PROFIL PENEREPAN FARMASI KLINIK DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LOMBOK. Yogyakarta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Farmasi Klinik mulai muncul pada tahun 1960-an di Amerika, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Cross Sectional. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif-korelatif yang

BAB IV PEMBAHASAN. sakit yang berbeda. Hasil karakteristik dapat dilihat pada tabel. Tabel 2. Nama Rumah Sakit dan Tingkatan Rumah Sakit

INTISARI PROFIL PENERAPAN PELAYANAN FARMASI KLINIK DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DI PULAU BANGKA. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup pasien yang dalam praktek pelayanannya memerlukan pengetahuan,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian berjudul Profil Penerapan Pelayanan Farmasi Klinik di Rumah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INTISARI GAMBARAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DI PUSKESMAS BUNTOK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pelaksanaan Farmasi Klinik di Rumah Sakit. Penelitian ini dilakukan di beberapa rumah sakit

PERANAN APOTEKER DALAM PEMBERIAN INFORMASI OBAT DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI ANDI SULTHAN DAENG RADJA KABUPATEN BULUKUMBA

INTISARI. Madaniah 1 ;Aditya Maulana PP 2 ; Maria Ulfah 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,

PEMETAAN PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN KEFARMASIAN TERKAIT FREKUENSI KEHADIRAN APOTEKER DI APOTEK DI SURABAYA BARAT. Erik Darmasaputra, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan kepmenkes RI No. 983/ MENKES/ SK XI/ 1992 tentang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Selain itu, sebagai tempat pendidikan dan pengembangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktek Kerja Profesi di Rumah Sakit

INTISARI GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT UNIT DOSE DISPENSING DI DEPO TULIP RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

INTISARI TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelayanan kefarmasian oleh apoteker (Menkes, RI., 2014). tenaga teknis kefarmasian (Presiden, RI., 2009).

BAB I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini.

PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pharmaceutical care atau asuhan kefarmasian merupakan bentuk optimalisasi peran yang

Kata kunci : Kualitas pelayanan, Instalasi Farmasi, GAP, RSUD Ratu Zalecha Martapura

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

WAKTU TUNGGU PELAYANAN RESEP RAWAT JALAN DI DEPO FARMASI RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pasien, melalui pencapaian hasil terapi yang optimal terkait dengan obat. Hasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, telah terjadi pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor industri,

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian RSUD Bangka Selatan

TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN OBAT DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN MERTOYUDAN KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. farmasi klinik agar memberikan kontribusi terhadap perkembangan sistem

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

sakit, sehingga tidak ada pengelolaan sediaan farmasi, bahan medis habis pakai di

OPINI APOTEKER DAN PASIEN TERHADAP PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KOTA MERAUKE DEASY ABRAHAM THOE, 2013

PENILAIAN TERHADAP PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK-APOTEK DI KOTA KETAPANG TAHUN 2016 NASKAH PUBLIKASI. Oleh: WIWIN ANDITASARI

PEMETAAN PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN KEFARMASIAN TERKAIT FREKUENSI KEHADIRAN APOTEKER DI APOTEK DI SURABAYA TIMUR. Rendy Ricky Kwando, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Promotif, Vol.1 No.2 Apr 2012 Hal 58-65

KEPADA PASIEN OLEH TENAGA KEFARMASIAN DI APOTEK RUMAH SAKIT TNI AU SJAMSUDIN NOOR BANJARBARU

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI PELAYANAN APOTEK BERDASARKAN INDIKATOR PELAYANAN PRIMA DI KOTA MAGELANG PERIODE 2016

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

Natural Science: Journal of Science and Technology ISSN-p : Vol 6(2) : (Agustus 2017) ISSN-e :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRAK KUALITAS PELAYANAN RESEP DI APOTEK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HADJI BOEDJASIN PELAIHARI

ABSTRAK. Kata Kunci : Pelayanan, Informasi Obat.

