KARAKTERISASI VARIETAS UNGGUL SEDAP MALAM DIAN ARUM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KARAKTERISASI VARIETAS UNGGUL SEDAP MALAM DIAN ARUM"

Transkripsi

1 Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi KARAKTERISASI VARIETAS UNGGUL SEDAP MALAM DIAN ARUM Donald Sihombing 1), Suskandari Kartikaningrum 2) danwahyu Handayati 1) 1). BPTP Jawa Timur, Jl. Raya Karangploso Km 4 Malang, donaldsiltoru@yahoo.com 2). Balai Penelitian Tanaman Hias, PO Box 8 Sdl Cipanas ABSTRAK Sedap malam merupakan salah satu tanaman hias yang populer. Namun ketersediaan varietas unggul yang sudah dilepas sangat sedikit, sehingga pilihan konsumen menjadi terbatas. Berkaitan dengan masalah tersebut, setelah melalui proses seleksi rumpun induk tunggal dan uji obeservasi, dari kultivar lokal Cianjur diperoleh satu klon harapan dan telah dilepas oleh Menteri Pertanian sebagai varietas unggul baru dengan SK Pelepasan No. 613/Kpts/SR.120/5/2008. Keunggulan varietas tersebut ditunjukkan oleh warna dan bentuk bunga yang manarik, malai panjang, tangkai kekar, aroma bunga harum dan memiliki masa kesegaran dalam vas yang cukup lama (4 sampai 6 hari) serta agak tahan terhadap penyakit bercak daun (Xanthomonas sp.) Kata kunci Sedap malam, varietas unggul, pelepasan, Dian Arum, karakterisasi PENDAHULUAN Sedap malam (Polianthes tuberosa) merupakan salah satu tanaman hias yang populer (Dwiatmini et al., 1994) dan penting baik dari aspek estetika dan nilai komersial (Asif et al., 2001). Permintaan bunga sedap malam cukup tinggi, meskipun pola permintaannya cenderung tidak menentu (Effendie, 1994). Sentra produksi bunga sedap malam di Indonesia adalah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan jumlah petani cukup banyak dan areal pertanaman cukup luas dibandingkan dengan propinsi lainnya (Djatnika dan Rahardjo, 1996; Djatnika, 1997). Luas areal pertanaman sedap malam di Indonesia pada tahun 2006 mencapai 549,34 ha (Anonim, 2009), sementara di kabupaten Cianjur sebagai salah satu sentra produksi bunga sedap malam di Jawa Barat mencapai 35,15 ha (Djatnika dan Rahardjo, 1996). Keragaman warna dan bentuk bunga sedap malam sangat terbatas. Warna bunganya hanya putih dengan sedikit perbedaan ada tidaknya semburat berwarna pink di bagian ujung petal bunga. Berdasarkan pengamatan langsung di lapang menunjukkan bahwa jenis dan tipe bunga sedap malam hanya dapat dibedakan berdasarkan jumlah lapisan petal yakni bunga tunggal yang memiliki satu lapis petal, semi ganda dengan 2-3 lapis dan bunga ganda yang memiliki lebih dari 3 lapis petal. Bunga tunggal memiliki petal 5 helai, tipe semi ganda antara helai dan tipe ganda antara helai (Sihombing et al., 2010). Program pemuliaan untuk menciptakan varietas baru pada tanaman sedap malam sampai saat ini masih langka (Djatnika, 1997). Namun peluang menciptakan varietas baru sedap malam melalui persilangan sangat kecil, karena keberhasilan persilangan yang sangat kecil yaitu 0.05 % (Haryanto et al., 1997). Hal tersebut dipengaruhi oleh persilangan sedap malam yang sangat terbatas dan hanya dapat dilakukan antara bunga

2 Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi tunggal dengan bunga ganda; serta hanya bisa dilakukan searah, karena pada bunga ganda tidak memiliki pollen. Salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk memperoleh varietas unggul adalah seleksi terhadap kultivar lokal atau varietas introduksi yang telah lama beradaptasi di suatu lingkungan tertentu dan atau telah dianggap sebagai varietas lokal. Untuk memperoleh varietas unggul baru sedap malam dapat dilakukan melalui seleksi tanaman induk tunggal atau rumpun induk tunggal. Sedap malam kultivar Cianjur merupakan jenis sedap malam yang sudah lama beradaptasi dan dibudidayakan di daerah Cianjur Jawa Barat serta sudah dianggap sebagai kultivar lokal. Kultivar ini termasuk bunga ganda dan merupakan jenis yang paling banyak diperdagangkan sebagai bunga potong terutama di Jawa Barat dan DKI Jakarta. Berkaitan dengan hal tersebut, agar tersedia alternatif pilihan varietas bagi petani dalam pengembangan usaha budidaya sedap malam sesuai preferensi konsumen serta mendukung pengembangan industri florikultura nasional khususnya budidaya sedap malam yang berbasis pada potensi daerah, maka setelah melalui proses seleksi dan uji observasi, sedap malam kultivar Cianjur tersebut telah dilepas sebagai varietas unggul baru dengan nama Dian Arum dengan SK pelepasan oleh Menteri Pertanian No. 613/Kpts/SR.120/5/2008. METODE Asal usul varietas Sedap malam berasal dari Mexico dan sampai ke pulau Jawa diperkirakan tahun 425 (Becker, 1968). Sementara di daerah Cianjur diperkirakan sudah lama dibudidayakan, sehingga telah dianggap sebagai kultivar lokal. Seleksi individu dilakukan terhadap populasi kultivar lokal sedap malam berbunga ganda tersebut di lahan petani di Desa Mayak Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur Jawa Barat, sehingga diperoleh rumpun induk tunggal terseleksi. Pada tahap awal dipilih sepuluh rumpun tanaman dari populasi alami sedap malam (tanaman petani). Kemudian umbi dari setiap rumpun ditanam dalam barisan terpisah. Selanjutnya dilakukan seleksi secara klonal melalui observasi terhadap turunan rumpun induk tunggal dan diperoleh satu klon terpilih (calon varietas) yang memiliki penampilan terbaik. Setelah melalui pengujian dan observasi dilepas sebagai varietas unggul baru dengan nama Dian Arum. Kriteria dan Cara Seleksi Untuk mendapatkan klon harapan didasarkan pada beberapa kriteria seleksi yaitu warna bunga cerah, aroma bunga harum, tangkai bunga lurus dan kekar, periode kesegaran bunga dalam vas lama, relatif tahan terhadap hama dan penyakit serta memiliki penampilan bunga yang kompak dan menarik. Seleksi awal dilakukan di areal pertanaman sedap malam petani. Dari pertanaman yang ada ditentukan sekitar 25 % dari populasi tanaman sebagai area pengambilan rumpun tanaman terseleksi. Kemudian area pengambilan diperkecil menjadi 10 persen dan akhirnya menjadi 1 %. Dari populasi 1 % tersebut diambil 10 2

