The JaMMiLT ISSN The Journal of Muhammadiyah Medical Laboratory Technologist

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine.

yang dihasilkan oleh pankreas dan berperan penting dalam proses penyimpanan Gangguan metabolisme tersebut disebabkan karena kurang produksi hormon

PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN PROTEIN URINE METODE REBUS YANG MENGGUNAKAN SAMPEL URINE SEGAR DAN SAMPEL URINE SIMPAN

HUBUNGAN KADAR GLUKOSA DARAH DENGAN BETA HIDROKSI BUTIRAT PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

PENGARUH PENUNDAAN WAKTU TERHADAP HASIL URINALISIS SEDIMEN URIN. Tadjuddin Naid, Fitriani Mangerangi, Hanifah Almahdaly

BAB 1 PENDAHULUAN. uretra. Volume urin sekitar ml/24 jam, dengan komposisi air sekitar

BAB I PENDAHULUAN. hasil laboratorium yang baik dan terpercaya. Salah satu pemeriksaan laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah

ABSTRAK KESESUAIAN HASIL PEMERIKSAAN GLUKOSURIA METODE KONVENSIONAL BENEDICT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI

BAB 1 PENDAHULUAN. Komplikasi akut adalah gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka

PENGARUH VOLUME SAMPEL SERUM DAN WAKTU INKUBASI TERHADAP KADAR ASAM URAT SKRIPSI FITRI JUNITASARI

ABSTRAK KESESUAIAN HASIL PEMERIKSAAN GLUKOSURIA UJI BENEDICT DENGAN GLUKOTES CARIK CELUP URIN PENDERITA DIABETES MELITUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang di Indonesia kita kenal dengan nama penyakit gula atau kencing

PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH PADA WANITA PENGGUNA KONTRASEPSI ORAL DAN PADA WANITA HAMIL TRIMESTER III

Perbandingan Pemeriksaan Leukosit Urine Segar Dengan Setelah 2 Jam Di Suhu Kamar

PENGARUH PEMAKAIAN SETENGAH VOLUME SAMPEL DAN REAGEN PADA PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH METODE GOD-PAP TERHADAP NILAI SIMPANGAN BAKU DAN KOEFISIEN VARIASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh hormon pankreas atau tidak berfungsinya hormon insulin dalam menyerap gula

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH 2 JAM POST PRANDIAL DENGAN MENGGUNAKAN GLUKOMETER DAN ANALYZER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

MENETAPKAN BERAT JENIS URIN A. Tujuan 1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis urin 2. Mengetahui cara yang tepat untuk menentukan

SELISIH LAMA RAWAT INAP PASIEN JAMKESMAS DIABETES MELLITUS TIPE 2 ANTARA RILL DAN PAKET INA-CBG

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu)

Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH 2 JAM PP DENGAN MENGGUNAKAN GLUKOMETER DAN ANALYZER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006.

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan

GAMBARAN GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA ORANG YANG KURANG TIDUR DI USIA PRODUKTIF

ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan)

BAB I PENDAHULUAN (Watson, 2002; Gandasoebrata, 2007). Urin merupakan larutan yang

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

MAKALAH KOMA HIPERGLIKEMI

ABSTRAK PENGARUH LAMA PENYIMPANAN URINE PADA SUHU KAMAR TERHADAP JUMLAH LEUKOSIT STUDI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

ABSTRAK. EFEK INFUSA DAUN SAMBUNG NYAWA (Gynura Procumbens Back ) SEBAGAI ANTIDIABETIK ALTERNATIF PADA MENCIT YANG DIINDUKSI ALOKSAN

ABSTRAK EFEKTIVITAS TEH HIJAU, TEH HITAM, DAN TEH PUTIH DALAM MENURUNKAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PRIA DEWASA MUDA

Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014

Nunung Sri Mulyani Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh

BAB I PENDAHULUAN. tua, Tipe III disebut Malnutrition Related Diabetes Mellitus (MRDM) dan Tipe IV

