Bab 5. Ringkasan. Salah satu fenomena yang muncul ke permukaan dalam masyarakat Jepang saat ini

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 1. Pendahuluan. kosmetik telah berkembang dari sekedar perubahan penampilan fisik. Sebelumnya,

Ucapan Terima Kasih. Pertama-tama penulis mengucapkan Puji dan Syukur kepada Allah SWT yang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya zaman, dunia kecantikan juga berkembang cukup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki ukuran dan proporsi tubuh yang berbeda-beda satu

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007),

BAHASA IKLAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN: SEBUAH KAJIAN KOMUNIKASI DAN BAHASA TERHADAP IKLAN TV PRODUK CITRA

BAB I PENDAHULUAN. menyempurnakan bagian bagian wajah yang kurang sempurna menjadi bentuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. informasi mendalam suatu produk. Barang menurut Fandy (dalam Latif,

BAB I PENDAHULUAN. 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari

Aging and Cosmetic Enhancement

BAB I PENDAHULUAN. kecantikan pada kulit wajah dan tubuh sudah menjadi prioritas utama dalam

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH IDEAL DENGAN USAHA MEMBANGUN DAYA TARIK FISIK PADA PEREMPUAN

BAB IV KESIMPULAN. Faktor biologis atau keturunan dalam hal ini adalah bentuk fisik yang diikuti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. usia tahun. Dewasa awal ditandai oleh adanya eksperimen dan eksplorasi.

BAB I PENDAHULUAN. cakupan konsumen hampir seluruh dunia. Tidak hanya dalam sektor tersebut, dalam

Bab 1. Pendahuluan. Wirawan dalam Panudju dan Ida (1999:83) mengungkapkan bahwa masa remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. ingin menunjukkan eksistensi dirinya dalam sosialitas. Bagi wanita, kecantikan

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa, dan negara

BAB I PENDAHULUAN. Mereka sangat memperhatikan penampilan selain menunjukan jati diri ataupun

Bab 1. Pendahuluan. dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

HARAJUKU STYLE : KREATIVITAS DAN NILAI-NILAI HIDUP PARA PELAKU SENI COSPLAY PADA KOMUNITAS HARJUKJA DI KOTA SOLO

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagian besar yang sering melakukan adalah kaum wanita dari pada

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. menekan jaringan tubuh normal sehingga dapat mempengaruhi fungsi tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. rambut dan tata rias wajah yang mengusung gaya ketimuran khususnya tren

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu akan selalu dihadapkan dengan berbagai masalah dengan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat juga terasa kian beragam. Saat ini konsumen dalam. pengaruhi oleh beberapa faktor lainnya seperti untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. seolah-olah hasrat mengkonsumsi lebih diutamakan. Perilaku. kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebanyakan informasi yang disuguhkan kepada masyarakat diterima begitu saja

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Pesatnya perkembangan media massa juga ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hidup bermasyarakat ada harapan-harapan dan norma-norma yang

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan produk kosmetik lebih banyak yang berasal dari alam. Tetapi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.

PENDAHULUAN BABI. Masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh dengan

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. tentang apa yang terjadi di seluruh dunia dan di sekitar mereka, selalu ada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap masyarakat atau suku bangsa pada umumnya memiliki berbagai

BAB I. Latar Belakang Masalah. sosial dan moral berada dalam kondisi kritis karena peran masa remaja berada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu yang beranekaragam mendorong banyak orang mendirikan tempat

BAB I PENDAHULUAN. yang menghabiskan uangnya untuk pergi ke salon, klinik-klinik kecantikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak

BAB I PENDAHULUAN. daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penelitian ini mengambil judul Perancangan Buku Referensi Karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja banyak permasalahan yang harus dihadapi, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain. Plautus, Filsuf dari Roma mengatakan wanita tanpa kosmetik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan pola kehidupan masyarakat yang mulai berkembang sejak

BAB I PENDAHULUAN. perempuan merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang menarik perhatian. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya.meski masyarakat Jepang sangat menjaga budaya dan tradisi dari leluhurnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