3 Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi rumpun tanaman yang memiliki penampilan fenotipik yang homogen dan dianggap telah mewakili populasi sedap malam di desa Mayak Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur. Setelah diperbanyak dengan umbi, dilanjutkan dengan seleksi secara klonal terhadap turunan masing masing rumpun induk tunggal. Satu klon terpilih diperbanyak secara vegetatif yakni dengan cara menanam umbinya, sehingga diperoleh jumlah umbi yang memadai sebagai bahan uji observasi dengan ukuran yang seragam (berdiameter antara 1,5 2,5 cm). Pengujian dan Observasi Pengujian dan observasi dilaksanakan di Desa Cugenang, Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur (400 m dpl) sejak tahun 2004 sampai Bahan tanaman berupa umbi yang berasal dari tanaman yang telah berumur satu tahun. Ukuran umbi antara 1,5 2,5 cm (berukuran sedang) dan telah dikeringanginkan selama 2 minggu. Pengujian menggunakan metode observasi terhadap karakter kuantitatif dan kualitatif dari klon terpilih dan dibandingkan dengan varietas Roro Anteng (asal Pasuruan) yang telah dilepas lebih dahulu pada tahun 2003 oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur. Tanah diolah sebelum tanam dan dihaluskan terlebih dahulu serta dibuat guludan dengan ukuran 1,5 x 2,5 m dan tinggi 25 cm. Kemudian diberi pupuk kandang kotoran ayam sebanyak 30 kg/m 2. Umbi sedap malam ditanam dalam lubang yang telah ditugal terlebih dahulu dengan jarak tanam 25 x 30 cm. Jumlah populasi per petak sebanyak 50 tanaman. Setelah tunas tumbuh atau berumur 3 minggu setelah tanam, kemudian dipupuk dengan NPK dengan dosis 200 kg/ha. Pemupukan dengan NPK diulang kembali dengan interval 3 bulan dan pupuk kandang diulang kembali dengan interval 3 4 bulan. Untuk pemeliharaan dilakukan penyiangan dan pengairan secara berkala atau sesuai dengan kebutuhan tanaman. Observasi meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang dan diameter tangkai bunga, panjang dan diameter malai, jumlah dan ukuran mahkota bunga, warna mahkota bunga, jumlah kuntum, diameter bunga kuncup dan bunga mekar, produksi bunga dan lama kesegaran bunga dalam vas serta penampilan bunga secara keseluruhan dan intensitas penyakit bercak daun yang disebabkan oleh Xanthomonas. Penentuan warna didasarkan pada color chart The Royal Horticultural Society. Intensitas penyakit dihitung berdasarkan Djatnika dan Rahardjo (1998) dengan rumus sebagai berikut ( nxv) I(%) x100%..(1) ZxN dimana I = Intensitas penyakit bercak daun yang disebabkan Xanthomonas sp., n = jumlah daun dari setiap kategori serangan, v = nilai skala setiap kategori serangan (0 = tidak ada serangan; 1 = luas daun terserang 1 25 %; 2 = luas daun terserang %; 3 = luas daun terserang %; 4 = luas daun terserang %), Z = nilai skala dari kategori serangan tertinggi, dan N = jumlah daun yang diamati. Berdasarkan intensitas penyakit tersebut ditentukan tingkat ketahanan tanaman sedap malam terhadap penyakit

4 Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi bercak daun dengan kriteria sebagai berikut 0 = imun, 1 10 % = tahan, % = agak tahan, % = agak rentan, % = rentan dan > 60 % = sangat rentan. HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan karakter kuantitatif varietas Dian Arum Secara umum varietas Dian Arum memiliki postur tanaman yang sama dengan varietas Roro Anteng. Varietas ini memiliki jumlah anakan cukup banyak mencapai 10,5 sampai 15,5 anakan. Hal tersebut secara langsung akan berdampak pada produksi bunga potong yang lebih tinggi. Menurut Sarwana dan Wasito (1998) bahwa semakin banyak jumlah anakan per rumpun, maka produksi bunga per rumpun akan makin tinggi. Panjang tangkai merupakan salah satu kriteria yang mempengaruhi preferensi konsumen dan harga jual bunga sedap malam (Amiarsih et al., 2004). Lebih lanjut dikemukakan bahwa konsumen tanaman hias pada umumnya menginginkan panjang tangkai bunga potong lebih dari 75 cm. Panjang tangkai bunga pada varietas Dian Arum mencapai 112,5 131,2 cm, sehingga telah memenuhi kriteria tersebut. Sementara varietas Roro Anteng yang memiliki tangkai bunga yang lebih panjang sekitar 163,2 179,2 cm (Tabel 1). Selanjutnya berdasarkan kriteria Misra (2010) bahwa ukuran tangkai Dian Arum tersebut termasuk kelas panjang. Dian Arum juga memiliki tangkai bunga tidak begitu besar tetapi kekar, sehingga sangat cocok digunakan dalam rangkaian bunga dalam vas besar maupun kecil. Kekekaran dan panjang tangkai bunga sedap malam merupakan salah satu kriteria yang menentukan preferensi konsumen apabila digunakan sebagai bunga potong (Ramachandrudu dan Thangam, 2009). Menurut Misra (2010) bahwa panjang malai kelas medium sekitar 30 cm dan kelas panjang antara cm. Sementara hasil pengukuran malai varietas Dian Arum mencapai 43,2-62,5 cm (Tabel 1). Dengan demikian Dian Arum dapat dikategorikan sebagai kelas panjang. Jumlah petal merupakan bagian bunga yang berpengaruh terhadap tipe bunga sedap malam (Sihombing, 2010). Varietas Dian Arum memiliki cukup banyak petal berkisar antara 18 sampai 25 helai dan berbeda dengan varietas Roro Anteng yang memiliki petal sebanyak helai (Tabel 1). Jumlah petal tersebut merupakan salah satu karakter utama yang membedakan varietas Dian Arum dengan Roro Anteng. Varietas Dian Arum dikategorikan sebagai bunga ganda dan Roro Anteng dikategorikan sebagai bunga semi ganda (Tabel 2). Menurut Misra (2010) bahwa bunga ganda seperti Dian Arum lebih cocok digunakan untuk rangkaian bunga. Jumlah petal yang lebih banyak pada varietas Dian Arum juga akan membuat penampilan bunga menjadi rumpuk dan kompak, sehingga dapat memperindah penampilan dari rangkaian bunga. Varietas Dian Arum memiliki petal yang cukup tebal berkisar 1,0 1,1 mm dan tidak berbeda dengan varietas Roro Anteng. Ketebalan petal berpengaruh terhadap periode kesegaran bunga (Darliah et al., 2004). Semakin tebal petal, maka periode kesegaran bunga akan makin lama. 4