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau

ABSTRAK. Gea Nathali Halim, 2017, Pembimbing 1: Penny Setyawati M, Dr, SpPK, MKes Pembimbing 2: Yenni Limyati, Dr, SSn,SpKFR,MKes

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL TAHUN

III. METODOLOGI PENELITIAN. one group design. Desain ini melibatkan satu kelompok dengan

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

KETOASIDOSIS DIABETIK

KETOASIDOSIS DIABETIK

PENELITIAN PENGARUH HEMODIALISIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DM. Elya Hartini *, Idawati Manurung **, Purwati **

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

JNPH Volume 6 No. 1 (April 2018) The Author(s) 2018

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DARAH KAPILER DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH VENA MENGGUNAKAN GLUKOMETER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

ABSTRAK. Wulan Yuwita, 2007, Pembimbing I : Onkie Kusnadi, dr., Sp.PD. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes.

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

SKRIPSI. Oleh. Indah Kusuma Wardani

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

DIABETES MELITUS. Bila nialai hasil pemeriksaan laboratorium lebih tinggi dari angka normal,maka ia dapat dinyatakan menderita DM.

KARAKTERISTIK PENDERITA DM RAWAT INAP DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE 1 JANUARI 2009 s.d. 31 DESEMBER Oleh: RONY SIBUEA

PENCEGAHAN PENYAKIT DIABETES MELLITUS MELALUI PROGRAM PENYULUHAN DAN PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH DI DUKUH CANDRAN DESA SENTONO KLATEN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. fertilitas gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat diduga sebagai hal yang

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

Jl.Cerme No.24 Sidanegara Cilacap * Kata Kunci : Terapi Steam Sauna, Penurunan Kadar Gula Darah, DM tipe 2


BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENGGUNAAN OBAT GLIBENKLAMID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2 DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, walaupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebuah kadar gula dalam darah atau hiperglikemia (Brunner & suddart, 2002).

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: Seno Astoko Putro J

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode analitik. Penelitian dilaksanakan di laboratorium puskesmas Bumiayu dimana sampel

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

ABSTRAK. EFEK HIPOGLIKEMI TEH JIAOGULAN (Gynostemma pentaphyllum) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT Swiss Webster JANTAN YANG DIINDUKSI ALOKSAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes Pembimbing II: Ellya R.D, dr., M.Kes

PENGARUH EKSTRAK DAUN SUKUN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, dan kerja

BAB I PENDAHULUAN. seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

Transkripsi:

PERBEDAAN KADAR KETON URIN PADA PEMERIKSAAN SEGERA DENGAN PEMERIKSAAN YANG DITUNDA Dr. dr Hartono Kahar, Sp.PK. MQIH Prodi D3 Analis Kesehatan UNMUH Surabaya Abstract Urine examination is a common examination done by a health care analyst at the laboratory. From the results of this examination can know about kidney disorders, urinary tract and some metabolic functions of the body. The length of delay in the laboratory examination of urine greatly affect the results of the analysis, it is because some of the content in the urine may change in case of delay in the examination, such as ketones. The volatile nature of the ketone, the urine is used fresh urine. In clinics and hospitals in general, there is still a delay examination of the urine. Formulation of the problem in this study is whether there are differences in levels of ketones urine examination on examination with the examination immediately suspended, while the purpose of this study to investigate the influence of long delays on the results of urine ketone levels. The hypothesis of this research is that there are differences in levels of ketones in the urine examination with the examination immediately suspended. The research method used was experimental. The population of this research is all the urine that has been available in hospital laboratories Pamekasan district that has shown positive results ketones with accidental sampling technique. The variable in this study was the examination time and urine ketone levels with a sample of 16 urine samples. From the results of the study with a 30-minute time delay obtained 14 urine samples (87.5%) with high levels of ketones and 2 negative urine samples (12.5%) with very low levels of ketones. From the results of these data, wilxocon tested and the results obtained with a value of Z = -3.624 significant value 0.000 <0.05 or 5%, so it can be concluded that there are differences between the levels of ketones urine samples examined immediately by a delayed. Key word : Urine examination, ketones 1. Pendahuluan Diabetes Melitus (DM) adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglekemia akibat gangguan pada kerja insulin, sekresi insulin atau keduanya. Jika tidak diobati akan merusak disfungsi syaraf ginjal atau pembuluh darah. Ketoasidosis diabetik merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang ditandai dengan dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis. Ketidakseimbangan hormonal terutama produksi insulin yang tidak cukup untuk mengimbangi aktivitas glukagon di dalam tubuh memungkinkan kondisi metabolisme yang cenderung mengarah ke produksi yang relatif banyak 50

