KAIFA, CLARA, FATIMAH, DAN GENTINA Gladiol merah balithi

dokumen-dokumen yang mirip
Inovasi Memperindah Warna dan Motif Gladiol

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 3 JULI-2013 ISSN :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis

I. PENDAHULUAN. Bunga Gladiol (Gladiolus hybridus L) merupakan bunga potong yang menarik

KAJIAN KERAGAAN PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN PENAMPILAN BUNGA BEBERAPA VARIETAS DAN GENOTIP SEDAP MALAM DI DATARAN MEDIUM

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

Bunga lili termasuk bunga potong yang memiliki nilai

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai ciri tanaman yang termasuk sub klas Monocotyledonae, tanaman gladiol berakar

Lampiran 1. Deskripsi Varietas Asal yang Digunakan. : Pita : 5.85 kurang lebih 1.36 cm. : 227 kurang lebih helai

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, DAN K TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA KULTIVAR GLADIOL (Gladiolus hybridus L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan

BUNGA POTONG TROPIS YANG DIRILIS BALITHI

KARAKTERISASI VARIETAS UNGGUL SEDAP MALAM DIAN ARUM

Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut :

Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Genjah dan Unik

PENGARUH TUMPANGSARI SELADA DAN SAWI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA KULTIVAR GLADIOL (Gladiolus hybridus L.)

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 571/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGIS WANAYASA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Jalan Swadaya IV,

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

iptek hortikultura VIOLETA

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herba

Usaha Perbanyakan Subang Gladiol (Gladiolus hibridus L) dengan Menggunakan Benziladenin (BA)

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 171/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN DUKU PRUNGGAHAN TUBAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun Balai Benih Induk Hortikultura Provinsi

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 345/Kpts/SR.120/9/2005 TENTANG PELEPASAN CABAI RAWIT HIBRIDA DEWATA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 500/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN CABAI KERITING HIBRIDA SARI TANI 555 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

PELAKSANAAN PENELITIAN

MATERI DAN METODE Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif.

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong

KAJIAN KERAGAAN PERTUMBUHAN TANAMAN DAN KUALITAS BUNGA VARIETAS UNGGUL BARU KRISAN BUNGA POTONG PADA DUA MACAM KERAPATAN TANAM

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 308/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU BOL GONDANG MANIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 496/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN SAWO ASAHAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Tanaman hias khususnya bunga merupakan salah satu komoditas hortikultura

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 304/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN PISANG BERANGA KELIMUTU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

Teknologi Budidaya Untuk Menghasilkan Bunga Krisan yang Berkualitas dan Berdaya Saing Secara Komersial

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 165/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI KERITING NORTH RED STAR SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 175/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI BESAR HIBRIDA PURWO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 339/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU AIR DEGUS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 510/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN KACANG PANJANG AURA HIJAU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 573/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN SALAK KRAMAT BANGKALAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 191/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK SIEM KINTAMANI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 513/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN APEL ANNA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

EVALUASI KETAHANAN TURUNAN DARI BEBERAPA SILANGAN GLADIOL TERHADAP FUSARIUMPADA TINGKAT SEMAIAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 13/Kpts/SR. 120/1/2007 TENTANG PELEPASAN CABAI KERITING HIBRIDA HOT GEISHA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI,

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 305/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGA CENGKIR INDRAMAYU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

MENGENAL KELAPA DALAM UNGGUL LOKAL ASAL SULAWESI UTARA (Cocos nucifera. L) Eko Purdyaningsih,SP PBT Ahli Muda BBPPTPSurabaya

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 340/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN DURIAN BIDO WONOSALAM SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

PERAKITAN VARIETAS SALAK :

MENGENAL ORSINA SEBAGAI VARIETAS BARU TANAMAN KUMIS KUCING

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 303/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN SAWO SEDAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 515/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN MELATI RATOH EBUH SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 182/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI KERITING HIBRIDA ONTARIO 145 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 122/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN JAHE MERAH VARIETAS JAHIRA 1 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 570/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGA DARAKANDE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 20/Kpts/SR.120/1/2007 TENTANG PELEPASAN KACANG PANJANG PELETON SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