5 Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi Tabel 1. Rata-Rata Pengamatan Karakter Kuantitatif Varietas Dian Arum Dan Pembanding Varietas Roro Anteng Varietas Karakter Dian Arum Roro Anteng Tinggi tanaman (cm) 43,5 52,1 45,2 55,6 Jumlah anakan 10,5 15,5 11,3 14,7 Panjang tangkai bunga (cm) 112,5 131,2 163,2 179,2 Diameter tangkai bunga (cm) 1,1 1,3 1,3 1,6 Panjang malai (cm) 43,2 62,5 52,0 58,4 Diameter malai (cm) 3,01 3,05 2,7 3,0 Diameter bunga kuncup (cm) 1,0 1,5 1,0 1,2 Diameter bunga mekar (cm) 3,4 4,9 3,6 4,5 Jumlah helaian petal bunga Tebal helaian petal bunga (mm) 1,0 1,2 1,0 1,1 Jumlah kuntum/tangkai malai bunga Produksi bunga (tangkai/rumpun/ tahun) Lama kesegaran bunga (hari) Intensitas penyakit bercak daun (%) 8,5 17,3 25,3 49,5 Ketahanan terhadap penyakit bercak daun Agak tahan Rentan Jumlah kuntum bunga varietas Dian Arum cukup banyak berkisar antara 42 sampai 62 buah atau 21 sampai 31 pasang (Tabel 1). Sementara menurut Steenstra and Brundell (1986) bahwa dalam perdagangan bunga sedap malam, standar minimum jumlah kuntum adalah 10 pasang atau 20 kuntum bunga per malai. Dengan demikian jumlah kuntum bunga varietas Dian Arum telah memenuhi standar tersebut. Di samping itu, dengan jumlah kuntum bunga yang banyak tersebut, maka tangkai malai bunga tertutup dengan rapat. Hal tersebut lebih memperindah penampilan bunga secara keseluruhan. Jika dibandingkan dengan varietas Roro Anteng, maka Dian Arum memiliki jumlah kuntum bunga yang lebih banyak (Gambar 1). Produksi bunga sedap malam pada klon Dian Arum cukup tinggi mencapai 2-3 tangkai per rumpun per tahun atau setara dengan 20 sampai 27 tangkai bunga per m 2 (Tabel 1). Hasil tersebut lebih tinggi dari laporan Sarwana (2009) yang menunjukkan rata-rata 15,09 tangkai bunga/m 2 /tahun. Dengan potensi produksi bunga seperti itu, varietas ini memiliki harapan yang cerah untuk dikembangkan lebih lanjut oleh petani tanaman sedap malam. Dian Arum Roro Anteng Gambar 1. Perbedaan penampilan varietas Dian Arum dan Roro Anteng

6 Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi Salah satu karakter yang menjadi perhatian konsumen adalah periode kesegaran bunga dalam vas. Konsumen umumnya menginginkan periode kesegaran yang lama. Pada varietas Dian Arum periode kesegarannya cukup baik yakni lebih dari 4 sampai 6 hari. Periode kesegaran ini hampir sama dengan pembanding (varietas Roro Anteng). Intensitas dan ketahanan terhadap penyakit bercak daun Salah satu penyakit penting pada sedap malam adalah penyakit bercak daun yang disebabkan oleh Xanthomonas sp. (Djatmika dan Rahardjo, 1996; Djatnika dan Rahardjo, 1998). Hasil pengamatan selama pertumbuhan tanaman tampak bahwa intensitas penyakit tersebut pada varietas Dian Arum berkisar 8,5 sampai 17,3 % lebih rendah dibanding Roro Anteng yang berkisar antara 25,3 sampai 49,5 %. Berdasarkan intensitas penyakit tersebut, maka varietas Dian Arum dapat diklasifikasikan sebagai tanaman yang agak tahan terhadap penyakit bercak daun. Sementara varietas Roro Anteng diklasifikasikan sebagai tanaman yang rentan terhadap penyakit tersebut. Dengan demikian varietas ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu salah satu alternatif pengendalian penyakit bercak daun pada sedap malam yang sangat merugikan terutama pada musim hujan. Keragaan karakter kualitatif Warna bunga Warna bunga varietas Dian Arum terutama pada bagian kelopak bunga menunjukkan perbedaan dengan Roro Anteng (Tabel 2). Warnanya putih kehijaun dan bagian ujung kuntum bunga yang masih menguncup sedikit kemerahan (pink), sedangkan varietas Roro Anteng memiliki warna putih kapas dengan bagian ujung sedikit kemerahan (Tisnawati, 2007). Tabel 2. Hasil pengamatan karakter kualitatif varietas Dian Arum dan Roro Anteng Karakter (character) Varietas (varieties) Dian Arum Roro Anteng Warna daun bagian atas Green 143 C Green 139 C Warna daun bagian bawah Green 139 C Green 138 B Warna sepal Yellow green 149 D White 157 D Warna petal White 155 C White Aroma bunga Sangat Harum Harum Tipe bunga Ganda Semi ganda Penampilan keseluruhan Susunan kuntum bunga teratur, rapat dan kompak, tangkai bunga lurus dan kekar Susunan kuntum bunga teratur, kurang rapat, tangkai bunga lurus dan kurang kekar Aroma bunga Hasil uji aromatik oleh 30 orang panelis menunjukkan bahwa 80 % dari panelis menilai bahwa Dian Arum memiliki aroma yang lebih harum dan disukai panelis dibanding Roro Anteng. Hal ini sejalan dengan Suyanti (2002) bahwa konsumen bunga sedap malam menginginkan aroma bunga yang harum. 6

