BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. produk yang mereka perlukan sesuai dengan daftar belanjaan. Namun jika

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teknologi menyebabkan meningkatnya jumlah barang atau produk yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berjenis mall, boutique, factory outlet, clothing, distro, telah menjadikan bisnis ini

BAB 1 PENDAHULUAN. kesuksesan maka perlu mempelajari karakteristik yang dimiliki konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sebagian besar konsumen Indonesia memiliki karakter unplanned.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern sekarang perkembangan perusahaan yang sangat pesat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya pusat-pusat perbelanjaan seperti department store, factory

BAB I PENDAHULUAN. remaja sering mengalami kegoncangan dan emosinya menjadi tidak stabil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin berbelanja dengan mudah dan nyaman. Meningkatnya retail modern

BAB 1. aktivitas pejualan barang atau jasa yg dilakukan secara langsung untuk memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melewati tiga tahap yang berbeda namun berhubungan yang harus dilalui, tahap

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dijalani setiap hari, setiap orang pasti membutuhkan sesuatu. Namun, kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Industri Kreatif Indonesia pada Tahun Seni Pertunjukan. 2 Seni Rupa. 3 Televisi dan Radio.

2014 PERILAKU KONSUMEN MAHASISWA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. permintaan orang-orang akan hiburan semakin tinggi. Orang-orang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel modern merupakan industri yang memiliki kinerja yang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern menyebabkan banyaknya. pembangunan toko ritel yang berkonsep swalayan. Beberapa tahun terakhir,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. berbelanja, diantaranya adalah berpikir jangka pendek, suka merek luar negeri,

BAB I PENDAHULUAN. atau e-commerce juga terus berkembang. Dengan demikian lebih mempermudah

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibidang fashion semakin meningkat. Gaya hidup berbelanja. hanya bagi perempuan saja, laki-laki bahkan tidak

BAB I PENDAHULUAN Sejarah PT Carrefour di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa contoh bentuk pusat perbelanjaan modern seperti minimarket,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan rencana. Pembelanja sekarang lebih impulsif dengan 21% mengatakan, mereka tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. manusia, salah satunya adalah adanya perkembangan teknologi internet. Internet

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam memprediksikan perilaku pembelian konsumen terhadap suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHUUAN. dilaksanakan secara praktis tanpa harus bertemu. Komunikasi yang. adalah melalui internet yang dikenal dengan belanja online.

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan inovasi untuk pengembangan produknya dan. mempertahankan konsumennya. Perusahaan yang tidak mampu bersaing akan

15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kebutuhan konsumen yang bervariasi memberikan peluang bagi para pelaku bisnis terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini yang diiringi dengan pertumbuhan ekonomi, memaksa

BAB I PENDAHULUAN. inovasi desainer muda yang semakin potensial, tingkat perekonomian yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ini adalah tingkat pertumbuhan ritel tertinggi yang pernah dicapai Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pemasaran tidak bisa terlepas dari aktifitas bisnis yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. M-DAG / PER / 3 /2016 tentang ketentuan Umum Pasal 1, perdagangan adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memang masih merupakan negara berkembang, seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelian suatu produk baik itu pakaian, barang elektronik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleksitas dan berbagai tekanan yang dihadapi perusahaan meningkat. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya era globalisasi dan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bertahan dan memenangkan persaingan di dalam bisnis ritel. bisnis yang melakukan penambahan nilai terhadap produk-produk dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Internet marketing atau e-marketing atau online-marketing adalah segala usaha yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya kebutuhan konsumen yang bervariasi memberikan peluang bagi para peritel untuk mendapatkan konsumen

PERILAKU KONSUMTIF DALAM MEMBELI BARANG ONLINE SHOP PADA MAHASISWA DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam era yang serba modern seperti saat ini, tingkat persaingan

BAB I PENDAHULUAN. sekunder dan tersier. Semua kebutuhan tersebut dipenuhi melalui aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. penjual dan pembeli harus saling bertemu atau bertatap muka pada suatu tempat

2015 HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI TINGKAT AWAL DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penentuan Pokok Bahasan

BAB I PENDAHULUAN. E-Commerce atau toko online merupakan salah satu konsep yang cukup

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dewasa ini telah membawa pengaruh yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan umum yang berkaitan dengan tema penelitian. Rumusan masalah di

BAB I PENDAHULUAN. retail, terutama yang berbasis toko (store based retailing), harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dunia bisnis dan pemasaran. Sektor bisnis merupakan sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. bahkan dapat membeli suatu secara online. Seiring dengan. pintar, akses internet yang mudah dan praktis, kini berbelanja online

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern mendorong berbagai macam

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis diatas, diperoleh hasil yang menyatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semuanya serba instan. Dengan zaman yang serba teknologi dan serba online, akan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai aspek dalam kehidupan sehari-hari. Jarak membentang di antara manusia

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus mampu memenuhi permintaan konsumen yang semakin hari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa untuk menarik simpatik masyarakat. Banyaknya usaha-usaha

2016 HUBUNGAN SEGMEN VALS (VALUE AND LIFESTYLE) DENGAN IMPULSE BUYING PADA KONSUMEN FACTORY OUTLET DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif dalam memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan (need) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya, dan bentuk-bentuk interaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuannya mereka terus memperjuangkan tujuan lama, atau tujuan pengganti.