BADAN BENIH NASIONAL. Jakarta, zi- Mei 2009

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

I. PENDAHULUAN. Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang saat ini mulai

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 490/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN LANGSAT TANJUNG B-1 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 222/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI BESAR HIBRIDA KY KERITING SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 260/Kpts/SR.120/7/2005 TENTANG PELEPASAN MELON HIBRIDA GALUH SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 70/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN ALPUKAT PESAKO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Gladiol (Gladiolus hybridus L.) merupakan salah satu bunga potong yang sudah

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 126/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI BESAR HIBRIDA EQUATOR SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 12/Kpts/SR. 120/1/2007 TENTANG PELEPASAN CABAI KERITING HIBRIDA INDO HOT SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

PERCEPATAN PEMATAHAN DORMANSI SUBANG GLADIOL (Gladiolus hybridus) DENGAN APLIKASI ZAT PENGATUR TUMBUH EVI DWI SULISTYA NUGROHO

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 193/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN PISANG SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN. Lampiran 1. Lay Out Penelitian Rancangan Acak Lengkap

Peran Inovasi Vub Krisan Dalam Perkembangan Perbenihan Krisan di Bandungan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Sertifikat hasil pengujian jenis contoh tanah top soil

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 163/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI BESAR HIBRIDA HOT BEAUTY SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

Kebutuhan pupuk kandang perpolibag = Kebutuhan Pupuk Kandang/polibag = 2000 kg /ha. 10 kg kg /ha. 2 kg =

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

Krisan Varietas Puspita Kencana

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 376/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data

Transkripsi:

iptek hortikultura KAIFA, CLARA, FATIMAH, DAN GENTINA Gladiol merah balithi Gladiol merupakan salah satu bunga potong yang sudah lama dikenal di Indonesia. Sentra produksi bunga ini di Pulau Jawa tersebar di beberapa sentra produksi, antara lain Parongpong (Bandung), Selabintana (Sukabumi), Cipanas (Cianjur), Bandungan (Semarang), dan Batu (Malang) (Komar dan Effendie 1995), di Berastagi (Sumatera) dan di Tomohon (Sulawesi). Salah satu masalah dalam pengembangan gladiol di Indonesia adalah terbatasnya kultivar yang digunakan oleh petani, antara lain hanya kultivar Queen Occer, Salem, White Friendship, Priscilla, Holand Merah, Batik, Kupu-kupu, dan Nova Lux (Badriah et al. 2000). Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) sampai tahun 1999 telah mengintroduksi sebanyak 30 kultivar, namun umumnya kurang berkembang karena tidak mampu beradaptasi dengan baik pada lingkungan tropis dan tidak tahan terhadap penyakit layu Fusarium yang merupakan penyakit utama gladiol di Indonesia (Badriah et al. 2007). Varietas unggul memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan produksi bunga gladiol dalam negeri. Usaha pengembangan jenis gladiol yang dapat beradaptasi secara luas dan berdaya hasil optimal antara lain dapat dilakukan melalui seleksi dan pembentukan varietas yang dapat beradaptasi di sentra produksi (Wuryaningsih et al. 2004). Oleh karena itu persilangan antara kultivar gladiol introduksi dengan kultivar gladiol yang telah beradaptasi di Indonesia mulai dilakukan pada tahun 1989 di Balithi. Tujuan persilangan tersebut adalah untuk mendapatkan varietas baru yang memiliki warna novel, adaptif, dan tahan terhadap penyakit layu Fusarium. Warna bunga novel yang dimaksud adalah warna bunga yang belum ada pada gladiol yang dibudidayakan petani gladiol di Indonesia. 15

