EFEKTIVITAS SELEKSI DIMENSI TUBUH SAPI BALI INDUK WARMADEWI, D.A, IGL OKA DAN I N. ARDIKA

dokumen-dokumen yang mirip
KOMPARASI ESTIMASI PENINGKATAN MUTU GENETIK SAPI BALI BERDASARKAN SELEKSI DIMENSI TUBUHNYA WARMADEWI, D.A DAN IGN BIDURA

MAJALAH ILMIAH. Volume 20 Nomor 1 Februari 2017

Seleksi Awal Calon Pejantan Sapi Aceh Berdasarkan Berat Badan

SELEKSI YANG TEPAT MEMBERIKAN HASIL YANG HEBAT

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

KORELASI GENETIK DAN FENOTIPIK ANTARA BERAT LAHIR DENGAN BERAT SAPIH PADA SAPI MADURA Karnaen Fakultas peternakan Universitas padjadjaran, Bandung

ESTIMASI NILAI HERITABILITAS BERAT LAHIR, SAPIH, DAN UMUR SATU TAHUN PADA SAPI BALI DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI BALI

SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA

KEMAJUAN GENETIK SAPI LOKAL BERDASARKAN SELEKSI DAN PERKAWINAN TERPILIH

Potensi respon seleksi sifat pertumbuhan sapi Brahman Cross di ladang ternak Bila River Ranch, Sulawesi Selatan

Simulasi Uji Zuriat pada Sifat Pertumbuhan Sapi Aceh (Progeny Test Simulation for Growth Traits in Aceh Cattle)

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

Peta Potensi Genetik Sapi Madura Murni di Empat Kabupaten di Madura. Nurgiartiningsih, V. M. A Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB, Malang

PERBEDAAN FENOTIPE PANJANG BADAN DAN LINGKAR DADA SAPI F1 PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN SAPI FI SIMPO DI KECAMATAN SUBAH KABUPATEN SAMBAS

NI Luh Gde Sumardani

PENDUGAAN BOBOT BADAN PADA SAPI ACEH DEWASA MENGGUNAKAN DIMENSI UKURAN TUBUH

PERFORMANS SAPI BALI INDUK SEBAGAI PENYEDIA BIBIT/BAKALAN DI WILAYAH BREEDING STOCK BPTU SAPI BALI

PENDUGAAN BOBOT BADAN CALON PEJANTAN SAPI BALI MENGGUNAKAN DIMENSI UKURAN TUBUH

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

Pengembangan Sistem Manajemen Breeding Sapi Bali

DINAMIKA POPULASI SAPI POTONG DI KECAMATAN PAMONA UTARA KABUPATEN POSO

A. I. Purwanti, M. Arifin dan A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

PENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PEDET SAPI POTONG HASIL INSEMINASI BUATAN

PENGARUH STRATIFIKASI FENOTIPE TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN SAPI POTONG PADA KONDISI FOUNDATION STOCK

Evaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta

SELEKSI PEJANTAN BERDASARKAN NILAI PEMULIAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DI LOKA PENELITIAN SAPI POTONG GRATI PASURUAN

PARAMETER GENETIK BOBOT BADAN DAN LINGKAR DADA PADA SAPI PERAH

ESTIMATION OF GENETIC PARAMETERS, GENETIC AND PHENOTYPIC CORRELATION ON MADURA CATTLE. Karnaen Faculty of Animal Husbandry University of Padjadjaran

NATURAL INCRESAE SAPI BALI DI WILAYAH INSTALASI POPULASI DASAR PROPINSI BALI

UCAPAN TERIMA KASIH. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang

KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KABUPATEN LEBAK DAN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

PENGUJIAN KEMURNIAN SAPI BALI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ISOELEKTRIC FOCUSING

Analisis Jumlah dan Umur Sapi Bali Betina Produktif yang Dipotong di Rumah Pemotongan Hewan Pesanggaran dan Mambal Provinsi Bali

Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta

HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN. (Correlation of Body Measurements and Body Weight of Male Dombos)

SISTEM PEMULIAAN INTI TERBUKA UPAYA PENINGKATAN MUTU GENETIK SAPI POTONG. Rikhanah

Jurnal Ilmu Ternak dan Tanaman

LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

Seleksi Awal Pejantan Sapi Bali Berbasis Uji Performans. Eary Selection of Bali Cattle Stud Based on Performance Test

Pertumbuhan Dimensi Lebar Tubuh Pedet Sapi Bali

Bibit sapi peranakan Ongole (PO)

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL

PENELITIAN MUTU GENETIK SAPI ONGOLE DAN BRAHMAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NUSA TENGGARA TIMUR

BIRTH WEIGHT AND MORPHOMETRIC OF 3 5 DAYS AGES OF THE SIMMENTAL SIMPO AND LIMOUSINE SIMPO CROSSBREED PRODUCED BY ARTIFICIAL INSEMINATION (AI) ABSTRACT

EVALUASI POTENSI GENETIK GALUR MURNI BOER

Kata kunci : Sapi Peranakan Ongole, Bobot Badan, Ukuran-ukuran Tubuh Keterangan : 1). Pembimbing Utama 2). Pembimbing Pendamping

Bibit sapi Bali SNI 7355:2008

Ukuran Populasi Efektif, Ukuran Populasi Aktual dan Laju Inbreeding Per Generasi Itik Lokal di Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam ABSTRACT

MORFOMETRIK ANAK SAPI BALI HASIL PERKAWINAN ALAMI DAN INSEMINASI BUATAN YANG DIPELIHARA SECARA SEMI INTENSIF DI KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR

Bibit sapi potong - Bagian 2: Madura

KETERANDALAN PITA DALTON UNTUK MENDUGA BOBOT HIDUP KERBAU LUMPUR, SAPI BALI DAN BABI PERSILANGAN LANDRACE

PENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PERTUMBUHAN PEDET HASIL IB DI WILAYAH KECAMATAN BANTUR KABUPATEN MALANG

ESTIMASI NILAI PEMULIAAN DAN MOST PROBABLE PRODUCING ABILITY SIFAT PRODUKSI SAPI ACEH DI KECAMATAN INDRAPURI PROVINSI ACEH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

POLA PERTUMBUHAN KAMBING JAWARANDU BETINA DI KABUPATEN REMBANG (Growth Pattern of Female Jawarandu Goat in Rembang Regency)

Study Characteristics and Body Size between Goats Males Boerawa G1 and G2 Body in Adulthoodin the Village Distric Campang Gisting Tanggamus

Perbandingan Hasil Uji Performans Calon Induk (Heifer) Sapi Aceh dengan Metode Indeks Seleksi (IS) dan Nilai Pemuliaan (NP)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

LABORATORIUM PEMULIAAN DAN BIOMETRIKA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADAJARAN JATINANGOR 2009

POLA PERTUMBUHAN KAMBING KACANG JANTAN DI KABUPATEN GROBOGAN (The Growth Pattern of Kacang Goat Bucks in Grobogan District)

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

PENGARUH KETINGGIAN TEMPAT DAN SISTEM PEMELIHARAAN TERHADAP KORELASI GENETIK BOBOT LAHIR DENGAN BOBOT DEWASA SAPI BALI

KARAKTERISTIK FENOTIP SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF KAMBING KACANG DI KABUPATEN MUNA BARAT. ABSTRAK

Identifikasi Sifat-Sifat Kuantitatf Pada Kalkun... Fauzy Eka Ferianto

EVALUASI PEJANTAN FRIES HOLLAND DENGAN METODE CONTEMPORARY COMPARISON DAN BEST LINEAR UNBIASED PREDICTION

SNI 7325:2008. Standar Nasional Indonesia. Bibit kambing peranakan Ettawa (PE)

KARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

NILAI PEMULIAAN PEJANTAN SAPI BRAHMAN BERDASARKAN BOBOT BADAN DI BPTU-HPT SEMBAWA

ANALISIS POTENSI SAPI POTONG BAKALAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PEMURNIAN DAN PENGEMBANGAN MUTU GENETIK SAPI BALI DI BALI

DASAR SELEKSI DAN SISTEM PERKAWINAN

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

POTENSI SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) KEBUMEN SEBAGAI SUMBER BIBIT SAPI LOKAL DI INDONESIA BERDASARKAN UKURAN TUBUHNYA (STUDI PENDAHULUAN)

Estimasi Parameter Genetik Induk Babi Landrace Berdasarkan Sifat Litter Size dan Bobot Lahir Keturunannya

METODOLOGI PENELITIAN. selama 2 bulan, yakni mulai dari Bulan Mei sampai dengan Bulan Juli 2013.

IDENTIFIKASI GRADE PADA BIBIT SAPI ACEH BETINA DI PUSAT PEMBIBITAN INDRAPURI

FERTILITAS DAN DAYA TETAS TELUR HASIL PERSILANGAN ANTARA PUYUH ASAL BENGKULU, PADANG DAN YOGYAKARTA

Pendugaan Nilai Heritabilitas Bobot Lahir dan Bobot Sapih Domba Garut Tipe Laga

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN... PRAKATA... INTISARI... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Pertumbuhan Dimensi Panjang Tubuh Pedet Sapi Bali

ESTIMASI POTENSI GENETIK SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN DI TAURUS DAIRY FARM, CICURUG, SUKABUMI

Beberapa Kriteria Analisis Penduga Bobot Tetas dan Bobot Hidup Umur 12 Minggu dalam Seleksi Ayam Kampung

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan sapi perah FH laktasi dengan total 100 ekor yaitu

Evaluasi Penyimpangan Bobot Badan...Muhammad Iqbal

PENANGKARAN DAN PERBIBITAN AYAM MERAWANG DI BANGKA BELITUNG

EVALUASI KARAKTERISTIK SAPI PERAH FRIES HOLLAND (Studi Kasus pada Peternakan Rakyat di Wilayah Kerja KPSBU Lembang)

Relationship Between Body Weight and Body Size Some Quantitative Properties Goat Kacang in Bone regency Bolango.

Performans Sapi Bali Pada Periode Awal Pertumbuhan di Kabupaten Lampung Tengah. Performance Yearling and Growth of Bali Cattle In Central Lampung

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

Pengamatan Sifat-sifat yang Mempunyai Nilai Ekonomi Tinggi pada Sapi Bali di Kota Mataram

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DANKOMPONEN RAGAM SIFAT PERTUMBUHAN PADA BANGSA BABI YORKSHIRE

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

HUBUNGAN ANTARA UKURAN UKURAN TUBUH TERHADAP BOBOT BADAN DOMBA WONOSOBO JANTAN DI KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli Oktober 2016 di Satuan Kerja

PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN SIMMENTAL DI KABUPATEN TULUNGAGUNG JAWA TIMUR

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

Transkripsi:

