BAB 1 PENDAHULUAN. kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi fisiologis dan psikososial secara bertahap. Setiap tahap psikososial

Inggrith Kaluas Amatus Yudi Ismanto Rina Margaretha Kundre

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan (i nternal) dan faktor lingkungan.

BAB 1 PENDAHULUAN. krisis karena anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan. tumbuh dan kembang sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak (Potter &

PERSEPSI PERAWAT TENTANG TERAPI BERMAIN DIRUANG ANAK RSUP DOKTER KARIADI SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 2004). Hospitalisasi sering menjadi krisis utama yang harus dihadapi anak,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan krisis yang sering dimiliki anak. Anak-anak, terutama saat

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan sampai dengan usia 18 tahun (IDAI, 2014). Anak merupakan individu

Mutia Yusuf, Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Kondisi Psikologis 149

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat

TEKNIK ORANG KETIGA DENGAN EKSPLORASI PERASAAN ANAK USIA SEKOLAH SELAMA DIRAWAT DI RSUD Dr.PIRNGADI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

BAB I PENDAHULUAN. adanya bahaya (Mulyono, 2008). Beberapa kasus kecemasan (5-42%),

BAB I PENDAHULUAN. Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan. merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hospitalisasi merupakan kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya

EFEKTIVITAS BERMAIN TERHADAP STRES HOSPITALISASI PADA ANAK PRA SEKOLAH YANG SEDANG DIRAWAT DI RRI ANAK RSUD Dr. IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

BAB I PENDAHULUAN. sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang mengharuskan mereka dirawat di rumah sakit (Pieter, 2011). Berdasarkan survei dari Word Health Organization (WHO) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Anak yang sakit. hospitalisasi. Hospitalisasi dapat berdampak buruk pada

BAB 1 PENDAHULUAN. anak (Morbidity Rate) di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasiolnal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Landasan teoritis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN

DAMPAK TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIF PADA ANAK USIA PRASEKOLAH SELAMA MENJALANI PERAWATAN DI RS. ISLAM KLATEN. Widiawati, Suyami.

HUBUNGAN PENERAPAN ATRAUMATIC CARE DENGAN STRES HOSPITALISASI PADA ANAK DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2015

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk krisis atau stressor utama yang terlihat pada anak. Anak-anak sangat rentan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Family Centered Care

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dunia, seperti yang disampaikan oleh UNICEF sebagai salah. anak, perlindungan dan pengembangan anak (James, 2000).

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera utara

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perbedaan Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar dengan Bermain Puzzle Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah di IRNA Anak RSUP Dr.M.

Setiap bayi memiliki pola temperamen yang berbeda beda. Dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

PENGARUH BERMAIN ORIGAMI TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG MAWAR RSUD KRATON PEKALONGAN.

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

Lilis Maghfuroh Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. asuhan keperawatan yang berkesinambungan (Raden dan Traft dalam. dimanapun pasien berada. Kegagalan untuk memberikan dan

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Emi Agustina 1, Artie Puspita 2 1 Dosen Akademi Keperawatan Pamenang 2 Perawat RSUD Pare ABSTRAK

AKTIVITAS BERMAIN MEWARNAI DAPAT MENINGKATKAN MEKANISME KOPING ADAPTIF SAAT MENGHADAPI STRES HOSPITALISASI PADA ANAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan stres karena terdapat ancaman

KENDALI STRES MENGHADAPI HOSPITALISASI PADA ANAK USIA PRA- SEKOLAH MELALUI TERAPI MEWARNAI

BAB I PENDAHULUAN. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak yang berkualitas agar dapat melanjutkan cita-cita bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan salah satu bagian terpenting dalam

PENGARUH PROGRAM BERMAIN TERHADAP RESPON PENERIMAAN PEMBERIAN OBAT PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH

PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIF SELAMA HOSPITALISASI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DEFENISI HOSPITALISASI Suatu keadaan sakit dan perlu dirawat di Rumah Sakit yang terjadi pada anak maupun keluarganya