keton bodies yang disebut ketosis (Bascom, 2010). Keton memiliki struktur yang kecil dan dapat diekskresikan ke dalam urin. Namun, kenaikan kadarnya pertama kali tampak pada plasma atau serum, kemudian baru urin. Ketonuria (keton dalam urin) terjadi akibat ketosis. Benda keton yang dijumpai di urin terutama adalah aseton dan asam asetoasetat (Riswanto, 2010). Kadar keton dalam urin dapat menunjang diagnosa seorang dokter kepada pasiennya selain juga diimbangi dengan nilai parameter lainnya. Uji keton positif dapat dijumpai pada : Asidosis diabetik (ketoasidosis), kelaparan atau malnutrisi, diet rendah karbohidrat, berpuasa, muntah yang berat, pingsan akibat panas, kematian janin, selain itu juga pengaruh obat dapat mempengaruhi kadar keton dalam urin antara lain : asam askorbat, senyawa levodopa, insulin, isopropil alkohol, paraldehida, piridium, zat warna yang digunakan untuk berbagai uji bromsulfoftalein dan fenosulfonftalein (Riswanto, 2010). Benda-benda keton dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-hidroksi butirat. Karena aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa harus segar (Immanuel, 2009). Secara umum dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urin selain untuk mengetahui kelainan ginjal dan salurannya juga bertujuan untuk mengetahui kelainankelainan diberbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal, uterus dan lain-lain. Pemeriksaan urin meliputi pemeriksaan makroskopis yang meliputi : lekosit, nitrit, urobilinogen, protein, ph, darah, BJ, keton, bilirubin, gula dan pemeriksaan mikroskopis yang meliputi : eritrosit, lekosit, epitel, silinder, kristal (Wirawan, 2009). Lamanya penundaan pemeriksaan urin di laboratorium sangat berpengaruh terhadap hasil nilai parameter, misalnya nilai keton. Menurut Sutedjo (2006), sifat keton yang mudah menguap, menyebabkan pemeriksaan kadar keton harus menggunakan urin segar dan harus segera dilakukan pemeriksaan sehingga jika terjadi penundaan pemeriksaan urin, contoh : 1 jam, 2 jam, akan menyebabkan negatif palsu sehingga tidak menutup kemungkinan diagnosa seorang dokter terhadap hasil uji pemeriksaan urin kurang akurat pula. Menurut Riawanto (2010), Seseorang yang terdiagnosa DM tipe 1 mengalami gangguan metabolisme karbohidrat dan gangguan mobilisasi glukosa. Keadaan tersebut bisa ditunjukkan dengan kadar keton yang positif dalam urin. Menurut Joyce LeFever (2007), parameter pemeriksaan urin untuk menunjukkan ketoasidosis diabetik adalah kadar keton 51

