loket). Biaya tersebut dialihkan secara sepihak kepada konsumen.

Transkripsi

1 SIARAN PERS Badan Perlindungan Konsumen Nasional Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta Telp/Fax , Pelanggaran Hak Konsumen :

2 b. KUH Perdata pasal 1315 : pada umumnya tak seorang dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji daripada untuk dirinya sendiri Para pihak tidak dapat mengadakan pernjanjian yang mengikat pihak ketiga. c. KUH Perdata pasal 1340 : Suatu perjanjian hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat membawa rugi kepada pihak-pihak ketiga, tak dapat pihak-pihak ketiga mendapatkan manfaat karenanya. Acara yang berlangsung satu hari di Hotel Rocky Padang ini menghadirkan narasumber dari Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) setempat, Daniel Sutan Makmur, Ketua Padang Consumer Crisis. Beberapa hal yang menjadi pokok bahasan dalam temu media ini antara lain mengenai keluhan kerugian konsumen akibat penerapan PPOB oleh PT. PLN (Persero) : - Konsumen menanggung beban tambahan biaya antara Rp ,- sd Rp ,-, bagi masyarakat kecil ini memberatkan. - Kebijakan bersifat pemaksaan, dimana konsumen tidak diberi pilihan untuk dapat membayar secara konvensional dan gratis. - PLN memperoleh keuntungan tidak fair (karena tidak mengeluarkan biaya operasional loket). Biaya tersebut dialihkan secara sepihak kepada konsumen. - Bank memperoleh keuntungan yang sangat besar, karena dapat menetapkan besarnya tarif administrasi semaunya. - PLN tidak pernah minta pendapat persetujuan konsumen dan tidak memberikan informasi yang cukup kepada konsumen. - Beban tambahan tersebut tidak pernah diatur dalam surat perjanjian jual beli tenaga listrik antara konsumen dengan PT. PLN. Untuk itu Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) manyampaikan beberapa saran kebijakan kepada Direksi PT PLN (Persero), antara lain: (1) PPOB tetap bisa dilanjutkan karena merupakan bagian dari peningkatan pelayanan kepada konsumen, namun pembebanan atas biaya PPOB tersebut bukan kepada konsumen, (2) Mengingat nilai positifnya PPOB yang menikmati adalah PT PLN, maka biaya yang timbul menjadi tanggungjawab PT PLN (Persero), (3) Biaya yang timbul akibat PPOB bukan merupakan biaya baru namun pengalihan biaya operasional penarikan rekening secara konvensional ke PPOB sehingga tidak ada alasan membebani keuangan PLN atau dapat menyebabkan kerugian bagi PT PLN (Persero), (4) Biaya yang telah ditarik kepada konsumen selama ini harus dikembalikan, kepeda konsumen diperhitungkan dengan kewajiban membayar pada rekening listrik bulan berjalan. Sebagai langkah konkrit dalam melaksanakan tugasnya, BPKN telah memberikan rekomendasi melalui suratnya No. 68/BPKN/9/2007 tanggal 19 September 2007 kepada Direktur Utama PT. PLN, perihal Kebijakan PT. PLN Dalam Menerapkan Sistem Online dan Surat No.73/BPKN/5/2010 Tanggal 31 Mei 2010 kepada Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) serta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), perihal Kebijakan PT. PLN dalam sistem PPOB (copy surat terlampir). Informasi lebih lanjut hubungi : Koordinator Komisi Komunikasi dan Edukasi Badan Perlindungan Konsumen Nasional Telp/Fax: , , srie-at@bpkn.go.id, setbpkn@bpkn.go.id -- selesai --- Contact : Garibaldi (baldie79@gmail.com) Teguh (t.supriyantolaw@yahoo.com)

3 Fact Sheet Pokok-Pokok Bahasan Dalam Temu Media a. Ketentuan Perjanjian/Kontrak Menurut KUH Perdata yang menyebutkan bahwa: - Perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal. - Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata - Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. - Berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya berarti para pihak berkewajiban menaati isi dan syarat yang telah ditetapkan bersama dalam perjanjian, sebagaimana mentaati sebuah undang-undang. - Tanggungjawab para pihak untuk mentaati dan melaksanakan perjanjian disebut tanggungjawab kontraktual (contractual liability) b. Sanksi Dalam Tanggungjawab Kontraktual - Ketentuan tentang kalusula baku dalam kontrak standar diatur dalam pasal 18 UUPK, sebagai berikut : Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila: - menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha; - menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen; - menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen; - menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran; - mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen; - memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa; - menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya; - menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran. Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit dimengerti. Setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen atau perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dinyatakan batal demi hukum. Pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula baku yang bertentangan dengan Undang -Undang ini.

