dengan potensinya secara berkelanjutan. Pemetikan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar diperoleh mutu pucuk yang tinggi baik dari kualitas maupun kuantitas. Prestasi kerja penulis saat melakukan pemetikan dengan gunting petik adalah 43 kg HK -1, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 87 kg HK -1 dan standar kerja yang berlaku adalah 72 kg HK -1. Jenis pemetikan yang diterapkan di Unit Perkebunan Tambi adalah pemetikan jendangan, pemetikan produksi dan pemetikan gendesan. Pemetikan jendangan merupakan pemetikan yang dilakukan pada awal setelah pemangkasan. Tujuan dari pemetikan jendangan yaitu untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata, serta membuat ketebalan daun pemeliharaan yang cukup agar menunjang pertumbuhan tanaman. Pemetikan jendangan dilakukan setelah tanaman yang telah selesai dipangkas memiliki ketinggian pucuk cm dari bidang pangkas. Tunas yang tumbuh ke atas dipetik, sedangkan tunas yang tumbuh ke samping dibiarkan agar bidang petik dapat melebar. Waktu pelaksanaan pemetikan jendangan di UP Tambi pada umumnya dilakukan antara 3-4 bulan setelah pemangkasan. Pemetikan jendangan secara umum dilakukan sebanyak 6-10 kali petikan, sedangkan di UP Tambi hanya dilakukan sebanyak 4-5 petikan kemudian dilanjutkan dengan pemetikan produksi. Pemetikan produksi adalah pemetikan yang dilakukan setelah pemetikan jendangan selesai dan dilakukan selama periode produksi sampai tanaman tersebut akan dipangkas kembali. Pemetikan produksi dilakukan secara rutin sehingga terbentuklah gilir petik untuk setiap nomer kebun. Pemetikan gendesan merupakan kegiatan pemetikan yang dilakukan pada akhir sebelum pemangkasan. Pada umumnya pemetikan gendesan dimaksudkan untuk menghabiskan pucuk yang terdapat di atas bidang petik, sehingga dalam pemetikannya tidak mengikuti rumus petik. Secara keseluruhan pelaksanaan pemetikan di UP Tambi baik pemetikan jendangan, produksi, maupun pemetikan gendesan dilakukan secara teknis dengan menggunakan alat petik yaitu gunting petik dan mesin petik. Hal ini menyebabkan pucuk yang dihasilkan pada pelaksanaan di lapangan tidak mengikuti rumus petik meskipun pada dasarnya UP Tambi telah merencanakan jenis petikan sesuai dengan ketentuan seperti petikan halus, petikan medium dan petikan kasar dengan kriteria rumus petik masing-masing.

39 Sistem pemetikan yang berlaku di Unit Perkebunan Tambi adalah sistem sawahan kelompok. Sistem ini merupakan sistem dengan pembagian lahan seperti petak-petak sawah, setiap pemetik bertanggungjawab terhadap petak yang diberikan sehingga lebih mudah diketahui kesalahan pemetikan. Pemetik pindah ke barisan yang belum dipetik apabila barisan sebelumnya telah diselesaikan. Keunggulan dari sistem sawahan adalah mempermudah dalam proses pengawasan pemetikan. Pembimbing/mandor petik dapat langsung menegur dan memberitahu sekaligus mencontohkan cara memetik yang benar apabila pemetik melakukan kesalahan dalam pemetikan. Penerapan sistem pemetikan seperti ini menjadikan tenaga petik memiliki rasa tanggung jawab terhadap areal pemetikannya sehingga mampu meningkatkan motivasi untuk bekerja dengan baik dan diharapkan dari setiap pemetik tidak hanya memetik dengan tujuan untuk mencapai kapasitas petik untuk individu pemetik tetapi juga mampu menjaga kondisi perdu dengan melakukan petikan pemeliharaan. Daur petik atau yang lebih dikenal dengan gilir petik merupakan rentang waktu antara pemetikan yang satu dengan pemetikan berikutnya dalam satuan hari. Panjang pendeknya gilir petik dipengaruhi kecepatan pertumbuhan pucuk. Kecepatan pertumbuhan pucuk dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain umur pangkas, ketinggian tanaman, iklim dan kondisi kesehatan tanaman. Semakin tua umur pangkas tanaman dan semakin tinggi areal pertanaman teh, maka semakin lambat pertumbuhan pucuk, kedua hal ini yang menyebabkan gilir petik yang semakin panjang. Iklim yang berpengaruh terhadap gilir petik adalah musim. Saat musim kemarau pertumbuhan pucuk akan semakin lambat sehingga gilir petik semakin panjang, begitupun sebaliknya pada musim hujan. Kondisi kesehatan tanaman juga menjadi parameter dalam kecepatan pertumbuhan pucuk. Apabila tanaman sehat, maka gilir petik akan semakin pendek. Sedangkan jika tanaman kurang sehat, maka gilir petik akan semakin panjang bahkan dapat terjadi kondisi tidak dipetik untuk menambah tebal daun pemeliharaan. Gilir petik yang ditetapkan di Unit Perkebunan Tambi yaitu hari, tetapi dalam pelaksanaan di lapangan disesuaikan dengan kondisi dan ketinggian masing-masing blok. Blok Pemandangan melakukan gilir petik hari, Blok Taman hari, Blok Panama hari dan Blok Tanah Hijau hari. Blok Pemandangan memiliki gilir paling panjang karena letaknya yang paling tinggi diantara blok lainnya, pun sebaliknya dengan Blok Tanah Hijau. Tenaga petik di Unit Perkebunan Tambi mengenakan begor (celemek dari karung atau plastik), caping atau penutup kepala, sarung tangan, sepatu boots, gunting petik dan keranjang serta waring dalam melakukan kegiatan pemetikan. Kapasitas keranjang yaitu sekitar 5-10 kg. Jenis waring yang digunakan ada dua, waring lembaran dan waring karung. Waring merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan hasil petikan yang terbuat dari plastik jala. Waring lembaran merupakan milik pribadi tenaga petik, memiliki kapasitas 30 kg. Sedangkan waring karung merupakan milik perusahaan yang berguna sebagai wadah pucuk saat pengangkutan pucuk dari kebun ke pabrik. Waring karung memiliki kapasitas sebesar kg. Dalam penyediaan alat pemetikan masih memiliki beberapa kekurangan. Setiap pemetik hanya mempunyai ± 2 waring lembaran, sehingga dalam pengisiannya tidak jarang melebihi kapasitas waring. Hal tersebut menyebabkan banyak pucuk yang tercecer di areal pertanaman teh dan tidak terbawa ke pabrik. 25