No. 6 - Agustus 2010 Warna merah bagi bangsa Indonesia memiliki arti tersendiri, sehingga rangkaian bunga baik pada perayaan kemerdekaan maupun upacara adat banyak menggunakan warna merah. Bunga gladiol berwarna merah masih jarang ditemukan pada kultivar gladiol di Indonesia, yaitu hanya kultivar Holand Merah. Pada tahun 2003 dan 2008, Balithi melepas varietas gladiol berbunga merah cerah dengan variasi warna pada lidah bunga yang lebih indah, yaitu varietas Kaifa (SK MENTAN No: 502/Kpts/PD.120/10/2003), Clara (SK MENTAN No: 503/Kpts/PD.120/10/2003), Fatimah (SK MENTAN No: 623/Kpts/SR.120/5/2008), dan Gentina (SK MENTAN No: 622/Kpts/ SR.120/5/2008). Asal-usul Gladiol Varietas Kaifa, Clara, Fatimah, dan Gentina Varietas Kaifa, Clara, Fatimah, dan Gentina merupakan hasil persilangan antara kultivar Holand Merah (GC68) (Gambar 1) dengan GC69 (Gambar 2) yang dilakukan pada tanggal 3 April 1994 di Kebun Percobaan Cipanas dengan ketinggian tempat 1.100 m dpl. Kultivar Holand Merah sebagai tetua betina banyak dibudidayakan petani gladiol di Selabintana Sukabumi. Kultivar ini mempunyai keunggulan yaitu letak kuntum bunga tegak, susunan bunga simetris, dengan kerapatan bunga mekar saling bersentuhan. Kultivar GC69 sebagai tetua jantan adalah varian dari kultivar Holand Merah berasal dari petani gladiol di Selabintana Sukabumi. Kultivar ini mempunyai keunggulan letak kuntum bunga tegak, susunan bunga simetris dengan kerapatan bunga mekar saling bersentuhan. Kultivar GC69 memiliki kombinasi warna yang menarik, yaitu variasi warna pada daun mahkota atas dan bawah serta lidah bunga. Tahapan kegiatan pemuliaan varietas Kaifa, Clara, Gentina, dan Fatimah sebagai berikut : Persilangan (1994) X Seleksi ke-1 (1997) Seleksi ke-2 (1998) Uji kestabilan hasil (1998-2002) Clara, Kaifa, HX7, Fatimah, Gentina, dan HX31 Gambar 2. GC69 Gambar 1. Kultivar Holand Merah (GC68) 16

iptek hortikultura Seleksi pertama dilakukan terhadap karakter kualitatif yaitu warna bunga, posisi bunga, letak kuntum bunga, dan kerapatan bunga, sedangkan pada seleksi kedua selain dilakukan verifikasi karakter kualitatif juga berdasarkan karakter kuantitatif, yaitu panjang tangkai bunga, jumlah kuntum bunga per tangkai, dan diameter bunga mekar. Seleksi karakter kuantitatif mengacu pada standar mutu bunga potong gladiol nasional berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 01-4479-1998) dan internasional yang ditetapkan oleh The North American Gladiolus Council (Wilfret 1992). Verifikasi karakter kuantitatif dilakukan sampai lima kali penanaman untuk melihat kestabilannya. Dari mulai persilangan sampai dilakukan uji kestabilan genetik diperlukan waktu kurang lebih enam tahun untuk mendapatkan calon varietas yang akan dilepas. Varietas Kaifa, Clara, Fatimah, dan Gentina dilepas sebagai varietas baru gladiol pada tahun 2003 dan 2008. Klon HX7 dan HX31 tidak dapat diperbanyak karena terinfeksi F. oxysporum. Keunggulan Varietas Keunggulan varietas Kaifa, Clara, Gentina, dan Fatimah dibanding kultivar gladiol yang dibudidayakan oleh petani terletak pada warna bunga, penampilan bunga pada tangkai bunga, ketebalan daun mahkota bunga, serta sesuai standar mutu bunga potong gladiol nasional maupun internasional. Warna bunga varietas Kaifa sangat menarik, yaitu bunga merah cerah dengan variasi pada lidah berwarna merah tua pada bagian pangkal sampai tengah, kemudian kuning cerah, dan tepi merah cerah. Variasi seperti ini belum ada pada kultivar gladiol yang ditanam di Indonesia. Susunan bunga simetris, posisi pada tangkai tegak, dan kerapatan bunga mekar pada tangkai saling bersentuhan (rapat) yang merupakan tipe ekshibisi modern, sehingga penampilan bunga secara keseluruhan sangat indah. Berdasarkan SNI 01-4479-1998 varietas Kaifa termasuk kelas mutu AA (panjang tangkai 95 cm, jumlah kuntum bunga 16), dan menurut standar mutu yang dikeluarkan oleh The North American Gladiolus Council (Wilfret 1992) untuk diameter bunga mekar termasuk jenis dekoratif ( 8,9 - < 11,4 cm), kelas spesial ( 14) untuk jumlah kuntum per tangkai, dan kelas Fancy untuk panjang tangkai bunga (>107 cm) yang merupakan kelas tertinggi. Varietas Clara dan Fatimah warna bunganya hampir sama, yaitu bunga merah cerah dengan variasi pada lidah yang berwarna merah tua dengan tepi kuning cerah. Variasi pada lidah seperti ini belum ada pada kultivar gladiol yang ditanaman di Indonesia. Selain itu susunan bunga simetris, posisi pada tangkai tegak dan kerapatan bunga mekar pada tangkai saling bersentuhan (rapat) yang merupakan tipe ekshibisi modern. Berdasarkan SNI 01-4479-1998 varietas Clara dan Fatimah termasuk kelas mutu AA, tetapi menurut standar mutu yang dikeluarkan oleh The North American Gladiolus Council untuk diameter bunga mekar varietas Clara termasuk jenis dekoratif sedangkan varietas Fatimah jenis Standard ( 11,4-14 cm), panjang tangkai dan jumlah kuntum varietas Clara bisa masuk kelas Fancy ( 16), sedangkan varietas Fatimah untuk jumlah kuntum per tangkai masuk kelas spesial. Warna bunga varietas Gentina sangat menarik, yaitu berwarna oranye menyolok, pada ujung lidah berwarna oranye, di tengah merah cerah, dan pada pangkal berwarna kuning. Variasi ini belum ada pada kultivar gladiol yang ditanam di Indonesia. Susunan bunga simetris, posisi pada tangkai tegak, dan kerapatan bunga mekar pada tangkai saling bersentuhan (rapat) yang merupakan tipe ekshibisi modern. Berdasarkan SNI termasuk kelas mutu AA, dan menurut standar mutu yang dikeluarkan oleh The North American Gladiolus Council untuk diameter bunga mekar termasuk tipe dekoratif, jumlah kuntum bunga per tangkai masuk pada kelas spesial, dan panjang tangkai bunga pada kelas Fancy. Keunggulan lain dari varietas Kaifa, Clara, Gentina, dan Fatimah adalah memiliki ketebalan bunga yang lebih tebal dibanding kultivar yang dibudidayakan petani gladiol seperti Queen Occer, White Friendship, dan Priscilla. Sehingga umur kesegaran lebih baik, yaitu berkisar 3-4 hari setelah bunga dipotong. Dengan lama kesegaran bunga seperti ini maka rangkaian bunga mekar lebih panjang dan indah. 17