1

EFEKTIVITAS SELEKSI DIMENSI TUBUH SAPI BALI INDUK WARMADEWI, D.A, IGL OKA DAN I N. ARDIKA Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Denpasar-Bali e-mail: dewiayuwarmadewi@yahoo.co.id ABSTRAK Seleksi merupakan salah satu tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan mutu genetik suatu populasi ternak. Respon seleksi yang terjadi tergantung pada intensitas seleksi, heritabilitas dan simpangan baku sifat yang diseleksi. Simpangan baku sifat atau performans ternak yang diseleksi akan menunjukkan keragaman (variasi) sifat tersebut dalam populasi yang dikenal dengan koefisien variasi (keragaman). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui koefisien keragaman dan efisiensi respon seleksi yang terjadi, bila seleksi dilakukan pada dimensi tubuh (panjang badan, tinggi gumba dan lingkar dada) yang didasarkan intensitas seleksi dan estimasi heritabilitas yang sama terhadap semua dimensi tubuh yang diukur. Penelitian ini dilakukan secara purposive random sampling pada lima kelompok ternak di lima kecamatan di kabupaten Jembrana. Jumlah induk sapi bali yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 275 ekor. Variabel yang diukur adalah panjang badan, tinggi gumba dan lingkar dada. Hasil penelitian menunjukkan rataan panjang badan, tinggi gumba dan lingkar dada sapi bali induk di lokasi tersebut berturut-turut 117,19±8,84cm; 115,12±6,35cm dan 165,43±12,54cm dengan koefisien keragamannya berturutturut 7,54%; 5,52% dan 7,58%, sedangkan respon seleksinya berturut-turut 0,60cm; 0,76cm dan 1,25cm. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah respon seleksi yang paling efektif untuk peningkatan mutu genetik dimensi tubuh sapi bali betina adalah terhadap lingkar dadanya. Kata Kunci: Sapi bali, seleksi, respon seleksi THE EFFECTIVENESS OF SELECTION FOR BODY DIMENSION ON BALI COWS ABSTRACT Selection is one action in improving the genetic potential in animal population. Selection response depends on selection intensity, heritability and standard deviation of selected trait. Standard deviation of trait or performans of animal selected will show the variation of the trait in a population which is known as coefficient of variation. The aims of this study were to find out the coefficient of variation and estimated selection responses when selection was carried out on body dimentions (body length, height and chest girth) based on the some selection intensity and heritability of all measured body dimensions. 2

This study was carried out using purposive random sampling on five farmers s groups in five sub districts at Jembrana district. A number of 275 Bali cows were used in this study. Body length, height and chest girth were three variables measured in this study. The results showed that the average body length, height and chest girth of Bali cows were 117.19±8.84, 115.12±6.35 and 165.43±12.54cm respectively and the coefficient of variation of the traits were 7.54, 5.52 and 7.58% respectively which selection responses were 0.60, 0.76 and 1.25cm respectively. It was concluded that the most effective selection to improve the genetics potential of body dimensions on Bali cows was selection for their chest girth. Key words: Bali cows, selection, selection respons PENDAHULUAN Sapi Bali merupakan plasma nutfah asli Indonesia yang berasal dari Pulau Bali. Sapi bali memiliki banyak keunggulan, sehingga banyak dipelihara oleh peternak. Beberapa keunggulan dari sapi bali adalah: daya adaptasi cukup baik pada lingkungan buruk (Zulkharniem et al., 2010), fertilitasnya tinggi mencapai 80-82% dan jika disilangkan memiliki efek heterosis yang tinggi (Noor, 2001) dengan kualitas daging tinggi dan persentase lemak yang rendah (Bugiwati, 2007; Sampurna dan Suatha, 2010) serta tahan terhadap caplak dan cacing (Wijono dan Mas um, 1981). Berdasarkan beberapa keunggulan yang dimilikinya, maka sapi bali layak ditingkatkan dan dikembangkan baik dari segi populasi maupun mutu genetiknya. Namun, akhir-akhir ini sapi bali disinyalir mengalami penurunan genetik. Salah satu indikatornya adalah saat ini sangat sulit mencari sapi bali dengan bobot potong di atas 500kg (Oka, 2009). Apabila hal ini terjadi terus menerus dan dalam kurun waktu yang lama, maka sapi bali sebagai salah satu plasma nutfah asli Indonesia akan terancam eksistensinya. Untuk itu diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan mutu genetik sapi bali, di samping dengan perbaikan pada lingkungannya, sehingga dihasilkan performans yang diharapkan. 3