40 26 Pemetikan yang dilakukan di UP Tambi merupakan pemetikan semi mekanis dan mekanis dengan menggunakan gunting petik (Gambar 7a) dan mesin petik (Gambar 7b). Cara penggunaan gunting petik adalah gunting diletakan di atas bidang petik kemudian perdu digunting rata. Gunting harus berada di atas bidang petik dan gunting tidak boleh dalam keadaan miring. Hal tersebut harus diperhatikan karena apabila menggunting tidak rata atau terlalu menekan bidang petik, maka akan menurunkan bidang petik sehingga daun pemeliharaan akan ikut tergunting. a Gambar 7. Alat petik; gunting petik (a) dan mesin petik (b) Mesin petik yang digunakan di Unit Perkebunan Tambi adalah mesin petik dengan jenis GT 120 yang diimpor dari Jepang. Mesin petik ini mulai digunakan di UP Tambi sejak tahun Mesin petik tipe GT 120 memiliki spesifikasi dengan panjang mesin 165 cm, lebar 45 cm, tinggi 27.5 cm dan dilengkapi dengan pisau sepanjang 120 cm dan panjang handle cm. Pekerja yang menggunakan mesin petik adalah laki-laki karena penggunaan mesin petik membutuhkan tenaga yang kuat serta pemahaman yang baik mengenai cara penggunaan dan pemeliharaan mesin. Unit Perkebunan Tambi secara berkala mendatangkan teknisi untuk berdiskusi bersama pemetik mengenai pemeliharaan dan kendala saat menggunakan mesin petik. Unit Perkebunan Tambi menggunakan empat unit dan satu mesin cadangan. Pengoperasian satu mesin petik dikendalikan oleh dua operator, satu orang pemegang kantong penampung pucuk, satu orang pengangkut hasil petikan dan satu orang merapikan bidang petik. Kegiatan pemetikan di UP Tambi dilaksanakan pukul Apabila dilaksanakan penimbangan kedua, maka pemetikan dilanjutkan hingga pukul Banyaknya penimbangan satu atau dua kali ditentukan oleh pembimbing/mandor petik dan kondisi pucuk yang ada di lapangan. Apabila kondisi pucuk di lapangan cukup banyak, maka penimbangan dibagi dalam dua kali penimbangan. Hal ini dimaksudkan agar pucuk yang telah dipetik tidak terlalu lama berada di lapangan karena dapat menyebabkan kadar air turun akibat penguapan, kondisi daun rusak, layu dan memar. Pucuk yang telah dikumpulkan oleh tenaga pemetik kemudian dimasukan ke dalam waring kantong yang terbuat dari jala plastik berbentuk seperti karung. Penimbangan dilakukan oleh seorang juru timbang atau oleh pembimbing petik dan dicatat dalam buku jurnal petik harian masing-masing blok kebun. Buku jurnal petik harian adalah buku laporan jumlah pucuk yang didapatkan oleh masing-masing pemetik setiap harinya. Jumlah pucuk yang diperoleh setiap pemetik harus dicatat karena pengupahan disesuaikan dengan basis petik yang didapatkan. Penimbangan yang dilakukan di kebun dapat dilakukan lebih dari b

41 Tinggi bidang petik (cm) 27 sekali. Pucuk yang telah ditimbang ditransportasikan menggunakan truk ke pabrik, dalam pengangkutan diusahakan tidak melebihi kapasitas standar untuk menghindari kerusakan pucuk teh. Truk pengangkut pucuk dengan kapasitas standar 2-3 ton ditimbang menggunakan jembatan timbang untuk mengetahui selisih antara penimbangan di kebun dan di pabrik. Teknis kegiatan penimbangan pucuk di lapangan seperti terlihat pada Gambar 8. Gambar 8. Kegiatan penimbangan pucuk di lapangan Tinggi bidang petik Tinggi bidang petik di Unit Perkebunan Tambi tumbuh semakin tinggi seiring dengan bertambahnya umur pangkas tanaman (Gambar 9). Tinggi bidang petik berkisar cm. Tinggi rata-rata bidang petik pada umur pangkas 1 tahun 75.8 cm; pada umur pangkas 2 tahun 84.6 cm; pada umur pangkas 3 tahun cm; serta umur pangkas 4 tahun cm Umur pangkas (tahun) Sumber : Hasil Pengamatan Gambar 9. Tinggi bidang petik berdasarkan tahun setelah pemangkasan di Unit Perkebunan Tambi tahun 2015 Diameter bidang petik Hasil pengamatan diameter bidang petik di Unit Perkebunan Tambi tercantum pada Tabel 3. Diameter bidang petik rata-rata berdasarkan umur pangkas 1-4 tahun pada Unit Perkebunan Tambi memiliki rata-rata diameter cm. Diameter bidang petik umur pangkas 1 tahun 73.1 cm; umur pangkas 2 tahun 94.4 cm; umur pangkas 3 tahun cm; serta umur pangkas 4 tahun setelah pangkas dengan diameter cm.

42 Tebal daun pemeliharaan (cm) 28 Tabel 3. Diameter bidang petik berdasarkan umur setelah pemangkasan di Unit Perkebunan Tambi tahun 2015 Diameter bidang petik pada umur setelah pemangkasan Blok (tahun) I II III IV. (cm) Pemandangan Taman Panama Tanah Hijau Rata rata 73.1± ± ± ±9.6 Sumber : Hasil Pengamatan Tebal daun pemeliharaan Tebal daun pemeliharaan di Unit Perkebunan Tambi berdasarkan umur setelah pemangkasan (Gambar 10) memiliki rata-rata tebal daun pemeliharaan 48.2 cm. Tinggi tebal daun pemeliharaan berdasarkan umur setelah pemangkasan antara lain umur pangkas 1 tahun sebesar 38.3 cm; umur pangkas 2 tahun sebesar 46.4 cm; umur pangkas 3 tahun sebesar 51.4 cm; serta umur pangkas 4 tahun dengan tebal paling besar yaitu 56.9 cm Umur pangkas (tahun) Sumber : Hasil Pengamatan Gambar 10. Tebal daun pemeliharaan berdasarkan tahun setelah pemangkasan di Unit Perkebunan Tambi tahun 2015 Analisis petik Analisis petik dilakukan dengan mengambil hasil petikan secara acak dari setiap blok. Analisis petik di Unit Perkebunan Tambi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan hasil analisis petik dengan petikan halus 3.5%; petikan medium 40.1%; petikan kasar 21.5%; dan petikan rusak 34.9%.