No. 6 - Agustus 2010 Teknik Budidaya Gladiol dapat tumbuh dengan baik di daerah pada ketinggian tempat antara 600-1.400 m dpl, ph berkisar antara 5,8-6,5, suhu 10-25 o C. Suhu rerata kurang dari 10 o C akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman terhambat. Jika suhu rendah berlangsung lama, maka pertumbuhan tanaman terhenti. Suhu maksimal untuk pertumbuhan gladiol adalah 27 o C, namun kadang-kadang dapat menyesuaikan diri sampai suhu 40 o C, bila kelembaban tanah dan tanaman relatif tinggi (Badriah 1995). Subang gladiol siap tanam apabila sudah melalui masa dormansinya, dengan dicirikan munculnya calon akar berupa tonjolan kecil berwarna putih melingkar di bagian bawah subang, dan munculnya tunas. Bila tunas mencapai 1 cm, maka subang siap tanam (Badriah et al. 2007). Subang bibit ditanam pada bedengan dengan jarak tanam 20 x 20 cm dengan kedalaman tanam 10 cm. Jarak antarbedengan 50 cm. Lubang tanam diberi pupuk K 2 O dan P 2 O 5 sebanyak 5 g per lubang, tutup pupuk dengan sedikit tanah dan masukkan subang bibit kemudian tutup kembali dengan tanah. Pemupukan kedua dilakukan setelah daun kedua atau ketiga terbentuk dengan pupuk Urea sebanyak 5 g per tanaman dengan cara dibuat lubang di sekitar tanaman, pemupukan ini dilakukan setelah penyiangan gulma. Pemupukan ketiga dilakukan pada saat primordia bunga muncul ±60 hari setelah tanam dengan pupuk Urea dan K 2 O sebanyak 5 g per tanaman dengan cara dibuat lubang di sekitar tanaman, pemupukan ini dilakukan setelah penyiangan gulma. Dan pemupukan keempat dilakukan setelah panen bunga semua pertanaman, yaitu dengan pupuk Urea sebanyak 5 g per tanaman dengan cara dibuat lubang di sekitar tanaman, pemupukan ini dilakukan setelah penyiangan gulma. Pemberian pestisida dilakukan seminggu sekali. Pelaksanaan panen bunga dan subang gladiol dilakukan secara manual. Panen bunga dilakukan setelah satu atau dua kuntum bunga terbawah menampakkan warnanya, tetapi belum mekar. Tangkai bunga dipotong dengan menyisakan daun pada pertanaman, kira-kira 15 cm dari permukaan tanah, karena daun-daun tersebut masih diperlukan untuk perkembangan subang baru dan anak subang. Panen subang dilakukan sekitar delapan minggu setelah panen bunga, dicirikan dengan daun yang mulai menguning. Subang dibersihkan dari tanah, daun, dan sisa subang induk pada bagian bawah, kemudian dikeringanginkan sekitar dua minggu, simpan di gudang penyimpanan sampai masa dormansi berlalu. 18

