1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pemikiran Baudrillard mendasarkan diri pada beberapa asumsi hubungan manusia dan media. Baudrillard banyak mengkaji tentang fenomena media, terutama peran media elektronik dalam membentuk masyarakat konsumen. Media merupakan ruang bagi manusia untuk membentuk identitas dirinya. Baudrillard memaparkan bagaimana sesungguhnya kenyataan dikonstruksi media seakan menjadi kenyataan yang sebenarnya. Istilah simulacra digunakan untuk menerangkan hubungan-hubungan produksi, komunikasi dan konsumsi dalam masyarakat konsumen Barat kontemporer yang dicirikan oleh over produksi, over komunikasi dan over konsumsi melalui media massa, industri hiburan, iklan, fashion dan sebagainya. Realitas simulasi yang dihasilkan oleh berbagai teknologi baru, telah mampu mengalahkan realitas yang sesungguhnya dan bahkan menjadi model acuan yang baru bagi masyarakat. Apa yang terjadi dalam tayangan televisi adalah simulasi. Bahkan kehidupan sendiri menjadi sebuah simulasi dari apa yang dilihat dalam televisi. Gambar dalam tayangan televisi membawa ideologi dari semua kekuatan sistem pembacaan menjadi sistem tanda. Semua hal yang ada di dunia diolah dalam produk yang rapi dalam seperangkat tanda. Objek konsumsi pada dasarnya diorganisir oleh tatanan sistem produksi. Produsenlah yang mengontrol perilaku
2 pasar, mengatur dan memberi contoh sikap-sikap sosial dan kebutuhan. hubungan manusia dengan objek-objek, hubungan manusia dengan dirinya sendiri dipalsukan dan dimanipulasi dengan bersenjatakan iklan. Segala Proses yang terjadi dalam simulasi atau pencitraan dalam iklan, kemudian berujung pada sebuah absurditas yang dikonsumsi publik sebagai sebuah kebenaran. Dampak dari tayangan media massa, khususnya iklan di televisi adalah kenyataan dari masyarakat konsumsi yang mengetahui kebenaran objek-objek dan produk sebagai tanda pengenal. Masyarakat berusaha mengafirmasi, meneguhkan identitas dan perbedaannya, serta mengalami kenikmatan melalui tindakan membeli dan mengonsumsi sistem tanda bersama. Segala sesuatu ditentukan oleh relasi tanda, citra dan kode. Identitas seseorang tidak lagi ditentukan oleh dan dari dalam dirinya sendiri, tapi lebih ditentukan oleh konstruksi tanda, citra dan kode yang membentuk cermin bagaimana seorang individu memahami diri dan hubungannya dengan orang lain. Pandangan Baudrillard tentang dunia simulasi juga telah menjadi bagian realitas yang dijalani dan dihidupi masyarakat kontemporer di Indonesia. Masyarakat indonesia juga mulai mengkonsumsi nilai tanda dan nilai simbol yang tersaji dalam tayangan iklan di Televisi. Berbagai tayangan iklan tentang produk kecantikan memuat berbagai macam tanda yang menjadi acuan dan menentukan bagaimana seseorang harus bertindak dan memahami lingkungannya. Misalnya iklan Garnier men yang mencitrakan tentang laki-laki urban yang modern dengan ditempeli berbagai tanda. Identitas seseorang laki-laki urban di Indonesia akhirnya lebih ditentukan oleh konstruksi tanda, citra dan kode di dalam yang menjadi
3 acuan bagaimana seseorang memahami diri mereka dan hubungannya dengan orang lain. Identitas diri sebagai seorang laki-laki urban di Indonesia tidak lagi ditentukan oleh dirinya sendiri atau tidak berasal dari dalam dirinya sendiri. Pendekatan dan metode fenomologi yang digunakan Max Sceler dalam menangkap dan memahami realitas dapat digunakan sebagai cara pandang baru bagi masyarakat untuk memahami realitas, hakikat tentang nilai dan sesuatu yang bernilai. Menurut Max Scheler, nilai secara esensial ditemukan manusia mendahului pengalaman inderawinya dan secara apriori ditangkap manusia dari dunia nilai melalui perasaan emosinya. Keberadaan nilai dalam dunia nilai tidak tergantung pada objek bernilai maupun tujuan. Fenomenologi dapat digunakan sebagai pilihan sikap serta prosedur pengamatan masyarakat kontemporer di Indonesia terhadap fakta-fakta yang disaksikan dalam tayangan iklan di televisi. Fakta dalam tayangan iklan televisi adalah fakta ilmiah yang dijadikan sebagai suatu formula simbolis yang dapat dimanipulasi sehingga kaitannya dengan realitas inderawi sangat menipis. Simbol sangat berbahaya karena simbol memiliki kecenderungan untuk menggantikan dan menyembunyikan fenomena. Aspek penting dari pengalaman fenomenologis Scheler adalah de-simbolisasi pada fenomena. Berbeda dengan simbol-simbol, fenomenologi Scheler dapat dijadikan upaya untuk keluar dari simbol menuju ke benda-benda, dari ilmu konseptual dan peradaban yang puas dengan simbol menuju ke pengalaman hidup secara intuitif.