(), glukosa (), BJ > 1.026, dan ph < 4.5. Jadi untuk menentukan kondisi keoasidosis metabolik, selain melihat nilai keton, juga harus ada parameter lain, seperti : glukosa, BJ dan ph. Sehingga pemeriksaan keton bersama dengan parameter glukosa, BJ dan ph akan memperkuat seseorang dalam kondisi ketoasidosis diabetik. Pengukuran keton dalam urin (ketonuria) dapat diuji dengan tablet Acetest atu strip reagen (Ketostix atau strip reagen multitest). Fakta yang ada di lapangan dari hasil pengamatan dari peneliti sejak melakukan Praktek Kerja Lapang, masih ada penundaan pemeriksaan urin, salah satu faktor yang umum terjadi adalah banyaknya sampel urin yang harus diuji, sehingga penundaan pemeriksaan urinpun terjadi. Hal itu terjadi pada rentang waktu 0-30 menit lamanya. Rumusan masalahnya adalah Apakah ada perbedaan kadar keton urin pada pemeriksaan segera dengan pemeriksaan yang ditunda. Tujuan penelitian adalah Untuk mengetahui adanya perbedaan kadar keton urin pada pemeriksaan segera dengan pemeriksaan yang ditunda, Menguji secara laboratorium kadar keton urin pada pemeriksaan segera dengan pemeriksaan yang ditunda, Membandingkan kadar keton urin pada pemeriksaan segera dengan pemeriksaan yang ditunda. Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bahwa ada perbedaan kadar keton dari berbagai lama penyimpanan urin. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan tentang kadar keton dari berbagai lama penyimpanan urin. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan wacana tentang kadar keton urin. 2. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah eksperimental yaitu untuk mengetahui adanya perbedaan kadar keton pada pemeriksaan segera dengan pemeriksaan yang ditunda. Populasi penelitian ini adalah semua urin yang telah tersedia di laboratorium RSUD Pamekasan Kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan yang telah menunjukkan hasil positif () keton. Urin berasal dari pasien rawat inap dan rawat jalan yang diperiksa di laboratorium RSUD Pamekasan Kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan. Sampel penelitian ini adalah urin yang telah dinyatakan positif () keton. Sampel penelitian ini sebanyak 16 sampel urin, Sampel penelitian ini sebanyak 16 sampel. Tekhnik sampling yang digunakan 52

adalah accidental sampling yaitu pengambilan sampel dengan mengambil sampel yang kebetulan ada atau telah tersedia, yaitu dalam penelitian ini adalah sampel urin yang dari hasil pemeriksaan menunjukan positif keton. Tekhnik pengambilan sampel urin di laboratorium RSUD Pamekasan sebagai berikut : Sampel urin segar yang telah tersedia di laboratorium diuji dengan metode carik celup, untuk menentukan sampel tersebut positif keton. Dari setiap sampel urin yang tersedia dan telah diketahui positif keton, diambil sebanyak 16 sampel tanpa melalui pengacakan. Selanjutnya setiap sampel tersebut dilakukan 2 perlakuan. Lokasi pengambilan sampel ini dilakukan di RSUD Pamekasan Kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan. Lokasi pemeriksaan kadar keton urin dilakukan di laboratorium RSUD Pamekasan Kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2012, sedangkan waktu pemeriksaan pada tanggal 10 April 21 April. Variabel bebasnya adalah Waktu pemeriksaan, Waktu pemeriksaa urin dalam penelitian ini dikategorikan menjadi, Dilakukan segera : Urin segera diperiksa segera sejak tersedia di laboarorium. Dilakukan penundaan : Urin ditunda selama 30 menit sejak tersedia di laboratorium. Variabel terikatnya adalah Kadar keton urin dalam penelitian ini berupa keterangan yang menunjukkan adanya keton dalam urin, yaitu : Negatif (-), Positif (), Positif `(), Positif (). 2.1 Metode Pengumpulan Data Data tentang kadar keton urin dikumpulkan dengan cara pemeriksaan laboratorium di RSUD Kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan dengan metode carik celup dengan langkahlangkah pemeriksaan sampel sebagai berikut : 2.1.1Persiapan Sampel Urin a) Alat : Tempat penampung urin, Rak tabung venojet, Tabung venojet b) Bahan : Tissu c) Prosedur : Diberi penjelasan kepada pasien agar urin ditampung ditempat penampungan urin yang telah disediakan ± 20-30ml, bagian luar tempat penampung urin harus bersih dengan dilap tissu (dilakukan oleh petugas laboratorium). Diberi label yang berisi identitas pasien meliputi : nama, no registrasi pasien dan waktu pengambilan (dilakukan oleh petugas laboratorium). Pasien menampung urin dan segera dilakukan uji laboratorium. 2.1.2Pemeriksaan Kadar Keton Urin. Tujuan : Untuk menetukan apakah sampel urin positif atau negatif keton. Prinsip pemeriksaan : Perubahan warna strip carik celup menunjukkan kadar keton 53