7 Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi Penampilan bunga Penampilan bunga varietas Dian Arum secara keseluruhan cukup baik dengan susunan kuntum yang teratur dan kompak, sehingga bagian tangkai malai bunga tertutupi. Demikian juga tangkai bunga yang lurus dan kekar (kaku), sehingga mudah ditancapkan saat merangkai bunga dalam vas baik vas besar maupun vas kecil. Hal ini juga akan mempercantik penampilan bunga secara keseluruhan (Tabel lampiran 1). KESIMPULAN 1. Varietas Dian Arum memiliki warna sepal putih kehijauan dengan ujung kemerahan, petal putih, aroma bunga yang harum, jumlah kuntum bunga banyak dan tersusun teratur, kesegaran bunga lama, tangkai bunga lurus dan kekar serta agak tahan terhadap penyakit bercak daun yang disebabkan oleh Xanthomonas sp. 2. Penampilan bunga varietas Dian Arum secara keseluruhan kompak dan menarik. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan terima kasih kepada Sdr. Nandang dan Asep Samsudin, teknisi pada Balai Penelitian Tanaman Hias yang telah membantu pelaksanaan kegiatan ini. DAFTAR PUSTAKA Amiarsi, D., Yulianingsih dan S. Sabari Karakterisasi mutu untuk bahan penyusunan standar mutu bunga sedap malam. Prosiding Seminar Nasional Florikultura Bogor, 4-5 Agustus Anonim, Luas Panen Tanaman Hias di Indonesia Tahun http// Unduh 24 Maret Asif, M., M., Qosim and M. Mustafa, Effect of Planting Dates on Growth, Flowering and Corm Characteristics of Tuberose (Polianthes tuberosa) cv. Single. International Journal Agriculture And Biology 3 (4) Becker Flora of Java. Groningen. The Netherland. Darliah, W. Handayati, Maryam Abn dan D. Kurniasih Keragaan hasil dan kualitas bunga klon-klon mawar potong. Jurnal Hortikultura 14 (Edisi Khusus) Djatnika, I Efisiensi sistem produksi dan usahatani sedap malam (Polianthus tuberosa L.). Monograf Sedap Malam. Balai Penelitian Tanaman Hias. Jakarta. Djatnika I dan I.B. Rahardjo Inventarisasi penyakit penting tanaman sedap malam. Jurnal Hortikultura 6 (3) Studi epidemiologi penyakit bercak daun pada tanaman sedap malam. Jurnal Hortikultura 7 (4) Dwiatmini, K., D. Herlina dan S. Wuryaningsih Inventarisasi dan karakterisasi beberapa jenis bunga potong komersial di pasaran bunga Cipanas, Lembang, Bandung dan Jakarta. Buletin Penelitian Tanaman Hias 2 (1) 7 18

8 Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi Effendie, K Tataniaga dan perilaku konsumen bunga potong. Buletin Penellitian Tanaman Hias 2 (2) Haryanto, B., D.S. Badriyah dan L. Sanjaya Pemuliaan varietas sedap malam melalui hibridisasi dan poliploidisasi. Laporan Hasil Penelitian. Balithi Jakarta (tidak dipublikasikan). Misra, R Gogrees Farm tuberose basics. http// unduh 15 Oktober Nurmalinda, D. Herlina dan Satsijati Studi diagnostik eksploratif perkembangan tanaman hias potensial. Jurnal Hortikultura 14 (Edisi khusus) Ramachandrudu, K. and M. Thangam Performance of tuberose (Polianthes tuberose L.) in Goa. Journal Horticulture Science 4 (1) Sarwana, R.T. dan A. Wasito Kultur teknis untuk meningkatkan produksi dan kualitas bunga sedap malam. Risalah Seminar Nasional Tanaman Hias. Balai Penelitian Tanaman Hias , Ragam bunga sedap malam di Indonesia. Warta Penelitian Pertanian 31 (5) Sihombing, D., M.C. Mahfud dan W. Handayati Keragaan Pertumbuhan, Produksi dan Penampilan Bunga Beberapa Genotip Sedap Malam Di Dataran Sedang Malang. Makalah dalam Seminar Nasional dan Kongres III Komda Sumber Daya Genetik Se-Indonesia. Surabaya, 3 5 Agustus Suyanti Teknologi Pasca Panen Bunga Sedap Malam. Jurnal Litbang Pertanian. 21 (1) Tisnawati, Karakterisasi bunga sedap malam (Polianthes tuberosa) asal Pasuruan, Jawa Timur. Buletin Teknik Pertanian 12 (1) Lampiran 1. Deskripsi varietas Dian Arum Karakter Asal Silsilah Golongan varietas Tinggi tanaman Lebar tajuk Bentuk tanaman Bentuk daun Ukuran daun Tepi daun Bentuk ujung daun Permukaan daun Warna daun bagian atas Warna daun bagian bawah Susunan daun Uraian Mayak - Cianjur/Balai Penelitian Tanaman Hias Seleksi rumpun induk tunggal kultivar Cianjur Klon 44,5 55,2 cm 69,5 75,2 cm Tegak Panjang pipih, terdapat lekukan pada urat daun di bagian tengah Panjang 48,2 75,2 cm; lebar 1,4 2,0 cm Rata, tidak berduri dan tidak bergelombang Lancip Rata, berlilin dan berbintik merah pada pangkal daun Hijau (Green group 143 C) Hijau (Green group 139 C) Berselang-seling 8