Kecantikan Mata. Bedah Plastik REKONSTRUKSI MATA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang

I. PENDAHULUAN. yang dinyatakan oleh Aristoteles bahwa manusia yang hidup bersama dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah tindakan medis yang berkaitan dengan bedah plastik rekonstruksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai calon-calon intelektual yang bersemangat, penuh dedikasi, enerjik, kritis,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. Dalam menjalani kehidupan, manusia memiliki kodrat. Kodrat itu antara lain; lahir,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. berdirinya beberapa salon terkemuka di Indonesia. Tak jarang para investor asing

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern saat ini, periklanan berkembang dengan sangat pesat. Hal ini terjadi, UKDW

Bab 5. Ringkasan. Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Analisis Pengaruh Labeling Terhadap Konsep

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini memiliki tubuh langsing menjadi tren di kalangan wanita, baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan pokok setiap manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

Bab 1. Pendahuluan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap perempuan pada dasarnya mempunyai keinginan untuk dikatakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era-modernisasi negara Indonesia pada saat ini sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. kelas dunia, kosmetik, aksesoris dan pernak-pernik lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48).

BAB I PENDAHULUAN. bersih, dan menawan. Mendengar kata cantik itu sendiri, mungkin benak kita

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan industri industri yang ada di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kecil seperti inilah yang memunculkan ide dasar dunia kosmetika.

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran atau moral atau bahkan sindiran (James Danandjaja, 1984:83).

Bab 1. Pendahuluan. Setelah perang dunia II, Jepang mengalami kemajuan yang sangat pesat di bidang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakatnya. Salah satu fenomena

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KETIDAKPUASAN SOSOK TUBUH (BODY DISSATISFACTION) PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

BAB III PROSES PELAKSANAAN OPERASI

BAB 1 PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono

PERBEDAAN PERILAKU KONSUMTIF PADA PENGGUNA INSTAGRAM BERDASARKAN JENIS KELAMIN

BAB I PENDAHULUAN. industri kosmetika di Indonesia. Saat ini industri kosmetika mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan masyarakat yang semakin maju dan modern menuntut

MERIAS WAJAH PENGANTIN UNTUK BENTUK WAJAH BULAT

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN. khalayak luas dengan menggunakan saluran-saluran komunukasi ini.

Transkripsi:

Bab 5 Ringkasan Salah satu fenomena yang muncul ke permukaan dalam masyarakat Jepang saat ini adalah fenomena penggunaan bedah kosmetik yang semakin meningkat terutama di kalangan perempuan. Bedah kosmetik yang juga dikenal sebagai bedah plastik, pada awalnya merupakan bagian dari bedah rekonstruksi yang bertujuan untuk merekonstruksi bagian tubuh manusia atau mengurangi kecacatan pada tubuh akibat serangan penyakit, penyakit bawaan lahir, atau kecelakaan, yang kemudian pada pertengahan abad kedua puluh berkembang menjadi bedah kosmetik yang bertujuan untuk menambah nilai kecantikan dari tubuh yang tidak mengalami penyakit atau kecelakaan (Davis, 1995: 16). Fenomena menarik di kalangan remaja putri Jepang sejak tahun 1998 hingga sekarang. menurut laporan dari Psychiatry and Clinical Nourosciences (1998), cukup banyak remaja putri Jepang yang melakukan bedah kosmetik. Sebanyak 23,2% adalah remaja berusia sekitar 15 sampai 19 tahun, kemudian 16,8% berusia 20 sampai 24 tahun. Sebanyak 90,6 % remaja yang melakukan bedah kosmetik ingin mengubah bentuk wajahnya. Terobsesi dengan penampilan fisik, para gadis yang menjalani bedah kosmetik tahun ini menjadi lebih muda. Ini menjadi sebuah tren yang mengganggu. Kebanyakan pasien yang muda, berusia 10 sampai 15 tahun, pergi ke klinik bedah kosmetik dengan ibu mereka. Banyak dari mereka yang membawa foto idolanya dan meminta operasi agar mirip dengan idolanya. Ibu dan anak percaya bahwa untuk memperoleh popularitas adalah dengan terlihat cantik