urin yang meliputi 0mg/dl(negatif), 15mg/dl(), 40mg/dl(), dan 80mg/dl(), pembacaan kadar keton urin tersebut dibaca setelah 45 detik setelah stip dicelupkan kedalam urin pasien. a) Alat : Medi-Test URYXXON Stick, Tabung venojet, Rak venojet b) Bahan pemeriksaan : Sampel urin yang telah tersedia di laboratorium RSUD Pamekasan kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan. c) Reagen yang digunakan : Reagent strip Medi-Test URYXXON Stick 10 d) Prosedur pemeriksaan : Urin dituang kedalam tabung urin ± 10-12 ml. Dicelup strip carik celup hingga semua parameter mengenai urin. Membersihkan strip dengan tissu hingga bagian samping dan belakang strip tidak ada sisa urin. Pembacaan secara manual dengan mencocokkan warna pada strip (carik celup) dengan warna yang terdapat pada alat. Alat tersebut adalah test and reading time. Waktu yang dibutuhkan mulai mencelup sampai dengan pembacaan hasil melalui alat tersebut, untuk parameterparameter dibawah ini adalah selama : Lekosit : 2 menit, Nitrit : 60 detik, Urobilinogen : 60 detik, Protein : 60 detik, ph : 60 detik, Darah : 60 detik,berat Jenis : 45 detik, Keton : 45 detik, Bilirubin : 45 detik, Glukosa : 45 detik 2,1,3 Perlakuan Sampel a)alat : Tabung venojet, Rak tabung, Medi-Test URYXXON Stick b)bahan : Sampel urin yang telah dinyatakan positif keton. c)prosedur : Dari sampel urin yang telah menunjukkan positif () keton selanjutnya akan diberi perlakuan sesuai dengan perlakuan dari peneliti. Perlakuan tersebut dengan menguji kadar keton dalam sampel urin dengan waktu penundaan lama pemeriksaan yang bervariasi. Tekhnik pemeriksaan kadar keton dalam sampel urin sesuai dengan 3.5.2 2.1.4 Penetapan Hasil Akhir Penetapan hasil akhir dalam penelitian ini berupa keterangan yang menunjukkan adanya keton dalam urin yang dibedakan menjadi : Negatif - : 0 mg/dl, Positif : 15mg/dL, Positif, : 40mg/dL, Positif : 80mg/dL 2.2 Metode Analisa Data Setelah diperoleh data untuk mengetahui apakah ada perbedaan kadar keton dari berbagai lama penyimpanan urin, data kemudian dianalisis dengan menggunakan uji wilcoxon. 3. HASIL PENELITIAN Setelah dilakukan uji laboratorium kadar keton dengan menggunakan metode carik celup pada urin yang telah tersedia di laboarorium RSUD Pamekasan Kecamatan 54

Pamekasan Kabupaten Pamekasan dan telah dinyatakan positif () urin, maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut : Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Kadar Keton Urin pada Pemeriksaan Segera dengan Pemeriksaan yang ditunda Pemeriksaan Pemeriksaan Kode setelah 30 segera Sampel menit (mg/dl) (mg/dl) A 40 0 B 40 0 C 15 0 D 80 15 E 40 0 F 15 0 G 15 0 H 15 0 I 40 0 J 15 0 K 15 0 L 80 15 M 15 0 N 15 0 O 15 0 P 40 0 Keterangan : Negatif (-) : 0 mg/dl, Positif () : 15 mg/dl, Positif () : 40 mg/dl, Positif () : 80 mg/dl Dari tabel 4.1 diatas dapat disajikan dalam tabulasi data jumlah dan diagram batang untuk lebih memudahkan dalam membandingkan jumlah kadar keton urin pada pemeriksaan segera dengan pemeriksaan yang ditunda adalah sebagai berikut : Tabel 3.2 Jumlah kadar keton pada pemeriksaan segera dengan pemeriksaan yang ditunda Pemeriksaan Pemeriksaan yang segera ditunda % % - 0 1 0-4 2 0 6 2, 5 2 5 1 2, 5-1 4 2 0 0 8 7, 5-1 2, 5 0 0 Gambar 4.1 Diagram batang jumlah kadar keton pada pemeriksaan segera dengan pemeriksaan yang ditunda 55