9 Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi Umur berbunga Umur mulai panen Bentuk bunga Warna kelopak bunga Warna mahkota bunga Jumlah lapis mahkota bunga Jumlah helaian mahkota bunga Ukuran mahkota bunga Ketebalan mahkota bunga Diameter bunga kuncup Diameter bunga mekar Ukuran tangkai bunga Warna tangkai bunga Ukuran malai bunga Jumlah bunga per tangkai Aroma bunga Lama kesegaran bunga Susunan kuntum bunga Jumlah bunga per ruas Jumlah ruas bunga Jumlah anakan per rumpun Warna ujung umbi Warna pangkal umbi Ukuran umbi Hasil umbi Hasil bunga Ketahanan terhadap penyakit 18 minggu 25 minggu setelah tanam minggu setelah tanam Seperti terompet Hijau kekuningan (Yellow green 149 D) Putih (White 155 C) 3 5 lapis Panjang 2,5 3,6 cm; Lebar 1,1 1,6 cm 1,0-1,2 mm 1,0 1,2 cm 2,5 5,4 cm Panjang 107,2 132,5 cm, diameter 1,2 1,4 cm Hijau (Green 141 C) Panjang 45, cm, diameter 2,6-3.9 cm kuntum Harum 4 6 hari setelah potong Berselang-seling pada tangkai bunga 2 kuntum anakan Putih (white 155A) Coklat (brown 200 A) Panjang 1,4 4,5 cm, diameter 0,5 5,1 cm 19,7-22,7 umbi/rumpun/tahun 1 3 tangkai/rumpun/tahun bercak daun Xanthomonas sp. Agak tahan Sifat-sifat khusus Aroma bunga harum; tangkai bunga panjang, lurus dan kekar; agak tahan penyakit bercak daun Keterangan Beradaptasi dengan baik pada ketinggian m

KAJIAN KERAGAAN PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN PENAMPILAN BUNGA BEBERAPA VARIETAS DAN GENOTIP SEDAP MALAM DI DATARAN MEDIUM

KAJIAN KERAGAAN PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN PENAMPILAN BUNGA BEBERAPA VARIETAS DAN GENOTIP SEDAP MALAM DI DATARAN MEDIUM KAJIAN KERAGAAN PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN PENAMPILAN BUNGA BEBERAPA VARIETAS DAN GENOTIP SEDAP MALAM DI DATARAN MEDIUM Donald Sihombing, Wahyu Handayati dan R.D. Indriana Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

Pengembangan Potensi Sedap Malam dari Jawa Timur

Pengembangan Potensi Sedap Malam dari Jawa Timur Pengembangan Potensi Sedap Malam dari Jawa Timur Donald Sihombing, PER Prahardini, Wahyu Handayati, dan Tri Sudaryono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur Jln. Raya Karangploso Km 4 PO

Lebih terperinci

KAIFA, CLARA, FATIMAH, DAN GENTINA Gladiol merah balithi

KAIFA, CLARA, FATIMAH, DAN GENTINA Gladiol merah balithi iptek hortikultura KAIFA, CLARA, FATIMAH, DAN GENTINA Gladiol merah balithi Gladiol merupakan salah satu bunga potong yang sudah lama dikenal di Indonesia. Sentra produksi bunga ini di Pulau Jawa tersebar

Lebih terperinci

KAJIAN KERAGAAN PERTUMBUHAN TANAMAN DAN KUALITAS BUNGA VARIETAS UNGGUL BARU KRISAN BUNGA POTONG PADA DUA MACAM KERAPATAN TANAM

KAJIAN KERAGAAN PERTUMBUHAN TANAMAN DAN KUALITAS BUNGA VARIETAS UNGGUL BARU KRISAN BUNGA POTONG PADA DUA MACAM KERAPATAN TANAM KAJIAN KERAGAAN PERTUMBUHAN TANAMAN DAN KUALITAS BUNGA VARIETAS UNGGUL BARU KRISAN BUNGA POTONG PADA DUA MACAM KERAPATAN TANAM Wahyu Handayati BPTP Jawa Timur, Jl. Raya Karangploso KM 4, PO Box 188 Malang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Varietas Asal yang Digunakan. : Pita : 5.85 kurang lebih 1.36 cm. : 227 kurang lebih helai

Lampiran 1. Deskripsi Varietas Asal yang Digunakan. : Pita : 5.85 kurang lebih 1.36 cm. : 227 kurang lebih helai LAMPIRAN Lampiran 1. Deskripsi Varietas Asal yang Digunakan a. Puspita Nusantara Tahun : 2002 Asal Persilangan Diameter Batang Diameter Bunga Diameter Bunga Tabung Jumlah Bunga Jumlah Bunga Tabung : Tawn

Lebih terperinci

iptek hortikultura VIOLETA

iptek hortikultura VIOLETA iptek hortikultura VIOLETA Ê» «²¹¹«² ««³ ± ¾ ¼ ¼ Î ¾ Anthurium merupakan salah satu tanaman yang tergolong dalam famili Araceae dan sangat potensial dikembangkan sebagai tanaman hias. Selain sebagai bunga

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541 Asal : Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Silsilah : Gondok x

Lebih terperinci

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 KENTANG (Disarikan dari PPPVH 2004) Direktorat Perbenihan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura I. UJI ADAPTASI 1. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45

Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Hingga saat ini varietas unggul mangga di Indonesia yang telah dilepas sebanyak 32 varietas. Dari 32 varietas unggul tersebut, 14 varietas berasal dari

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 171/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN DUKU PRUNGGAHAN TUBAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 171/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN DUKU PRUNGGAHAN TUBAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 171/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN DUKU PRUNGGAHAN TUBAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

BUNGA POTONG TROPIS YANG DIRILIS BALITHI

BUNGA POTONG TROPIS YANG DIRILIS BALITHI BUNGA POTONG TROPIS YANG DIRILIS BALITHI Indonesia dikenal di dunia sebagai sumber plasma nutfah tanaman hias tropis terutama anggrek. Dua pertiga spesies anggrek di dunia terdapat di Indonesia. Kalimantan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 339/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU AIR DEGUS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 339/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU AIR DEGUS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 339/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU AIR DEGUS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 515/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN MELATI RATOH EBUH SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 515/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN MELATI RATOH EBUH SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 515/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN MELATI RATOH EBUH SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

Tinggi tongkol : cm : Menutup tongkol cukup baik

Tinggi tongkol : cm : Menutup tongkol cukup baik 42 Lampiran 1. Deskripsi Varietas Jagung Hibrida BISI-18 Nama varietas : BISI-18 Tanggal dilepas : 12 Oktober 2004 Asal : F1 silang tunggal antara galur murni FS46 sebagai induk betina dan galur murni

