BAB V PENUTUP. Dari apa diuraikan dalam bab-bab sebelumnya maka penulis dapat menarik

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan transportasi. Setelah sampai pada tujuan, kendaraan harus diparkir.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman dan meningkatnya tingkat kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, (Diskusi Panel Bidang Kajian Pusat Studi Hukum UII,Yogyakarta, 23 Maret 2000), hlm 1-2.

BAB V PENUTUP. Berdasarkan analisis di atas penulis akan memberikan kesimpulan dari

BABl. Dalam penyelenggaraan otonomi daerah sekarang ini, Pemerintah. Daerah tentu memerlukan pembiayaan maka lahirlah Undang-Undang

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK

BAB I PENDAHULUAN. setelah dikirim barang tersebut mengalami kerusakan. Kalimat yang biasanya

memperhatikan pula proses pada saat sertipikat hak atas tanah tersebut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

STIE DEWANTARA Perlindungan Konsumen Bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. barang dan jasa, serta fasilitas pendukung lainnya sebagai pelengkap yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. menyendiri tetapi manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup menyendiri.

PERLINDUNGAN KONSUMEN ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM.

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Klausula baku yang dipergunakan dalam praktek bisnis di masyarakat,

Pedoman Klausula Baku Bagi Perlindungan Konsumen

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan

BAB V PENUTUP. 1. Kekuatan Mengikat Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Yang Dilakukan. Melalui Transaksi Elektronik Ditinjau dari UU Ketenagakerjaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka waktu pendek atau panjang, perjanjian sudah menjadi bagian

Melawan

BAB V PENUTUP. 1. Keabsahan dari transaksi perbankan secara elektronik adalah. Mendasarkan pada ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum

Studi Tentang Pertimbangan dari Hakim tentang Klausula Eksonerasi dalam Perjanjian Baku NASKAH PUBLIKASI

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 85/PUU-XIV/2016 Kewajiban Yang Harus Ditaati Oleh Pelaku Usaha Dalam Melaksanakan Kerjasama Atas Suatu Pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Hukum Perlindungan konsumen dewasa ini mendapat cukup

BAB V PENUTUP. terhadap turis asing sebagai konsumen, sehingga perjanjian sewamenyewa. sepeda motor, kepada turis asing sebagai penyewa.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

Majelis Perlindungan Hukum (MPH) Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia (ILKI) BAB I KETENTUAN UMUM

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 9 ARBITRASE (2)

BAB V PENUTUP. 1. Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Miskin Menurut Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan jo.

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian kredit pembiayaan. Perjanjian pembiayaan adalah salah satu bentuk perjanjian bentuk

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau

Oleh Ni Nyoman Ismayani I Ketut Westra Anak Agung Sri Indrawati Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB II GAMBARAN UMUM. A. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) kota Pekanbaru

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 84/PUU-XI/2013 Penyelenggaraan RUPS

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Undang-Undang No 9 Tahun 1999 berjudul Undang-Undang tentang Perlindungan

KLAUSULA BAKU PERJANJIAN KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

KAJIAN MENGENAI GUGATAN MELAWAN HUKUM TERHADAP SENGKETA WANPRESTASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Bentuk perlindungan hukum terhadap konsumen pengguna jasa PT.

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU 8/1999).

JURNAL. Peran BPSK (Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen) dalam Menyelesaikan Sengketa Konsumen Melalui Proses Mediasi di Yogyakarta

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 58 TAHUN 2001 (58/2001) TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

loket). Biaya tersebut dialihkan secara sepihak kepada konsumen.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa Indonesia. Kasus ini dilatarbelakangi perjanjian pinjam

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU 8/1999).

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Azas Kebebasan Berkontrak & Perjanjian Baku

TANGGUNG JAWAB HUKUM PELAKU USAHA TERHADAP KONSUMEN Oleh : Sri Murtini Dosen Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta.

Terhadap Putusan BPSK, op. cit., menimbang bagian a. 1 Indonesia, op. cit., ps. 56 ayat (2).

BAB IV BENTUK PENGATURAN PENYELENGGARAAN INVESTASI SEMI KELOLA DALAM BIDANG JASA AKOMODASI WISATA

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB OPERATOR SELULER TERHADAP PELANGGAN SELULER TERKAIT SPAM SMS DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8

BAB I KASUS POSISI DAN PERMASALAHAN HUKUM

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 86/PUU-XII/2014 Pengangkatan Tenaga Honorer/Pegawai Tidak Tetap

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 9 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan uraian yang telah penulis jabarkan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah tengah berkembang secara pesat. Perkembangan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. usaha jasa pencucian pakaian atau yang lebih dikenal dengan jasa laundry.