4 c. Ingkar Janji Menurut KUH Perdata - Ingkar janji adalah tidak memenuhi kewajiban/tanggungjawab yang telah ditetapkan dalam perjanjian, atau melanggar perjanjian yaitu melakukan sesuatu yang tidak boleh dilakukan menurut perjanjian - Macam-macam Ingkar Janji: Tidak melakukan sesuatu yang telah disanggupi atau tidak memenuhi prestasi. Melaksanakan sesuatu yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan, atau memenuhi prestasi tetapi tidak sesuai dengan perjanjian atau keliru. Memenuhi sesuatu yang dijanjikan tetapi terlambat atau memenuhi prestasi tetapi tidak tepat pada waktu yang dijanjikan. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan. d. Analisis Terhadap Kontrak Perjanjian Standar Jual Beli Tenaga Listrik PT PLN - Butir 1 Pihak Kedua akan tunduk pada ketentuan-ketentuan yang tercantum di dalam peraturan mengenai syarat-syarat penyambungan listrik, dan Peraturan Instalasi Listrik lainnya yang berlaku di Indonesia dengan peraturan pelaksanaannya dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari surat perjanjian ini. - Butir 3 huruf a Pihak Kedua berkewajiban membayar rekening listrik dalam jangka waktu dan tempat yang akan ditentukan Pihak Pertama - Butir 4 huruf f Pembayaran rekening listrik dilakukan awal bulan pada loket-loket Payment Point/Bank/Koperasi/POS yang telah ditetapkan setiap hari kerja antara Pukul sd WIB mulai tanggal 1 sd 20 (Sesuai Gelombang Pembayaran) pada setiap bulannya. Apabila lewat dari tanggal yang telah ditentukan, maka dikenakan Biaya Keterlambatan (BK) sesuai dengan Tarif Dasar Listrik yang berlaku. e. Keterkaitan PPOB dengan Kontrak Jual Beli Tenaga Listrik PPT PLN - Pembayaran tagihan listrik melalui PPOB merupakan: upaya peningkatan layanan (services) oleh PT PLN; dilakukan atas inisiatif PT PLN; melalui kerjasama dengan PT Bank X biaya administrasi pembayaran listrik dibebankan kepada pelanggan. - Pembebanan biaya administrasi pembayaran listrik kepada pelanggan: Tidak disepakati dalam Perjanjian Standar Jual Beli Tenaga Listrik PT PLN; Karena tidak disepakati dalam Perjanjian, maka pembebanan biaya administrasi merupakan ingkar janji oleh PT PLN; Sekalipun ada perubahan Keputusan Direksi bahwa biaya administrasi pembayaran dibebankan kepada pelanggan, hal ini melanggar Pasal 18 ayat (1) huruf g UUPK. - Dapat terkena sanksi pidana dalam Pasal 62 ayat (1) UUPK. f. Sanksi Atas Ingkar Janji Menurut KUH Perdata - Membayar ganti rugi (Pasal 1243 KUH.Perdata). - Pembatalan perjanjian melalui pengadilan (Pasal 1266 KUH.Perdata). - Resiko beralih kepada debitur sejak saat terjadi wanprestasi (Pasal 1237 ayat (2) KUH.Perdata). - Membayar biaya perkara bila diperkarakan di pengadilan. - Memenuhi perjanjian jika masih dapat dilakukan, atau pembatalan perjanjian disertai dengan pembayaran ganti rugi (Pasal 1267 KUH.Perdata).

5 Tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) I. Tugas dan Fungsi BPKN Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) merupakan satu-satunya kelembagaan perlindungan konsumen dengan skala nasional yang pembentukannya diamanahkan oleh Undang-undang No 8 tahun Sesuai Undang-Undang tersebut, BPKN mendapat tugas menjadi lembaga pertimbangan atau advisory body bagi Pemerintah, dan mengemban fungsi dan tugas: Fungsi : Memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah dalam upaya mengembangkan perlindungan konsumen di Indonesia Tugas : a. Memberikan saran dan rekomendasi kepada pemerintah dalam rangka penyusunan kebijakan di bidang perlindungan konsumen b. Melakukan penelitian dan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang perlindungan konsumen c. Melakukan penelitian terhadap barang dan/atau jasa yang menyangkut keselamatan konsumen d. Mendorong berkembangnya LPKSM e. Menyebarluaskan informasi melalui media mengenai perlindungan konsumen dan memasyarakatkan sikap keberpihakan kepada konsumen f. Menerima pengaduan tentang perlindungan konsumen dari masyarakat, LPKSM atau pelaku usaha g. Melakukan survey yang menyangkut kebutuhan konsumen Dalam menjalankan tugas, visi yang ingin dicapai BPKN adalah Menjadi Lembaga Terdepan Bagi Terwujudnya Konsumen yang Bermartabat dan Pelaku Usaha yang bertanggungjawab, dengan mengemban misi : a. Memperkuat landasan hukum dan kerangka kebijakan perlindungan konsumen nasional b. Memperkuat akses jalur penyelesaian sengketa perlindungan konsumen. c. Memperluas akses informasi perlindungan konsumen serta mengembangkan edukasi dan informasi konsumen. BPKN terdiri dari beberapa Komisi. Komisi-komisi ini dibentuk guna mengefektifkan pelaksanaan fungsi dan tugas BPKN dengan pertimbangan bahwa komisi-komisi tersebut akan bekerja secara terfokus pada bidang-bidang tertentu yang sudah ditetapkan. Saat ini terdapat 4 Komisi di BPKN yaitu : Komisi 1: meneliti dan mengkaji peraturan perundang-undangan yg berkaitan dengan perlindungan konsumen, melalui pengkajian perundang-undangan, Peraturan Pemerintah, dan peraturan-peraturan lainnya serta melaksanakan survei atas barang dan/atau jasa. Komisi 2: menyebarluaskan informasi baik melalui media cetak maupun elektronik mengenai perlindungan konsumen; memasyarakatkan sikap keberpihakan kepada konsumen dan melaksanakan pendidikan konsumen kepada masyarakat.

6 Komisi 3: menerima dan menangani pengaduan dari konsumen, LPKSM atau pelaku usaha, serta mengkoordinasikan penyelesaiannya bersama Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) dan LPKSM. Komisi 4: menjalin hubungan dan kerjasama dengan lembaga-lembaga baik lembagapemerintah maupun non pemerintah, nasional dan internasional, serta mendorong berkembangnya LPKSM II. Upaya Dalam Rangka Mewujudkan BPKN Sebagai Sentral Informasi Perlindungan Konsumen 1. Selama kurun waktu 1 Januari 2012 s/d 1 Agustus 2012, BPKN menerima pengaduan masuk sebanyak 132 Pengaduan, yang terdiri dari 9 pengaduan langsung dan 123 Pengaduan berupa tembusan dengan rincian pengaduan berdasarkan sektor/komoditas adalah sebagai berikut : 80 kasus di sektor perbankan, 35 kasus di sektor pembiayaan konsumen, 10 kasus di sektor perumahan, 1 kasus di sektor PDAM, listrik PLN, pelayanan paspor, jasa parker, jasa asuransi, layanan internet dan pangan. 2. Menyusun Panduan Penanganan Pengaduan Konsumen Bagi Jaringan Kerja Penanganan Pengaduan BPKN yaitu LPKSM, BPSK, Disperindag, Pelaku Usaha dan Instansi Pemerintah Penyedia Jasa Publik. 3. Pengembangan Jaringan Kerja Penanganan Pengaduan dengan berbagai stakeholders terkait (Pelaku Usaha, Asosiasi, Instansi Penyedia Jasa Publik) 4. Dalam rangka meningkatkan penanganan pengaduan dan kasus, BPKN akan merealisasikan suatu Sistem Informasi Pengaduan Nasional yang dapat di akses secara luas melalui portal BPKN di website dengan alamat serta akan menyediakan layanan Call Center di Nomor 14153