Lebih terperinci

METODA BAKU UJI ADAPTASI DAN UJI OBSERVASI

METODA BAKU UJI ADAPTASI DAN UJI OBSERVASI LAMPIRAN 1 PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 5 Oktober 2011 METODA BAKU UJI ADAPTASI DAN UJI OBSERVASI I. UMUM. A. Latar belakang Dalam rangka pelepasan suatu varietas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Gladiol 2.1.1 Taksonomi Tanaman Gladiol Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut : Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Pteropsida

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium dan kebun percobaan Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) Segunung, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Tempat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 45 V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Sentra Penanaman Anggrek Dendrobium Bunga Potong di Indonesia Dendrobium merupakan salah satu genus dalam famili Orchidaceae yang dapat tumbuh di dataran rendah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 345/Kpts/SR.120/9/2005 TENTANG PELEPASAN CABAI RAWIT HIBRIDA DEWATA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 345/Kpts/SR.120/9/2005 TENTANG PELEPASAN CABAI RAWIT HIBRIDA DEWATA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 345/Kpts/SR.120/9/2005 TENTANG PELEPASAN CABAI RAWIT HIBRIDA DEWATA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

Bunga lili termasuk bunga potong yang memiliki nilai

Bunga lili termasuk bunga potong yang memiliki nilai Buletin 16 Teknik Pertanian Vol. 16, No. 1, 2011: 16-20 Abdul Muhit: Teknik pengujian tingkat suhu dan lama penyimpanan umbi terhadap pembungaan lili TEKNIK PENGUJIAN TINGKAT SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 491/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN SALISUN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 491/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN SALISUN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 491/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN SALISUN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

PERAKITAN VARIETAS SALAK :

PERAKITAN VARIETAS SALAK : PERAKITAN VARIETAS SALAK : SARI INTAN 48 : SK Mentan No.3510/Kpts/SR.120/10/2009 SARI INTAN 541 : SK Mentan No.3511/Kpts/SR.120/10/2009 SARI INTAN 295 : SK Mentan No.2082/Kpts/SR.120/5/2010 KERJASAMA ANTARA

Lebih terperinci

Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Genjah dan Unik

Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Genjah dan Unik Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Genjah dan Unik Agri Gardina 45 merupakan mangga hibrid yang terdaftar sebagai varietas unggul baru melalui SK Mentan No: 125/Kpts /SR.120/D.2.7/3/2014. Mangga ini dihasilkan

Lebih terperinci

Subdivisio : Angiospemae. : Monocotyledoneae. Spesies : Allium ascalonicum L.

Subdivisio : Angiospemae. : Monocotyledoneae. Spesies : Allium ascalonicum L. B. Pembahasan Pencandraan adalah teknik penggambaran sifat-sifat tanaman dalam tulisan verbal yang dapat dilengkapi dengan gambar, data penyebaran, habitat, asal-usul, dan manfaat dari golongan tanaman

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 340/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN DURIAN BIDO WONOSALAM SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 340/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN DURIAN BIDO WONOSALAM SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 340/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN DURIAN BIDO WONOSALAM SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

Blok I Blok II Blok III 30 cm

Blok I Blok II Blok III 30 cm Lampiran 1. Bagan Lahan Penelitian Blok I Blok II Blok III 30 cm P 0 V 1 P 3 V 3 P 2 V 1 T 20 cm P 1 V 2 P 0 V 1 P 1 V 2 U S P 2 V 3 P 2 V 2 P 3 V 1 B P 3 V 1 P 1 V 3 P 0 V 3 Keterangan: P 0 V 2 P 0 V

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Bunga gladiol yang berasal dari daratan Afrika Selatan ini memang sangat indah. Bunga ini simbol kekuatan, kejujuran, kedermawanan, ketulusan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 308/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU BOL GONDANG MANIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 308/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU BOL GONDANG MANIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 308/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU BOL GONDANG MANIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Perhitungan. Dosis Pupuk Ureaa tanaman tomat 125 kg/ha. Perhitungan kebutuhan pupuk per tanaman sebagai berikut:

LAMPIRAN. Lampiran 1. Perhitungan. Dosis Pupuk Ureaa tanaman tomat 125 kg/ha. Perhitungan kebutuhan pupuk per tanaman sebagai berikut: LAMPIRAN Lampiran 1. Perhitungan Dosis Pupuk Ureaa tanaman tomat 125 kg/ha Perhitungan kebutuhan pupuk per tanaman sebagai berikut: Jarak tanam = 60 cm x 50 cm = 3.000 cm 2 Luas 1 ha =.000.000 cm 2 Jumlah

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif.

MATERI DAN METODE Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif. III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2014 sampai dengan bulan April 2015, di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN SUSKA RIAU. 3.2.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 571/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGIS WANAYASA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 571/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGIS WANAYASA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 571/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGIS WANAYASA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 496/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN SAWO ASAHAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 496/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN SAWO ASAHAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 496/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN SAWO ASAHAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1 LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian Blok I Blok II Blok III TS 1 K TS 2 J TS 3 K TS 2 TS 1 J K J TS 3 TS 3 TS 2 TS 1 Keterangan : J : Jagung monokultur K : Kacang tanah monokultur TS 1 :

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 175/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI BESAR HIBRIDA PURWO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 175/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI BESAR HIBRIDA PURWO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 175/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI BESAR HIBRIDA PURWO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PENGARUH KERAPATAN TANAM DAN KUALITAS BENIH KRISAN BUNGA POTONG TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT KARAT DAN HAMA PENGGOROK DAUN

PENGARUH KERAPATAN TANAM DAN KUALITAS BENIH KRISAN BUNGA POTONG TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT KARAT DAN HAMA PENGGOROK DAUN PENGARUH KERAPATAN TANAM DAN KUALITAS BENIH KRISAN BUNGA POTONG TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT KARAT DAN HAMA PENGGOROK DAUN Wahyu Handayati dan D.Sihombing Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun Balai Benih Induk Hortikultura Provinsi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun Balai Benih Induk Hortikultura Provinsi 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun Balai Benih Induk Hortikultura Provinsi Lampung, desa Sekincau, Lampung Barat mulai dari bulan April 2012 sampai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 126/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI BESAR HIBRIDA EQUATOR SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 126/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI BESAR HIBRIDA EQUATOR SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 126/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI BESAR HIBRIDA EQUATOR SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 376/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 376/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 376/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA SL - SH SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA VARIETAS SL 8 SHS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini berlangsung sejak bulan September 2013 sampai dengan Juli 2014 di Desa Sotol Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan. 3.2. Bahan dan Alat Bahan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, DAN K TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA KULTIVAR GLADIOL (Gladiolus hybridus L.)

