BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan kepada setiap anggota masyarakat yang terkait dengan. penipuan, dan lain sebagainya yang ditengah masyarakat dipandang

dokumen-dokumen yang mirip
PROSES PENANGANAN PERKARA PEMBUNUHAN BAYI OLEH IBU KANDUNG DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan oleh pihak yang. dapat menjadi masyarakat yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB I PENDAHULUAN. kongkrit. Adanya peradilan tersebut akan terjadi proses-proses hukum

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

BAB I PENDAHULUAN. yang dikemukakan oleh D.Simons Delik adalah suatu tindakan melanggar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PERBANDINGAN PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERTAMA DAN RESIDIVIS.

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. kepentingan itu mengakibatkan pertentangan, dalam hal ini yang

BAB 1 PENDAHULUAN. secara konstitusional terdapat dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya 1

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan timbul dalam kehidupan masyarakat karena berbagai faktor

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. KUHAP Pasal 1 menjelaskan bahwa penyidik adalah: pejabat polisi. penyidik bukan berdasarkan atas kekuasaan, melainkan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB I PENDAHULUAN. pembunuhan. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan, jumlah kasus. pembunuhan, dan tahun 2015 menjadi 48 kasus pembunuhan.

PERAN DAN KEDUDUKAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah negara hukum.

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada ujud pidana yang termuat dalam pasal pasal KUHP yaitu

METODE PENELITIAN. Pendekatan masalah yang digunakan dalam proses pengumpulan dan penyajian

BAB I PENDAHULUAN. karena kehidupan manusia akan seimbang dan selaras dengan diterapkannya

BAB I PENDAHULUAN. pemberantasan atau penindakan terjadinya pelanggaran hukum. pada hakekatnya telah diletakkan dalam Undang-Undang Nomor 48 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai anak, adalah merupakan hal yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan karunia berharga dari Allah Subhanahu wa Ta ala yang

PRAPERADILAN SEBAGAI UPAYA KONTROL BAGI PENYIDIK DALAM PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dapat di pandang sama dihadapan hukum (equality before the law). Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. di era globalisasi saat ini, yang bertujuan untuk membantu terciptanya. manusia secara utuh memperoleh penghidupan yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kenakalan anak atau (juvenile deliuencya) adalah setiap

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

I. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipenuhi. Manusia dalam hidupnya dikelilingi berbagai macam bahaya. kepentingannya atau keinginannya tidak tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. harus diselesaikan atas hukum yang berlaku. Hukum diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

SKRIPSI UPAYA POLRI DALAM MENJAMIN KESELAMATAN SAKSI MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB I PENDAHULUAN. adanya kehendak untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perkara disandarkan pada intelektual, moral dan integritas hakim terhadap

FUNGSI DAN KEDUDUKAN SAKSI A DE CHARGE DALAM PERADILAN PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN. mengatur suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep menjadi

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

PEMIDANAAN TINDAK PIDANA PENODAAN AGAMA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan

BAB I PENDAHULUAN. material. Fungsinya menyelesaikan masalah yang memenuhi norma-norma larangan

BAB I PENDAHULUAN. moralitas dan sumber daya manusia di Indonesia khususnya generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai dimana-mana. Sejarah membuktikan bahwa hampir tiap Negara

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

I. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum

I. PENDAHULUAN. adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 1. perundang-undangan lain yang mengatur ketentuan pidana di luar KUHP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain. Manusia selalu ingin bergaul bersama manusia lainnya dalam. tersebut manusia dikenal sebagai makhluk sosial.

III. METODE PENELITIAN. empiris sebagai penunjang. Pendekatan secara yuridis normatif dilakukan dengan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN DAN PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DOMESTIK

BAB I PENDAHULUAN. dapat lagi diserahkan kepada peraturan kekuatan-kekuatan bebas dalam

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. telah ditegaskan dengan jelas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum,

PENGGUNAAN METODE SKETSA WAJAH DALAM MENEMUKAN PELAKU TINDAK PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. landasan konstitusional bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat). yaitu Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak

KEKUATAN VISUM ET REPERTUM SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM MENGUNGKAP TERJADINYA TINDAK PIDANA

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya krisis moral. Krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan adalah suatu permasalahan yang terjadi tidak hanya di dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. dilahirkan sampai meninggal dunia selalu hidup bersama-sama. 1 Untuk itu. menurut Roeslan Saleh, adalah Hukum Pidana.