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DRUG USAGE DESCRIPTION FOR OUTPATIENT IN PKU MUHAMMADIYAH UNIT II OF YOGYAKARTA IN 2013 BASED ON WHO PRESCRIBING INDICATOR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas (quality improvement) pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan mutlak diperlukan untuk

PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PELAYANAN OBAT DENGAN RESEP OLEH APOTEKER DI APOTEK WILAYAH KOTA DENPASAR

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia nomor 36 tahun 2014, tentang Kesehatan, adalah. setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan 1

Kata Kunci: Kualitas, Pelayanan Obat, Assurance

The Relations of Knowledge and The Adherence to Use PPE in Medical Service Employees in PKU Muhammadiyah Gamping Hospital.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

KESESUAIAN DIAGNOSIS PADA BERKAS REKAM MEDIS DAN EHR PASIEN INSTALASI GAWAT DARURAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KEPUASAN PASIEN TERHADAP STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS SEMPAJA SAMARINDA

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN OBAT DI ERA JKN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan

BAB IV PEMBAHASAN. Permenkes Nomor 58 tahun 2014 ini di lakukan di 4 Rumah Sakit Umum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kata Kunci : Medication Error, skrining resep, persentase ketidaklengkapan administrasi resep

Persepsi Dokter Terhadap Peran Apoteker Dalam Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN INFORMASI OBAT APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

A. Latar Belakang Masalah

INTISARI. Kata Kunci : Hipertensi, Pelayanan Komunikasi, Informasi Dan Edukasi.

Pipintri Margiluruswati*, L.I.Irmawati*

PROGRAM SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INTISARI STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN INFORMASI OBAT ANTIHIPERTENSI KEPADA PASIEN DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

ABSTRAK TATALAKSANA FARMASI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN CIANJUR

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

Transkripsi:

PROFIL PENEREPAN FARMASI KLINIK DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LOMBOK Baiq Putri Sintia Wulandari 1), Pinasti Utami 1) 1) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Putrisintiabaiq@gmail.com INTISARI Farmasi Klinik merupakan suatu disiplin ilmu dan profesi yang relatif baru. Di Indonesia mulai berkembang tahun 2000, fungsi ini muncul berawal dari ketidakpuasan atas norma praktek pelayanan kesehatan saat itu dan adanya kebutuhan yang meningkat terhadap tenaga kesehatan profesional yang memiliki pengetahuan komprehensif mengenai pengobatan. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Rumah Sakit Milik Pemerintah Daerah Lombok sudah menerapkan Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No.58 tahun 2014 dalam memberikan pelayanan. Metode penelitian menggunakan metode Deskriptif untuk gambaran Pelayanan Farmasi dan uji Korelatif untuk melihat hubungan antara jumlah apoteker dengan pelayanan kefarmasian. Hasil uji Regresi dan Korelasi Linier Sederhana diketahui bahwa tidak terdapat hubungan antara program dan penerapan diperoleh r yaitu 0,258, berarti bersifat lemah hubungan korelasi pengaruh jumlah apoteker terhadap penerapan. Kesimpulan penelitian ini adalah penerapan farmasi klinik dengan jumlah ratarata 54,54% dan pelayanan farmasi klinik sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No.58 tahun 2014 dengan jumlah apoteker yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Lombok tidak ada pengaruh yang signifikan. Kata Kunci: Farmasi Klinik, Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit No.58 Tahun 2014 [ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] 1

ABSTRACT Clinical pharmacy is a discipline and a profession is relatively new. This function began to flourish since 2000 in Indonesian, originated from dissaticfaction over the norm of health services practice at that time and the need for the rise of health professionals that have comprehensive knowledge about the treatment. Therefore this study aims to determine whether the Local Government Owned Hospitals Lombok has adopted the appropriate Clinical Pharmaceutical Services Ministry of Health Regulation 58 of 2014 of providing services. This research using the descriptive method to represent the pharmaceutical service and correlative test to see the relationship between the number of the chemist with the pharmaceutical service. The test results of the regression test and simple linear correlation known that there is no correlation between the program and the obtained r that is 0,258, it is means a weak correlation the number of the chemist to assembling. Conclusion: Clinical Pharmacy Practice has been 54,54% applied in Hospitals at Lombok, as it mentioned in Indonesian Regulation from the Minister of Health Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit No.58 Tahun 2014, and there is no significant effect between the number of Pharmacy existences and the Clinical Pharmacy Practice. Keywords: Clinical Pharmacy, Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit No.58 Tahun 2014 PENDAHULUAN Farmasi Klinik mulai muncul pada tahun 1960-an di Amerika, dengan penekanan pada fungsi farmasis yang bekerja langsung bersentuhan dengan pasien. Saat itu Farmasi Klinik merupakan suatu disiplin ilmu dan profesi yang relatif baru, di mana munculnya disiplin ini berawal dari ketidakpuasan atas norma praktek pelayanan kesehatan saat itu dan adanya kebutuhan yang meningkat terhadap tenaga kesehatan profesional yang memiliki pengetahuan komprehensif mengenai pengobatan. Gerakan munculnya Farmasi Klinik di mulai dari University of Michigan dan University of Kentucky pada tahun 1960-an (Miller, 1981). Menurut Europe Science Clinical Pharmacy (ESCP), Farmasi [ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] 2