Deskripsi Varietas iptek hortikultura KAIFA Asal : Balai Penelitian Tanaman Hias Silsilah/kode pemurnian : Holand Merah (GC 68) x GC 69 Golongan varietas : Klon Umur mulai berbunga : 40 45 hari setelah tanam Umur panen bunga : 67 80 hari setelah tanam Tinggi tanaman : 117,5 ± 6,7 cm Bentuk daun : Seperti pedang Ukuran daun : Panjang 10 60 cm, lebar 1,5 5,0 cm Warna daun : Hijau (green group 137C) Tepi daun : Rata Bentuk ujung daun : Lancip Permukaan daun : Bergaris Jumlah daun : 6 7 helai Warna mahkota bunga atas : Merah (Red groups 45C/D + Merah 54B + C) Warna mahkota bunga bawah : Merah cerah (Red groups 45C/D + 41C) + kuning (Yellow group 4C) + Merah (Red groups 53A +36A) Warna lidah bunga : Merah cerah (red group 41C) + kuning (yellow group 4C) + merah (Red group) 45A Keadaan tepi bunga : Keriting Letak bunga pada tangkai : Tegak Susunan bunga mekar : Simetris Kerapatan bunga mekar : Rapat, antarkuntum bunga saling bersentuhan Diameter bunga mekar : 8,1 9,9 cm Jumlah bunga per tangkai : 8 16 kuntum Ukuran tangkai bunga : Panjang 80 110 cm, diameter 0,8 1,2 cm Warna tangkai bunga : Hijau (Green group 143C) bintik coklat Bentuk subang : Pipih berkerut sedang Diameter subang : 2,5 7 cm Warna subang : Kuning (Yellow group 16C) bercak greyed-red group181c Berat subang : 10 50 g Masa dormansi subang : 2,5 3 bulan Warna anak subang : Kuning (Yellow group 4D) Hasil bunga : 1 2 tangkai/tanaman/musim tanam Hasil subang : 1 3 subang/tanaman/musim tanam Hasil anak subang : 2 10 anak subang/tanaman/musim tanam Bunga mekar serentak : 5 7 kuntum per tangkai Lama kesegaran bunga : 3 4 hari setelah dipotong 10 15 hari di lapangan Keterangan : Beradaptasi dengan baik pada ketinggian 600-1.400 m dpl Identitas populasi induk : Tanaman milik Balai Penelitian Tanaman Hias Nomor populasi induk : 050010317 Pengusul : Balai Penelitian Tanaman Hias Peneliti : Dedeh Siti Badriah, Toto Sutater, Risna Sri Rahayu, dan Erlina Setiawati Gambar 3. Kaifa 19