Seleksi merupakan salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu genetik ternak (Oka, 2010). Tindakan ini harus dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan sehingga dihasilkan ternak unggul baik dari segi produksi maupun reproduksinya. Hal ini seyogyanya dilakukan pada kedua jenis kelamin, karena keduanya memiliki kontribusi yang sama terhadap penampilan ternak pada generasi selanjutnya. Seleksi sapi bali bibit sebagai calon induk juga dilaksanakan oleh kelompok ternak yang ada di Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kriteria sebagai penerima bantuan sapi bibit oleh pemerintah setempat. Dimensi tubuh yang bernilai ekonomis, meliputi panjang badan, tinggi gumba dan lingkar dada harus sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemberi bantuan. Ketiga hal ini dapat dipakai untuk memprediksi produktivitas ternak (Kadarsih (2003). Respon seleksi merupakan akibat dari adanya tindakan seleksi. Besarnya respon seleksi tidak sama untuk setiap jenis ternak, termasuk respon yang diberikan oleh sapi bali induk yang ada di kelompok ternak di Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. Dalam menghitung besarnya respon seleksi yang didapatkan diperlukan informasi atau penghitungan nilai heritabilitas (h 2 ) dan intensitas seleksi serta simpangan baku populasi. Semakin tinggi nilai h 2, maka semakin tinggi respon seleksi yang diperoleh atau semakin efektif seleksi yang dilakukan (Falconer & Mackay, 1996). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas seleksi terhadap dimensi tubuh sapi bali yang meliputi panjang badan, tinggi gumba dan lingkar dada sapi bali induk yang ada di kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di 5 kecamatan yang ada di Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. Obyek atau materi penelitian adalah ternak sapi milik kelompok ternak yang berjumlah 275 ekor. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur 4

panjang badan dan tinggi gumba adalah tongkat ukur, sedangkan lingkar dada diukur dengan pita ukur merek butterfly. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive random sampling. Variabel yang diukur adalah panjang badan, tinggi gumba dan lingkar dada. Cara pengukuran variabel tersebut adalah: 1. Panjang badan Panjang badan diukur mulai dari bagian titik bahu sampai dengan tulang duduk 2. Tinggi gumba Tinggi gumba diukur dari jarak tegak lurus dari tanah sampai dengan puncak gumba 3. Lingkar dada Lingkar dada diukur dengan melingkarkan pita ukur pada badan, pada tulang rusuk paling depan persis pada belakang kaki depan. Rataan panjang badan, tinggi gumba dan lingkar dada sapi bali yang ada di Kabupaten Jembrana dihitung dengan menjumlahkan keseluruhan nilai yang didapat pada masing-masing variabel dibagi dengan keseluruhan jumlah ternak yang diukur, atau dengan rumus:, dimana = rataan; = jumlah total nilai yang didapat dan n adalah jumlah ternak yang diukur Standar deviasi (sb) didapatkan dengan dengan rumus: Koefisien keragaman panjang badan, tinggi gumba dan lingkar dada dihitung dengan rumus: KK = ; dimana KK = koefisien keragaman; sb = simpangan baku; = rataan (Lasley, 1978; Noor, 2010) 5

Estimasi respon seleksi dihitung dengan rumus Rg = h 2 x i x Sb (Lasley, 1978), Nilai heritabilitas panjang badan, tinggi gumba dan lingkar dada yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada hasil penelitian Supriyantono dan Iriyanti (2007) berturut-turut sebesar 0,34; 0,60 dan 0,50. Nilai intensitas seleksi yang digunakan adalah sebesar 0,20 dengan asumsi persentase ternak yang di culling adalah sebesar 10% (Lasley, 1978). Sedangkan nilai simpangan baku didapatkan dari perhitungan rataan populasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Rataan Dimensi Tubuh Rataan panjang badan, tinggi gumba dan lingkar dada yang didapatkan pada penelitian ini berturut-turut adalah 117,19±8,84cm;115,12±6,35cm dan 165,43±12,54cm. Panjang badan yang didapatkan pada penelitian ini sesuai dengan hasil yang dilaporkan Pane (1990) yang menyatakan bahwa panjang badan sapi bali betina berkisar 117-118cm. Sedangkan tinggi gumba dan lingkar dada sedikit berada di atas rataan yang didapatkan oleh Pane (1990) yang melaporkan tinggi gumba sapi bali betina berkisar antara 105-114 cm dan lingkar dadanya berkisar 158-160cm. Koefisien Keragaman Koefisien keragaman yang didapatkan pada penelitian ini untuk sifat panjang badan, tinggi gumba dan lingkar dada masing-masing adalah 7,54%; 5,52% dan 7,58% (Tabel 1). Nilai ini termasuk dalam kategori rendah. Hanafiah 6