Klinik merupakan pelayanan yang diberikan oleh Apoteker di Rumah Sakit, apotek, perawatan di rumah, klinik dan di manapun, dimana terjadi peresepan dan penggunaan obat. Praktek pelayanan Farmasi Klinik di Indonesia relatif baru berkembang pada tahun 2000-an, dengan dimulainya Apoteker yang belajar farmasi klinik di berbagai institusi di luar negeri. Belum sepenuhnya penerimaan konsep farmasi klinik oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit merupakan salah satu faktor lambatnya perkembangan pelayanan farmasi klinik di Indonesia. Merupakan keganjilan jika apoteker yang semula berfungsi menyiapkan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit, kemudian ikut masuk ke bangsal perawatan dan memantau perkembangan pengobatan pasien, apalagi jika turut memberikan rekomendasi pengobatan, seperti yang lazim terjadi di negara maju. Farmasis selama ini terkesan kurang meyakinkan untuk bisa memainkan peran dalam pengobatan. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh sejarah pendidikan farmasi yang bersifat monovalen dengan muatan sains yang masih cukup besar (sebelum tahun 2001), sementara pendidikan ke arah klinik masih sangat terbatas, sehingga menyebabkan farmasis merasa gamang berbicara tentang penyakit dan pengobatan (Permenkes, 2014). Menurut Permenkes No.58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan [ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] 3

pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik. Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait obat. Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi Pekerjaan Kefarmasian juga dinyatakan bahwa dalam menjalankan praktek Kefarmasian pada fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan Standar Pelayanan Kefarmasian yang diamanahkan untuk diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan. Berdasarkan latar belakang maka perlu untuk melihat perkembangan konsep Pelayanan Kefarmasian apakah konsep tersebut sudah di terapkan di Rumah Sakit Umum Daerah milik pemerintah, karena rumah sakit umum daerah yang terbuka pada penelitian dalam upaya peningkatan pelayanan Pelayanan Kefarmasian kesehatan. (pharmaceutical care) (Permenkes, 2014). Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang METODE PENELITIAN Desain Penelitian. Jenis penelitian ini merupakan non eksperimental dengan rancangan Survei Cross [ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] 4

Sectional. Metode yang digunakan Instalasi Farmasi yang langsung adalah metode deskriptif-korelatif yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai pelayanan farmasi klinik di Rumah Sakit dan dilanjutkan dengan uji korelasi untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. dipimpin oleh seorang Apoteker. Variabel Bebas. Jumlah Apoteker Variabel Tergantung. Respon atau output, yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Alat. Perangkat lunak SPSS Release 15 For Windows Bahan. Data Rumah Sakit Milik Tempat Dan Waktu. Penelitian Pemerintah di daerah Lombok, data dilakukan di 4 (empat) Rumah Sakit Umum Daerah Lombok dimulai bulan Mei hingga bulan juli 2015. Populasi Dan Sampel. Pada penelitian ini yang digunakan populasi dan sampel adalah Rumah Sakit Umum Daerah Lombok. Kriteria Inklusi dan Eksklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah Rumah sakit umum daerah milik Pemerintah daerah berlokasi di daerah Lombok dan mempunyai konsep farmasi klinik di rumah sakit, data tentang gambaran pelayanan farmasi klinik yang dilakukan di rumah sakit. ANALISA DATA Analisa Deskriptif. Metode Analisis Deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan [ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] 5

yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisa Korelasi dan Persamaan Regresi. Studi korelasi ini pada hakekatnya merupakan penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok subjek (Notoatmodjo, 2010). Analisis Regresi di gunakan untuk melakukan prediksi, bagaimana perubahan nilai variabel dependen bila nilai variabel independen di naikkan atau di turunkan nilainya. Keeratan hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya biasanya disebut dengan koefisien korelasi yang ditandai dengan r. Koefisien r merupakan taksiran dari korelasi populasi. Semakin besar hubungan antar variabel semakin kuat. Berikut ini rumus yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. r = nσxy (Σx) (Σy) {nσx² (Σx)²} {nσy 2 (Σy) 2 } HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sampel. Penelitian ini bertujuan untuk Rumah Sakit Umum Daerah Lombok untuk melihat gambaran Penerapan Farmasi Klinik rumah sakit sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan tahun 2014. Pada penelitian ini telah dilakukan di berbagai rumah sakit umum daerah Lombok dengan tipe atau kelas rumah sakit yang berbeda. Hasil karakteristik dapat dilihat pada tabel. nilai r yang diperoleh maka [ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] 6

