BAB III EKSISTENSI SAMURAI PADA MASA PEMERINTAHAN MEIJI

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH RESTORASI MEIJI TERHADAP EKSISTENSI KELAS SAMURAI

BAB IV GOLONGAN SAMURAI SATSUMA DALAM PEMBERONTAKAN Bab empat ini merupakan pembahasan dari permasalahan yang

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG RESTORASI MEIJI

BAB 5 RINGKASAN. jatuh. Padahal ia telah menetapkan segala peraturan untuk dalam dan luar negeri. menyebabkan jatuhnya kekuasaan politik Tokugawa.

BAB I PENDAHULUAN. keluarga Tokugawa. Disebut zaman Edo karena pemerintahan keshogunan

BAB II RESTORASI MEIJI ATAU MODERNISASI JEPANG. Edo. Zaman Edo ( ) adalah zaman dimana Jepang diperintah oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga Tokugawa ( ). Demikian pula sistem politik yang telah

Jepang (Bagian III) Feodalisme Jepang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini memaparkan mengenai hasil kajian pustaka untuk mengkaji judul

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Awal penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Xavier di Jepang tidak

BAB V KESIMPULAN. Masyarakat Jepang pada masa Tokugawa merupakan masyarakat yang

BAB V KESIMPULAN. dari posisinya sebagai kanpaku untuk melancarkan jalan bagi Hideyori menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian ini merupakan pemaparan tentang hasil analisis yang dilakukan pada bab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperoleh oleh penulis. Dalam hal ini tinjauan pustaka bermanfaat sebagai landasan

Jepang pada masa sebelum Perang Dunia (PD) II

JEPANG. Part IV Edo - Meiji

BAB I PENDAHULUAN. Kemenangan Klan Tokugawa dalam Perang Sekigahara (Sekigahara no

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP SAMURAI DAN RESTORASI MEIJI

BAB I PENDAHULUAN. surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji ( ) dan. yang kemudian dikenal dengan Restorasi Meiji.

BAB II GEOGRAFI JEPANG DAN ZAMAN MEIJI. astronomis, Jepang berada antara 30 LU - 46 LU dan 128 BT 179 BT. Luas

BAB II GAMBARAN UMUM AWAL KESHOGUNAN TOKUGAWA. Taira pada perang Heijin tahun Setelah kekalahan tersebut keluarga

BAB V KESIMPULAN. mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Darma Persada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN

ABSTRAK PEMERINTAHAN REZIM SHOGUN TOKUGAWA YANG TERAKHIR

DAFTAR PUSTAKA. Fukutake Tadashi.1988.Masyarakat Jepang Dewasa Ini.Jakarta: Gramedia.

PERANAN SAIGO TAKAMORI DALAM PEMBERONTAKAN KAUM SAMURAI. Yessy Harun Sastra Jepang Fakultas Sastra. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yang dimulai sejak shogun pertama Tokugawa Ieyasu. Keshogunan

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik

BAB I PENDAHULUAN. (isolasi) dari dunia luar dengan sistem feodal, yang merupakan transisi ke. Restorasi Meiji kelak sebagai antiklimaks isolasinya.

Jepang Abad NIHON/NIPPON I

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

BAB II TINJAUAN UMUM PADA MASYARAKAT PETANI JEPANG SEBELUM PERANG DUNIA II

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung

BAB II GAMBARAN UMUM

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang meskipun sekarang merupakan negara yang cukup maju

Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau

BAB IV MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN DI JEPANG. Dibawah kekuasaan Tokugawa, Jepang mengadopsi nilai-nilai Konfusianisme

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak kedatangan orang Portugis pada awal abad ke-16, agama Kristen mulai

BAB II BUSHIDO DAN KEDUDUKAN SAMURAI

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum,

PENETAPAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1959 TENTANG PEMERINTAH DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

BAB I. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pulau besar dan kecil dengan luas wilayah sekitar km 2. Kepulauan Jepang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB 2 LANDASAN TEORI. Keluarga Tokugawa menguasai bakufu dan berhasil memerintah negeri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

BAB I. Pendahuluan. berbatasan dengan Samudra Pasifik, sedangkan di bagian utara berbatasan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. tentang dirinya sendiri. Semua usaha yang tidak menentu untuk mencari identitas-identitas

Tinjauan Sosiologi Terhadar Perilaku Homoseksual Samurai pada Keshogunan Tokugawa dalam Film Ooku Karya Fuminori Kaneko JOURNAL

BAB I PENDAHULUAN. dan menarik. Masyarakat Jepang sendiri terkenal memiliki sifat-sifat seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. Kimono merupakan pakaian tradisional sekaligus pakaian nasional Jepang.