43 29 Tabel 4. Hasil analisis petik di Unit Perkebunan Tambi bulan Mei 2015 Komposisi Pucuk (%) Blok Petikan Halus Petikan Medium Petikan Kasar Petikan Rusak Pemandangan Taman Panama Tanah Hijau Rata-rata 3.5± ± ± ±4.2 Sumber : Hasil Pengamatan Ketentuan : Petikan halus <5%; dan petikan medium minimal 50% (Unit Perkebunan Tambi 2015) Keterangan : Petikan halus = p+1 dan p+2m Petikan medium = p+2, p+3m, p+3, b+1m, b+2m dan b+3m Petikan kasar = p+4 atau lebih, b+1t, b+2t, b+3t dan b+4t atau lebih Petikan rusak = daun lembaran dan tangkai Analisis pucuk Analisis pucuk dilakukan setiap hari dengan mengambil sampel pucuk secara acak dari setiap blok. Pucuk yang memenuhi syarat dan pucuk yang tidak memenuhi syarat ditimbang dan dihitung dalam persen. Hasil analisis pucuk bulan Januari-Mei 2015 dapat dilihat pada Tabel 5. Analisis pucuk pada Tabel 5 menunjukkan rata-rata 50.22% pucuk memenuhi syarat (MS) dan 49.78% pucuk tidak memenuhi syarat (TMS). Tabel 5. Hasil analisis pucuk di Unit Perkebunan Tambi bulan Januari-Mei 2015 Blok Januari Februari Maret April Mei MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS MS TMS...(%)... Pemand angan Taman Panama Tanah Hijau Rata 0.8± rata 0.9 ±0.9 ±0.6 ±0.6 ±2.1 ±2.1 ±0.6 ±0.6 ±0.7 Sumber : Laporan produksi Unit Perkebunan Tambi tahun 2015 Keterangan : Pucuk memenuhi syarat (MS) : p+1, p+2, p+3, b+1m, b+2m, b+3m Pucuk tidak memenuhi syarat (TMS) : p+4, p+5, b+(1-5)t 49.4 ±0.7 Gilir Petik Gilir petik yang digunakan di Unit Perkebunan Tambi adalah hari. Pengamatan gilir petik di Unit Perkebunan Tambi dapat dilihat pada Tabel 6. Unit Perkebunan Tambi memiliki rata-rata gilir petik 58.3 hari.

44 30 Tabel 6. Gilir petik di Unit Perkebunan Tambi tahun 2015 Blok Ketinggian Tempat (m dpl) Luas Areal (ha) Luas Areal Petik/hari (ha hari -1 ) Gilir Petik (hari) Pemandangan Taman Panama Tanah Hijau Rata rata ± ±23.1 Sumber : Hasil Pengamatan Hanca petik Hanca pemetik setiap blok berbeda karena dipengaruhi oleh kondisi pucuk, jumlah tenaga kerja dan topografi lahan. Hanca petik di Unit Perkebunan Tambi dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hanca petik di Unit Perkebunan Tambi bulan Januari-Mei 2015 Blok Luas Areal Petik (ha) Gilir Petik (hari) Jumlah Pemetik (orang) Hanca Petik (ha HK -1 ) Hanca/Pemetik (ha HK -1 ) Pemandangan Taman Panama Tanah Hijau Rata rata ± ± ± ±0.01 Sumber : Hasil Pengamatan Kapasitas petik Kegiatan pemetikan di Unit Perkebunan Tambi menggunakan gunting dan mesin petik dengan standar kapasitas pemetik (basic yield) sebesar 72 kg hari -1 setiap pemetik, standar tersebut ditetapkan berdasarkan rata-rata kapasitas petik Unit Perkebunan Tambi selama 5 tahun terakhir. Kapasitas pemetik pada Unit Perkebunan Tambi periode bulan Januari sampai Mei memiliki rata-rata kg setiap pemetik. Kapasitas pemetik Unit Perkebunan Tambi dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Kapasitas pemetik di Unit Perkebunan Tambi bulan Januari-Mei 2015 Blok Januari Februari Maret April Mei...(kg)... Pemandangan Taman Panama Tanah Hijau Rata rata 106.4± ± ± ± ±22.5 Sumber : Laporan produksi Unit Perkebunan Tambi tahun 2015

45 31 Tabel 9. Kapasitas pemetik di Unit Perkebunan Tambi tahun Blok Rata rata...(kg)... Pemandangan Taman Panama Tanah Hijau Rata rata 53.5± ± ± ± ± ±7.9 Sumber : Laporan produksi Unit Perkebunan Tambi tahun Setiap pemetik memiliki kapasitas petik yang berbeda. Pengamatan kapasitas petik berdasarkan usia pemetik di Unit Perkebunan Tambi dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata kapasitas pemetik berdasarkan usia tenaga pemetik. Data ditunjukkan dengan angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom rata-rata kapasitas pemetik. Tabel 10. Kapasitas pemetik berdasarkan usia tenaga pemetik di Unit Perkebunan Tambi bulan Januari-April 2015 Usia (tahun) Jumlah sampel (orang) Rata-rata kapasitas pemetik (kg HK -1 ) a a Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student dengan taraf 5% Pengamatan kapasitas pemetik dilakukan terhadap pemetik di Unit Perkebunan Tambi berdasarkan pengalaman bekerja sebagai pemetik. Kapasitas pemetik berdasarkan lama bekerja sebagai pemetik dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 menunjukkan bahwa tidak memiliki perbedaan nyata pada kapasitas pemetik berdasarkan lama pengalaman bekerja sebagai pemetik. Data ditunjukkan dengan angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom rata-rata kapasitas pemetik. Tabel 11. Kapasitas pemetik berdasarkan lama kerja pemetik di Unit Perkebunan Tambi bulan Januari-April 2015 Lama kerja Jumlah sampel Rata-rata kapasitas pemetik (tahun) (orang) (kg HK -1 ) < a > a Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student dengan taraf 5% Tenaga petik Jumlah pemetik dengan menggunakan gunting dan mesin petik setelah dihitung maka rasio tenaga petik dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 13 menunjukkan jumlah tenaga pemetik dibandingkan dengan kebutuhan tenaga petik menurut rumus kebutuhan tenaga petik. Hasil perhitungan ini dapat