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, DAN K TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA KULTIVAR GLADIOL (Gladiolus hybridus L.) J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 74 Jurnal Agrotek Tropika 1(1):74-79, 2013 Vol. 1, No. 1: 74 79, Januari 2013 PENGARUH PEMUPUKAN N, P, DAN K TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA KULTIVAR GLADIOL (Gladiolus

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Penelitian P1(a) P4 (2) P3 (a) P1 (b) P5 (a) P4 (b) P3 (1) P3 (a) P5 (a) P4 (1) P2 (2) P3 (2) P1 (a) P4 (a) P2 (1) P4 (a) P1 (2) P3 (1) P4 (1) P3 (2) P4 (b) P2 (b) P4 (2) P2

Lebih terperinci

Peran Inovasi Vub Krisan Dalam Perkembangan Perbenihan Krisan di Bandungan

Peran Inovasi Vub Krisan Dalam Perkembangan Perbenihan Krisan di Bandungan Peran Inovasi Vub Krisan Dalam Perkembangan Perbenihan Krisan di Bandungan Yayuk A. Bety 1), Suhardi 1), dan M. Prama Yufdy 2) 1) Balai Penelitian Tanaman Hias, Jln. Raya Ciherang, Segunung, Pacet Cianjur

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herba termasuk

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herba termasuk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herba termasuk dalam famili Iridaceae. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk kedalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies yang termasuk kedalam genus Capsicum, termasuk diantaranya

Lebih terperinci

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun LAMPIRAN Lampiran 1. Skoring sifat dan karakter tanaman cabai 1. Tinggi tanaman : Tinggi tanaman diukur mulai dari atas permukaan tanah hingga ujung tanaman yang paling tinggi dan dinyatakan dengan cm.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG Resmayeti Purba dan Zuraida Yursak Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 191/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK SIEM KINTAMANI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 191/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK SIEM KINTAMANI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 191/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK SIEM KINTAMANI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

Kentang (Solanum tuberosum) merupakan sumber kalori

Kentang (Solanum tuberosum) merupakan sumber kalori TEKNIK PENGAMATAN PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK MAJEMUK DAN TUNGGAL PADA BEBERAPA VARIETAS KENTANG Engkos Koswara 1 Kentang (Solanum tuberosum) merupakan sumber kalori dan mineral yang penting bagi pemenuhan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Lay Out Penelitian Rancangan Acak Lengkap

LAMPIRAN. Lampiran 1. Lay Out Penelitian Rancangan Acak Lengkap LAMPIRAN Lampiran 1. Lay Out Penelitian Rancangan Acak Lengkap P2.1 P2.1 P2.1 P2.1 P0.2 P0.2 P0.2 P0.2 P3.2 P3.2 P3.2 P3.2 P1.3 P1.3 P1.3 P1.3 P0.1 P0.1 P0.1 P0.1 P4.1 P4.1 P4.1 P4.1 P4.3 P4.3 P4.3 P4.3

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Untuk Menghasilkan Bunga Krisan yang Berkualitas dan Berdaya Saing Secara Komersial

Teknologi Budidaya Untuk Menghasilkan Bunga Krisan yang Berkualitas dan Berdaya Saing Secara Komersial Teknologi Budidaya Untuk Menghasilkan Bunga Krisan yang Berkualitas dan Berdaya Saing Secara Komersial Krisan merupakan salahsatu bunga potong dengan nilai ekonomi yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan

Lebih terperinci

PRODUKSI BENIH SUMBER UBIKAYU

PRODUKSI BENIH SUMBER UBIKAYU PRODUKSI BENIH SUMBER UBIKAYU 1. Pemilihan Lokasi Tanah gembur, rata dan subur. Bukan endemik hama atau penyakit. Aman dari gangguan ternak dan pencurian. Bukan merupakan lahan bekas pertanaman ubi kayu.

Lebih terperinci

PENGARUH TUMPANGSARI SELADA DAN SAWI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA KULTIVAR GLADIOL (Gladiolus hybridus L.)

PENGARUH TUMPANGSARI SELADA DAN SAWI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA KULTIVAR GLADIOL (Gladiolus hybridus L.) J Agrotek Tropika ISSN 2337-4993 Sabtaki et al: Pengaruh Tumpangsari Selada dan Sawi 61 Vol 1, No 1: 61 65, Januari 2013 PENGARUH TUMPANGSARI SELADA DAN SAWI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA KULTIVAR

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga

Lebih terperinci

Lampiran 1. Bagan penelitian Ulangan I Ulangan II Ulangan III Ulangan IV

Lampiran 1. Bagan penelitian Ulangan I Ulangan II Ulangan III Ulangan IV Lampiran 1. Bagan penelitian Ulangan I Ulangan II Ulangan III Ulangan IV P0V1 P0V1 P0V1 P0V1 P1V1 P1V1 P1V1 P1V1 P2V1 P2V1 P2V1 P2V1 P3V1 P3V1 P3V1 P3V1 P4V1 P4V1 P4V1 P4V1 P0V2 P0V2 P0V2 P0V2 P1V2 P1V2

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Bagan Lahan Penelitian

Lampiran 1. Gambar Bagan Lahan Penelitian Lampiran 1. Gambar Bagan Lahan Penelitian Cabai Merah Cabai Merah + Bawang Merah Cabai Merah Cabai Merah + Bawang Merah Cabai Merah Cabai Merah + Bawang Merah Cabai Merah Cabai Merah + Bawang Merah Cabai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,

Lebih terperinci

Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Suplemen Majalah SAINS Indonesia Suplemen Majalah SAINS Indonesia Edisi Juni 2017 Edisi Juni 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesia Suplemen Agrotek Benih TSS Mampu Gandakan Produksi Bawang Merah Penggunaan benih TSS berhasil melipatgandakan

Lebih terperinci

Teknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam

Teknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam iptek hortikultura Teknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam Buah pepaya telah menjadi buah trend setter sejak beredarnya beberapa varietas

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 70/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN ALPUKAT PESAKO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 70/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN ALPUKAT PESAKO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 70/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN ALPUKAT PESAKO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 573/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN SALAK KRAMAT BANGKALAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 573/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN SALAK KRAMAT BANGKALAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 573/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN SALAK KRAMAT BANGKALAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Sumber : Lampiran SK Menteri Pertanian No.76/Kpts/SR.120/2/2007, tanggal 7 Pebruari 2007.