Bab 4. Simpulan Dan Saran. Berdasarkan hasil analisis data pada bab sebelumnya tentang pengaruh konsep

BAB I PENDAHULUAN. dijamah. Sedangkan Ienaga Saburo (dalam Situmorang, 2008: 3) membedakan

BAB IV KESIMPULAN. Kebijakan pemerintahan Francisco..., Fadhil Patra Dwi Gumala, FISIP UI, Universitas Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG

Suprastruktur Politik, Tenno & Masyarakat serta Sistem Pemilu dan Kepartaian Jepang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERKEMBANGAN EKONOMI JEPANG PADA ERA SHOGUNAT TOKUGAWA

STRATIFIKASI SOSIAL fitri dwi lestari

PEMERINTAH DAERAH (Penetapan Presiden Nomor 6 Tahun 1959 Tanggal 7 September 1959) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh orang Jepang, dengan bahasa Jepang, sesuai dengan gaya yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAHAN KESHOGUNAN DI JEPANG TAHUN SKRIPSI. Oleh. Edy Supriyadi NIM

BAB I PENDAHULUAN. kusut. Karya novel biasanya mengangkat berbagai fenomena yang terjadi

PENGUASAAN TANAH DAN STRUKTUR SOSIAL DI PEDESAAN JAWA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

BAB II JEPANG DALAM PERANG DUNIA II

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang wanita Jepang yang masih kuno dan tradisional masih

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ).

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Analisis Tipe Kepemimpinan dalam Film The Last Samurai

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Jepang pada zaman Heian (abad 9 sampai abad12). Pada masa itu, orang-orang

Transkripsi:

BAB III EKSISTENSI SAMURAI PADA MASA PEMERINTAHAN MEIJI 3.1 Hak Politik dan Kekuasaan Samurai Pemerintah feodal Tokugawa yang mulai berkuasa sejak tahun 1600 sebagian besar terdiri dari kelas samurai, yaitu sebuah kelas elit militer yang mempunyai kekuasaan luas, dimana kekuasaan mereka tidak hanya mengatur pemerintahan Jepang pada saat itu, namun sampai kepada hal-hal kecil dalam kehidupan masyarakat yang berada dalam hirearki kelas lain. Dalam sejarah Jepang, Keshogunan Tokugawa menguasai Jepang ratusan tahun lamanya. Kemudian dengan adanya dekrit pengembalian kekuasaan kepada Kaisar pada tahun 1868, semakin melemahnya Negara Jepang karena politik isolasi Keshogunan Tokugawa dan adanya keinginan pemerintah Meiji untuk mereformasi Jepang secara besar-besaran, menyebabkan berakhirnya kejayaan kaum samurai pada tahun 1870. Kejatuhan kaum samurai ditengarai tidak hanya disebabkan kekalahan yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi, namun aspekaspek dari segi sosial, politik, maupun budaya turut memberikan peran. Restorasi dan reformasi secara besar-besaran pada saat itu berdampak pada seluruh lapisan masyarakat, terutama kaum samurai. Perpindahan kekuasaan dari keshogunan Tokugawa yang berkuasa selama ratusan tahun ke tangan Kaisar sangat berpengaruh. Biarpun Kaisar hanya sebagai simbol dan pemerintahan

dijalankan oleh para birokrat namun perpindahan kekuasaan ini mengembalikan kebanggaan nasional. Kaum samurai yang sebelumnya sangat berkuasa dipemerintahan berusaha merebut pemerintahan Meiji kembali dengan mengajukan wakil-wakil mereka untuk dapat ambil bagian dalam pemerintahan. Sebelumnya para daimyo merupakan kaum elit yang bisa mempengaruhi Kaisar sekalipun, namun ketika sistem pemerintahan berubah menjadi konstitusi maka kekuasaan mereka otomatis diperkecil. Sistem kasta di Jepang pada saat itu pun turut berubah, menjadi kozoku (kaum bangsawan), shizoku (kaum samurai dan tentara), serta heimin (rakyat biasa). Meskipun kekuasaan politik telah dikembalikan kepada Kaisar, namun pengaruh dari pemerintahan feodal masih terasa pada tahun-tahun pertama periode Meiji terutama dalam masalah ekonomi dan sistem sosial. Karena itu, pemerintah berusaha untuk menghilangkan sisa-sisa feodal sebelum modernisasi dilaksankan. Untuk kepentingan tersebut, pemerintah segera mengadakan perubahan dengan mencontoh dunia barat, dengan tujuan membangun Jepang agar setara dengan negara-negara barat. Dalam hal ini, golongan samurai memegang peranan yang sangat penting. Peranan penting samurai yang pertama adalah dominasi mereka dalam jabatan-jabatan penting di pemerintahan. Hal ini bisa terlihat pada susunan pemerintah awal restorasi Meiji dimana samurai-samurai yang menempati posisi dalam pemrintahan kebanyakan adalah para samurai yang memprakarsai meletusnya restorasi. Yeti Nurhayati (1987: 51) menyatakan bahwa upaya pembentukan pemerintahn yang baru ini sebenarnya telah dilakukan beberapa tahun sebelum terjadi restorasi Meiji, tepatnya pada tahun 1863, tetapi perubahan