4 Pemahaman tentang hakikat nilai, fakta fenomenologis dan hierarki nilai dapat dijadikan cara pandang baru bagi masyarakat Indonesia serta dapat menjadi dorongan agar bersedia menggunakan perasaan intensional nya untuk menangkap nilai. Perasaan intensional yang tidak dibatasi pada perasaan fisik atau emosi, melainkan dengan keterbukaan hati dan budi dalam semua dimensi. Pandangan Max Scheler tentang fakta fenomenologis juga dapat dijadikan referensi bagi masyarakat Indonesia agar mampu memahami kebenaran sejati. Scheler mengatakan bahwa untuk menemukan kebenaran, manusia harus melepaskan dirinya dari ikatan-ikatan yang berupa kegemaran, kesenangan, dan terutama dari belenggu hidup yang rendah. Pandangan Max Sceler tentang hierarki nilai juga dapat dijadikan rujukan bagi masyarakat kontemporer di Indonesia dalam memahami tentang hakikat nilai dan pandangan tentang sesuatu yang bernilai. Masyarakat Indonesia dapat terbuka terhadap alam nilai. Apabila masyarakat mampu menyadari apa yang benar-benar bernilai, maka masyarakat Indonesia dapat menyadari apa yang pantas diusahakan dan apa yang tidak pantas. Masyarakat akan semakin terbuka bagi nilai-nilai rohani dan terbebas dari determinasi dunia sehingga mampu terhubung dengan dunia nilai-nilai. Nilai dalam sebuah objek konsumsi (nilai guna, nilai tukar, nilai tanda, atau nilai simbol), hanyalah beberapa jenis nilai dalam hierarki nilai. Indeks harga diri manusia tidak hanya diukur berdasarkan dengan apa yang tampak atau melekat pada jasmaninya. Esensi dan eksistensi manusia tidak dapat dinilai dari gambaran objek saja yang ditayangkan dalam berbagai iklan tentang produk kecantikan di televisi,
5 tetapi lebih ditentukan berdasarkan nilai pribadi. Nilai seseorang sebagai pribadi lebih tinggi daripada nilai seseorang hanya sebagai barang/objek. Nilai etika yang dimiliki oleh pribadi pembawa nilai adalah suatu yang nyata mengenai dan berpengaruh pada pribadi bersangkutan. B. Saran Penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut untuk penelitianpenelitian selanjutnya. Iklan dan pemikiran Baudrillard dapat diteliti lebih lanjut dengan menggunakan sudut pandang axiologi ilmu dengan teori nilai dari tokoh yang berbeda, misalnya axiologi Archie J. Bahm. Selain itu, Pemikiran Baudrillard juga dapat diteliti lebih lanjut dengan menggunakan sudut pandang sosiologi ilmu. Baudrillard mengkritik perubahan nilai guna dan nilai tukar barang pada teori ekonomi Max Scheler yang dianggap sudah tidak relevan lagi dengan kehidupan kontemporer. Kritik tersebut menandakan adanya aspek sosiologis ilmu terkait penjelas tentang realitas sosial, perubahan ilmiah, dan perilaku ilmiah yang terkait dengan komunitas ilmiah yang layak diteliti lebih lanjut. Dalam penelitian ini, pandangan Baudrillard hanya dipandang sebagai hipotesis yang bersifat sementara dan memungkinkan untuk diuji lebih lanjut sehingga penelitian lanjutan mengenai perkembangan dan transformasi nilai masyarakat kontemporer dapat juga dilakukan dengan membandingkan teori Baudrillard dengan teori lain. Peneliti menyarankan penelitian-penelitian lebih lanjut sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas tulisan. Dengan demikian, diharapkan penelitian ini akan semakin menambah khasanah ilmiah.