(1991) menyatakan bahwa koefisien keragaman dikatakan rendah apabila nilainya kurang dari 15%, sebaliknya dikatakan tinggi apabila nilainya lebih dari 15%. Tabel 1. Rataan, Standar Deviasi dan Koefisien Keragaman Panjang Badan, Tinggi Gumba dan Lingkar Dada Sapi Bali Induk di Kabupaten Jembrana, Propinsi Bali Sifat Jumlah (ekor) Rataan (cm) Standar Deviasi (cm) Koefisien Keragaman (%) Panjang Badan 275 117,19 8,84 7,54 Tinggi gumba 275 115,12 6,35 5,52 Lingkar Dada 275 165,43 12,54 7,58 Berdasarkan hasil ini dapat dikatakan bahwa populasi sapi bali induk yang ada di lima kelompok peternak di lima kecamatan di Kabupaten Jembrana termasuk seragam (homogen). Hal ini menunjukkan seleksi sapi bali induk pada kelompok peternak tersebut sudah cukup baik untuk pelaksanaan program pembibitan sapi bali. Variasi performans sapi induk tersebut tidak terlalu besar. Standar deviasi sifat panjang badan, tinggi gumba dan lingkar dada masingmasing adalah 8,84cm; 6,35cm dan 12,54cm (Tabel 1). Diantara ke tiga sifat ini, lingkar dada memiliki standar deviasi yang tertinggi. Hal ini terjadi karena anggota kelompok ternak di Kabupaten Jembrana belum melakukan tindakan seleksi terhadap lingkar dada. Seleksi hanya dilakukan terhadap panjang badan dan tinggi gumba sebagai syarat mendapatkan bantuan pemerintah. Lasley (1978) dan Noor (2010) menyatakan bahwa populasi dengan standar deviasi yang lebih tinggi adalah yang lebih beragam. Apabila populasi tersebut beragam, maka seleksi akan efektif dilaksanakan. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa dilihat dari standar deviasinya, tindakan seleksi terhadap ukuran lingkar dada sapi 7

bali induk di Kabupaten Jembrana lebih efektif dilakukan dibandingkan dengan seleksi terhadap panjang badan dan tinggi gumba. Respon Seleksi Respon seleksi panjang badan, tinggi gumba dan lingkar dada berdasarkan intensitas seleksi yang sama (0,20) akibat culling induk 10% (induk terseleksi 90%) mendapatkan hasil masing-masing adalah 0,60cm; 0,76cm dan 1,25cm (Tabel 2). Respon tertinggi adalah pada lingkar dada. Besarnya respon seleksi adalah berbeda-beda pada setiap jenis ternak. Tabel 2. Respon Seleksi Panjang Badan, Tinggi Gumba dan Lingkar Dada Sapi Bali Induk di Kabupaten Jembrana, Propinsi Bali Sifat h2 i Sb Rg Panjang badan 0,34 0,20 8,84 0,60 Tinggi gumba 0,60 0,20 6,35 0,76 Lingkar dada 0,50 0,20 12,54 1,25 Keterangan: h2 = heritabilitas; i = intensitas seleksi; Sb = simpangan baku; Rg = respon seleksi Besarnya respon seleksi akibat adanya seleksi sangat tergantung pada besarnya nilai heritabilitas, intensitas seleksi dan simpangan baku dari masingmasing sifat (Lasley, 1978; Warwick, et al.. (1995) dan Hardjosubroto (1994). Semakin besar nilai heritabilitas, intensitas seleksi dan simpangan baku, semakin besar respon seleksi yang didapatkan. Oleh karena itu, perbaikan ketiga hal tersebut dapat meningkatkan respon seleksi. Nilai heritabilitas yang digunakan pada penelitian ini termasuk kategori sedang sampai dengan tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Warwick, et al. (1990) dan Hardjosubroto (1994) yang menyatakan bahwa pada umumnya nilai 8