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

BAB I PENDAHULUAN. Tanah adalah sumber daya alam terpenting bagi bangsa Indonesia untuk

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 20/PUU-X/2012 Tentang Peralihan Saham Melalui Surat Kesepakatan Bersama

P U T U S A N Nomor 100/Pdt.G/2013/PTA.Mks BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN [LN 1999/42, TLN 3821]

BAB IV PENUTUP. Dari uraian di atas, selanjutnya dari hasil penelitian penulis menyimpulkan sebagai

I. PEMOHON Indonesian Human Rights Comitee for Social Justice (IHCS) yang diwakilkan oleh Gunawan

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KONTRAK SEWA BELI

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian seperti telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dapat

LEMON LAW, SUATU UPAYA HUKUM BAGI PEMILIK KENDARAAN DI AMERIKA (STUDI PERBANDINGAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DI INDONESIA)

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PERJANJIAN PADA PROGRAM INVESTASI

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 26/PUU-XV/2017 Pembatalan Putusan Arbitrase

Strategi Perlindungan Konsumen Teekomunikaasi

PT PANCA WIRATAMA SAKTI Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (Lanjutan)

UNIVERSITAS INDONESIA

Bab IV PEMBAHASAN. A. Hubungan Hukum dalam Perjanjian Penyimpanan Barang di SDB pada

vii DAFTAR WAWANCARA

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 27/PUU-XIII/2015 Status Pegawai Honorer dengan Berlakunya Undang-Undang Aparatur Sipil Negara

I. PENDAHULUAN. Transportasi adalah suatu alat yang terus berlangsung dalam kehidupan manusia. 1

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1993 TENTANG LARANGAN PERANGKAPAN JABATAN HAKIM AGUNG DAN HAKIM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

SKRIPSI KEWENANGAN KREDITUR UNTUK MELAKUKAN PENYITAAN BARANG JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMBIAYAAN KENDARAAN BERMOTOR. Nomor: 606 K/PDT.

I. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia definisi parkir ialah menghentikan atau menaruh

Transkripsi:

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari apa diuraikan dalam bab-bab sebelumnya maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan : 1. Para pengguna jasa parkir hingga saat ini masih belum merasa dilindungi oleh aturan hukum yang ada dan pemerintah belum maksimal memberikan perlindungan kepada konsumen, sebab jika kendaraan konsumen hilang atau rusak di area perparkiran, pengelola parkir baik yang dikelola dengan secure parking maupun yang non secure parking tidak bertanggung jawab, dengan alasan bahwa dalam karcis parkir telah tercantum klausula yang menyebutkan bahwa segala kehilangan atau kerusakan barang dan atau mobil saat parkir di luar tanggung jawab pengelola parkir. Apalagi klausula ini dilegalkan oleh Pemda DKI Jakarta melalu Perda Nomor 5 Tahun 1999 tentang Perparkiran Pencantuman klausula dalam karcis parkir yang paralel dengan Pasal 36 ayat (2) Perda DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 1999 tentang Perparkiran, yang berbunyi: Atas hilangnya kendaraan dan atau barang barang yang berada di dalam kendaraan atau rusaknya kendaraan selama berada di petak parkir, merupakan tanggung jawab pemakai tempat parkir, adalah termasuk klausula baku atau perjanjian dengan syarat syarat yang ditentukan secara sepihak oleh pelaku usaha (pengelola parkir) Klausula baku yang tercantum dalam

karcis parkir, merupakan klausula pengalihan tanggung jawab yang bertentangan dengan Pasal 18 ayat (1) huruf [a] Undang undang tentang Perlindungan Konsumen, yang menyatakan, pelaku usaha dalam menawarkan barang dan atau jasa yang ditunjukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan atau perjanjian jika menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha. 2. Penyelesaian Sengketa terhadap Konsumen yang kendaraaannya hilang di wilayah parkir sebaiknya diselesaikan di Pengadilan agar Konsumen mendapatkan kepastian hukum dan keadilan berdasarkan Putusan Pengadilan sehingga Konsumen tidak lagi menjadi pihak yang dalam hal ini tidak diuntungkan, terutama mengenai klausula baku. Dengan mengacu pada Pasal 18 ayat (1) huruf [a] Undang undang Perlindungan Konsumen, yang secara tegas melarang adanya praktik klausula baku yang menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha, termasuk pengelola parkir, maka penerapan klausula baku oleh pengelola parkir, sebenarnya batal demi hukum (nietige, null and void). Ditinjau dari segi pembuatannya, klausula baku yang diterapkan oleh pengelola parkir sudah barang tentu akan menimbulkan ketidakadilan serta berpotensi merugikan konsumen, karena klausula baku ditentukan secara sepihak oleh pelaku usaha, tanpa membicarakan materinya dengan konsumen. Oleh sebab itu, konsumen jasa parkir yang dirugikan dengan penerapan klausula baku tersebut perlu mendapat perlindungan hukum.