BAB I PENDAHULUAN. terdakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan Penuntut. tahun 1981 tentang Kitab Hukum Acara Pidana.

BAB I PENDAHULUAN. pribadi maupun makhluk sosial. Dalam kaitannya dengan Sistem Peradilan Pidana

SKRIPSI PERAN BAPAS DALAM PEMBIMBINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN YANG MENJALANI CUTI MENJELANG BEBAS. (Studi di Balai Pemasyarakatan Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan bermasyarakat sering terjadi kekacauan-kekacauan,

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA. (Studi Kasus di Polres Sukoharjo)

I.PENDAHULUAN. Kejahatan merupakan salah satu masalah kehidupan masyarakat

I. PENDAHULUAN. kaya, tua, muda, dan bahkan anak-anak. Saat ini penyalahgunaan narkotika tidak

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Hukum. Secara substansial, sebutan Negara Hukum lebih tepat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hadirnya hukum pidana dalam masyarakat digunakan sebagai sarana masyarakat membasmi kejahatan. Oleh karena itu, pengaturan hukum pidana berkisar pada perbuatan apa saja yang dilarang atau diwajibkan kepada setiap anggota masyarakat yang terkait dengan perbuatan kejahatan seperti pencurian, pembunuhan, pemerkosaan, penipuan, dan lain sebagainya yang ditengah masyarakat dipandang sebagai perbuatan tercela. 1 Berbicara hukum pidana tidak lepas dari permasalahan pokok dalam hukum pidana itu sendiri, yaitu : 1. Masalah perbuatan yang dilarang dan diancam pidana atau tindak pidana; 2. Masalah pertanggungjawaban pidana dari si pelaku atau kesalahan; dan 3. Masalah sanksi atau pidana. 2 Istilah tindak pidana menunjukkan pengertian perbuatan, tingkah laku atau gerak-gerik tingkah laku dan gerak-gerik jasmani seseorang. Hal-hal tersebut berlaku juga terhadap seseorang yang tidak berbuat, 1 Erdianto Effendi, 2011, Hukum Pidana Indonesia-Suatu Pengantar, Bandung: Refika Aditama, hal. 1. 2 Sudaryono dan Natangsa Surbakti, 2005, Buku Pegangan Kuliah Hukum Pidana, Surakarta: Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, hal. 111. 1

2 akan tetapi dengan tidak berbuatnya dia, dia telah melakukan tindak pidana. 3 Dewasa ini banyak diberitakan kasus pembunuhan bayi, baik di media lokal maupun nasional. Infanticide atau pembunuhan anak sendiri adalah suatu bentuk kejahatan yang unik karena pelakunya adalah ibu kandung sendiri dengan alasan malu memiliki anak hasil dari hubungan gelap. Warga Kampung Suronalan RT 006/ RW 008 Kelurahan Pajang, Kecamatan Laweyan, Solo, baru saja digegerkan oleh penemuan mayat bayi. Mayat bayi laki-laki itu ditemukan di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Pajang, Jl Transito oleh seorang petugas kebersihan. Sampai saat ini pelaku pembunuhan bayi tersebut masih dalam proses pencarian oleh Polresta Surakarta. 4 Kemudian pada tahun 2015 YNT (30 tahun) merupakan seorang guru les privat asal Lawang, Malang, Jawa Timur tega membunuh bayi laki-lakinya setelah dilahirkan dengan memasukkannya ke dalam monoblok kloset di ruang IGD Rumah Sakit (RS) Kustati, Pasar Kliwon. YNT mengaku melakukan perbuatan tersebut karena takut dan malu. 5 Dalam hukum positif Indonesia tindak pidana pembunuhan anak sendiri diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Buku Kedua tentang Kejahatan yaitu dari Pasal 341 dan 342 KUHP. 3 Teguh Prasetyo, 2015, Hukum Pidana, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal.49. 4 Tribunsolo.com, Rabu 13 Juli 2016: Mayat Bayi Di Tempat Pembuangan Sampah Pajang, Solo, Ini Gegerkan Warga, dalam http://solo.tribunnews.com/2016/07/13/mayat-bayi-di-tempatpembuangan-sampah-pajang-solo-ini-gegerkan-warga, diunduh 23 September 2016, pukul 17:11 WIB. 5 Suaramerdeka, Selasa 27 September 2016: Bayi Dibunuh Lalu Disembunyikan Di Monoblok Kloset, dalam http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/bayi-dibunuh-lalu-disembunyikan-dimonoblok-kloset/, diunduh 23 september 2016, pukul 17:15 WIB.