46 32 digunakan sebagai perbandingan jumlah tenaga petik yang dibutuhkan oleh masing-masing luasan blok sampel. Tabel 12. Perhitungan rasio kebutuhan tenaga pemetik di Unit Perkebunan Tambi 2015 Blok Luas Areal 2014 (ha) Produktivitas Kering (kg ha -1 tahun -1 ) Produksi Pucuk (kg tahun -1 ) Kapasitas Petik (kg orang -1 tahun -1 ) Rend (%) Rasio Pemandangan Taman Panama Tanah Hijau Rata-rata Tabel 13. Perbandingan jumlah pemetik di lapangan dengan perhitungan berdasarkan rasio kebutuhan tenaga pemetik Blok Jumlah tenaga petik Luas Areal (orang) (ha) Lapangan Hasil Perhitungan Pemandangan Taman Panama Tanah Hijau Jumlah ± ±7.79 Sumber : Hasil Pengamatan Pengolahan Teh Hitam. Kegiatan produksi yang dilakukan UP Tambi adalah mengolah pucuk daun teh menjadi komoditas teh hitam dengan menggunakan sistem Orthodox-Rotorvane. Hal ini disebabkan oleh tuntutan pasar dunia yang beralih ke teh hitam dengan partikel yang berukuran kecil (teh bubuk). Tahapan proses pengolahan pucuk menjadi komoditas teh hitam dengan sistem Orthodox-Rotorvane adalah penerimaan pucuk, pelayuan, penggilingan dan sortasi basah, oksidasi enzymatic (fermentasi), pengeringan, penjenisan/sortasi kering dan pengemasan/gudang. Bahan Baku. Pucuk yang diolah di pabrik UP Tambi berasal dari kebun UP Tambi sendiri, kebun UP Tanjungsari dan kadang berasal dari UP Bedakah. Pucuk teh yang diolah umumnya terdiri dari tangkai dan daun muda yang harus dijaga kualitasnya agar dihasilkan teh yang bermutu tinggi. Faktor utama yang dituntut dalam mutu pucuk adalah senyawa polifenol teh (golongan catechin) dan enzim polifenol oksidase yang harus tetap terjaga, baik jumlah maupun mutunya. Pabrik UP Tambi biasanya mengolah daun teh dengan tingkat kehalusan pucuk yang medium, yaitu P+2, P+3m, P+3, B+1m dan B+2m. Dengan demikian diharapkan teh yang dihasilkan cukup berkualitas dan tidak terlalu banyak grade rendah yang dihasilkan, karena daun yang kasar bila diolah akan banyak menghasilkan jenis teh atau grade yang rendah (grade 3). Jika dirata-rata tiap hari UP Tambi mengolah kg daun teh segar dan menghasilkan teh kering sekitar sampai kg rata-rata tiap hari.

47 Pelayuan. Proses pelayuan merupakan tahapan awal yang sangat menentukan keberhasilan tahapan proses pengolahan teh hitam berikutnya. Oleh karena itu, proses pelayuan dapat dikatakan sebagai dasar dalam sistem pengolahan teh hitam yang berperan menentukan produk jadi yang dihasilkan. Menurut Standart Operating Procedur PT Tambi, UP Tambi tujuan pelayuan adalah menguapkan sebagian kandungan air pucuk daun teh segar secara perlahan sehingga daun menjadi lentur dan lemas dan komposisi senyawa pembentuk rasa, aroma dan warna tercapai sempurna. Tahapan proses pelayuan diawali dengan penerimaan dan penimbangan pucuk segar. Tujuan dari penimbangan pucuk adalah untuk mengetahui selisih penimbangan antara penimbangan kebun dan pabrik (maksimal 1.5-2%), mengetahui isi masing-masing withering through (WT), memperkirakan produk yang akan dihasilkan, serta sebagai dasar dalam perhitungan hasil layu. Setelah pucuk ditimbang kemudian diangkut menuju palung pelayuan atau WT menggunakan kereta dorong. Kegiatan pertama yang dilakukan di dalam WT adalah pembeberan pucuk. Tujuan pembeberan pucuk antara lain untuk meratakan pucuk yang akan dilayukan di WT, memecahkan gumpalan akibat genggaman pemetik dan memudahkan penembusan udara yang dialirkan sehingga bau asing yang berasal dari material selain pucuk yang sering tercampur bisa dengan mudah menguap. Pembeberan dilakukan satu arah mulai dari ujung WT menuju sumber aliran udara ataupun bisa sebaliknya. Pucuk diurai atau dikirab secara merata yang dilakukan oleh dua orang yang saling berhadapan secara merata. Rata-rata pucuk yang dihamparkan atau dibeberkan di dalam WT khususnya di UP Tambi antara kg dengan ketebalan antara cm tergantung produksi pucuk basah. Pada musim flush seperti bulan Desember pengisian WT bisa melebihi kapasitas normal yaitu lebih dari kg tiap WT. Sesaat setelah pembeberan pucuk selesai kemudian dilakukan pemberian udara segar. Pemberian udara segar dilakukan sesaat setelah pucuk dibeber dengan tujuan untuk mengeluarkan udara panas akibat dari naiknya suhu pucuk selama berada dalam waring maupun selama pengangkutan. Selain untuk menurunkan suhu pucuk, pemberian udara segar juga bertujuan untuk mengeluarkan bau pucuk setelah pemetikan dan bau-bau asing yang menempel di pucuk. Udara segar yang digunakan yaitu udara yang bersih, bebas dari debu, bau dan asap. Suhu udara yang digunakan yaitu berkisar 26 o C dengan kelembaban 76% atau sesuai dengan kondisi pucuk saat berada di kebun. Setelah pemberian udara segar selesai, kemudian dialirkan udara panas yang bertujuan untuk mengkondisikan suhu ruangan pelayuan berkisar pada suhu 26 o C dengan kelembaban relatif (RH ) 70-77%. Udara yang dibutuhkan untuk melayukan pucuk adalah jenis udara yang kering, tidak terlalu lembab dan tidak terlalu panas (suhu 26 o C dan RH 70-77%). Jika kondisi ruang pelayuan terlalu lembab maka kadar air pucuk yang dihasilkan masih terlalu tinggi dan jika kondisi ruang pelayuan terlalu panas akan diperoleh hasil layuan yang terlalu kering. Udara kering bisa diperoleh dengan mencampurkan udara segar dari luar dan udara panas dari kompor pemanas dalam mesin pencampur udara (mixing chamber). Kemampuan udara dalam menguapkan air ditentukan oleh perbedaan suhu bola basah dan bola kering pada alat hygrometer. Oleh karena itu, perbedaan suhu bola basah dan suhu bola kering harus dijaga jangan melebihi 3 o C. Udara yang dibutuhkan untuk menguapkan kandungan air dalam daun (untuk melayukan 33