Sumber : Lampiran SK Menteri Pertanian No.76/Kpts/SR.120/2/2007, tanggal 7 Pebruari 2007. 76 Lampiran 1. Deskripsi varietas jagung hibrida Bima3 DESKRIPSI VARIETAS JAGUNG HIBRIDA BIMA3 Tanggal dilepas : 7 Februari 2007 Asal : Silang tunggal antara galur murni Nei 9008 dengan galur murni Mr14.

Lebih terperinci

Penyediaan Bibit untuk Budi Daya Tanaman Garut (Maranta arundinacea L.)

Penyediaan Bibit untuk Budi Daya Tanaman Garut (Maranta arundinacea L.) Penyediaan Bibit untuk Budi Daya Tanaman Garut (Maranta arundinacea L.) Tanaman garut (sering pula disebut irut atau patat merupakan tanaman yang menghasilkan umbi yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber

Lebih terperinci

Lampiran 2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST

Lampiran 2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST 38 Lampiran 1. Data Tinggi Tanaman (cm) 2 MST Jumlah Rataan V1 20.21 18.41 25.05 63.68 21.23 V2 22.19 22.80 19.40 64.39 21.46 V3 24.56 23.08 21.39 69.03 23.01 V4 24.95 26.75 23.08 74.78 24.93 V5 20.44

Lebih terperinci

MENGENAL ORSINA SEBAGAI VARIETAS BARU TANAMAN KUMIS KUCING

MENGENAL ORSINA SEBAGAI VARIETAS BARU TANAMAN KUMIS KUCING MENGENAL ORSINA SEBAGAI VARIETAS BARU TANAMAN KUMIS KUCING Agung Mahardhika, SP ( PBT Ahli Pertama ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan I. Pendahuluan Kumis kucing (Orthosiphon aristatus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

Kebutuhan pupuk kandang perpolibag = Kebutuhan Pupuk Kandang/polibag = 2000 kg /ha. 10 kg kg /ha. 2 kg =

Kebutuhan pupuk kandang perpolibag = Kebutuhan Pupuk Kandang/polibag = 2000 kg /ha. 10 kg kg /ha. 2 kg = LAMPIRAN 1 Perhitungan Kebutuhan Pupuk Kebutuhan pupuk kandang/ha = 2 ton Kebutuhan pupuk kandang/polibag Bobot tanah /polybag = Dosis Anjuran Massa Tanah Kebutuhan Pupuk Kandang/polibag = 2000 kg /ha

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Jalan Swadaya IV,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Jalan Swadaya IV, 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Jalan Swadaya IV, Gedung Meneng Bandar Lampung dari bulan Desember 2011 sampai bulan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 2 Tahun

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 2 Tahun PENGARUH UMUR SIMPAN BIBIT BAWANG MERAH VARIETAS SUPER PHILIP DAN RUBARU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN DI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN Yuti Giamerti dan Tian Mulyaqin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 182/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI KERITING HIBRIDA ONTARIO 145 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 182/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI KERITING HIBRIDA ONTARIO 145 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 182/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN CABAI KERITING HIBRIDA ONTARIO 145 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) termasuk dalam klasifikasi kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, sub-divisi Angiospermae, kelas Dicotiledonae, ordo Asterales,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN. 1. Skema Penelitian. Tahap 1. Persiapan Alat dan Bahan. Tahap 2. Pembuatan Pelet. Pengeringan ampas tahu.

LAMPIRAN-LAMPIRAN. 1. Skema Penelitian. Tahap 1. Persiapan Alat dan Bahan. Tahap 2. Pembuatan Pelet. Pengeringan ampas tahu. LAMPIRAN-LAMPIRAN 1 Skema Penelitian Tahap 1 Persiapan Alat dan Bahan Pengeringan ampas tahu Tahap 2 Pembuatan Pelet Pembuatan tepung darah sapi Pembuatan arang sabut Pengukuran Kadar Lengas Pelet NPK

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

Persilangan dan Seleksi untuk Mendapatkan Varietas Unggul Baru Mawar Potong Berwarna Merah

Persilangan dan Seleksi untuk Mendapatkan Varietas Unggul Baru Mawar Potong Berwarna Merah Darliah et al.: Persilangan dan Seleksi utk. Mendapatkan Varietas Unggul Baru... J. Hort. 20(2):103-110, 2010 Persilangan dan Seleksi untuk Mendapatkan Varietas Unggul Baru Mawar Potong Berwarna Merah

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong yang berpotensi untuk dibudidayakan secara intensif. Prospek agribisnis

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama dengan tanaman lain (tumpangsari atau

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit 20 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitan Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman hias mempunyai peran sangat penting dalam perdagangan komoditas pertanian dan akan selalu dibutuhkan oleh masyarakat. Menurut Sari (2008), komoditas agribisnis

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Penanam dan penggunaan

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura KERAGAAN VARIETAS KEDELAI DI KABUPATEN LAMONGAN Eli Korlina dan Sugiono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jl. Raya Karangploso Km. 4 Malang E-mail korlinae@yahoo.co.id ABSTRAK Kedelai merupakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 7 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penanaman di lapangan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan Darmaga Bogor. Kebun percobaan memiliki topografi datar dengan curah hujan rata-rata sama dengan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 305/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGA CENGKIR INDRAMAYU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 305/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGA CENGKIR INDRAMAYU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 305/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGA CENGKIR INDRAMAYU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) bukanlah tanaman asli Indonesia. Kedelai diduga berasal dari daratan China Utara atau kawasan subtropis. Kedelai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 513/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN APEL ANNA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 513/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN APEL ANNA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 513/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN APEL ANNA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015

PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015 PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015 DESKRIPSI VARIETAS LADA LADA VAR. NATAR 1 SK Menteri Pertanian nomor : 274/Kpts/KB.230/4/1988 Bentuk Tangkai

Lebih terperinci