BAB I PENDAHULUAN. mall mendorong terjadinya pembelian secara tiba-tiba atau pembelian impulsif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era teknologi pada saat ini telah berkembang pesat. Hal ini dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup memiliki kebutuhan, tidak terkecuali manusia. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan teknologi dan internet di Indonesia dari tahun ke tahun

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. beredar memenuhi pasar, mengakibatkan perusahaan berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada perilaku konsumennya (Tjiptono, 2002). konsumen ada dua hal yaitu faktor internal dan eksternal.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu pasti akan memenuhi kebutuhan akan barang atau produk yang mereka perlukan sesuai dengan daftar belanjaan. Namun jika pembelian tersebut untuk berbelanja barang yang hanya untuk memenuhi keinginannya akan emosional dan dan dilakukan secara impulsif, belanja menjadi tidak wajar. Pembelian yang dilakukan tanpa rencana dan tiba-tiba merupakan pembelian impulsif. Belanja kebutuhan sehari-hari merupakan kebutuhan mendasar pada setiap individu. Berbagai macam Kebutuhan tersebut bisa dari hal yang sangat pokok maupun sekunder. Pada saat membeli ada yang karena ingin memenuhi keinginan (wants) ada juga karena kebutuhan (needs). Hadirnya pusat perbelanjaan bertaraf modern saat ini, seperti mall dan plaza di berbagai kota di Indonesia, yang di dalamnya terdapat toko serba ada (toserba), restoran, area bermain, supermarket, yang menawarkan kebutuhkan oleh para konsumen. konsumen dapat leluasa saat berjalan-jalan, bertemu teman dan mengajak anak bermain. Masyarakat yang dulunya kerap menyambangi pasar tradisional, kini beralih ke supermarket modern. Mahasiswa yang sebagian masih dalam tanggung jawab orang tua dalam memenuhi kebutuhan hidup, harus lebih selektif dalam mengambil keputusan dalam membeli produk atau barang. Belanja seringkali identik dengan remaja yang banyak menghabiskan 1

2 waktu di mall saat pulang kuliah, atau sekolah. Kegemaran remaja menjadi fenomena yang sedang merebak saat ini. Pemenuhan kebutuhan yang selalu ingin dipenuhi, membuat seseorang melakukan berbagai cara dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Berdasarkan data BPS, populasi segmen usia remaja kurang lebih 10,8% dari total penduduk Indonesia. Angka ini menunjukkan persentase penduduk usia 13 22 tahun, usia yang dianggap sebagai representasi dari segmen remaja (http://www.marketing.co.id/kebiasaan-remaja-saat-ini/). Perilaku pembelian tanpa ada rencana atau pembelian impulsif semakin menjadi trend pada masyarakat Indonesia. Peningkatan tersebut menunjukan bahwa perilaku pembelian impulsif menjadi trend pada masyarakat Indonesia. Indonesia sebagai negara yang berkembang yang telah mendidik masyarakatnya untuk menjadi konsumen yang cerdas dalam memilih dan membeli produk yang akan mereka inginkan. Berbagai jenis produk yang dibutuhkan dari kualitas yang rendah hingga yang tinggi mampu mempengaruhi harga yang ada. Pakaian merupakan salah satu hal penting untuk mendukung penampilan seseorang, sehingga saat berbelanja seringkali disalah artikan cerminan dari gaya hidup individu. Hal ini didukung oleh pernyataan Moussa (dalam Ceballos, 2010) bahwa peyebab meningkatnya jumlah shopaholics di Inggris, ialah banyak perempuan yang menjadi penggemar membeli pakaian. Monks, dkk (2011) membagi masa remaja menjadi tiga fase, yaitu fase remaja awal 12-15 tahun, fase remaja madya 15-18 tahun, dan fase remaja akhir 18-21 tahun. Mahasiswa yang merupakan bagian dari remaja akhir. Kehidupan yang

