BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Benda keramik sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehari hari, seperti

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Seni merupakan salah satu kebutuhan manusia, sehingga bentuk kesenian

BAB I PENDAHULUAN. istilah keramik tradisional. Keramik gerabah dikenal sebagai produk benda pakai

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA

GERABAH MAMBANG JOMBANG: TRADISI PRASEJARAH YANG MASIH BERLANGSUNG SAMPAI SEKARANG SEBAGAI WUJUD ENKULTURASI. Oleh: Andik Suharyanto

IbM KELOMPOK PENGRAJIN GERABAH MELALUI PENGEMBANGAN DESAIN, ALAT PRODUKSI DAN MANAJEMEN PEMASARAN DI KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ismi Nurul Huda, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Perkembangan Teknik dan Bahan yang Digunakan pada Kriya Keramik Produksi

BAB II KAJIAN TEORITIS. The Concise Colombia Encyclopedia 1995, kata keramik berasal dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sofyan Alamhudi, 2014 Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Seni kriya merupakan bagian dari kehidupan perajin sebagai perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia mengenal adanya keramik sudah sejak dahulu.

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kartika Dian Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fina Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

KERAJINAN DARI BAHAN ALAM

2016 ANALISIS PROSES PEMBUATAN BONEKA KAYU LAME D I KAMPUNG LEUWI ANYAR KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki banyak keanekaragaman kesenian dan budaya,

BAB I PENDAHULUAN. keturunan, seperti penarikan garis keturunan secara patrilineal artinya hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan digunakan sebagai benda pragmatis, yaitu benda keramik yang berorientasi

Bahan Baku Peralatan dan Proses Pembuatan Gerabah II Oleh: Drs. I Made Mertanadi, M.Si., Dosen PS Kriya Seni

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN TEKNIS KERAMIK SEBAGAI ALAT SAJI BUBUR TRADISIONAL ABSTRAK

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

BAB I PENDAHULUAN. dan kebudayaan tersebut terlihat ketika masyarakat pada masa itu mampu

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan


I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING

VHANY AGUSTINI WITARSA, 2015 EKSPLORASI APLIKASI ALAS KAKI YANG TERINSPIRASI DARI KELOM GEULIS

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seni kriya sebagai bagian yang tumbuh dan berkembang bersama

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan

BAB I PENDAHULUAN. Tedi Fedriansah, 2015 SENI KERAJINAN GERABAH BUMIJAYA SERANG BANTEN Universitas Pendidikan Indonesia \.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. dapur. Seni Kerajinan banyak didominasi dari bahan yang berjenis batang.

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh: Samodro, SSn.,M.Hum. 1

BAB IV PROSES PRODUKSI. Perubahan terjadi seiring dengan perkembangan gaya hidup masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SAMBUTAN MENTERI PERDAGANGAN PADA ACARA HARI BATIK NASIONAL PEKALONGAN, 3 OKTOBER 2011

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Kebudayaan Jepang dipengaruhi oleh karakteristik geografis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam bahasa Batak disebut dengan istilah gorga. Kekayaan ragam hias

KISI-KISI UKG 2015 KRIYA KERAMIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,

Fungsi Seni kerajinan Ukir Batu Padas Sukawati II. Oleh Drs. I Wayan Suardana, M.Sn

GERABAH SITUS MANSINAM KAJIAN ETNOARKEOLOGI

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Klaten adalah sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi

Pertemuan ke-2. MK. Etika dan Profesi. Dr. I Wayan S. Wicaksana 02. Profesi (MK. Etika Profesi) 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Sumber: data pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tradisi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan

Pengertian Seni Rupa. Prinsip - prinsip Seni

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah

BAB I. Pendahuluan. keberlangsungan kehidupan manusia tersebut. Berawal dari proses produksi serta

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING JUDUL PENELITIAN

BAB IV PENUTUP. keluarga. Inti utama dari etika adalah menjaga sebuah tradisi, agar tercipta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

KISI-KISI PENILAIAN TENGAH SEMESTER 2 TAHUN AJARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PELATIHAN MEMBUAT RAGAM HIAS KERAJINAN KERAMIK DI DESA SANDI KECAMATAN PATTALASSANG KABUPATEN TAKALAR

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP)

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

KONDISI KERAJINAN KERAMIK GERABAH DI DESA MOAHUDU KABUPATEN GORONTALO. (Tinjauan Bahan baku, Pengrajin, Teknologi produksi, Produk) JURNAL.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki wilayah hutan yang

KERAMIK. Oleh : B Muria Zuhdi

BAB I PENDAHULUAN. beberapa budaya dan karya seni Indonesia ini adalah seni kerajinan tangan. kerajinan logam, kerajinan gerabah, dan kerajinan tenun.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lainnya memiliki kesamaan dalam beberapa hal. Rasa solidaritas

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi

KRIYA BAMBU KARYA ALI SUBANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gerabah merupakan hasil peninggalan budaya yang cukup tua dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari

Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan. Pengembangan Kawasan Kerajinan Gerabah Kasongan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nurul Kristiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Bagi kebanyakan orang, keramik bukan merupakan hal yang asing.

2014 KONSEP KESEJAHTERAAN HIDUP DALAM MANTRA

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi seperti yang disebutkan pada Undang-Undang No.25

BAB I PENDAHULUAN. pada kehidupan masyarakat tersebut merupakan fenomena sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. rupa terdiri dari dua jenis yaitu seni rupa murni dan seni rupa terapan.

