BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengamatan perpajakan Center Taxation analysis (CITA) rendahnya tingkat kepatuhan bayar pajak menjadi indikator rendahnya serapan pajak oleh pemerintah. Wajib Pajak masih banyak yang berpikir jika pajak bukan sebagai kewajiban kepada negara sehingga kewajiban kerap terabaikan. CITA mencatat saat ini potensi wajib pajak tanah air mencapai 60 juta, dari jumlah itu sekira dua juta diantaranya merupakan pajak perusahaan, namun hanya 500 ribu yang taat melaporkan pajaknya. Bisnis tempo kepatuhan wajib pajak Indonesia terendah di asean (28/12/2014) Target penerimaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk pajak tahun 2015 bisa naik sampai Rp 600 triliun.salah satu upaya untuk mencapainya adalah meningkatkan kepatuhan para wajib pajak (WP). Untuk meningkatkan kepatuhan, pemerintah berencana mengumumkan 487 WP yang seharusnya dicekal ke luar negeri atas tunggakan total Rp 3,32 triliun. Meliputi 402 WP badan dan 85 WP orang pribadi. Indopos target pajak 2015 harus mampu terwujud jangan mau kalah dengan malaysia (12/2014) Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan (DJP Kemenkeu) melaporkan hingga 30 April 2015, jumlah pajak yang berhasil 1
2 dikumpulkan sebanyak Rp 310,1 triliun. Angka tersebut baru menyentuh 23,95 persen dibandingkan target penerimaan pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015 sebesar Rp 1.294,25 triliun. Jika dibandingkan dengan realisasi periode yang sama tahun lalu, penerimaan pajak selama empat bulan tersebut tercatat lebih rendah 1,29 persen. Sebab sampai April 2014, DJP yang ketika itu masih dipimpin oleh Fuad Rahmany berhasil mengumpulkan penerimaan pajak sampai Rp 314,13 triliun. Seperti dilansir data dashboard penerimaan pajak sistem informasi DJP, dari lima kelompok pajak besar tercatat hanya Pajak Penghasilan (PPh) Non Migas yang mengalami peningkatan sebesar 10,58 persen menjadi Rp 180,16 triliun dari sebelumnya sampai April 2014 sebesar Rp 162,93 triliun. Sementara kelompok Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) sampai April 2015 turun 5,25 persen menjadi Rp 111,32 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 117,49 triliun. Penurunan juga terjadi pada kelompok pajak lainnya sebesar 9,54 persen menjadi Rp 1,55 triliun dibandingkan April 2014 sebesar Rp 1,72 triliun. Dua kelompok pajak terakhir yang paling tinggi penurunan penerimaan pajaknya adalah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang mencapai 64,7 persen menjadi Rp 308,24 miliar dari sebelumnya Rp 873,22 miliar, serta PPh Migas yang mengalami penurunan 46,18 persen
3 menjadi Rp 16,74 triliun dibandingkan perolehan sampai April 2014 sebesar Rp 31,11 triliun. Penerimaan pajak per 4 November 2015 lalu mencapai Rp 774,4 triliun atau 59,8 persen dari target total penerimaan pajak tahun ini Rp 1.295 triliun. Artinya, selisih antara realisasi dengan target (shortfall) penerimaan pajak mencapai Rp 155 triliun. Ini mempengaruhi penerimaan negara yang baru mencapai 63 persen dari pagu Rp 1.761,6 triliun. Sedangkan belanja pemerintah hingga 5 November 2015 sekitar 71 persen dari pagu Rp 1.984,1 triliun. Jadi, defisit anggaran mencapai Rp 298,9 triliun atau 2,55 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). TABEL I.1. PENERIMAAN PAJAK TAHUN PRESENTASE TARGET REALISASI 2012 96.4% Rp. 1.016 T Rp. 981 T 2013 93.8% Rp. 1.148 T Rp. 1.077 T 2014 91.7% Rp. 1.246 T Rp. 1.146 T Sumber : www.depkeu.go.id, diolah 2015 Direktorat Jendral (Ditjen) Pajak Kementrian Keuangan mengungkapkan rekapitulasi hasil penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) 2015 mencapai 9,09 juta Wajib Pajak. Jumlah tersebut mengalami peningkatan 17 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya
4 TAHUN TABEL I.2. PENERIMAAN PAJAK KPP Pratama Grogol Petamburan TOTAL WP REALISASI PENERIMAAN 2013 78.601 Rp. 58,73 M 2014 83.688 Rp. 51,34 M 2015 88.717 Rp. 93.39 M Sumber : Data dari KPP Pratama Grogol Petamburan Jakarta Fenomena yang diungkapkan Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat Ditjen Pajak, Mekar Sari Utama mengungkapkan, jumlah tersebut berdasarkan up date per tanggal 31 Maret 2015. Data tersebut berdasarkan perhitungan di aplikasi quick count di 323 KPP dan juga hasil aplikasi efilling, (13/4/2015) untuk wajib pajak perorangan total SPT yang dilaporkan pada 2015 mencapai 9.92 juta wajib pajak. Jumlah tersebut naik 17,58 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan untuk wajib pajak badan, jumlah pelaporan mencapai 164.359 Wajib Pajak, jumlah tersebut naik 33,13 persen jika dibanding dengan tahun sebelumnya yang jumlahnya hanya sekitar 123.459 Wajib Pajak. Angka tersebut tergolong kecil. Pasalnya, dari 27 juta Wajib Pajak terdaftar tidak seluruhnya menyerahkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) setiap tahun. Padahal penyampaian SPT sangat penting bagi negara terkait kepatuhan Wajib Pajak dalam pelaporan pembayaran pajak.