Penggunaan jasa bedah kosmetik di kalangan kaum remaja putri di Jepang masa sekarang ini sepertinya memiliki kaitan dengan sikap konsumsi yang mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari, serta didukung dengan kekuatan ekonomi yang mereka miliki. Selain itu, pesan-pesan yang dibawa oleh media massa mengenai gaya hidup, kecantikan dan fesyen, juga sangat berpengaruh terhadap pilihan-pilihan konsumsi yang diambil dalam kehidupan sehari-hari para wanita Jepang. Dalam Skripsi ini, saya melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang melatarbelakangi bedah kosmetik sebagai usaha meningkatkan percaya diri bagi remaja putri Jepang dewasa ini. Kemudian saya ingin melihat hubungan yang terjadi antara konsumsi bedah kosmetik dengan permasalahan peningkatan kepercayaan diri serta apa arti cantik bagi kaum remaja putri di Jepang saat ini. Hal ini dikarenakan mayoritas konsumen bedah kosmetik di Jepang adalah kaum perempuan, terutama remaja. Pada penelitian ini saya akan menganalisis faktor-faktor yang melatarbelakangi bedah kosmetik sebagai usaha bagi remaja putri Jepang dalam meningkatkan kepercayaan diri pada masa sekarang ini dilihat dari sudut psikologi remaja. Penelitian ini memfokuskan pada remaja putri Jepang di Tokyo yang berusia mulai dari 11 tahun sampai 24 tahun dan tidak terbatas oleh status perkawinan dan melakukan seikei shujuutsu (bedah kosmetik) di Tokyo. Penelitian ini juga memfokuskan pada penelitian terhadap fenomena dalam masyarakat Jepang modern yang terjadi pada tahun 2000 hingga tahun 2007 dengan tujuan untuk menjelaskan latar belakang para remaja putri Jepang melakukan bedah kosmetik demi meningkatkan kepercayaan diri. Dalam penulisan skripsi ini, saya menggunakan metode penelitian kepustakaan dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan. Sedangkan untuk menganalisis data, digunakan metode deskriptif analitis, yakni data-data yang ada akan dijelaskan dan

dianalisis dengan menggunakan tema yang mendukung. Korpus data adalah kasus-kasus mengenai bedah kosmetik yang dilakukan oleh para remaja putri Jepang di Tokyo sebagai usaha meningkatkan kepercayaan diri yang terjadi pada tahun 2000 2007. Landasan teori pada penelitian ini yang pertama adalah konsep kecantikan menurut remaja Jepang yang menjelaskan konsep kecantikan masyarakat Jepang yang diinginkan saat ini adalah mata yang besar, hidung mancung dan tubuh ramping seperti kebanyakkan karakter perempuan dalam komik Jepang dengan perubahan tren-tren kecantikan dari tahun ke tahun. Kedua adalah konsep bedah kosmetik yakni menjelaskan sejarah perkembangan bedah kosmetik dari zaman dahulu hingga sekarang. Kemudian yang ketiga adalah konsep kepercayaan diri meurut teori psikologi remaja yang di dalamnya menjelaskan teori-teori tentang kepercayaan diri pada remaja. Pada analisis data, saya menganalisis lima kasus mengenai bedah kosmetik sebagai usaha meningkatkan percaya diri pada remaja putri di Jepang pada tahun 2000 sampai 2007. Kasus yang pertama adalah Yumi Sakaguchi berusia 23 tahun yang merasa tidak percaya diri karena memiliki wajah yang tidak menarik dengan mata yang jatuh, pipi tembam dan gigi yang tonggos. Ia selalu mendapat cemooh dari teman-temannya. Kemudian ia memutuskan untuk melakukan bedah kosmetik dan karena ia bukan berasal dari keluarga yang mampu. Ia mengikuti reality show yang dapat merubah penampilannya secara gratis. Kasus kedua adalah Risa Arato berusia 19 tahun yang merasa tidak percaya diri dengan wajahnya terutama hidungnya yang tidak mancung. Sama halnya dengan Sakaguchi, Arato juga mengajukan kasusnya pada acara reality show terkenal itu agar mendapatkan bedah kosmetik secara gratis. Kemudian ia mendapatkan operasi gratis pada mata, hidung, dan dagunya. Kasus ketiga adalah Erika Kayukawa berusia 17 tahun saat pertama kali mencoba menggunakan lem pada kelopak