3 Pasal 341 KUHP berbunyi: Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak itu dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Sedangkan dalam Pasal 342 KUHP berbunyi: Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun. Tindak pidana pembunuhan bayi beberapa unsurnya memerlukan pemeriksaan lebih detil untuk dapat menyatakan unsur tindak pidana pembunuhan bayi tersebut terpenuhi, selain itu agar aparat penegak hukum tidak salah dalam menggunakan pasal yang didakwakan serta dalam menjatuhkan hukuman terhadap pelaku. Hal ini terjadi karena terdapat kemungkinan peristiwa yang terjadi merupakan tindak pidana abortus atau tindak pidana pembunuhan biasa. 6 Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dalam hal ini peneliti tertarik untuk meneliti dan mengkaji permasalahan tersebut kedalam penulisan skripsi yang berjudul PROSES PENANGANAN PERKARA PEMBUNUHAN BAYI OLEH IBU KANDUNG DI KOTA SURAKARTA. 6 Miske Rizki Aurianti, 2015, Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku Dalam Perkara Tindak Pidana Pembunuhan Anak Di Pengadilan Negeri Bantul (Studi Kasus Perkara Nomor 223/PID.B/2014/PN.BTL), dalamhttp://ejournal.uajy.ac.id/9069/1/jurnalhk10991.pdf, diunduh pada 23 september 2016, pukul 17: 11 WIB

4 B. Pembatasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Penentuan ruang lingkup maupun objek penelitian supaya kajian dilakukan dengan lebih terarah, fokus pada sasaran yang akan dikaji, serta menghindari perluasan masalah sehingga lebih mudah untuk dipahami, maka peneliti melakukan pembatasan masalah mengenai pertimbangan Aparat Penegak Hukum dalam memproses perkara pembunuhan bayi oleh ibu kandung setelah anak tersebut dilahirkan. Bahwa banyak terjadi kasus pembunuhan bayi oleh ibu kandung yang tidak diproses sampai di Pengadilan namun hanya berhenti di Kepolisian. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan diatas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: a. Bagaimana peran kepolisian dalam memproses perkara pembunuhan bayi oleh ibu kandung? b. Bagaimana pertimbangan kejaksaan dalam memproses perkara pembunuhan bayi oleh ibu kandung? c. Bagaimana pertimbangan Hakim dalam memutus perkara pembunuhan bayi oleh ibu kandung? d. Apa yang menjadi hambatan aparat penegak hukum dalam memproses pembunuhan bayi oleh ibu kandung? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

5 Yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui peran kepolisian dalam memproses perkara pembunuhan bayi oleh ibu kandung. b. Untuk mengetahui pertimbangan kejaksaan dalam memproses perkara pembunuhan bayi oleh ibu kandung. c. Untuk mengetahui pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Surakarta dalam memutus perkara pembunuhan bayi oleh ibu kandung. d. Untuk mengetahui yang menjadi hambatan aparat penegak hukum dalam memproses perkara pembunuhan bayi oleh ibu kandung. 2. Manfaat Penelitian Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka manfaat penelitian adalah : a. Manfaat Teoritis 1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap pengetahuan serta pemikiran yang bermanfaat bagi ilmu hukum. 2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai literatur maupun referensi yang dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya. b. Manfaat Praktis 1) Memberikan pemahaman tentang peran kepolisian dalam memproses perkara pembunuhan bayi oleh ibu kandung.

6 2) Memberikan pemahaman tentang pertimbangan kejaksaan dalam memproses perkara pembunuhan bayi oleh ibu kandung. 3) Memberikan pemahaman tentang pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Surakarta dalam memutus perkara pembunuhan bayi oleh ibu kandung. 4) Memberikan pemahaman tentang yang menjadi hambatan aparat penegak hukum dalam memproses perkara pembunuhan bayi oleh ibu kandung. D. Kerangka Pemikiran