5 Fenomena yang ada untuk meningkatkan kepatuhan, pemerintah berencana mengumumkan 487 Wajib Pajak yang seharusnya dicekal ke luar negeri atas tunggakan total Rp 3,32 triliun. Meliputi 402 WP badan dan 85 WP orang pribadi. Darussalam, mengatakan tindakan tersebut merupakan sinyal ketegasan dari pemerintah. Langkah ini menunjukkan tidak ada lagi pihak yang bisa mengakali pembayaran pajak. Bila kemudian data tersebut disertai dengan pengumuman nama-nama WP yang seharusnya dicekal. Sehingga mampu memberikan efek jera. Itu adalah sinyal yang baik. Sinyal bahwa pemerintah benar-benar serius dan tegas untuk WP yang nakal. Akan lebih bagus lagi kalau nama-nama itu diumumkan. Makin takut orang untuk main-main dengan pajak, indopos.co.id Minggu (28/12/2015) Bambang P.S. Brodjonegoro selaku Menteri Keuangan berpendapat salah satu penyebab rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak tersebut salah satunya adalah keterbatasan jumlah sumber daya manusia. Berdasarkan perhitungan perbandingan account Representative (AR) dengan Wajib Pajak di indonesia saat ini masih jauh dari ideal. Satu AR menghadapi 8.000 Wajib Pajak, padahal idealnya satu AR menghadapi 500 Wajib Pajak. Untuk meningkatkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak tersebut, perlu ada perbaikan dari sisi sumber daya manusia maupun penegakan hukum (sanksi). kemenkeu.go.id/portal kemekeu/ optimalkan penerimaan pajak, pemerinah tingkatkan kepatuahan Wajib pajak (28/11/2014)
6 Meningkatkan Pelayanan adalah salah satu strategi yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak. Pelayanan sendiri pada sektor perpajakan dapat diartikan sebagai pelayanan yang diberikan kepada Wajib Pajak oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk membantu Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakannya. Pelayanan pajak termasuk dalam pelayanan publik karena: dijalankan oleh instansi pemerintah, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan undang-undang dan tidak berorientasi pada profit atau laba. Dengan fenomena diatas maka penulis tertarik mengangkat judul Skripsi PENGARUH SANKSI ADMINISTRASI DAN PELAYANAN FISKUS TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI (Studi kasus di Wilayah KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan). B. Rumusan Masalah Masalah yang terjadi pada saat ini adalah bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak Orang Pribadi di kota Jakarta cenderung menurun dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan WP Orang Pibadi di kota Jakarta sangat diperlukan.
7 Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan 1 Apakah terdapat pengaruh sanksi administrasi terhadap kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Grogol Petamburan Jakarta? 2 Apakah terdapat pengaruh pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Grogol Petamburan? C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : a Untuk menganalisis pengaruh dari sanksi administrasi terhadap kepatuhan wajib pajak. b Untuk menganalisis pengaruh pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak. 2. Kontribusi Penelitian a Bagi Dirjen Pajak, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran perihal variabel-variabel yang perlu diperhatikan dalam upaya untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak badan usaha. b Bagi KPP secara umum, diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan mengenai tindakan yang dapat diambil KPP guna meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak yang dilayaninya. c Bagi pihak akademisi dan peneliti yang tertarik untuk melakukan kajian di bidang yang sama, diharapkan penelitian ini dapat memberikan bukti empiris dan memberikan sumbangan dalam pengembangan teori perpajakan dan akuntasi keperilakuan.