matanya agar terlihat besar. Ia tidak percaya diri dengan matanya yang sipit. Kebiasaanya itu membuat ia ingin melakukan bedah kosmetik agar tidak perlu menempelkan lem pada kelopak matanya lagi. Akhirnya ia memutuskan untuk melakukan bedah kosmetik dengan biaya hasil kerja kerasnya dan mendapatkan penampilan yang ia inginkan. Kasus keempat adalah Akiko Tanaka yang pada usia 21 tahun sudah melakukan bedah kosmetik pada kelopak mata, hidung, payudara, penyedotan lemak, penghilangan bekas luka dan operasi bibir. Hal ini ia lakukan bukan karena ia tidak cantik, ia hanya merasa lebih percaya diri setelah melakukan bedah kosmetik tersebut. Ia merasa terlihat cantik dan seksi setelah melakukan operasi. Kemudian ia berencana melakukan operasi facelift lima tahun kedepan untuk menambah percaya dirinya lagi. Terakhir pada kasus kelima adalah Saeko Kimura berusia 12 tahun dan bertubuh gemuk sehingga dijuluki cumi-cumi oleh teman-temannya. Hal ini membuatnya menjadi tidak percaya diri dan ia lalu membujuk orangtuanya untuk mengizinkan dia melakukan operasi sedot lemak. Hal ini membuat orangtuanya bingung, tetapi Kimura tetap memaksa untuk melakukan operasi tersebut sehingga akhirnya orangtuanya mengizinkan dan membiayai operasi tersebut. Sekarang Kimura berhasil mendapatkan kepercayaan dirinya. Dari kelima kasus yang sudah saya analisis mengenai bedah kosmetik sebagai usaha meningkatkan percaya diri pada remaja putri Jepang dewasa ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar remaja putri di Jepang memiliki ketidakpuasan terhadap bentuk fisik dan penampilannya. Mereka semua ingin merubah penampilan terutama pada wajah. Semua merasa kurang percaya diri dengan mata mereka yang sebagaimana layaknya mata Asia Timur yang hanya memiliki satu lipatan kelopak mata saja. Selain itu, masing-masing dari mereka juga merasa memiliki kekurangan pada bagian wajah

lain dan ingin memperbaikinya agar kepercayaan dirinya meningkat sehingga diterima dalam kelompok mereka dan masyarakat. Faktor yang menyebabkan remaja putri Jepang melakukan seikei shujuutsu (bedah kosmetik) adalah karena adanya konsep kecantikan remaja di Jepang yang menurut mereka sosok perempuan cantik adalah yang memiliki mata yang besar, hidung mancung dan tubuh yang ramping. Remaja yang tidak memiliki kecantikan yang diinginkan seperti pada konsep tersebut menyebabkan mereka tidak percaya diri. Ditinjau dari sisi psikologi remaja, seseorang yang tidak memiliki kepercayaan diri dikarenakan memiliki self esteem yang rendah. Self esteem yang rendah akan memperlemah hubungan yang dibina dengan orang lain dan akan mudah terpengaruh godaan yang banyak ditawarkan oleh lingkungan Masters dan Johnson (1999). Oleh karena itu, seikei shujuutsu dilakukan sebagai usaha remaja putri Jepang untuk meningkatkan rasa percaya dirinya agar mereka diakui oleh masyarakat yang mementingkan penampilan. Dengan begitu mereka bisa dengan mudah mendapatkan perkerjaan atau suatu penerimaan terhadap kelompok masyarakat. Setelah menyelesaikan skripsi ini, saya merasa bahwa dalam penelitian ini masih banyak sekali kekurangannya. Oleh karena itu, bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih dalam tentang sikap konsumerisme perempuan Jepang yang dihubungkan dengan konsep kecantikan perempuan jepang atau dengan gaya hidup masyarakat Jepang lainnya.