7 Tindakan Penyidik merupakan garda terdepan. Karena Pemeriksaan pertama terhadap tindak pidana, adalah tindakan penyidikan untuk mencari fakta dan bukti - bukti, adanya kejahatan. Dalam pelaksanaanya seringkali harus menyinggung derajat dan atau martabat individu yang berada dalam persangkaan, oleh karena itu salah satu semboyan penting dalam hukum acara pidana, adalah hakekat Penyidikan perkara pidana adalah untuk menjernihkan persoalan untuk mengejar pelaku kejahatan, serta menghindarkan orang yang tidak bersalah dari tindakan yang tidak seharusnya. Oleh karenanya, proses penyelidikan dan penyidikan adalah hal yang sangat penting dalam hukum acara pidana. 7 Dalam memproses setiap tindak pidana yang terjadi hal pertama yang harus diperhatikan adalah keadaan batin dari orang yang melakukan perbuatan itu, yang dalam ilmu hukum pidana merupakan unsur pembuat delik yang sering disebut dengan kemampuan bertanggungjawab. Hal lain yang juga harus diperhatikan mengenai kesalahan dari si pelaku yaitu hubungan antara batin itu dengan perbuatan yang merupakan bentuk perbuatan kesengajaan, atau kealpaan serta tidak adanya alasan pemaaf. Unsur-unsur ini merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, kongkritnya tidak mungkin ada kesengajaan atau kealpaan bila orang itu tidak mampu bertanggung jawab. 8 7 Saiful Bakhri, 2014, Sistem Peradilan Pidana Indonesia Dalam Perspektif Pembaharuan, Teori Dan Praktik Peradilan, Jogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 178. 8 Roeslan Saleh, 1963, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana, Jakarta: Aksara Baru, hal. 78.

8 Berdasarkan Pasal 184 KUHAP, alat bukti kelima adalah keterangan terdakwa, demikian tertulis secara konstektual. Sehingga, yang perlu dipahami bahwa pengakuan dari pelaku masih belum bisa dianggap sebagai alat bukti meskipun telah mengaku baik dihadapan pelapor maupun dihadapan penyidik Polri. Karena status pelaku adalah terlapor atau tersangka, dan bukan terdakwa. Sehingga, pada saat pelaku telah berstatus terdakwa dan keterangan diucapkan di depan sidang keterangan tersebut baru bisa memperoleh kekuatan pembuktian. 9 Menurut Wirjono Prodjodikoro, suatu pembuktian yang benar sesuai dengan kebenaran sulit untuk dicapai, walaupun diberikan dasar pedoman melalui hukum acara pidana berusaha untuk mendekati sebanyak mungkin persesuaian dengan kebenaran. Hukum pembuktian memberikan petunjuk kepada hakim bagaimana hakim dapat menetapkan sesuatu hal yang cenderung kepada kebenaran. 10 Sehubungan dengan ketentuan bahwa selain alat bukti, pengetahuan hakim juga dapat menjadi dasar terhadap keyakinan hakim sendiri dalam memutuskan suatu perkara. Sehingga dalam prakteknya menjadi dasar putusan hakim berdasarkan keyakinannya disertai jalan 9 Rocky Marbun, 2011, Kiat Jitu Menyelesaikan Kasus Hukum, dalam https://books.google.co.id/books?id=ok7ubkabl3ic&printsec=frontcover&dq=kiat+jitu+meny elesaikan+kasus+hukum&hl=id&sa=x&ved=0ahukewitzuc7zdrpahvkvi8khy4kdxgq6ae IGjAA#v=onepage&q=Kiat%20Jitu%20Menyelesaikan%20Kasus%20Hukum&f=false, Jakarta: Transmedia Pustaka, hal 98, diunduh 23 september 2016, pukul 17:17 WIB. 10 Tina Asmarawati, 2015, Pidana Dan Pemidanaan Dalam Sistem Hukum Di Indonesia (Hukum Panitensier), dalam https://books.google.co.id/books?id=wkvecaaaqbaj&printsec=frontcover&dq=pidana+dan+ Pemidanaan+Dalam+Sistem+Hukum+Di+Indonesia+(Hukum+Penitensier)&hl=id&sa=X&ved=0 ahukewiwvl65znrpahvfpy8khxf6ahqq6aeigjaa#v=onepage&q=pidana%20dan%20pe midanaan%20dalam%20sistem%20hukum%20di%20indonesia%20(hukum%20penitensier)&f =false, Yogyakarta: Budi Utama, hal. 70, diunduh 23 september 2016, pukul 17:18 WIB