3 berbeda dengan saat sma membuat mahasiswa dapat mengikuti gaya atau penampilan orang lain dimana mereka berada. Selain itu, remaja biasanya mudah dipengaruhi oleh rayuan iklan, mudah terpengaruh oleh perubahan, serta cenderung boros dalam menggunakan uangnya (Sari, 2009). Menurut Handi Irawan dalam majalah Marketing edisi khusus tahun 2008, menyatakan terdapat 10 Karakter Konsumen Indonesia, salah satunya adalah karakter Tidak Terencana. Konsumen Indonesia termasuk konsumen yang tidak terbiasa merencanakan sesuatu. Sekalipun sudah, tapi mereka akan mengambil keputusan pada saat-saat terakhir (http://www.marketing.co.id/12- karakter-unik-konsumen-indonesia/). Kini, berbelanja produk tidak hanya dilakukan di pasar tradisional, tetapi bisa dilakukan secara online. Salah satu keuntungan bertransaksi online dianggap praktis, cepat, dan mudah. Selain itu dapat meminimalkan pengeluaran dan memaksimalkan keuntungan. Alasan tersebut yang membuat bayak mahasiswa mencoba berbelanja secara online. Barang-barang yang sering dibeli konsumen perempuan juga beraneka ragam mulai dari fashion, kosmetik, peralatan rumah tangga, aksesoris sampai makanan. Akan tetapi dari beberapa barang tersebut produk fashion merupakan barang yang paling banyak diminati. Perusahaan Nielsen Indonesia menilai tren belanja di Indonesia semakin impulsif setiap tahunnya. Pernyataan ini berdasarkan riset yang dilakukan oleh perusahaan tersebut terhadap masyarakat lima kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar, dan Medan pada tahun 2003 dan 2011 pada ritel modern (tempo.com)

4 Konsumen yang ingin berbelanja online diuntungkan tidak harus membeli langsung ketempat, mereka hanya tinggal memilih barang yg diinginkan. Mereka dapat langsung melihat produk pada layar handphone, website, instagram, dan e-commer yang lain. Konsumen dipermudah dengan memilih barang, order barang yang diinginkan membayar produk dan tinggal menunggu barang tersebut sampai tempat yang dituju. Menurut survei jajak pendapat (jakpat) brang yang paling favorit dalam bertransaksi jual atau beli, yakni produk busana, gadget, tiket berpergian, konsumetik dan produk rumah tangga. Terkait metode pembayaran, konsumen paling banyak melalui tranfer bank via ATM, diikuti pembayaran tunai atau cod, internet banking, kartu kredit (https://dailysocial.id/post/survei-masyarakat-indonesia-makin-selektifberbelanja-berkat-e-commerce). Pada tanggal 19 Desember 2016 ini, panitia Hari Belanja Online Nasional 2016 bersama Nielsen akhirnya mengumumkan perkiraan nilai penjualan yang berhasil dikumpulkan para e-commerce selama pesta belanja online tersebut. Selama tiga hari pelaksanaan, transaksi yang difasilitasi oleh 211 e- commerce peserta Harbolnas tahun ini diperkirakan mencapai Rp3,3 triliun, naik dari perkiraan penjualan di Harbolnas tahun lalu yang hanya mencapai Rp2,1 triliun. Produk fashion dan gadget merupakan paling banyak diminati (https://id.techinasia.com/nielsen-total-transaksi-saat-harbolnas-2016-mencapairp3-triliun). Banyak riset yang menunjukkan pada negara berkembang, konsumen beranggapan bahwa produk yang dibuat oleh produsen lokal tidak sebaik produk

5 impor (Batra and Alden, 2000 and Wang 2004). Survei yang dilakukan oleh Chief Executive Officer (CEO) Female Daily Network 2014. Perempuan pergi berbelanja untuk menemukan apa yang mereka inginkan sedangkan pria pergi berbelanja untuk membeli apa yang mereka inginkan. Sebelum berbelanja, 74 persen perempuan dipengaruhi teman-teman mereka di media sosial dan forum, 64 persen responden dipengaruhi ulasan di media online dan blog, dan 16 persen dipengaruhi selebriti. Media sosial sendiri saat ini tengah populer di kalangan perempuan (Librianty, 2014). Impulse buying yaitu suatu perilaku orang yang tidak merencanakan sesuatu dalam belanja. Konsumen yang melakukan impulse buying tidak berfikir untuk membeli produk atau merek tertentu. Mereka langsung melakukan pembelian karena ketertarikan pada merek atau produk saat itu tanpa mempertimbangkan informasi tentang produk yang dibeli. Selain itu biasanya para konsumen tidak membawa daftar barang-barang yang harus dibeli Yongki Susilo (dalam Arifianti, 2010). Kegiatan impulse buying di kota-kota besar di Indonesia disinyalir sekitar 35-41 % pada hari kerja dan pada hari Sabtu dan Minggu jumlah tersebut meningkat menjadi 61%. Yadi Budhi Setiawan, Marketing (dalam Arifianti, 2010). Menurut Beatty and Ferrel (dalam Rohman, 2009) Impulse buying didefinisikan sebagai pembelian yang dilakukan secara tiba-tiba dan segera tanpa ada minat pembelian sebelumnya. Perilaku impulsif terjadi setelah mengalami dorongan untuk membeli yang sifatnya spontan tanpa banyak refleksi. Menurut Kim,dkk (dalam Mulyono, 2013) pembelian impulsif terjadi saat konsumen sudah