48 34 daun) dalam WT sekitar cuf mnt -1, dengan isi WT sekitar kg. Persentase layu rata-rata yang dihasilkan dari proses pelayuan yang dilakukan di pabrik UP Tambi rata-rata berkisar antara 46-48%. Selama proses pemberian udara kering berlangsung, dilakukan kegiatan pembalikan pucuk. Proses pembalikan pucuk di UP Tambi dilakukan sebanyak tiga kali setelah pembeberan pertama. Hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan pembalikan adalah lima menit sebelum dilakukan pembalikan, sebaiknya udara panas harus ditutup atau dimatikan. Kira-kira 15% kandungan air pucuk sudah berkurang, dilakukan pembalikan pertama (sekitar 3-4 jam) dari pembeberan pucuk. Pembalikan pucuk bertujuan agar diperoleh kerataan hasil layuan. Pembalikan kedua dilakukan jika kira-kira 30% kandungan air dalam pucuk mulai berkurang (sekitar 3-4 jam dari pembalikan pertama) dan pembalikan ketiga dilakukan sekitar 3-4 jam setelah pembalikan kedua, sampai kondisi pucuk layu merata dengan ciri daun lentur, jika digenggam tidak mudah pudar, warna daun yang tadinya hijau segar menjadi hijau kekuningan dan kandungan air antara 48-50%. Pucuk yang telah layu kemudian ditimbang lalu dimasukkan ke dalam open top roller (OTR). Penggilingan/Rolling. Setelah pucuk mengalami proses pelayuan di Withering room, selanjutnya pucuk memasuki Rolling room (ruang penggilingan). Tahapan proses penggilingan ini antara lain penggulungan, penggilingan, sortasi basah dan fermentasi. Penggulungan. Tahap ini merupakan tahapan untuk menyiapkan terbentuknya mutu, baik secara fisik maupun kimia. Secara fisik terbentuk kenampakan pucuk yang menggulung, yang akan memudahkan dalam proses penggilingan. Secara kimia terjadi peristiwa bertemunya polifenol dengan enzim polifenol oxidase karena adanya oksigen yang biasa disebut peristiwa reaksi oksidasi enzimatis dan merupakan dasar terbentuknya mutu dalam (inner quality). Waktu yang dibutuhkan untuk menggulung daun di pabrik UP Tambi berkisar menit tergantung program giling yang dilakukan. Alat yang digunakan untuk menggulung adalah open top roller (OTR) 47 (Gambar 11a) yang mempunyai kapasitas 350 kg. Pabrik UP Tambi mempunyai lima unit mesin OTR, tetapi dalam pengolahannya biasanya hanya menggunakan empat atau tiga OTR dalam satu seri pengolahan, tergantung pucuk basah yang diolah. Jika pucuk basah yang diolah lebih dari kg maka menggunakan empat OTR, jika kurang dari kg menggunakan tiga OTR. Hal ini dimaksudkan agar proses pengolahan lebih efisien, baik dari segi waktu, biaya maupun tenaga kerja. Penggilingan. Tujuan utama dari penggilingan yaitu mengecilkan ukuran gulungan sesuai yang dikehendaki pasar, memotong hasil penggulungan menjadi ukuran yang lebih pendek, menggerus daun agar cairan sel keluar semaksimal mungkin dan membentuk hasil keringan yang keriting, serta untuk memperoleh bubuk basah sesuai yang dikehendaki sebanyak-banyaknya. Mesin penggiling yang digunakan di Pabrik UP Tambi yaitu rotorvene (RV) (Gambar 11b) dengan kapasitas kg jam -1. Tolak ukur keberhasilan proses penggulungan dan penggilingan ditentukan oleh banyaknya bubuk yang dihasilkan, selain tujuan kimia juga tercapai. Selain itu keseragaman ukuran bubuk yang diperoleh juga sangat menentukan hasil akhir, karena keseragaman ukuran teh diperoleh pada proses sortasi basah, bukan pada penggerusan mesin

49 35 sortasi kering karena akan menghasilkan warna teh hasil akhir yang kelabu atau hitam keabu-abuan. Sortasi Bubuk Basah. Tujuan dari sortasi bubuk basah adalah memperoleh bubuk yang seragam, memudahkan pekerjaan sortasi kering dan memudahkan dalam pengaturan pengeringan. Mesin sortasi bubuk basah yang digunakan di pabrik UP Tambi adalah rotary roll breaker (RRB) yang berjumlah tiga buah dan satu buah Ghoogi (Gambar 11c). Pemisahan bubuk diawali dari OTR 1 dilakukan sortasi menggunakan RRB 1 menghasilkan bubuk 1, kemudian melewati RV 1 masuk RRB 2 menghasilkan bubuk 2, kemudian melewati RV 2 dan masuk RRB 3 menghasilkan bubuk 3 dan masuk mesin ghoogi, dari mesin ghoogi dihasilkan bubuk 4 sedang bubuk yang tidak lolos ayakan keluar dari ujung ghoogi menghasilkan badag. Pada mesin RRB ukuran nomer mesh ayakan dapat diganti sesuai dengan yang diinginkan. Biasanya menggunakan mesh nomer atau jika ingin menghasilkan grade PS dan BPS. Pemasangan ayakan dengan nomer mesh yang tepat sangat membantu diperolehnya grade yang diinginkan. Oksidasi Enzimatis. Waktu yang diperlukan untuk proses oksidasi enzimatis adalah menit yang dihitung mulai pucuk masuk dalam mesin penggulung (OTR) sampai bubuk keluar dari ruang oksidasi enzimatis. Suhu dan kelembaban ruang oksidasi enzimatis harus diperhatikan, karena sangat mempengaruhi berlangsungnya reaksi oksidasi enzimatis. Suhu ruang oksidasi enzimatis yang disarankan untuk pabrik UP Tambi adalah berkisar o C dengan kelembaban relatif diatas 95%. Kelembaban rata-rata ruang fermentasi di pabrik UP Tambi adalah antara 94% sampai 99% dengan suhu rata-rata berkisar 21 o C. Suhu bubuk dalam baki berkisar o C. a b c Gambar 11. Mesin penggilingan; open top roller (a), rotorvene (b) dan ghoogi (c) Pengeringan. Setelah melalui proses oksidasi enzimatis, kandungan air dalam bubuk basah masih tinggi dan proses perubahan kimia maupun biokomia masih berlangsung. Jika hal tersebut tidak dihentikan, maka akan terjadi reaksi oksidasi enzimatis yang berkelanjutan yang dapat menurunkan mutu teh yang dihasilkan, untuk itu dilakukan pengeringan. Menurut Standart Operating Procedur (SOP) pabrik UP Tambi, tujuan pengeringan adalah menghentikan aktivitas oksidasi enzimatis dan menurunkan kadar air hingga 3-4%. Waktu yang dibutuhkan untuk proses pengeringan adalah antara menit untuk satu kali proses pengeringan. Mesin pengering yang digunakan di pabrik UP Tambi adalah model ECP (Endless Chain Pressure). Pabrik UP Tambi mempunyai dua jenis mesin pengering yaitu two circuit dryer yang berkapasitas 250 kg teh kering jam -1 dan three circuit dryer yang berkapasitas 350 kg teh kering jam -1. Kapasitas mesin