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya. Keluarga berfungsi tinggi untuk membantu dalam menjaga

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN SIKAP KOPERATIF ANAK USIA PRA SEKOLAH SELAMA PROSEDUR INJEKSI INTRAVENA DI RSUD PROF. DR.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan pada anak telah mengalami pergeseran dan kemajuan yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap pengalaman sakit, yang disebabkan karena faktor lingkungan,

BAB I PENDAHULUAN. penjahitan luka (Sustyowati, dkk, 2010). Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa menghadapi pembedahan pasien akan mengalami

MENINGKATKAN KOOPERATIF SELAMA MENJALANI PERAWATAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-5 TAHUN) MELALUI TERAPI BERMAIN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

SKRIPSI. Oleh : EKAN FAOZI J Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kecemasan Pada Anak Akibat Hospitalisasi. suatu sinyal yang menyadarkan ia memperingatkan adanya bahaya yang

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RSUD KABUPATEN SEMARANG

PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP RESPON KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH DALAM MENJALANI HOSPITALISASI DI RUANG SERUNI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JOMBANG

PENGARUH BERMAIN TERAPEUTIK (PUZZLE) TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG MENJALANI HOSPITALISASI DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

KONSEP HOSPITALISASI. BY: NUR ASNAH, S.Kep.Ns.M.Kep

PENGARUH CERITA MELALUI AUDIOVISUAL TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB I. Pendahuluan. cenderung menjadi salah satu penyebab utama kematian. Kanker adalah suatu

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bermain adalah unsur yang paling penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial. Dimana anak mendapat kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah berteman, kreatif dan cerdas bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain (Soetjiningsih, 1995). Bermain juga merupakan setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya dan dilakukan secara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban serta tidak tergantung kepada usia tetapi tergantung kepada kesehatan dan kesenangan yang diperoleh (Hurlock, 1998). Semua anak terkadang tidak dapat melalui masa kanak-kanaknya dengan mulus, ada sebagian yang dalam proses tumbuh kembangnya mengalami gangguan kesehatan sehingga anak harus dirawat di rumah sakit atau menjalani hospitalisasi (Eiser, 1990 dikutip oleh Harsono, 2005). Perawatan anak di rumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stres, baik bagi anak maupun orangtua. Lingkungan rumah sakit merupakan penyebab stres bagi anak dan orangtua baik lingkungan fisik rumah sakit seperti bangunan/ruang rawat, alat-alat, bau yang khas, pakaian putih petugas rumah sakit maupun lingkungan sosial seperti sesama pasien anak ataupun interaksi dan sikap petugas kesehatan itu sendiri sehingga perasaan takut, cemas, tegang, nyeri dan

perasaan tidak menyenangkan lainnya sering dialami oleh anak (Supartini, 2004). Umumnya anak yang dirawat di rumah sakit takut pada dokter, perawat dan petugas kesehatan lainnya serta anak takut berpisah dengan orangtua dan saudaranya (Ngastiyah, 2005 ). Sejak diterbitkan Laporan Platt mengenai Kesejahteraan Anak di rumah sakit 1959, banyak terjadi perubahan dalam perawatan anak-anak di rumah sakit. Walaupun banyak perubahan yang merupakan perbaikan kondisi sebelumnya selama di rumah sakit tetap merupakan masalah besar bagi anak dan staf perawatan. Betapapun ramah dan tekunnya petugas kesehatan tetapi tetap terdapat perasaan ketakutan dan teror bagi anak-anak (Sacharin, 1996). Anak memerlukan media untuk dapat mengekspresikan perasaan tersebut dan mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan selama dalam perawatan (Supartini, 2004). Media yang paling efektif adalah melalui kegiatan permainan. Permainan yang terapeutik yang didasari oleh pandangan bahwa bermain bagi anak merupakan aktivitas yang sehat dan diperlukan untuk kelangsungan tumbuh kembang anak dan memungkinkan untuk menggali, mengekspresikan perasaan dan pikiran serta mengalihkan perasaan nyeri dan juga relaksasi. Dengan demikian, kegiatan bermain harus menjadi bagian integral dari pelayanan kesehatan anak di rumah sakit (Brennan, 1994 dikutip oleh Supartini, 2004). Prinsipnya bermain adalah agar dapat melanjutkan fase tumbuh kembang secara optimal, kreativitas anak dan anak dapat beradaptasi secara lebih efektif terhadap stres (Nursalam, 2005). Permainan yang dilakukan bersama anak dapat