ada perbedaan kadar keton antara sampel urin yang dilakukan pemeriksaan segera dengan yang ditunda. 4. Pembahasan Gambar 4.2 Diagram batang presentase jumlah kadar keton pada pemeriksaan segera Gambar 4.3 Diagram batang presentase jumlah kadar keton pada pemeriksaan yang ditunda 3.2 Analisa Data Berdasarkan hasil penelitian, maka dilakukan uji statistik dengan metode SPSS versi 17. Dari uji normalitas kemudian dilakukan uji wilcoxon. Dari hasil uji wilxocon untuk kadar keton pada pemeriksaan segera dan dilakukan penundaan diatas, diperoleh hasil nilai Z = -3,624 dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05 atau 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Pamekasan Kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan pada 16 sampel urin, menunjukkan bahwa ada perbedaan kadar keton urin antara sampel yang diperiksa segera dengan sampel yang ditunda (p<0,05). Kadar keton urin pada pemeriksaan segera lebih tinggi daripada kadar keton urin pada pemeriksaan yang ditunda. Pada pemeriksaan kadar keton urin yang ditunda, menunjukkan penurunan kadar keton urin. Hal ini seperti pendapat Sutedjo (2006), bahwa sifat keton mudah menguap. Menurut Riswanto (2010), keton memiliki struktur yang kecil dan dapat diekskresikan ke dalam urin. Namun, kenaikan kadarnya pertama kali tampak pada plasma atau serum, kemudian tampak pada urin. Ketonuria (keton dalam urin) terjadi akibat ketosis. Benda keton yang dijumpai di urin terutama adalah aseton dan asam asetoasetat. Hal ini juga sependapat dengan Linda (2010) bahwa badan keton terdiri dari 3 senyawa, yaitu aseton, asam aseotasetat, dan asam β-hidroksibutirat, yang merupakan produk metabolisme 56

lemak dan asam lemak yang berlebihan. Sedangkan aseton inilah zat yang sangat penting pada keton, aseton mempunyai sifat yang mudah menguap. Perubahan keton pada urinalisis yang diperiksa terjadi penurunan terus apabila tidak diperiksa, tapi secara statistik bermakna pada penundaan 1 jam pada suhu kamar maupun yang disimpan pada suhu 2-4 C. Perubahan ini disebabkan adanya metabolisme bakteri (asetoasetat manjadi aseton) dan terjadi penguapan aseton. Adanya penundaan pemeriksaan inilah yang dapat menyebabkan perubahan asetoasetat menjadi aseton yang disebabkan karena adanya metabolisme bakteri. Adanya penundaan pemeriksaan kadar keton urin akan menyebabkan kadar keton urin dengan pemeriksaan segera lebih tinggi daripada kadar keton urin dengan pemeriksaan yang ditunda. Pemeriksaan kadar keton urin ini dapat dijumpai di Rumah Sakit, Puskesmas, ataupun Klinik pada dasarnya sama, yaitu dikarenakan sampel urin yang banyak dan harus diperiksa, sehingga tidak menutup kemungkinan adanya penundaan pameriksaan disinilah terjadi. Pada umumnya, penundaan yang terjadi sekitar 15 menit hingga 1 jam. Menurut Santoso (2008), adanya penundaan akan mengakibatkan benda keton dalam urin akan menguap. Dari penelitian yang dilakukan di Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Pamekasan Kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan, diuji 16 sampel urin yang positif () keton, dilakukan penundaan selama 30 menit. Dari penundaan tersebut didapat hasil 14 sampel urin (87,5%) dengan kadar keton negatif dan 2 sampel urin (12,5%) dengan kadar keton sangat rendah. Menurut Linda (2010), ada empat parameter pemeriksaan urin yang dapat mengakibatkan perubahan hasil, yaitu : ph, glukosa, keton dan urobilinogen. Oleh karena itu, kadar keton urin merupakan penunjang diagnosa seorang dokter. Apabila nilai kadar keton urin merupakan nagatif (-) palsu, maka akan mempengaruhi diagnosa seorang dokter. Pada penderita ketoasidosis diabetik, parameter pemeriksaan urin menunjukkan kadar keton positif (), glukosa positif (), BJ > 1.026, dan ph < 4.5 (Joyce LeFever, 2007). Sedangkan jika kadar menunjukkan negative (-), bukan termasuk ketoasidosis (komplikasi dari diabetes). Adanya perbedaan kadar keton urin dibuktikan dari hasil perbedaan jumlah kadar keton pada pemeriksaan segera dengan pemeriksaan yang ditunda. Penurunan kadar keton disebabkan oleh waktu lama penyimpanan. Hal itu dikarenakan keton dalam urin mudah 57