No Tabel 2. Nama Rumah Sakit dan Tingkatan Rumah Sakit Nama Rumah Sakit Kode RS 1 RSUD Kota Mataram A B 2 RSUD Dr.R.Soedjono Selong Lombok Timur B C Tipe RS Jumlah Apt 11 11 3 RSUD Patut Patuh Patju Lombok Barat C C 11 4 RSUD Praya Lombok Tengah D C 3 Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor Untuk rumah sakit umum kelas C pada pasal 14 harus mempunyai 340/Menkes/Per/III/2010 tentang fasilitas dan kemampuan pelayanan Klasifikasi Rumah Sakit pada pasal 10 tentang rumah sakit umum kelas B ialah harus mempunyai fasilitas dan pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4 Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8 Pelayanan Medik Spesialis Lainnya dan 2 Pelayanan Medik Subspesialis Dasar. Pada Pasal 12 rumah sakit dengan kelas B jumlah medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik Spesialis Dasar, dan 4 Pelayanan Spesialis Penunjang Medik. Pada pasal 16 rumah sakit dengan kelas C jumlah tempat tidur minimal 100 buah. Pada penelitian ini 4 Rumah Sakit Umum Daerah Lombok sudah memenuhi standar klasifikasi rumah sakit sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI. tempat tidur minimal 200 buah. [ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] 7

Tabel 3. Hasil Penerapan Farmasi Klinik Sesuai Permenkes Nama Jumlah No Kode Persentase % RS Pelayanan 1 RSUD A 8 1,2,3,4,5,6,7,9 72,72% 2 RSUD B 3 1,4,5 27,27% 3 RSUD C 6 1,3,4,5,6,7 54,54% 4 RSUD D 7 1,2,4,5,6,8,9 63,63% Sumber: Data kuesioner penelitian, 2016 Dari tabel 3 di atas menunjukkan jumlah pelayanan farmasi klinik di rumah sakit umum daerah Lombok yang sesuai dengan Permenkes No.58 tahun 2014. Pada tabel tersebut menunjukan pelayanan yang dilakukan oleh RSUD A atau Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram sebanyak 8 (delapan) pelayanan dengan jumlah persentase yakni 72,72%, RSUD B atau Rumah Sakit Umum Daerah Dr.R.Soedjono Selong Lombok Timur sebanyak 3 (tiga) pelayanan dengan jumlah persentase yakni 27,27%, RSUD C atau Rumah Sakit Umum Daerah Patut Patuh Patju Lombok Barat sebanyak 6 (enam) pelayanan dengan jumlah persentase 54,54%, dan RSUD D atau Rumah Sakit Umum Daerah Praya Lombok Tengah sebanyak 7 (tujuh) pelayanan dengan jumlah persentase 63,63%. Pelayanan farmasi klinik sesuai Permenkes No.58 tahun 2014 yang paling banyak diterapkan di setiap rumah sakit umum daerah Lombok adalah pada poin 1 (satu), 4 (empat), dan poin 5 (lima) yakni Pengkajian dan Pelayanan Resep, Pelayanan Informasi Obat (PIO), dan Konseling. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa keberadaan pelayanan farmasi klinik di Rumah [ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] 8

Sakit Umum Daerah Lombok sesuai Permenkes No 58 tahun 2014 ratarata 54,54%. Tabel 4. Hasil Penerapan Yang Tidak Terlaksana Tidak No Nama RS Kode Persentase % Terlaksanan 1 RSUD A 3 8,10,11 27,27% 2 RSUD B 8 2,3,6,7,8,9,10,11 72,72% 3 RSUD C 5 2,8,9,10,11 45,45% 4 RSUD D 4 3,7,10,11 36,36% Sumber: Data Kuesioner Penelitian, 2016 Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui jumlah penerapan yang tidak terlaksana di setiap Rumah Sakit Umum Daerah Lombok yaitu pada RSUD A atau Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram terdapat 3 penerapan farmasi klinik yang tidak terlaksana dengan jumlah persentase 27,27%, RSUD B atau Rumah Sakit Umum Daerah Dr.R.Soedjono Selong Lombok Timur terdapat 8 (delapan) penerapan farmasi klinik rumah sakit yang tidak terlaksana dengan jumlah persentase 72,72%, RSUD C atau Patuh Patju Lombok Barat terdapat 5 (lima) penerapan farmasi klinik yang tidak terlaksana dengan jumlah persentase 45,45%, dan RSUD D atau Rumah Sakit Umum Daerah Praya Lombok Tengah terdapat 4 (empat) penerapan farmasi klinik yang tidak terlaksana dengan jumlah persentase 36,36%. Pelayanan penerapan farmasi klinik yang paling banyak tidak terlaksana yakni pada poin 10 (sepuluh), dan poin 11 (sebelas) yaitu Dispensing Sediaan Steril, dan Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD). Rumah Sakit Umum Daerah Patut [ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] 9

