219 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Keberadaan gerabah dan keramik Bayat masih terus berlangsung hingga sekarang, karena didukung oleh tiga faktor utama, yaitu: (1) Ketersediaan bahan baku di alam sekitarnya, terutama karakteristik tanah liat diperladangan Bayat yang memiliki kualitas tinggi sebagai bahan baku pembuatan keramik. (2) Sumber daya manusia dalam konteks masyarakat agraris yang suka bekerja keras dan berusaha meningkat pengetahuan dan teknologi lokalnya, untuk peningkatan kehidupan, berdasar pada potensi alam sekitar. (3) Dorongan untuk menciptakan suatu karya yang bukan sekedar sebagai benda pakai, tetapi juga untuk kepentingan lain yang lebih bersifat keindahan, termasuk berbagai peralatan untuk upacara keyakinan mereka. Dari ketiga faktor itulah, perkembangan seni kerajinan keramik Bayat di masa sekarang mampu menghasilkan karya-karya yang bukan sekedar peralatan keseharian tetapi juga mengandung keindahan. Hal tersebut berarti bahwa, karakteristik tanah liat Bayat dan proses pengerjaan yang khusus, mampu menghasilkan karya keramik 219
220 Bayat yang unggul bahkan kelihatan lebih unik jika dibanding dengan keramik dari daerah lain. Teknik putaran miring adalah alat putar yang digerakkan dengan tenaga manusia untuk membentuk tanah plastis menjadi keramik silindris. Sebagai alat putar keramik, maka kelihatan unik dan tidak umum, karena perbot atau papan putarnya di pasang miring. Tetapi justru dengan kemiringan itu para perajinnya dapat membuat keramik lebih cepat, mampu membentuk dinding keramik yang tipis, serta akurasi ukuran antar karya yang dihasilkan menjadi sama. Para penggunanya yang biasanya kaum perempuan menjadi lebih tepat jika memakai alat tersebut. Karena lebih dapat mengandalkan rasa dan naluri keperempuanan dalam menciptakan keramik yang diputar miring menjauhi pandangan mata perajinnya. Teknik putaran miring adalah indigenous knowledge masyarakat perajin keramik Bayat. Alat putar keramik yang tidak ditemukan di daerah lain, juga relatif sulit untuk memutar tanah plastis dari daerah lain. Teknik putaran miring sebagai alat bantu, dirancang untuk kaum perempuan yang menggunakan tenaga kayuhan kaki yang tidak berat, juga posisi duduknya dirancang tidak menghadap langsung ke papan putar, tetapi duduk menyamping. Posisi itu menjadikan para perajin perempuan dapat duduk lebih sopan dalam membuat keramik. Hal tersebut menunjukkan bahwa
221 persoalan etika menjadi hal penting di tata pergaulan masyarakat Bayat. Selain itu posisi duduk miring juga memudahkan perajin dalam proses penggunaan teknik putaran miring. Keramik Bayat sebagai seni-kerajinan tradisi ternyata bukan hanya urusan benda buatan dari tanah liat yang dibakar. Teknik pembakaran dan oksidasi daun munggur merupakan keinginan perajinnya untuk memunculkan karakteristik tanah Bayat yang berwarna merah maroon yang sulit dicapai oleh para perajin keramik dari daerah lain. Tingkat ketipisan dinding keramik yang mampu mereka buat juga menunjukkan keunggulan teknik putaran miring yang berbeda dengan teknik lain di Bayat. Keramik yang dihasilkan memiliki dinding yang tipis dan lembut, serta berakurasi tinggi. Hal tersebut juga didukung oleh tanah liat itu sendiri. Tanah liat Bayat adalah tanah yang unggul sebagai bahan membuat keramik tradisional. Keramik Bayat adalah bentuk kebersamaan antar keluarga perajin, kekompakan dalam satu keluarga perajin, juga kerjasama antara perajin dengan para pemilik showroom keramik. Bentuk-bentuk karya keramik yang kebanyakan bulat-bulat montok adalah representasi dari tingginya spirit keperempuaan dalam proses artistiknya. Selain itu, keramik Bayat adalah panggilan naluri seorang istri untuk meringankan beban suami dalam mencari nafkah. Wajar jika sejak usia dini, anak-anak
222 perempuan di daerah Bayat sudah belajar membuat keramik dengan teknik putaran miring. Dengan begitu nilai-nilai keunggulan keramik Bayat sebagai seni-tradisi beserta teknik putaran miringnya, adalah (1) bentuk representasi estetik dari potensi alam sekitar, (2) sebagai penjaga kebersamaan dalam kehidupannya, (3) sebagai cerminan dari spirit kaum perempuannya, dan (4) teknik putaran miring merupakan Indigenous Knowledge masyarakat perajin Keramik Bayat. Spirit itulah yang mendorong para perajinnya untuk terus berkarya dan melestarikannya. Jadi keunggulan seni-keramik Bayat bukan hanya dari segi kekaryaan saja, tetapi juga keunggulan nilai-nilai kehidupan sosialnya. B. SARAN Keramik Bayat adalah salah satu bentuk tradisi yang masih ada hingga saat ini. Tradisi pembuatan keramik khususnya yang dibuat dengan teknik putaran miring tersebut perlu dilestarikan. Banyak nilai yang tersimpan di balik kearifan lokal tersebut. Menjaga seni kerajinan keramik Bayat dalam meraih kejayaannya, adalah menjadi tanggung jawab perajin, generasi muda dari para perajin, pemerintah, masyarakat luas, pemilik modal, dan terutama para akademisi untuk terus mengawal serta mendukung perkembangannya. Keramik Bayat adalah sebuah bentuk
223 kekayaan lokal, yang menyimpan banyak kearifan lokal, yang mampu menjadi kebanggan nasional. Atas saran itu perlu dilakukan penelitian mendalam berbagai ragam Indigenouse Knowledge di Indonesia untuk pengembangan seni kriya lebih lanjut.