No. 6 - Agustus 2010 CLARA Asal : Balai Penelitian Tanaman Hias Silsilah/ kode pemurnian : Holand Merah (GC 68) x GC 69 Golongan varietas : Klon Umur mulai berbunga : 40 45 hari setelah tanam Umur panen bunga : 67 80 hari setelah tanam Tinggi tanaman : 124,6 ± 16,5 cm Bentuk daun : Seperti pedang Ukuran daun : Panjang 10 60 cm, lebar 1,5 5,0 cm Warna daun : Hijau (Green group 137C) Tepi daun : Rata Bentuk ujung daun : Lancip Permukaan daun : Bergaris Jumlah daun : 6 7 helai Warna mahkota bunga atas : Merah (Red groups 44A + 41B) bergaris putih Warna mahkota bunga bawah : Merah (Red groups 44A+46D)+ kuning (Yellow group 4D) Warna lidah bunga : Merah (red groups 45A+46A)+ tepi kuning (yellow group 4D) Keadaan tepi bunga : Keriting Letak bunga pada tangkai : Tegak Susunan bunga mekar : Simetris Kerapatan bunga mekar : Rapat, antarkuntum bunga saling bersentuhan Diameter bunga mekar : 8,3-10,9 cm Jumlah bunga per tangkai : 7-16 kuntum Ukuran tangkai bunga : Panjang 80-125 cm, diameter 0,8-1,2 cm Warna tangkai bunga : Hijau (Green group 144A) bintik merah Bentuk subang : Pipih berkerut sedang Diameter subang : 2,5-7 cm Warna subang : Greyed-red group 179A Berat subang : 10-50 g Masa dormansi subang : 2,5-3 bulan Warna anak subang : Violet 84C bintik red-purple group 72A Hasil bunga : 1-2 tangkai/tanaman/musim tanam Hasil subang : 1-3 subang/tanaman/musim tanam Hasil anak subang : 2-10 anak subang/tanaman/musim tanam Bunga mekar serentak : 5-7 kuntum per tangkai Lama kesegaran bunga : 3-4 hari setelah dipotong 10-15 hari di lapangan Keterangan : Beradaptasi dengan baik pada ketinggian 600-1.400 m dpl Identitas populasi induk : Tanaman milik Balai Penelitian Tanaman Hias Nomor populasi induk : 050010316 Pengusul : Balai Penelitian Tanaman Hias Peneliti : Dedeh Siti Badriah, Toto Sutater, Risna Sri Rahayu, dan Erlina Setiawati Gambar 4. Clara 20

FATIMAH Asal : Balai Penelitian Tanaman Hias Silsilah/ kode pemurnian : Holand Merah (GC 68) x GC 69 Golongan varietas : Klon Umur mulai berbunga : 40 45 hari setelah tanam Umur panen bunga : 67 80 hari setelah tanam Tinggi tanaman : 100 130 cm Bentuk daun : Seperti pedang Ukuran daun : Panjang 10 60 cm, lebar 1,5 5,0 cm Warna daun : Hijau (Green group 137C) Tepi daun : Rata Bentuk ujung daun : Lancip Permukaan daun : Bergaris Jumlah daun : 6-7 helai Warna mahkota bunga atas : Merah (Red group 53B + 54B) garis putih (White group 155D) di tengah Warna mahkota bunga bawah : Merah (Red group 46A + 53A) + Kuning (Yellow group 2D) Warna lidah bunga : Merah (Red group 46A + 53A) + Kuning (Yellow group 2D) Keadaan tepi bunga : Keriting Letak bunga pada tangkai : Tegak Susunan bunga mekar : Simetris Kerapatan bunga mekar : Rapat, antarkuntum bunga saling bersentuhan Diameter bunga mekar : 10,0-13,5 cm Jumlah bunga per tangkai : 10-15 kuntum Ukuran tangkai bunga : Panjang 80-115 cm, diameter 0,8-1,2 cm Warna tangkai bunga : Hijau (Green group 143 B) Bentuk subang : Pipih berkerut sedang Diameter subang : 2,5-7 cm Warna subang : Kuning oranye (Yellow orange group 15B) Berat subang : 10-50 g Masa dormansi subang : 2,5-3 bulan Warna anak subang : Kuning (Yellow group 4D) Hasil bunga : 1-2 tangkai/tanaman/musim tanam Hasil subang : 1-3 subang/tanaman/musim tanam Hasil anak subang : 2-10 anak subang/tanaman/musim tanam Bunga mekar serentak : 5-7 kuntum per tangkai Lama kesegaran bunga : 3-4 hari setelah dipotong 10-15 hari di lapangan Keterangan : Beradapatasi dengan baik pada ketinggian 600-1.400 m dpl Identitas populasi induk : Tanaman milik Balai Penelitian Tanaman Hias Nomor populasi induk : 050010319 Pengusul : Balai Penelitian Tanaman Hias Peneliti : Dedeh Siti Badriah, Toto Sutater, Risna Sri Rahayu, dan Erlina Setiawati Gambar 5. iptek hortikultura Fatimah 21