menguap. Oleh karena itu, untuk pengujian urinalisis di laboratorium, harus segera dilakukan karena dapat menyebabkan penguapan pada kadar keton urin. Sedangkan untuk mencegah terjadinya negatif palsu, urin yang diperiksa harus menggunakan urin segar karena hal ini untuk mencegah adanya kontaminasi bakteri yang dapat menyebabkan metabolisme bakteri. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 16 sampel urin yang telah tersedia di laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Pamekasan Kecamatan Pamekasan dan telah menunjukkan positif () keton, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :Ada perbedaan kadar keton urin antara pemeriksaan segera dan pemeriksaan yang ditunda (p<0,05), Kadar keton pada pemeriksaan segera (80mg/dl) lebih tinggi daripada pemeriksaan yang ditunda negatif (-). Berdasarkan hasil penelitian dapat diberikan saran-saran sebagai berikut : Bagi Penderita Ketoasidosis (komplikasi dibetes mellitus) Secara bertahap mengatur pola hidup, pola makan, serta tingkat aktivitas. Bagi Tenaga Analis Kesehatan Tidak melakukan penundaan pemeriksaan urin karena keton dalam urin mudah menguap sehingga dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat memeriksa kadar keton urin pada pemeriksaan segera dan pemeriksaan yang ditunda. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2003. Keton Urin. http://library.usu.ac.id, 2003. Diakses pada tanggal 23 Februari 2012 Anonim. 2005. Analisa Urin dengan Carik Uji. Jakarta : Manheim Chandra, Budiman. 2007. Metode Penelitian. Jakarta : EGC. Fanani. 2009. Kamus Kesehatan. Yogyakarta : Citra Pustaka. Gandasoebrata. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian rakyat. Handriani. 2010. Penyakit. Yogyakarta : Citra Pustaka. LeFever Joyce. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik. Jakarta: EGC. Pearce, Evelyn. 2006. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : Gramedia. Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia. 58

Riswanto. 2010. www.keton-urin. Diakses pada tanggal 9 Maret 2012. Rosita Linda. 2010. Pengaruh Penundaan Waktu Terhadap Hasil Urinalisis Blogger.Diakses pada tanggal 9 Juli 2012. Santoso, Heru. 2010. Laboratorium Klinik. www.heruswn.teachnology.com. Diakses pada tanggal 2 Februari 2012. Suryo. 2008. Genetika Manusia. Yogyakarta : UGM PRESS. Suyabrata, Sumadi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo. Wirawan, R. 2001. Evaluasi Pemeriksaan Urin : Uji Carik Celup AIM URI Dan Stabilitas Bahan KOVA-TROL dengan Alat Clinitek 100, Bagian Patologi Klinik. Jakarta : FKUI. 59