menjadi sebuah terapi yang disebut terapi bermain (Axline, 1947 dikutip oleh Kristiyani, 2008). Penatalaksanaan terapi bermain telah didokumentasikan sejak tahun 1940 dan 1950-an. Pada dasarnya terapi bermain adalah alat bagi anak untuk mengekspresikan emosi dan ketakutan mereka dan merupakan alat komunikasi (Landreth, 1991 dikutip oleh Supartini, 2004). Efek hospitalisasi yang dialami anak saat dirawat di rumah sakit perlu mendapatkan perhatian dan pemecahan masalah agar saat dirawat seorang anak mengetahui dan kooperatif dalam menghadapi permasalahan yang terjadi saat perawatan. Reaksi stres yang ditunjukkan anak saat dilakukan perawatan sangat bermacam-macam seperti ada anak yang bertindak agresif yaitu sebagai pertahanan diri dengan mengeluarkan kata-kata mendesis dan membentak serta menutup diri dan tidak kooperatif saat menjalani perawatan (Alifatin, 2003). Perawat dapat membantu orangtua menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan perawatan anaknya di rumah sakit karena perawat berada di samping pasien selama 24 jam. Fokus intervensi keperawatan adalah meminimalkan dukungan psikologis pada anak anggota keluarga. Salah satu intervensi keperawatan dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak adalah dengan memberikan terapi bermain. Terapi bermain dapat dilakukan sebelum melakukan prosedur pada anak, hal ini dilakukan untuk mengurangi rasa tegang dan emosi yang dirasakan anak selama prosedur. (Suparto, 2003 dikutip dari Mulyaman, 2008).

Terapi bermain diyakini mampu menghilangkan batasan, hambatan dalam diri, stres, frustasi serta mempunyai masalah emosi dengan tujuan mengubah tingkah laku anak yang tidak sesuai menjadi tingkah laku yang diharapkan dan anak sering diajak bermain akan lebih kooperatif dan mudah diajak kerjasama (Nurjaman, 2006 dikutip oleh Mulyaman, 2008). Berdasarkan penelitian Yuniarti (2005) yang mempunyai tujuan penelitian yaitu mengetahui pengaruh terapai bermain simbolik terhadap perilaku kooperatif anak yang mengalami hospitalisasi di RS. Dr. Sardjito dan mengetahui perbedaan tingkat kooperatif anak pada saat dirawat di rumah sakit antara sebelum dan sesudah aktivitas bermain simbolik di RS. Dr. Sardjito serta mempunyai desain quasi eksperimen yang dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2005 diperoleh hasil dengan anak yang tercatat rata-rata yang menjalani perawatan selama delapan hingga sembilan hari yang terpendek sekitar empat hari dan yang terlama telah menjalani rawat inap selama dua bulan. Perbandingan jumlah usia anak dalam rentang yang dirawat antara usia todler (1 3 tahun), Prasekolah (3 5) dan usia sekolah (6-12) adalah 2:1:1. Dengan diagnosa medis utama antara lain Hyposoadia, Intracranial injury, Artificial opening status, Cleft palate with cleft lip, inguinal hernia dan sebagainya. Anak yang pertama kali mengalami rawat inap menunjukkan perilaku yang ditunjukkan ngelendot pada orang tuanya terus menerus, menangis ketika dilakukan tindakan medis atau tindakan perawatan, anak tidak menjawab pertanyaan perawat atau orang baru yang ditemuinya, anak terlihat takut pada perawat yang datang oleh karena trauma pada hari sebelumnya.