50 36 pengering per jam perlu diketahui karena dapat menentukan kapasitas pabrik dan mengatur penggilingan tiap serinya. Pada proses pengeringan, bubuk yang dikeringkan diletakkan diatas trays dan diatur ketebalannya dengan menggunakan baling-baling atau spreader sesuai kebutuhan. Secara perlahan trays bergerak memasuki alat pengering dan setelah sampai ujung penggerak, teh akan jatuh dan kemudian keluar dari mesin pengering. Panas untuk pengeringan diperoleh dari kompor/burner, kemudian merambat ke dinding tungku dalam ruang pembakaran dan mengalir ke dalam pipa api oleh tarikan main fan dan masuk ke mesin pengering. Bahan bakar yang digunakan adalah bahan bakar kayu (BBK). Suhu Inlet yang dibutuhkan dalam proses pengeringan adalah rata-rata berkisar o C. Sisa udara panas yang digunakan untuk mengeringkan bubuk teh disebut suhu outlet. Suhu outlet berkisar antara o C. Hal ini harus diperhatikan dan berlangsung secara terusmenerus agar teh yang dihasilkan benar-benar kering jangan sampai dilakukan pengulangan karena akan merugikan. Selain mutu teh menurun juga akan menyebabkan pemborosan waktu dan bahan bakar. Hasil keringan teh sebelum masuk ke ruang sortasi harus ditimbang sebagai dasar untuk menghitung rendemen teh yang dihasilkan. Selain itu juga untuk mengetahui hasil dari setiap mesin pengering dan untuk mengetahui hasil kering bubuk 2, 3, 4 dan badag. Penjenisan/Sortasi Kering. Teh yang dikeringkan masih dalam keadaan heterogen, meskipun sebelum proses pengeringan telah dilakukan sortasi basah dan menghasilkan bubuk 1, 2, 3, 4 dan badag. Akan tetapi ukuran dan bentuk dari partikel teh tersebut belum seragam. Selain itu, di dalam teh masih terdapat kotoran (seperti debu), potongan logam dan atau benda-benda asing lainnya yang bisa menurunkan kualitas teh yang dihasilkan. Sortasi bubuk teh bertujuan untuk mendapatkan bentuk, ukuran dan partikel teh yang seragam sesuai dengan standar yang diinginkan, serta bertujuan untuk memisahkan teh menurut grade/jenis yang sesuai dengan standar perdagangan teh. Kegiatan penjenisan dan mesin penjenis/sortasi kering dapat dilihat pada Gambar 12a dan 12b. a Gambar 12. Kegiatan penjenisan (a) dan mesin penjenisan/sortasi kering (b) Pengemasan dan Penyimpanan. Proses selanjutnya adalah pengemasan yang merupakan proses terakhir dari pengolahan teh. Tujuan utama dari pengemasan adalah untuk mencegah rusaknya teh baik pada masa penyimpanan dan pengangkutan sehingga teh tetap dalam keadaan baik ketika sampai di tangan konsumen. Teh yang akan disimpan di gudang terlebih dahulu dikemas dalam karung plastik. Kriteria gudang yang baik sebagai tempat penyimpanan teh antara lain mempunyai suhu ruang sekitar 24ºC dengan kelembaban kurang dari 70% serta udara dapat mengalir dengan lancar. Karung plastik disusun secara b

KONDISI UMUM PERKEBUNAN

KONDISI UMUM PERKEBUNAN KONDISI UMUM PERKEBUNAN 15 Sejarah Umum PT Perkebunan Tambi PT Perkebunan Tambi adalah perusahaan swasta. Pada masa perkembangannya PT Perkebunan Tambi telah mengalami beberapa perubahan. Pada tahun 1865

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif 15 KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Pada masa pemerintahan Hindia Belanda sekitar tahun 1865 Perusahaan Perkebunan Tambi adalah salah satu perusahaan milik Belanda, dengan nama Bagelen Thee en

Lebih terperinci

KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH

KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH 11 KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH Sejarah Perkebunan Pada tahun 1865 PT Perkebunan Tambi merupakan perusahaan swasta milik Belanda dengan nama Bagelen Thee En Kina Maatschappij. Pengelolanya adalah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan

KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan PT. Perkebunan Tambi merupakan perusahaan swasta yang bergerak dibidang industri teh. Tahun 85 kebun-kebun teh di Bagelen, Wonosobo disewakan kepada Tuan D. Vander Sluij

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Kantor induk Unit Perkebunan Tambi terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Unit Perkebunan Tambi ini terletak pada ketinggian 1 200-2

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi 14 KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Perusahaan Perkebunan Tambi sekitar tahun 1865 merupakan perusahaan perkebunan milik Belanda dengan nama Bagelen Tehe dan Kina Maatschaappij yang berada di Netehrland.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PERKEBUNAN

KONDISI UMUM PERKEBUNAN KONDISI UMUM PERKEBUNAN Sejarah Perkebunan Tambi Pada tahun 1865, PT Perkebunan Tambi merupakan perkebunan teh milik Pemerintahan Hindia Belanda yang disewakan kepada pengusaha swasta Belanda yang bernama

Lebih terperinci

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan METODE MAGANG 10 Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah, mulai tanggal 1 Maret 3 Juli 2010. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Potensi Pucuk

PEMBAHASAN Potensi Pucuk 52 PEMBAHASAN Potensi Pucuk Hasil tanaman teh adalah kuncup dan daun muda yang biasa disebut pucuk. Pengambilan pucuk yang sudah memenuhi ketentuan dan berada pada bidang petik disebut pemetikan. Ketentuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik Tinggi bidang petik tanaman teh adalah salah satu hal yang penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan pemetikan. Kenaikan bidang petik setiap tahunnya berkisar antara 10-15

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Tanaman Teh Klasifikasi tanaman teh yang dikutip dari Nazaruddin dan Paimin (1993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh dengan nama latin Camellia sinensis, merupakan salah satu tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub). Tanaman teh berasal dari daerah pegunungan di Assam,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Sistem Petikan

PEMBAHASAN Sistem Petikan PEMBAHASAN Sistem Petikan Sistem petikan yang dilaksanakan perkebunan akan menentukan kualitas pucuk, jumlah produksi, menentukan waktu petikan selanjutnya dan mempengaruhi kelangsungan hidup tanaman itu

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah.

Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah. Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah. Management of Tea Plucking (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) at Unit

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan 8 PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) Pruning at Plantation Unit of

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Analisis Petik. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011

PEMBAHASAN. Analisis Petik. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011 PEMBAHASAN Analisis Petik Analisis petik merupakan cara yang dilakukan untuk memisahkan pucuk berdasarkan rumus petiknya yang dinyatakan dalam persen. Tujuan dari analisis petik yaitu menilai kondisi kebun

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu.

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 1 ANALISIS PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Oleh Wahyu Kusuma A34104041 PROGRAM STUDI AGRONOMI

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan 46 PEMBAHASAN Analisis Hasil Petikan Analisis hasil petikan merupakan suatu langkah untuk mengetahui cara maupun hasil pelaksanaan pemetikan pada suatu waktu, sebab pada pucuk yang telah dipetik perlu

Lebih terperinci

PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis L. (O) Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT TAMBI WONOSOBO, JAWA TENGAH ROSIANTIM LYDIA SEPTIANINGRUM

PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis L. (O) Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT TAMBI WONOSOBO, JAWA TENGAH ROSIANTIM LYDIA SEPTIANINGRUM PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis L. (O) Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT TAMBI WONOSOBO, JAWA TENGAH ROSIANTIM LYDIA SEPTIANINGRUM DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA 3 Botani Tanaman Teh Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub) yang dapat tumbuh dengan tinggi 6 9 m. Tanaman teh dipertahankan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 LAMPIRAN 61 62 Tanggal Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi.

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Pruning Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at Kendal, Central Java Ade Wachjar * dan Supriadi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor, 2009 PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA

Lebih terperinci

PELAKSANAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH KP GAMBUNG DAN KP PASIR SARONGGE

PELAKSANAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH KP GAMBUNG DAN KP PASIR SARONGGE PELAKSANAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH KP GAMBUNG DAN KP PASIR SARONGGE Agung Mahardhika, SP ( PBT Pertama ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya Tanaman teh (Camelia sinensis

Lebih terperinci

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan 0 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah selama kurang lebih empat bulan. Waktu magang dimulai dari bulan Maret hingga Juli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) sebagai komoditas perkebunan memberikan kontribusi yang besar terhadap perolehan devisa negara dari komoditas non migas sub sektor

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Perusahaan Awalnya pada tahun 1865 PT Tambi merupakan perusahaan perkebunan milik pemerintah Hindia Belanda yang disewakan kepada pengusaha-pengusaha swasta

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

PEMBAHASAN Prosedur Gudang 44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMETIKAN PADA TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMETIKAN PADA TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMETIKAN PADA TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH BANI KURNIAWATI A24061019 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kunt.) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH DINA MUTIARA A

PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kunt.) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH DINA MUTIARA A i PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kunt.) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH DINA MUTIARA A24063156 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH

KAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH KAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) DI PTPN VIII PERKEBUNAN TAMBAKSARI, SUBANG JAWA BARAT Oleh Risa Aprisiani A34104039

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Cammellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi Wonosobo, Jawa Tengah

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Cammellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi Wonosobo, Jawa Tengah Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Cammellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi Wonosobo, Jawa Tengah Pruning Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at Unit Perkebunan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Darmaga, Bogor, pada bulan Januari sampai April 2008. Lokasi percobaan terletak pada ketinggian 220 m di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan salah satu spesies yang berasal dari famili Theaceae. Di seluruh dunia tersebar sekitar 1 500 jenis yang berasal

Lebih terperinci

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH (Camellia sinensis L.) Disusun Oleh: Danni Ramadhan H0712052 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN KEADAAN UMUM PERKEBUNAN Sejarah Perkebunan Perkebunan Teh Medini dahulu digunakan sebagai kebun kopi dan kina milik NV culture MY Medini. Pada masa pendudukan Jepang, Kebun Teh Medini menjadi tidak terawat

Lebih terperinci

ANALISIS PEMETIKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU PUCUK TANAMAN TEH

ANALISIS PEMETIKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU PUCUK TANAMAN TEH ANALISIS PEMETIKAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TANJUNGSARI, PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH INDRIANI NOVITA PRATIWI A24070131

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Tinggi tanaman merupakan salah satu penentu kelayakan suatu kebun untuk dilakukan pemangkasan, apabila terlalu tinggi akan menyulitkan dalam pemetikan (Pusat

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN APEL (Malus sylvestris Mill.) DI PT KUSUMA AGROWISATA, BATU-MALANG JAWA TIMUR BAITURROHMAH A

PENGELOLAAN PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN APEL (Malus sylvestris Mill.) DI PT KUSUMA AGROWISATA, BATU-MALANG JAWA TIMUR BAITURROHMAH A PENGELOLAAN PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN APEL (Malus sylvestris Mill.) DI PT KUSUMA AGROWISATA, BATU-MALANG JAWA TIMUR BAITURROHMAH A24051966 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang

BAB I PENDAHULUAN. tahun Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teh hitam merupakan salah satu komoditas yang dikenal masyarakat sejak tahun 1860. Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang menghasilkan devisa non migas

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Wonosobo

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Wonosobo Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Wonosobo Pruning Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at Wonosobo Naelatur Rohmah dan Ade Wachjar * Departemen

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh IKA WULAN ERMAYASARI A24050896 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK ( Piper ningrum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Tanaman

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Socfindo, Perkebunan Bangun Bandar Medan, Sumatera Utara, dimulai pada tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012. Metode Pelaksanaan

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) di Karanganyar, Jawa Tengah

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) di Karanganyar, Jawa Tengah Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) di Karanganyar, Jawa Tengah Pruning Plant Management of Tea (Camelia sinensis (L.) O Kuntze) Karanganyar, Central Java Martini Aji

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O.Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH ALDI RADIFAN A