No. 6 - Agustus 2010 GENTINA Asal : Balai Penelitian Tanaman Hias Silsilah / kode pemurnian : Holand Merah (GC 68) dengan GC 69 Golongan varietas : Klon Umur tanaman berbunga : 40 50 hari setelah tanam Umur panen bunga : 67 80 hari setelah tanam Tinggi tanaman : 100 130 cm Bentuk daun : Seperti pedang Ukuran daun : Panjang 10,0 60,0 cm, lebar 1,5 5,0 cm Warna daun : Hijau (Green group 137C) Tepi daun : Rata Bentuk ujung daun : Lancip Permukaan daun : Bergaris Jumlah daun : 6 7 helai Warna mahkota bunga atas : Oranye-merah (Oranye red group 33A) + (Red group 40C) + garis putih (White group 155D) Warna mahkota bunga bawah : Oranye-merah (Oranye red group 33A)+ (Red group 46A+ 40C) + Kuning (Yellow group 4D) + garis putih (White group 155D) Warna lidah bunga : Oranye-merah (Oranye red group 33A) + (red group 46A) + kuning (Yellow group 4D) Keadaan tepi bunga : Keriting Letak bunga pada tangkai : Tegak Susunan bunga mekar : Simetris Kerapatan bunga mekar : Rapat, antarkuntum bunga saling bersentuhan Diameter bunga mekar : 10,0-11,5 cm Jumlah bunga per tangkai : 10-15 kuntum Ukuran tangkai bunga : Panjang 85,0-115, 0 cm, diameter 0,8-1,2 cm Warna tangkai bunga : Hijau (green group 143 B) bintik merah (red-purple group 56A) Bentuk subang : Pipih berkerut sedang Diameter subang : 2,5-7 cm Warna subang : Kuring oranye (Yellow orange group 15A) Berat subang : 10-50 g Masa dormansi : 2,5-3 bulan Warna anak subang : Kuning (Yellow 4D) Hasil bunga : 1-2 tangkai/tanaman/musim tanam Hasil subang : 1-3 subang/tanaman/musim tanam Hasil anak subang : 5-20 anak subang/tanaman/musim tanam Bunga mekar serentak : 3-7 kuntum Lama kesegaran bunga : 4 hari setelah dipotong 10-15 hari di lapangan Keterangan : Beradapatasi dengan baik pada ketinggian 600-1.400 m dpl Identitas populasi induk : Tanaman milik Balai Penelitian Tanaman Hias Nomor pop[ulasi induk : 050010320 Pengusul : Balai Penelitian Tanaman Hias Peneliti : Dedeh Siti Badriah, Toto Sutater, Risna Sri Rahayu, dan Erlina Setiawati Gambar 6. Gentina 22

iptek hortikultura PUSTAKA 1. Badriah, D.S. 1995. Botani dan Ekologi Gladiol. Dalam A. Muharam, T. Sutater, Sjaifullah dan S. Kusumo (Eds.). Gladiol. Balai Penelitian Tanaman Hias, Jakata. p. 3-10. 2., A.H. Permadi, T. Sutater, D. Herlina, dan I Djatnika. 2000. Gladiol Dayang Sumbi. J. Hort. 9(4):385-389. 3., T. Sutater dan R. S. Rahayu. 2007. Kualitas Bunga dan Produktivitas Subang Beberapa Kultivar Introduksi Gladiol Selama Dua Generasi Tanam. J. Hort. (Edisi Khusus) : 183-188. 4. Komar, D. dan K. Effendie. 1995. Agroekonomi Gladiol dalam A. Muharam, T. Sutater, Sjaufullah, dan S. Kusuma (Eds.) Gladiol. Balai Penelitian Tanaman Hias. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. Hlm. 21-28 5. Wilfret, G. J. 1992. Gladiolus. Dalam: Larson, R.A., (Ed) Introduction to Floriculture. New York- London: Acad Press. Inc. p. 143-157. 6. Wuryaningsih, S., D.S. Badriah, dan N. Solvia. 2004. Evaluasi Pertumbuhan dan Daya Hasil Beberapa Klon Terpilih Gladiol. Prosiding Seminar Nasional Florikultura/Membangun Industri Florikultura yang Berdaya Saing melalui Penerapan Inovasi Teknologi Berbasis Potensi Nasional. Balai Penelitian Tanaman Hias. Bogor, 4-5 Agustus 2004. Hlm. 197-206. Badriah, D.S. Balai Penelitian Tanaman Hias Jl. Raya Ciherang-Segunung, Pacet, Kotak Pos 8 Sdl Cianjur 43253 23