Berdasarkan studi awal yang peneliti lakukan pada 11-12 Juni ada 4 anak sudah dirawat lebih dari 3 hari di ruang rawat inap RB2 dengan 3 anak post 3 anak pre operasi hernia dan 1 anak pre operasi tumor leher yang tetapi masih juga belum mau bekerja sama atau anak tersebut tidak mau kooperatif dalam perawatan yang ditandai dengan anak menangis ketika dilakukan tindakan, bersandar kepada orangtuanya, tidak mau menjawab pertanyaan perawat atau orang baru yang ditemuinya, serta takut pada perawat yang datang karena trauma dengan tindakan invasif yang dilakukan pada hari sebelumnya. Hal ini membuat perawat kesulitan dalam melakukan perawatan seperti melakukan perawatan luka operasi, membuka jahitan, pemberian obat-obat intravena dan pengukuran tandatanda vital. Ada 6 orang perawat dari 21 orang perawat di ruang rawat inap RB2 yang peneliti wawancarai 3 orang dengan pendidikan Sarjana Keperawatan dan 3 orang dengan pendidikan Akademi Perawatan, di mana perawat mengerti manfaat dari terapi bermain dan juga mereka mengatakan tidak adanya waktu yang cukup di dalam melakukan terapi bermain di karenakan tugas mereka yang terlalu sibuk di dalam melakukan tindakan perawatan dan juga tidak adanya fasilitas yang tersedia umtuk membrikan terapi bermain pada anak-anak yang dirawat. Aktivitas bermain dapat dijadikan salah satu cara untuk mengajak anak untuk kooperatif dalam perawatan dan dapat memperlancar pemberian pengobatan dan perawatan. Hal ini akan mempercepat proses penyembuhan penyakit anak dan dapat mencegah pengalaman yang traumatik saat anak mendapat perawatan lagi di rumah sakit.

Berdasarkan dari kondisi permasalahan tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh terapi bermain terhadap tindakan anak selama menjalani perawatan di rumah sakit. 2. Tujuan Tujuan Umum Mengidentifikasi pengaruh terapi bermain terhadap tindakan kooperatif anak dalam menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik responden terhadap tindakan kooperatif anak dalam menjalani perawatan. 2. Mengidentifikasi tindakan kooperatif anak terhadap perawatan pada kelompok intervensi sebelum dilakukan terapi bermain. 3. Mengidentifikasi tindakan kooperatif anak terhadap perawatan pada kelompok kontrol sebelum dilakukan terapi bermain. 4. Mengidentifikasi tindakan kooperatif anak terhadap perawatan pada kelompok intervensi setelah dilakukan terapi bermain. 5. Mengidentifikasi tindakan kooperatif anak terhadap perawatan kelompok kontrol setelah dilakukan terapi bermain. 6. Mengetahui pengaruh terapi bermain terhadap tindakan kooperatif anak pada kedua kelompok sebelum dan sesudah dilakukan terapi bermain.

7. Mengetahui pengaruh terapi bermain terhadap tindakan kooperatif anak terhadap kelompok intervensi dan kelompok kontrol. 3. Pertanyaan Penelitian Bagaimana pengaruh terapi bermain pada anak terhadap tindakan kooperatif anak dalam menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. 4. Manfaat Penelitian 4.1. Bagi Pelayanan Keperawatan Hasil keperawatan ini dapat dijadikan bekal bagi perawat yang bekerja di lingkungan rumah sakit maupun klinik dalam memberikan terapi bermain dapat meningkatkan tindakan anak untuk lebih kooperatif dalam perawatan untuk mempercapat proses pengobatan dalam penyembuhan penyakit. 4.2. Bagi Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang pentingnya memahami dan menerapkan pengaruh terapi bermain terhadap tindakan kooperatif dalam menjalani perawatan. 4.3. Bagi Penelitian Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi tambahan yang berguna bagi pengembangan penelitian keperawatan berikutnya terutama yang berhubungan dengan pengaruh terapi bermain terhadap tindakan kooperatif anak dalam mejalani perawatan di rumah sakit.