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O.Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH ALDI RADIFAN A PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O.Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH ALDI RADIFAN A24110153 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KETENAGAKERJAAN PADA PEMETIKAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT PERKEBUNAN TAMBI WONOSOBO, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN KETENAGAKERJAAN PADA PEMETIKAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT PERKEBUNAN TAMBI WONOSOBO, JAWA TENGAH PENGELOLAAN KETENAGAKERJAAN PADA PEMETIKAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT PERKEBUNAN TAMBI WONOSOBO, JAWA TENGAH INTEN PRAMITA SUBAGJO A24052645 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH, PT TAMBI WONOSOBO, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH, PT TAMBI WONOSOBO, JAWA TENGAH i PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH, PT TAMBI WONOSOBO, JAWA TENGAH ANDARI TITISARI A24060337 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang KM 18.5, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Pakembinangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal daerah subtropik yang tumbuh optimal pada 25 o -35 o lintang utara

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal daerah subtropik yang tumbuh optimal pada 25 o -35 o lintang utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman teh (Camellia Sinensis (L) O. Kuntze) merupakan tumbuhan hijau yang berasal daerah subtropik yang tumbuh optimal pada 25 o -35 o lintang utara dan 95 o -105

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di UPT-Kebun Bibit Dinas di Desa Krasak Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat berada 96

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung dan

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH, PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH

ANALISIS HASIL PETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH, PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH i ANALISIS HASIL PETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH, PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH NOVIA SARI ANDRIYANI A24611 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) termasuk tanaman penyegar yang mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan. Tiga kandungan utama dalam daun teh antara lain senyawa polifenol

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI SILVERIUS SIMATUPANG A24050072 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

METODE MAGANG Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data

METODE MAGANG Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data METODE MAGANG Waktu dan Tempat Kegiatan magang dilaksanakan selama 4 bulan dari 12 Februari 2009 sampai dengan 12 Juni 2009 di Hikmah Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. Metode Pelaksanaan Metode yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Selama percobaan berlangsung curah hujan rata-rata yaitu sebesar 272.8 mm per bulan dengan jumlah hari hujan rata-rata 21 hari per bulan. Jumlah curah hujan tersebut

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN Sejarah Perkebunan

KONDISI UMUM KEBUN Sejarah Perkebunan KONDISI UMUM KEBUN Sejarah Perkebunan Perkebunan teh PT. Rumpun Sari Kemuning awalnya merupakan perkebunan milik Belanda dengan nama NV. Cultur Maattscappij. Selama masa penjajahan Belanda hak pemilikan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh SUER SEPWAN ANDIKA A24052845 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN PEMETIKAN PUCUK DAUN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TANJUNGSARI, PT TAMBI, WONOSOBO JAWA TENGAH

STUDI PENGELOLAAN PEMETIKAN PUCUK DAUN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TANJUNGSARI, PT TAMBI, WONOSOBO JAWA TENGAH STUDI PENGELOLAAN PEMETIKAN PUCUK DAUN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TANJUNGSARI, PT TAMBI, WONOSOBO JAWA TENGAH QORI LELYANA A24070068 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Dalam taksonomi tumbuhan, tebu tergolong dalam Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Glumaceae, Famili Graminae, Genus

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. = Respon pengamatan µ = Rataan umum α i = Pengaruh perlakuan asal bibit ke-i (i = 1,2) β j δ ij

BAHAN DAN METODE. = Respon pengamatan µ = Rataan umum α i = Pengaruh perlakuan asal bibit ke-i (i = 1,2) β j δ ij BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 sampai dengan Desember 2009. Bahan dan

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT. PAGILARAN, BATANG, JAWA TENGAH. Oleh DHIAN SARASWATI A

ANALISIS PRODUKTIVITAS TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT. PAGILARAN, BATANG, JAWA TENGAH. Oleh DHIAN SARASWATI A ANALISIS PRODUKTIVITAS TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT. PAGILARAN, BATANG, JAWA TENGAH Oleh DHIAN SARASWATI A34104066 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMANGKASAN TEH (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze) di PT TAMBI, UNIT PERKEBUNAN TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH NOVRIAN RAHARJA A

MANAJEMEN PEMANGKASAN TEH (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze) di PT TAMBI, UNIT PERKEBUNAN TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH NOVRIAN RAHARJA A 1 MANAJEMEN PEMANGKASAN TEH (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze) di PT TAMBI, UNIT PERKEBUNAN TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH NOVRIAN RAHARJA A24063007 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DI LAPANG

PELAKSANAAN DI LAPANG PELAKSANAAN DI LAPANG Pembibitan Aspek Teknis Pembibitan merupakan bagian penting dalam suatu usaha perkebunan teh. Bahan tanam untuk perkebunan teh seluruhnya berasal dari areal pembibitan. Areal pembibitan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH Pusat Kajian Hortikultura Tropika INSTITUT PERTANIAN BOGOR PROLOG SOP PEPAYA PEMBIBITAN TIPE BUAH PENYIAPAN LAHAN PENANAMAN PEMELIHARAAN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN STEK TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) KLON GMB 4 DAN GMB 7 PADA BEBERAPA MACAM MEDIA TANAM

KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN STEK TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) KLON GMB 4 DAN GMB 7 PADA BEBERAPA MACAM MEDIA TANAM KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN STEK TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) KLON GMB 4 DAN GMB 7 PADA BEBERAPA MACAM MEDIA TANAM Oleh ASIYATUL MAHFUDLOH A34104012 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan,

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan yang berlokasi di Jalan Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Cammellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH, PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH GHULAM NURUL HUDA

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Cammellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH, PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH GHULAM NURUL HUDA i PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Cammellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH, PT TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH GHULAM NURUL HUDA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH

PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Oleh AGITHA AMANDA PUTRI A34104060 PROGRAM STUDI AGRONOMI

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada 5 o 22 10 LS dan 105 o 14 38 BT dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Angsana Estate (ASE) adalah salah satu kebun kelapa sawit PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI). PT LSI merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Minamas Gemilang,

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan merupakan salah satu subsektor strategis yang secara ekonomis, ekologis dan sosial budaya memainkan peranan penting dalam pembangunan nasional. Sesuai Undang-Undang

Lebih terperinci

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005 sampai dengan Januari 2006. Penanaman dan pemeliharaan bertempat di rumah kaca Laboratorium Lapang Agrostologi, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 11 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif PT. Panca Surya Agrindo terletak di antara 100 0 36-100 0 24 Bujur Timur dan 100 0 04 100 0 14 Lintang Utara, di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas 23 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung pada bulan Desember 2013

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung. Penelitian dilaksanakan dari

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci