PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INDUCTIVE THINKING BERBASIS KETERAMPILAN PROSES SAINS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS X

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CLASS-WIDE PEER TUTORING (CWPT)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

PENERAPAN GUIDED INQUIRY

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X

PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN SILENT DEMONSTRATION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 14 SURAKARTA

PENERAPAN MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI PADA MATERI ARCHAEBACTERIA DAN EUBACTERIA KELAS X

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE GROUP INVESTIGATION

Pendidikan Biologi Volume 4, Nomor 1 Januari 2012 Halaman 56-67

PENINGKATAN KEAKTIFAN SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI KARANGPANDAN MELALUI STRATEGI TEAM QUIZ DISERTAI MODUL

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN STRATEGI TEAM QUIZ, MEDIA AUDIO VISUAL, DISERTAI MODUL PEMBELAJARAN

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARANACTIVE KNOWLEDGE SHARINGUNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BERTANYA BIOLOGISISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAKTAHUN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA KELAS VIII-F SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN

RAHMAT FAUZI NIM. K

Pendidikan Biologi Volume 4, Nomor 1 Januari 2012 Halaman

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY

INTEGRASI MEDIA ICT KE DALAM PENDEKATAN

Pendidikan Biologi Volume 5, Nomor 1 Januari 2013 Halaman

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DILENGKAPI DENGAN

Skripsi. Oleh: Dwi Listiawan X

IMPLEMENTASI MODEL EXPERIENTIAL LEARNING

OLEH: MUFIDA NOFIANA K

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

Skripsi. Oleh: Puput Dwi Maret Tanti K

PENERAPAN DISCOVERY LEARNING DIPADU READING ASSIGNMENT UNTUK MENINGKATKAN SCIENTIFIC WRITING SKILLS SISWA KELAS X MIA 4 SMA MUHAMMADIYAH 1 KARANGANYAR

LINDA ROSETA RISTIYANI K

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) MENGGUNAKAN SOFTWARE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS

Skripsi. Oleh: GAMALIEL SEPTIAN AIRLANDA K

JURNAL SKRIPSI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI DIPADUKAN MEDIA AUDIO VISUAL

: RANI PURWATI K

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY

PENERAPAN PROJECT BASED LEARNING

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN LISTENING TEAM

Peningkatan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Ekosistem Melalui Penerapan Model Inkuiri Terbimbing

Diajukan Oleh: ARISKA DEVIE PRADISTA A

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

RIDA BAKTI PRATIWI K

PENERAPAN MODEL RME DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V

DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION MATA PELAJARAN PKN SD KOTA TEBING TINGGI

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI SISWA DENGAN STRATEGI SNOWBALL THROWING

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN REKA CERITA GAMBAR

PENINGKATAN PARTISIPASI DAN MOTIVASI BELAJAR BIOLOGI MELALUI ACTION LEARNING PADA SISWA KELAS X.6 SMAN 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

commit to user BAB I PENDAHULUAN

UPAYA PENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI MELALUI PEMBELAJARAN TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE (5E) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS BIOLOGI SISWA KELAS X SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

PENERAPAN PENDEKATAN CTL DENGAN METODE EKSPERIMEN DALAM PENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG GAYA KELAS IV SD NEGERI 2 PANJER

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENGARUH PENERAPAN SAVI TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING

PENGARUH PENERAPAN QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY (SETS) UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH PADA PEMBELAJARAN IPA

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-1 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN

Penerapan Metode Problem Posing (Pramudita Rahmanto) 1

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SDN 1 PANJER TAHUN AJARAN 2014/1015

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL ACTIVE KNOWLEDGE SHARING TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA SMA N 2 KARANGANYAR

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING

PEMBELAJARAN MODEL GROUP INVESTIGATION

ilmiah serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan yang Maha Esa perlu ditanamkan kepada siswa. Hal tersebut dapat tercapai salah

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI DIPADUKAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII D SMP N 1 JATEN

SKRIPSI. Oleh: Khoirul Muna. K

: AYU PERDANASARI K

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A

PENGARUH PENERAPAN SERVICE LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN PAIRED STORYTELLING

HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI METODE PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW (PQ4R)

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN MEMORI DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI RANAH KOGNITIF SISWA SMA NEGERI 2 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING DENGAN TEKNIK MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN TIRON 02

SKRIPSI. Oleh: MUZAYYANAH HIDAYATI K

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BIOLOGY EDUCATION FACULTY OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION UNIVERSITY OF RIAU

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN INSTAD TERHADAP METAKOGNISI DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA SMA BATIK 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh : ADITYA WEGA PRIMANDIKA NIM. K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Skripsi. Oleh Nurma Permata Sari K

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP

ISSN Oleh. (I Dewa Made Warnita) Guru Mata Pelajaran Fisika SMA Negeri 1 Selemadeg

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE LEARNING TOGETHER

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS DAN MIND MAPPING

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MEMBUAT GAUN BAYI DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DI SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA

Pendidikan Biologi Volume 3, Nomor 3 September 2011 Halaman 72-78

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING

PENERAPAN TEKNIK PENILAIAN DIRI DENGAN RUBRIK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSI DI SMK BATIK 1 SURAKARTA

PENERAPAN MEDIA PICTORIAL RIDDLE

PEGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI TANJUNGREJO TAHUN AJARAN 2012/2013

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sains Pada Siswa Kelas V SDN No. 2 Sikara Kecamatan Sindue Tobata

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SERVIS BAWAH

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMAHAMI SIFAT-SIFAT BANGUN MATA PELAJARAN MATEMATIKA

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INQUIRING MINDS WANT TO KNOW (IMWK)

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INDUCTIVE THINKING BERBASIS KETERAMPILAN PROSES SAINS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS X.7 SMA NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh: RAHMAWATI IKA LISTYANINGRUM K4308048 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA JUNI 2012 1

2 ABSTRAK Rahmawati Ika Listyaningrum. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INDUCTIVE THINKING BERBASIS KETERAMPILAN PROSES SAINS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS X.7 SMA NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juni 2012. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran biologi yang meliputi aspek: performance guru, kemanfaatan fasilitas pembelajaran, iklim kelas, sikap ilmiah siswa, dan motivasi berprestasi pada siswa kelas X.7 SMA Negeri 2 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri atas 4 tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data penelitian menggunakan angket, observasi, dan wawancara. Teknik validasi data menggunakan teknik triangulasi metode dan triangulasi observer. Teknik analisis data menggunakan teknik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil triangulasi ratarata persentase aspek: performance guru prasiklus (63,33%), siklus I (86,67%), siklus II (96,67%) dan siklus III (100%); iklim kelas prasiklus (55,14%), siklus I (72,79%), siklus II (78,67%) dan siklus III (91,17%); sikap ilmiah prasiklus (51,96%), siklus I (69,11%), siklus II (75,98%) dan siklus III (84,31%); dan motivasi berprestasi prasiklus (58,49%), siklus I (68,62%), siklus II (74,18%) dan siklus III (84,31%); kemanfaatan fasilitas pembelajaran semakin meningkat ditunjukkan dari penggunaan laboratorium biologi dan penggunaan media LCD yang sebelumnya jarang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ratarata capaian persentase aspek kualitas pembelajaran biologi untuk prasiklus (57,23%), siklus I (74,29%), siklus II (81,37%) dan siklus III (89,95%). Adapun peningkatan aspek kualitas pembelajaran biologi dari hasil prasiklus sampai siklus III sebesar 32,72%. Siklus dihentikan dalam siklus III karena target penelitian telah tercapai. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran inductive thinking berbasis keterampilan proses sains dapat meningkatkan kualitas pembelajaran biologi yang meliputi aspek performance guru, iklim kelas, sikap ilmiah siswa, dan motivasi berprestasi pada siswa kelas X 7 SMA Negeri 2 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012 Kata kunci: Model pembelajaran inductive thinking, Keterampilan proses sains, Kualitas pembelajaran biologi.

3 ABSTRACT Rahmawati Ika Listyaningrum. IMPLEMENTATION OF INDUCTIVE THINKING LEARNING MODEL BASED SCIENCE PROCESS SKILLS TO IMPROVE QUALITY OF BIOLOGY LEARNING STUDENTS IN CLASS X.7 AT SMA NEGERI 2 KARANGANYAR IN ACADEMIC YEAR 2011/2012. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, June 2012. This research aims to improve quality of biology learning considered by teacher s performance, utility of facilities in the classroom, classroom climate, student s scientific attitude, and student motivation of achievement in class X.7 SMA Negeri 2 Karanganyar in academic year 2011/2012. This research was a classroom action research which and performed in three cycles. Each cycle consisted of 4 phases, namely planning, action, observation, and reflection. The data was collected by questionnaire, observation, and interview. Data validation was used triangulation of methods and triangulation of observers. The obtained data were analyzed using descriptive technique. The results of this research showed that according triangulation the average percentage for teacher s performance in pre cycle (63,33%), cycle I (86,67%), cycle II (96,67%) and cycle III (100%); classroom climate pre cycle (55,14%), cycle I (72,79%), cycle II (78,67%) and cycle III (91,17%); student s scientific attitude pre cycle (51,96%), cycle I (69,11%), cycle II (75,98%) and cycle III (84,31%); and student motivation of achievement pre cycle (58,49%), cycle I (68,62%), cycle II (74,18%) and cycle III (84,31%); utility of learning facilities in the classroom have been optimally. The results showed that the average percentage quality of biology learning aspect such as pre cycle (57,23%), cycle I (74,29%), cycle II (81,37%) and cycle III (89,95%) (increase 32,72% from pre cycle to cycle III). Cycles stopped in cycle III because the research target is achieved. The conclusion of this research describes that the implementation of inductive thinking learning model based science process skills can improve quality of biology learning considered by teacher s performance, utility of facilities in the classroom, classroom climate, student s scientific attitude, and student motivation of achievement in class X.7 at SMA Negeri 2 Karanganyar in academic year 2011/2012. Keyword: Inductive thinking learning model, Science process skills, Quality of biology learning.

4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas suatu bangsa. Pendidikan berkualitas diperlukan untuk membekali peserta didiknya dengan pengetahuan, keterampilan dan karakter sikap sehingga mendukung terciptanya manusia yang cerdas, mampu survive secara produktif di tengah persaingan era global yang penuh peluang dan tantangan. Pendidikan berkualitas tersebut harus didukung dengan sistem pendidikan yang baik. Dalam hal ini pemerintah dan sekolah memiliki peran yang sangat penting karena pemerintah sebagai pihak yang membuat kebijakan-kebijakan bidang pendidikan sedangkan sekolah sebagai tempat untuk menjalankan kebijakan dari pemerintah terkait dengan penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan di sekolah berkaitan erat dengan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa di tingkat kelas. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil (produk). Ditinjau dari segi proses, dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan semangat belajar yang tinggi dan rasa percaya pada diri sendiri. Ditinjau dari segi hasil, apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan demikian, perlu adanya perubahan paradigma pembelajaran dari yang berpusat pada guru (teacher centered learning) menjadi berpusat pada siswa (student centered learning), dalam hal ini guru berperan sebagai pemonitor dan fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar siswa. Pembelajaran biologi tidak dapat dipisahkan dengan proses sains yaitu keterampilan proses sains. Melalui keterampilan proses sains, dapat dikembangkan berbagai keterampilan seperti keterampilan kognitif atau intelektual, keterampilan manual, dan keterampilan sosial (Rustaman, 2005). Keterampilan kognitif terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses

5 siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual yang melibatkan penggunaan organ psikomotor dan penggunaan alat dan bahan, sedangkan keterampilan sosial dimaksudkan bahwa mereka berinteraksi dengan sesamanya. Dengan demikian, pembelajaran biologi idealnya mengacu pada karakteristik dan hakikat pembelajarannya (proses, produk dan sikap ilmiah). Keterampilan proses sains tersebut, seharusnya senantiasa tercermin dalam setiap aspek yang mendukung kualitas pembelajaran (performance guru dalam kelas, kemanfaatan fasilitas pembelajaran, iklim kelas, sikap ilmiah, dan motivasi berprestasi siswa). Namun demikian, berdasarkan kolaborasi antara guru dan peneliti dengan mendiskusikan permasalahan yang ada di kelas, serta hasil observasi awal terhadap proses pembelajaran biologi di kelas X.7 SMA Negeri 2 Karanganyar menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran khususnya yang meliputi 5 aspek pendukung kualitas pembelajaran (performance guru, fasilitas pembelajaran dalam kelas, iklim kelas, sikap ilmiah, dan motivasi berprestasi siswa) masih belum optimal. Secara rinci hasil observasi pra tindakan adalah sebagai berikut: Pertama, ditinjau dari aspek fasilitas pembelajaran. Kondisi fasilitas pendukung pembelajaran di kelas X.7 sudah cukup memadai. Lingkungan fisik kelas sudah cukup nyaman, pencahayaan juga sudah cukup, ukuran ruang kelas sudah nyaman dihuni oleh 36 siswa, jarak pandang siswa yang duduk di paling belakang terhadap papan tulis sekitar 6 meter, sehingga siswa tidak terlalu sulit untuk melihat tulisan di papan tulis. Media dan alat pembelajaran yang ada di kelas berupa papan tulis (white board) dan board marker. Fasilitas penunjang yang digunakan guru adalah laboratorium yang terdapat LCD, speaker. Namun untuk laboratorium dan fasilitas didalamnya kemanfaatkannya masih kurang dioptimalkan. Kedua, ditinjau dari aspek performance guru. Pada saat pembelajaran, diketahui bahwa pembelajaran dikelas X.7 masih kurang variatif. Metode yang sering digunakan adalah metode ceramah dan tanya jawab, secara umum pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga siswa kurang dilibatkan dalam pembelajaran.

6 Ketiga, ditinjau dari aspek iklim kelas masih belum kondusif. Interaksi antara guru dengan siswa masih kurang, terlihat guru mendominasi pembelajaran sehingga komunikasi cenderung satu arah, belum ada balikan dari siswa secara optimal. Siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran dan hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru, ketika guru mengajukan pertanyaan pada siswa terlihat hanya siswa tertentu saja yang memperhatikan dan berani menjawab pertanyaan. Dari 36 orang siswa hanya (5,55%) yang mau menjawab pertanyaan dengan sukarela, (27,77%) menjawab pertanyaan dengan diperintah guru, dan (66,66%) siswa lebih banyak diam atau melakukan aktivitas lain. Ketika siswa diberi kesempatan untuk bertanya, tidak satu pun siswa yang berani mengajukan pertanyaan sekalipun mereka masih belum memahami materi. Siswa lebih memilih diam dan menunggu guru memberi penjelasan berikutnya. Interaksi antar siswa juga belum optimal dalam pembelajaran, interaksi yang ada hanya antar siswa yang menjadi teman sebangku. Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun non fisik dalam proses pembelajaran masih terbatas pada beberapa siswa saja. Keempat ditinjau dari aspek sikap ilmiah siswa. Berdasarkan hasil observasi menunjukkan sikap ilmiah siswa masih kurang optimal. Dibuktikan dengan banyak siswa yang kurang memperlihatkan rasa ingin tahu dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, siswa hanya mencatat apa yang disampaikan guru dan hanya diarahkan untuk mampu menghafal informasi sehingga hasrat ingin tahunya rendah. Sebanyak (83,33%) siswa tidak berani bertanya dan mengungkapkan pendapat. Siswa malu dan tidak berani mengungkapkan tentang materi yang belum dipahami saat proses pembelajaran. Kerja sama siswa rendah dan belum terlihat karena guru tidak pernah menggunakan metode diskusi kelompok atau yang lainnya. Ketekunan siswa dalam pembelajaran ini juga terlihat masih sangat kurang terbukti dengan adanya tugas yang diberikan oleh guru banyak siswa yang belum mengumpulkan. Hasil wawancara dengan siswa menyatakan bahwa siswa kurang tertarik dengan pembelajaran dan tidak berani bertanya kepada guru karena takut salah, takut dimarahi dan ada yang sudah merasa cukup dengan yang dijelaskan guru.

7 Kelima, ditinjau dari aspek motivasi berprestasi siswa. Berdasarkan hasil observasi menunjukkan motivasi belajar siswa khususnya motivasi berprestasi siswa masih rendah terlihat dari kurangnya semangat dalam belajar biologi, kurangnya ketekunan dan keuletan dalam mengerjakan tugas, serta kurangnya kemauan untuk memecahkan masalah yang diberikan guru. Siswa yang mengantuk saat pembelajaran berlangsung (27,77%), melamun dan tidak berkonsentrasi (5,5%). Minat yang rendah ditunjukkan dari (13,88%) siswa yang duduk dibagian belakang tidak memperhatikan penjelasan guru, berbicara dengan temannya diluar topik pelajaran (11%), mengerjakan tugas pelajaran lain (5,55%) dan melakukan aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan pelajaran. Hasil wawancara antara peneliti dengan siswa menunjukkan sebagian besar siswa kurang antusias mengikuti pelajaran biologi, saat pembelajaran biologi berlangsung sering tidak memperhatikan saat guru menyampaikan pelajaran karena merasa bosan (Listyaningrum, 2011). Berdasarkan uraian di atas tampak adanya kesenjangan antara pembelajaran biologi yang seharusnya mengacu (proses, produk dan sikap ilmiah) dengan kondisi nyata di sekolah. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan solusi penerapan model pembelajaran yang mampu melibatkan siswa lebih aktif, kreatif, menyenangkan, dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa untuk mengolah informasi, serta lebih mudah memahami materi yang pembelajaran. Guru diupayakan dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan pokok bahasan, keadaan siswa sehingga siswa diberi kesempatan untuk berproses dalam pembelajaran. Salah satu alternatif yang dapat digunakan dengan menerapkan model pembelajaran inductive thinking berbasis keterampilan proses sains. Model pembelajaran inductive thinking dengan sintaks pembentukan konsep, interpretasi data dan aplikasi konsep memiliki karakteristik pembelajaran diantaranya mampu membangun konsep siswa dengan cara mengeneralisasi, dapat memotivasi dan menumbuhkan minat siswa karena menekankan partisipasi siswa dalam melakukan observasi. Selain itu siswa diberi kesempatan untuk lebih aktif karena proses utama dalam model inductive thinking adalah aktivitas siswa, mengembangkan sikap ilmiah siswa, mengembangkan kemampuan berpikir

8 siswa, serta meningkatkan interaksi siswa dengan lingkungan belajarnya sehingga membangun iklim kelas menjadi kondusif (Bruce, Joyce, et.al., 2000). Model pembelajaran inductive thinking akan lebih efektif jika dipadukan dengan keterampilan proses sains seperti (mengamati, mengelompokkan, mengkomunikasikan, memprediksi, mengajukan pertanyaan,dan menyimpulkan). Dengan demikian memungkinkan siswa melakukan proses pencarian pengetahuan bukan sekedar transfer pengetahuan. Siswa dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan pembelajaran dapat berpusat pada siswa. Melalui model pembelajaran inductive thinking berbasis keterampilan proses sains siswa diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah. Dengan demikian siswa diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya (Rustaman, 2005; Haryono, 2006). Model pembelajaran inductive thinking berbasis keterampilan proses sains sangat memungkinkan siswa mampu membangun dan menemukan sendiri konsep melalui serangkaian kegiatan ilmiah, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi 5 aspek: performance guru, kemanfaatan fasilitas pembelajaran dalam kelas, sikap ilmiah siswa, iklim kelas, dan motivasi berprestasi siswa, sekaligus dapat menjadi solusi terhadap permasalahan pembelajaran yang terjadi pada kelas X.7 SMA Negeri 2 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012. Berdasarkan kondisi tersebut maka perlu dilakukan penelitian dengan judul: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INDUCTIVE THINKING BERBASIS KETERAMPILAN PROSES SAINS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS X.7 SMA NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012.