Hasil Regresi Linier Sederhana. Untuk menguji keterkaitan atau hubungan antara penerapan farmasi klinik sesuai Permenkes No.58 tahun 2014 terhadap jumlah apoteker. Dari model persamaan regresi tersebut bahwa konstanta (a) sebesar 5,75 artinya jika tidak ada variabel jumlah apoteker (X), yang mempengaruhi penerapan (Y), maka penerapan sebsesar 5,75 satuan. Hal ini berarti jika rumah sakit tidak mempertimbangkan faktor jumlah apoteker (X) maka penerapan akan rendah. Sedangkan nilai b sebesar 0,083 artinya jika variabel jumlah apoteker (X) meningkat sebesar satu satuan maka penerapan (Y) akan meningkat sebesar 0,083. Hal ini menunjukkan semakin tinggi jumlah apoteker (X) maka penerapan juga semakin meningkat, demikian juga sebaliknya. Persamaan yang didapatkan dari Regresi Linier tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan keterkaitan jumlah apoteker dan penerapan farmasi klinik sesuai Permenkes di 4 Rumah Sakit Umum Daerah Lombok. Analisis Korelasi Pearson. Selain menggunakan analisis Regresi Linier sederhana, keterkaitan atau korelasi antara jumlah apoteker (variabel bebas) terhadap penerapan farmasi klinik sesuai Permenkes (variabel tergantung) pada 4 rumah sakit umum daerah Lombok diketahui hasil pengujian signifikansi menunjukkan bahwa probabilitas r = 0,258 artinya memiliki kekuatan lemah. Nilai tersebut dapat membuktikan bahwa variabel jumlah apoteker (X) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel penerapan (Y). [ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] 10

KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penerapan Farmasi Klinik di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Lombok yakni dengan jumlah rata-rata 54,54%. 2. Pelayanan farmasi klinik sesuai Permenkes No 58 tahun 2014 dengan jumlah apoteker yang DAFTAR PUSTAKA Aslam, M., Tan, C,K., & Prayitno, A., 2003, Farmasi Klinis, Jakarta: Elex Media Komputindo. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, ada di Rumah Sakit Umum Daerah Lombok didapatkan hasil r 0,258 yang menyatakan hubungan korelasi bersifat lemah. SARAN 1. Penelitian ini perlu dikembangkan untuk melihat kualitas pelayanan Farmasi Klinik di Rumah Sakit. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Notoatmodjo, S., 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta RSUD Dr.R.Soedjono s, 2016, smart rating was calculated by FindTheBest Indonesia to be 98 Jakarta. [ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] 11

in March, Departemen Kesehatan Indonesia. RSUD Praya s, 2016, smart rating was calculated by FindTheBest Indonesia to be in 90 in March, Farmasi, Minat Manajemen Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Siregar, Charles J,P. & Amalia Lia., Departemen Indonesia. Kesehatan 2004, Farmasi Rumah Sakit. Jakarta: Buku Kedokteran ECG. RSUD Patut Patuh Patju s, 2016, smart rating was calculated by FindTheBest Indonesia to be 97 in March, Departemen Kesehatan Indonesia. Sugiyono, 2012, Metode Penellitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Undang-Undang Republik Indonesia No.36 tahun 2009 tentang RSUD Kota Mataram s, 2016, smart Kesehatan, Departemen rating was calculated by FindTheBest Indonesia to be 59 in March, Departemen Kesehatan Indonesia. Sidrotullah, M., 2012, Evaluasi Pelaksanaan Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit Umum Daerah kelas C di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Tesis S-2, Program Magister Manajemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Zain, Moch, Yusuf, 2001, Profil Penerapan Farmasi Klinik di Rumah Sakit Umum Kotamadya [ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] 12

Yogyakarta, Skripsi, Program Gadjah Mada, Yogyakarta. Studi Farmasi, Universitas [ T y p e t h e c o m p a n y a d d r e s s ] 13