heritabilitas sifat pertumbuhan termasuk kategori sedang sampai dengan tinggi. Gunawan dan Jakaria (2011) menyatakan bahwa program seleksi akan lebih efektif dan efisien dilakukan untuk meningkatkan mutu genetik sapi bali, apabila nilai heritabilitas sifat pertumbuhannya termasuk kategori sedang sampai dengan tinggi Pada Tabel 2 terlihat bahwa nilai heritabilitas tinggi gumba adalah paling tinggi jika dibandingkan dengan yang lainnya, tetapi simpangan baku tinggi gumba lebih rendah bila dibandingkan dengan lingkar dada, sehingga respon seleksi yang diperoleh dari seleksi tinggi gumbanya lebih rendah daripada seleksi lingkar dadanya. Intensitas seleksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,20 dengan asumsi 90% ternak yang dipertahankan di dalam populasi atau 10% di culling. Asumsi ini digunakan mengingat penelitian ini dilakukan di kelompok ternak milik rakyat yang belum menerapkan pola pemuliaan secara tepat. Pada umumnya ternak yang di culling adalah induk yang sudah tidak bisa beranak lagi karena umur yang sudah terlalu tua atau karena majir. Intensitas seleksi yang digunakan masih jauh di bawah hasil yang diperoleh Supriyantono dan Iriyanti (2007) yang melakukan penelitian di Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Sapi Bali di Kabupaten Jembrana. Hal ini dimungkinkan karena BPTU Sapi Bali sudah menerapkan pola pemuliaan yang terencana. Besarnya nilai intensitas seleksi tergantung pada jumlah individu yang tersedia pada populasi dasar seleksi. Di samping itu, jumlah ternak yang akan diganti juga menentukan besarnya intensitas seleksi. Sumadi (1993) menyatakan bahwa intensitas seleksi akan 9

semakin besar apabila panen pedet dapat ditingkatkan, sehingga lebih banyak ternak yang tersedia yang akan digunakan sebagai pengganti. Respon seleksi yang didapatkan pada penelitian ini untuk panjang badan, tinggi gumba dan lingkar dada masing-masing adalah 0,60cm; 0,76cm dan 1,25cm. Respon yang didapatkan ini masih di bawah hasil yang didapatkan oleh Supriyantono dan Irianti (2007) yaitu 1,30cm; 2,17cm dan 2,56cm. Besarnya nilai respon seleksi sangat tergantung pada nilai heritabilitas, intensitas seleksi dan simpangan baku masing-masing sifat. Respon seleksi dapat ditingkatkan dengan jalan memperbaiki ketiga hal tersebut. Dari ketiga hal tersebut yang memungkinkan untuk diperbaiki dikelompok ternak sapi betina bibit yang ada di Kabupaten Jembrana adalah proporsi seleksi sehingga intensitas seleksi dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan meningkatkan panen pedet sehingga jumlah pedet yang tersedia akan meningkat (Duma dan Tanari, 2008). Berdasarkan hasil yang didapatkan maka respon seleksi yang tertinggi adalah pada lingkar dada. Sehingga apabila kita melakukan seleksi pada ketiga sifat tersebut, seleksi pada lingkar dada adalah yang paling efektif. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa respon seleksi tertinggi adalah pada lingkar dada. Oleh karena itu seleksi untuk meningkatkan mutu genetik sapi bali paling efektif dilakukan terhadap lingkar dada dibandingkan dengan seleksi pada panjang badan dan tinggi gumba. 10

UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Jembrana yang telah memberikan fasilitas penelitian. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Rektor Universitas Udayana yang telah memberikan bantuan dana penelitian dalam bentuk Hibah Unggulan Program Studi (HUPS) dan Dekan Fakultas Peternakan atas ijin yang telah diberikan untuk melakukan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Bugiwati, S. R. A. 2007. Body dimension growth of calf bull in Bone and Baru District, South Sulawesi. J. Sains and Tekno. 7:103-108 Duma, Y dan M. Tanari. 2008. Potensi respon seleksi sifat pertumbuhan sapi Brahman cross di lading ternak Bila River Ranch, Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar Nasional Sapi Potong. Palu 24 November 2008. Falconer, D.S and T.F.C. Mackay. 1996. Introduction to Quantitative Genetics. 4 th Ed. Longman, Harlow, UK. Hanafiah, K.A. 1991. Rancangan Percobaan : Teori dan Aplikasi. Cetakan ke- 5. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Utara. Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Penerbit PT Grasindo. Jakarta Kadarsih, S. 2003. Peranan ukuran tubuh terhadap bobot badan sapi bali di Provinsi Bengkulu. Jurnal Penelitian Universitas Bengkulu, 9 (1): 45-48 Lasley, L.J. 1978. Genetics of Livestock Improvement. 3 rd Ed. Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs. New Jersey Noor, R. R., A. Farajallah and M. Karmita. 2001. The purity test of Bali cattle by haemoglobin analysis using the isoelectric focusing method. Hayati. 8:107 111 Noor, R.R. 2010. Genetika Ternak. Edisi ke-6. Penebar Swadaya. Jakarta Oka, I.G.L. 2009. The Advantage of Artificial Insemination in Improving Productive Performance of Bali Cattle. Proceeding International 11

Conference on Biotechnology for A Sustainable Future 15-16 September 2009. Bali. Indonesia Oka, I.G.L. 2010. Conservation and Genetics Improvement of Bali Cattle. Proceeding International Seminar on Conservation and Improvement of World Indigenous Cattle. 3-4 September 2010. Held by Studi Center for Bali Cattle Udayana University. Bali. Indonesia Pane, I. 1990. Upaya Peningkatan Mutu Genetik Sapi Bali di Pulau Bali. Prosiding Pertemuan Sapi Bali. Denpasar, 20-23 September 1990. Fakultas Peternakan Universitas Udayana Sampurna, I.P, Suatha, I.K. 2010. Pertumbuhan alometri dimensi panjang dan lingkar tubuh sapi bali jantan. Jurnal Veteriner Maret 2010. 11 (1): 46-51 Sumadi, 1993. Seleksi Berat Sapih pada Sapi Potong di Ladang Ternak. Disertasi. Program Pascasarjana IPB. Bogor Supriyantono, A. dan B.W. Irianti. 2007. Peningkatan Mutu Genetik Sapi Bali Melalui Pengembangan Program Pemuliaan. Jurnal Protein Vol.15 No. 1 Tahun 2007. Available from : ejournal.umm.ac.id Warwick, E.J., J. M. Astuti dan W. Hardjosubroto. 1995. Pemuliaan Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Wijono dan Mas um. 1981. Resistensi Sapi Bali dan Persilangan terhadap Penyakit Infeksi Caplak (Boophilus Sp) dalam Proc. Sem. Penelitian Peternakan. Puslitbang, Bogor Zulkharnaim., Jakaria and R. R. Noor. 2010. Identification of genetic diversity of growth hormone receptor (GHR Alu I) gene in Bali cattle. Med. Pet. 33:81-87 12