9 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah penerapan model pembelajaran inductive thinking berbasis keterampilan proses sains dapat meningkatkan kualitas pembelajaran biologi siswa kelas X.7 SMA Negeri 2 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini untuk meningkatkan kualitas pembelajaran biologi siswa kelas X.7 SMA Negeri 2 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012 melalui penerapan model pembelajaran inductive thinking berbasis keterampilan proses sains. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi siswa: a. Memberikan suasana belajar yang baru sehingga siswa lebih termotivasi dalam belajar biologi. b. Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi sehingga iklim kelas menjadi kondusif. c. Meningkatkan sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran biologi. 2. Bagi guru: a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dalam pemilihan model pembelajaran sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran biologi (khususnya performace guru dalam kelas). b. Memberikan masukan pada guru agar lebih memperhatikan masalahmasalah yang terkait dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. c. Memberikan masukan pada guru untuk lebih memanfaatkan fasilitas pembelajaran yang ada di dalam kelas. d. Memberikan masukan dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru.

10 3. Bagi sekolah: a. Memberikan masukan dalam rangka meningkatkan sumber daya tenaga pendidik untuk mendukung kualitas sekolah. b. Meningkatkan kualitas pembelajaran biologi sebagai upaya pemenuhan standar proses pada delapan Standar Nasional Pendidikan sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005. c. Feed back bagi sekolah dalam upaya pengembangan kualitas pembelajaran di sekolah. 4. Lembaga Pengembang Tenaga Kependidikan (LPTK) a. Menjalin kemitraan dengan sekolah dalam rangka perwujudan TRI DHARMA perguruan tinggi. b. Memberikan wahana pelatihan bagi mahasiswa LPTK, untuk terjun langsung ke dalam dunia kerja yang sebenarnya. c. Meningkatkan profesionalisme kompetensi lulusan dari LPTK.

11 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran inductive thinking berbasis keterampilan proses sains mampu meningkatkan kualitas pembelajaran biologi sebesar 32,72% dari prasiklus (57,23%), siklus I (74,29%), siklus II (81,37%) dan siklus III menjadi (89,95%), yang meliputi aspek performance guru dalam kelas, kemanfaatan fasilitas pembelajaran dalam kelas, iklim kelas, sikap ilmiah siswa dan motivasi berprestasi siswa kelas X.7 SMA Negeri 2 Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012. B. Implikasi 1. Impilkasi Teoritis Hasil penelitian ini secara teoritis dapat dijadikan sebagai dasar referensi bagi pengembangan penelitian tindakan kelas lebih lanjut dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran biologi di SMA Negeri 2 Karanganyar. 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada proses pembelajaran kompetensi dasar mendeskripsikan ciri-ciri divisio dalam dunia tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran biologi serta memberikan alternatif dalam memilih model pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran siswa.

12 C. Saran 1. Kepada guru a. Guru hendaknya mempelajari dengan baik langkah-langkah pembelajaran sehingga mampu membagi waktu proses pembelajaran dengan baik b. Guru hendaknya lebih tegas dalam mengarahkan siswa agar siswa tidak terlalu lama dalam melaksanakan diskusi. c. Guru hendaknya membimbing siswa secara intensif untuk berperan aktif dalam pembelajaran d. Untuk pemenuhan standar proses pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) PP No 19 Tahun 2005. 2. Kepada peneliti lain a. Perlu diadakan penelitian sejenis dengan cakupan materi lain (Jamur, Keanekaragaman Hayati, Dunia Hewan untuk materi Kelas X SMA) sehingga dapat diketahui sejauh mana penerapan model pembelajaran inductive thinking berbasis keterampilan proses sains mampu meningkatkan kualitas pembelajaran biologi. b. Bagi peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian lain hendaknya memperhatikan penerapan tindakannya terkait dengan persiapan media pendukung dan alokasi waktu mengajar mengingat penerapan model pembelajaran inductive thinking berbasis keterampilan proses sains membutuhkan waktu yang cukup lama dan persiapan yang matang.