6 berada di toko dan ketika terpapar oleh stimulus eksternal (berupa produk yang dilihat), muncul keinginan mendesak dalam dirinya untuk segera membeli produk tersebut. Pada pembelian impulsif, konsumen memiliki perasaan yang kuat dan positif terhadap suatu produk yang harus dibeli, hingga akhirnya konsumen memutuskan untuk membelinya (Mowen dan Minor, 2002). Menurut Utami dan Sumaryono (2008), pada proses pembelian yang bersifat rasional, konsumen melakukan pertimbangan yang cermat dan mengevaluasi sifat produk secara fungsional. Tak selamanya konsumen melakukan pembelian secara rasional, terkadang muncul pembelian yang lebih didasari oleh keinginan yang timbul dalam emosi dalam diri individu. Konsumen seringkali membeli suatu barang karena adanya dorongan emosi yang kuat dan tiba-tiba. Perilaku pembelian tanpa rencana juga menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh remaja putri. Loudon dan Bitta (Utami dan Sumaryono, 2008) mengatakan bahwa remaja putri cenderung impulsif dibanding remaja putra. Ini karena remaja putri lebih banyak membantu keluarga berbelanja, baik keperluan keluarga maupun untuk diri sendiri. Hal ini yang menjadikan sebagai kontrol diri bagi dirinya sendiri. Thompson (dalam Smet, 1994) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki kontrol diri ketika mereka mampu mengenali apa yang dapat dan tidak dapat dipengaruhi yang ada dalam diri individu dalam sebuah situasi, keyakinan individu terhadap dirinya dalam mencapai hasil yang diinginkan dengan cara mengendalikan emosi dan dorongan-dorongan dari dalam dirinya. Di saat inilah mereka bisa atau tidak melakukan pemantauan terhadap dirinya.

7 Gufron dan Risnawati (2012) kontrol diri adalah bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dari dalam dirinya. kontrol diri membuat individu mampu mengambil pilihan yang tepat ketika menghadapi godaan, walaupun pada saat itu muncul pikiran dan ide buruk dikepalanya. individu dalam melakukan suatu tindakan sebaiknya sudah memiliki rencana terlebih dahulu, sehingga individu tersebut mampu mengontrol dirinya. Mahasiswi yang mampu mengontrol perilaku diharapkan akan mampu mengendalikan perilakunya dalam segala hal, melalui aktivitas atau kegiatankegiatan tertentu agar tidak mengarah pada perilaku yang sia-sia dan hanya membuang-buang waktu. Chaplin (2006) berpendapat bahwa kontrol diri yaitu kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri dalam artian kemampuan seseorang untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif. Kontrol diri merupakan salah satu faktor internal yang ada pada saat individu melakukan pembelian impulsif. Keadaan ini melibatkan faktor emosi dalam pengambilan keputusannya. Mereka dituntut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan segera. Emosi dapat menjadi dasar dari pembelian yang dominan. Hal ini mendorong konsumen bertindak karena daya tarik atas sentimen atau gairah tertentu. Ini berarti terjadinya impulse buying yaitu suatu perilaku orang yang tidak merencanakan sesuatu dalam belanja. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini yaitu: Apakah ada hubungan antara kontrol diri dengan pembelian impulsif produk online pada mahasiswi fakultas

8 psikologi universitas muhammadiyah surakarta?. Berdasarkan rumusan masalah tersebut peneliti tertarik untuk mengkaji secara empirik dengan mengadakan penelitian berjudul : Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Pembelian Impulsif Produk Online pada Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. B. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui hubungan antara kontrol diri dengan pembelian impulsif produk fashion online pada mahasiswi 2. Untuk mengetahui tingkat kontrol diri pada mahasiswi 3. Untuk mengetahui tingkatan pembelian impulsif. 4. Untuk mengetahui sumbangan efektif kontrol diri dengan pembelian impulsif produk fashion onlinepada konsumen mahasiswi. C. Manfaat Penelitian Di dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaatnya sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah diharapkan memiliki sumbangan yang positif bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya bidang industri dan dapat menjadi pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.

9 2. Manfaat Praktisi a. Bagi Subjek, dalam memahami pembelian impulsif dalam hubungan dengan kontrol diri yang dimiliki remaja putri. b. Bagi Orang Tua, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai pembelian impulsif.