3. Kendala-kendala yang biasanya terjadi pada saat klaim kendaraan yang hilang di dalam wilayah parkir biasanya adalah terbenturnya Hak konsumen dengan Klausula Baku yang menyatakan pengalihan tanggung jawab dan biasanya pengelola parkir tidak mau bertanggung jawab penuh terhadap barang yang hilang tersebut. Dengan dimenangkannya gugatan salah seorang pengguna jasa parkir yang kehilangan mobilnya di area perparkian secure parking oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam putusannya tertanggal 26 Juni 2001 Nomor: 551/Pdt.G/2000/PN.Jkt.Pst., telah memberikan indikasi bahwa penerapan klausula baku dalam praktik pengelolaan parkir tidak berlaku. Ini mengandung makna bahwa dengan putusan pengadilan tersebut, konsumen jasa parkir yang dirugikan selama ini telah mendapatkan perhatian dan perlindungan hukum di satu pihak, dan dipihak lain pelaku usaha jasa parkir mendapat warning. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam putusannya tertanggal 26 Juni 2001 Nomor: 551/Pdt.G/2000/PN.Jkt,Pst., yang dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi DKI Jakarta tanggal 22 Agustus 2002 Nomor: 115/Pdt/2002/PT.DKI Jkt. memberikan pendapat hukum sebagai berikut: 3.1. Pengelola parkir (secure parking) bertanggung jawab atas kehilang kendaraan konsumen pengguna jasa parkir, didasarkan pada prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan (liability based on fault). Maka sesua dengan ajaran perbuatan melawan hukum (PMH) (Pasal 1367 KUH-Perdata) pengelola parkir bertanggung jawab atas PMH yang dilakukan sendiri maupun yang dilakukan oleh

pegawai/karyawannya yang menimbulkan kerugian bagi jasa konsumen parkir. 3.2. Terhadap klausula baku yang tertera dalam karcis parkir merupakan perjanjian yang kesepakatannya bercacat hukum karena timbul dari ketidakbebasan yang menerima klausula, sebab manakala pengendara mobil memasuki area parkir, konsumen tidak mempunyai pilihan lain selain memilih parkir di situ. Artinya kesepakatan itu diterima seolah olah dalam keadaan terpaksa oleh pihak konsumen. Sedangkan ketentuan Perda Nomor 5 Tahun 1999 tentang Perparkiran yang mendukung diterapkannya praktik klausula baku tidak mengurangi hak pengguna jasa parkir untuk menuntut ganti rugi jika pihaknya dirugikan oleh adanya PMH yang dilakukan pihak pelaku usaha yang mengelola perparkiran secara profesional dan secure parking. Meskipun Majelis Hakim dalam putusannya tidak secara tegas menyebutkan Pasal 18 ayat (1) huruf [a] Undang undang tentang Perlindungan Konsumen, akan tetapi putusan Majelis Hakim pada hakekatnya menyatakan klausula baku yang diterapkan oleh pengelola parkir, tidak berlaku. Jadi, putusan Majelis Hakim a quo selaras dengan maksud Pasal 18 ayat (1) huruf [a] Undang undang tentang Perlindungan Konsumen. Dan dalam Kasasi Tergugat dengan nomor perkara 1246/K/PDT/2003 dan upaya Peninjauan Kembali (PK) Tergugat dengan nomor perkara 124 PK/PDT/2007, semuanya ditolak Oleh Mahkamah Agung.