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya

Transkripsi:

219 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Keberadaan gerabah dan keramik Bayat masih terus berlangsung hingga sekarang, karena didukung oleh tiga faktor utama, yaitu: (1) Ketersediaan bahan baku di alam sekitarnya, terutama karakteristik tanah liat diperladangan Bayat yang memiliki kualitas tinggi sebagai bahan baku pembuatan keramik. (2) Sumber daya manusia dalam konteks masyarakat agraris yang suka bekerja keras dan berusaha meningkat pengetahuan dan teknologi lokalnya, untuk peningkatan kehidupan, berdasar pada potensi alam sekitar. (3) Dorongan untuk menciptakan suatu karya yang bukan sekedar sebagai benda pakai, tetapi juga untuk kepentingan lain yang lebih bersifat keindahan, termasuk berbagai peralatan untuk upacara keyakinan mereka. Dari ketiga faktor itulah, perkembangan seni kerajinan keramik Bayat di masa sekarang mampu menghasilkan karya-karya yang bukan sekedar peralatan keseharian tetapi juga mengandung keindahan. Hal tersebut berarti bahwa, karakteristik tanah liat Bayat dan proses pengerjaan yang khusus, mampu menghasilkan karya keramik 219

220 Bayat yang unggul bahkan kelihatan lebih unik jika dibanding dengan keramik dari daerah lain. Teknik putaran miring adalah alat putar yang digerakkan dengan tenaga manusia untuk membentuk tanah plastis menjadi keramik silindris. Sebagai alat putar keramik, maka kelihatan unik dan tidak umum, karena perbot atau papan putarnya di pasang miring. Tetapi justru dengan kemiringan itu para perajinnya dapat membuat keramik lebih cepat, mampu membentuk dinding keramik yang tipis, serta akurasi ukuran antar karya yang dihasilkan menjadi sama. Para penggunanya yang biasanya kaum perempuan menjadi lebih tepat jika memakai alat tersebut. Karena lebih dapat mengandalkan rasa dan naluri keperempuanan dalam menciptakan keramik yang diputar miring menjauhi pandangan mata perajinnya. Teknik putaran miring adalah indigenous knowledge masyarakat perajin keramik Bayat. Alat putar keramik yang tidak ditemukan di daerah lain, juga relatif sulit untuk memutar tanah plastis dari daerah lain. Teknik putaran miring sebagai alat bantu, dirancang untuk kaum perempuan yang menggunakan tenaga kayuhan kaki yang tidak berat, juga posisi duduknya dirancang tidak menghadap langsung ke papan putar, tetapi duduk menyamping. Posisi itu menjadikan para perajin perempuan dapat duduk lebih sopan dalam membuat keramik. Hal tersebut menunjukkan bahwa

221 persoalan etika menjadi hal penting di tata pergaulan masyarakat Bayat. Selain itu posisi duduk miring juga memudahkan perajin dalam proses penggunaan teknik putaran miring. Keramik Bayat sebagai seni-kerajinan tradisi ternyata bukan hanya urusan benda buatan dari tanah liat yang dibakar. Teknik pembakaran dan oksidasi daun munggur merupakan keinginan perajinnya untuk memunculkan karakteristik tanah Bayat yang berwarna merah maroon yang sulit dicapai oleh para perajin keramik dari daerah lain. Tingkat ketipisan dinding keramik yang mampu mereka buat juga menunjukkan keunggulan teknik putaran miring yang berbeda dengan teknik lain di Bayat. Keramik yang dihasilkan memiliki dinding yang tipis dan lembut, serta berakurasi tinggi. Hal tersebut juga didukung oleh tanah liat itu sendiri. Tanah liat Bayat adalah tanah yang unggul sebagai bahan membuat keramik tradisional. Keramik Bayat adalah bentuk kebersamaan antar keluarga perajin, kekompakan dalam satu keluarga perajin, juga kerjasama antara perajin dengan para pemilik showroom keramik. Bentuk-bentuk karya keramik yang kebanyakan bulat-bulat montok adalah representasi dari tingginya spirit keperempuaan dalam proses artistiknya. Selain itu, keramik Bayat adalah panggilan naluri seorang istri untuk meringankan beban suami dalam mencari nafkah. Wajar jika sejak usia dini, anak-anak

222 perempuan di daerah Bayat sudah belajar membuat keramik dengan teknik putaran miring. Dengan begitu nilai-nilai keunggulan keramik Bayat sebagai seni-tradisi beserta teknik putaran miringnya, adalah (1) bentuk representasi estetik dari potensi alam sekitar, (2) sebagai penjaga kebersamaan dalam kehidupannya, (3) sebagai cerminan dari spirit kaum perempuannya, dan (4) teknik putaran miring merupakan Indigenous Knowledge masyarakat perajin Keramik Bayat. Spirit itulah yang mendorong para perajinnya untuk terus berkarya dan melestarikannya. Jadi keunggulan seni-keramik Bayat bukan hanya dari segi kekaryaan saja, tetapi juga keunggulan nilai-nilai kehidupan sosialnya. B. SARAN Keramik Bayat adalah salah satu bentuk tradisi yang masih ada hingga saat ini. Tradisi pembuatan keramik khususnya yang dibuat dengan teknik putaran miring tersebut perlu dilestarikan. Banyak nilai yang tersimpan di balik kearifan lokal tersebut. Menjaga seni kerajinan keramik Bayat dalam meraih kejayaannya, adalah menjadi tanggung jawab perajin, generasi muda dari para perajin, pemerintah, masyarakat luas, pemilik modal, dan terutama para akademisi untuk terus mengawal serta mendukung perkembangannya. Keramik Bayat adalah sebuah bentuk

223 kekayaan lokal, yang menyimpan banyak kearifan lokal, yang mampu menjadi kebanggan nasional. Atas saran itu perlu dilakukan penelitian mendalam berbagai ragam Indigenouse Knowledge di Indonesia untuk pengembangan seni kriya lebih lanjut.