9 pikiran mengenai pendapatan untuk sesama memeriksa perkara yang dirumuskan menjadi alasan-alasan yang logis. 11 E. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode-metode penelitian, meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yang bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. 12 Dalam penelitian ini penulis akan mendeskripsikan mengenai proses penanganan perkara pembunuhan bayi oleh ibu kandung. 2. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah pendekatan yuridis empiris yaitu cara prosedur yang dipergunakan untuk memecahkan masalah penelitian dengan meneliti data sekunder terlebih dahulu untuk kemudian dilanjutkan dengan mengadakan penelitian terhadap data primer di lapanganlapangan. 13 Jenis penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis empiris karena permasalahan yang diteliti berkaitan dengan peraturan-peraturan yang penerapannya dihubungkan terhadap data 11 Ibid, hal. 70. 12 Amiruddin dan Zaenal Asikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali Pers, hal. 25. 13 Suratman dan H. Philips Dillah, 2013, Metode Penelitian Hukum, Bandung: Alfabeta, hal. 53.

10 yang diperoleh dilapangan yaitu mengenai proses penanganan perkara pembunuhan bayi oleh ibu kandung. 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini bertempat di Lembaga Hukum (Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan Negeri) yang berlokasi di Kota Surakarta, lokasi tersebut dipilih karena penulis bertempat tinggal sementara di wilayah Kota Surakarta, sehingga dapat mempermudah penulis dalam melakukan penelitian agar penelitian dapat berjalan dengan baik dan lancar. 4. Sumber Data a. Data Primer Data primer adalah data-data yang diperoleh langsung dari lapangan yakni warga masyarakat 14 melalui proses wawancara terhadap narasumber yang dianggap mengetahui segala informasi yang diperlukan dalam penelitian, yang berupa Proses Penanganan Perkara Pembunuhan Bayi Oleh Ibu Kandung. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data-data lain yang berhubungan dengan penelitian ini, berupa dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian, ataupun bahan-bahan pustaka lainnya. 15 Fungsi data sekunder adalah untuk mendukung data primer. Data sekunder yang berkaitan dengan ini yaitu : 14 Soerjono Soekanto,1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-Pers, hal. 12. 15 Ibid, hal. 12.

11 1) Undang Undang yang terdiri atas Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, dan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Pengawasan dan Pengendalian Penanganan Perkara Pidana di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia. 2) Bahan-bahan pustaka berupa buku literatur, artikel, karya ilmiah dan informasi yang dikutip dari internet yang berkaitan dengan penelitian. 5. Metode Pengumpulan Data a. Studi Kepustakaan Metode ini dipergunakan untuk mengumpulkan data sekunder, yang dilakukan dengan cara, mencari, mengiventarisasi dan mempelajari peraturan perundang-undangan, doktrin-doktrin, dan data-data sekunder yang lain, yang terkait dengan objek yang dikaji. b. Wawancara Metode ini dipergunakan untuk mengumpulkan data primer, yang dilakukan dengan cara melakukan wawancara secara bebas terpimpin, dengan berbagai pihak yang dipandang memahami objek yang diteliti. 6. Metode Analisis Data

12 Cara yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode analisis kualitatif yang bertujuan untuk memberi gambaran secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat. F. Sistematika Penulisan Guna mempermudah dan mengetahui dalam melakukan pembahasan, menganalisis, serta penjabaran isi dari penelitian ini, maka penulis membagi pokok masalah dengan sistematika yang terdiri dari beberapa bagian yang susunannya sebagai berikut: Bab Pendahuluan, penulis akan menguraikan latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Dalam Tinjauan Pustaka penulis menguraikan tentang tinjauan umum tentang tindak pidana pembunuhan anak sendiri, tinjauan umum tentang tindak pidana pembunuhan anak sendiri berencana dan tinjauan umum tentang sistem peradilan pidana. Pembahasan Hasil Penelitian dan Analisa akan penulis uraikan tentang peran kepolisian dalam memproses perkara pembunuhan bayi oleh ibu kandung, pertimbangan kejaksaan dalam memproses perkara pembunuhan bayi oleh ibu kandung, pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Surakarta dalam memutus perkara tentang pembunuhan bayi oleh ibu kandung dan hambatan aparat penegak hukum dalam memproses perkara pembunuhan bayi oleh ibu kandung. Bab IV penulis uraikan hasil kesimpulan dan saran.