B. Saran 1. Agar konsumen tidak dirugikan akibat penerapan klausula baku dalam praktik perparkiran, maka diwajibkan bagi pelaku usaha (pengelola parkir) untuk melakukan kerja sama dengan perusahaan asuransi sehingga kalau ternyata kendaraan yang telah diasuransikan itu rusak atau hilang, maka perusahaan asuransi dapat segera merealisasikan klaim asuransi dari konsumen tersebut sesuai dengan Peraturan Daerah DKI Nomor 5 Tahun 2012 tentang Perparkiran. Demikian pula bagi pengelola parkir disarankan agar bersikap kooperatif dengan pemilik kendaraan yang rusak atau hilang untuk secepatnya melaporkan setiap kerusakan atau kehilangan kendaraan ke polisi guna mendapat surat bukti lapor tentang kehilangan yang dapat dijadikan sebagai bukti untuk mendapatkan penggantian kerugian dari perusahaan asuransi (bagi kendaraan kendaraan yang memang telah diasuransikan). 2. Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 1999 tentang Perparkiran sudah tepat untuk direvisi, terutama ketentuan dalam Pasal 36 ayat (2), karena selain bertentangan dengan Undang undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, juga Perda tersebut belum sepenuhnya berpihak pada perlindungan konsumen, dan lagi pula belum mengatur sistem perparkiran yang ideal. Dalam perspektif perlindungan konsumen, idealnya konstruksi hukum perparkiran adalah penitipan barang. Jadi, jika ada kerusakan atau kehilangan kendaraan pengelola parkir harus turut bertanggung jawab. Dengan demikian revisi Perda Nomor 5 Tahun 1999 tentang Perparkiran harus

mengakomodasikan konstruksi hukum perparkiran dalam konteks penitipan barang bukan sewa lahan, yang secara nyata merugikan hak hak konsumen. Saat ini setelah direvisi menjadi Peraturan Daerah DKI Nomor 5 Tahun 2012 tentang Perparkiran konsumen diberikan kenyamanan dan kemanan atas kendaraan yang diparkirkan diwilayah parkir resmi tersebut, karena kendaraan konsumen wajib diasuransikan oleh pengelola jasa parkir (pelaku usaha) 3. Pelaku usaha idealnya adalah menerapakan aturan yang tegas bagi konsumen jasa parkir misalnya dengan melarang kendaraan tanpa STNK untuk memasuki/parkir diwilayah parkir yang dikelola oleh pengelola jasa parkir tersebut dan kendaraan yg sudah parkir dan ingin keluar dari area parkir wajib menunjukkan STNK dan karcis parkir yang sesuai dengan Plat Nomor kendaraan yang akan keluar tersebut, hal ini guna meminimalisir aksi dari pencurian atau penggunaan kendaraan oleh pihak yang tidak berhak. 4. Pihak pemerintah atau instansi terkait harus mensosialisasikan bagian bagian penting dalam Undang undang tentang Perlindungan Konsumen seperti perjanjian standar yang berhubungan dengan keberadaan klausula baku. Upaya mensosialisasikan Undang undang Perlindungan Konsumen walaupun sudah dilakukan dibeberapa media massa perlu ditingkatkan penyebarannya terutama kepada masyarakat pelaku usaha, konsumen, institusi hukum dann seluruh instansi yang terkait dengan keberadaan Undang undang Perlindungan Konsumen. Dengan demikian, keberadaan Undang undang Perlindungan Konsumen diharapkan dapat menjadi dasar hukum yang dapat melindungi kepentingan konsumen. Dan di sisi lain, diharapkan dapat

mendorong agar kegiatan usaha yang sehat secara langsung dapat melahirkan pelaku pelaku usaha yang tangguh, bermoral, bersikap jujur dalam memproduksi atau menyediakan barang dan atau jasa, dan semuanya dilakukan oleh pelaku usaha dengan profesional. 5. Bahwa setelah tahun 2012 Akhirnya pemerintah Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta telah mengesahkan Peraturan Daerah DKI Nomor 5 Tahun 2012 tentang Perparkiran yang mengatur secara tegas tentang dilarangnya Klausula baku dan mewajibkan setiap pengelola jasa parkir untuk mengasuransikan kendaraan konsumen yang memasuki wilayah parkir yang dikelola oleh pengelola jasa parkir tersebut. 6. Pada kenyataannya setelah berlakunya Peraturan Daerah DKI Nomor 5 Tahun 2012 tentang Perparkiran bahwa masih saja ada penerapan klausula baku yang masih tercantum pada karcis parkir di beberapa tempat parkir di Jakarta dan penulis merasa bahwa kendaraan yang masuk di wilayah parkir yang dikelola oleh pengelola jasa parkir tersebut tidak diasuransikan oleh pengelola jasa parkir dikarenakan masih dicantumkannya klausula baku tersebut, mungkin upaya pengelola jasa parkir untuk mencegah atau meminimalisir kehilangan dan/atau kerusakan kendaraan konsumen adalah dengan mengetatkan keamanan pada area parkir tersebut, kehilangan kendaraan atau kerusakan kendaraan konsumen dianggap sebagai resiko bisnis sehingga mereka pengelola jasa parkir apabila hal tersebut terjadi siap untuk menggantinya, dikarenakan betapa besar keuntungan pengelola jasa parkir dibandingkan dengan penggantian kehilangan/ kerusakan sebuah kendaraan.