tersebut menjadi semakin jelas tatkala terjadi restorasi. Pemerintah mengadakan perubahan dengan membentuk sistem pengganti bakufu. Pemerintahan yang baru dikepalai oleh Tenno (Kaisar) dan dibantu oleh tiga badan penasihat. Lebih lanjut Nurhayti memaparkan bahwa tiga badan yang dimaksud sebagai berikut: Pertama adalah Sosai atau Majelis Tinggi, yang dikepalai oleh seorang pangeran. Kedua, yakni Gijo atau Dewan Penasihat kelas satu yang terdiri dari anggota-anggota yang diambil dari kalangan bangsawan (Kuge) dan samurai terkemuka. Ketiga adalah Sanyo atau Dewan Penasihat kelas dua yang anggotanya terdiri dari lima orang golongan Kuge dan 15 orang dari golongan samurai. (Nurhayati, 1987: 51) Akan tetapi, pada tahun yang sama pemerintah mengubah kembali susunan di atas dan ketiga badan Penasihat yang ada dlebur kedalam susuna lebih sederhana yaitu, Dai-Jo- Kan(Majelis Musyawarah) Kedudukan kaum samurai semakin kuat ketika struktur pemrintahan yang telah ada diubah kembali dengan dominasi penuh para samurai. Dai-Jo-Kan yang berisi dua dewarn, berada dibawah kuasa Perdana Menteri (Daijo-daijin) Pangeran Sanjo Sanetomi dan Pangeran Iwakura Tomomi Sebagai Menteri Luar Negeri. Adapun setiap kebijakan politik yang dikeluarkan, berasal dari Badan Penasihat Negara yang merupakan gabungan klan-klan samurai anti Tokugawa. Tokoh-tokoh yang memegang peranan paling dominan berasal dari klan Satsuma dan Chosu, Sedangkan dua klan penting lainnya Yaitu Tossa dan Hizen mendapat kedudukan lebih sederhana. Pada tahun 1869, pemerintah Meiji berupaya untuk memperlemah kekuatan paradaimyo, yaitu dengan membujuk mereka untuk menyerahkan tanah

yang mereka kuasai sebagai ganti untuk mendapatkan kekuasaan politik. Biarpun kemudian para daimyo ditunjuk sebagai gubernur ditanah mereka, namun penggantian status dari daimyo menjadi gubernur yang ditunjukoleh pemerintah menggambarkan adanya kekuasaan Kaisar (pemerintah Meiji) terhadap setiap golongan masyarakat. Kemudian pemerintah Meiji juga mendesak para daimyo agar mengambil pegawai yang ditunjuk oleh pemerintah untuk dipekerjakan sebagai petugas administrasi sebagai langkah awal penghilangan kekuasaan daimyo terhadap daerah kekuasaan mereka. Mengikuti hal ini, pada tahun 1871 pemerintah Meiji berhasil menghilangkan kekusaan para daimyo, dan membuat lahan-lahan kekuasaan para daimyo tersebut menjadi perfektur yang baru, dimana pemerintah dapat mengambil pajak secara langsung dan jabatan gubernur dipilih secara langsung oleh pemerintah. Saat ini sistem pemerintahan di Jepang mengadopsi sistem pemerintahan Eropa, yaitu sistem kabinet yan dipimpin oleh perdana menteri. Biarpun banyak kaum samurai yang ikut serta dalam kabinet Jepang yangbaru namun, kemudian digugurkan oleh pemerintah dengan alasan tidak berkualifikasi untuk menjadi staff dalam pemerintahan. Karena banyak kaum samurai yang tidak setuju dengan hal ini, maka kaum samurai dari provinsi Satsuma, Chosu, Tosa dan Hizen bersatu dan membentuk sebuah oposisi bagi pemerintah Meiji. Mereka berkeinginan agar kelas samurai tetap menjadi kelas yang elit dalam tatanan masyarakat Jepangyang baru. Hal ini menemui kegagalan karena pemerintah Meiji sejak lama telah melucuti berbagai hak yang dimiliki oleh kaum samurai, seperti tidak boleh membawa senjata, hilangnya kekuasaan dan pengaruh daimyo, dan beberapa samurai yang berhasil duduk dalam pemerintahan menentang oposisi ini. Hal ini membuat para samurai yang tidak

mendapatkan keuntungan dengan sistem pemerintahan yang baru merasa marah dan kecewa. 3.2 Kehidupan Ekonomi Samurai Kaum samurai tidak hanya terkena dampak reformasi dalam bidang militer saja namun juga dalam bidang ekonomi. Karena kegagalan Tokugawa sebelumnya dalam pemerintahan Jepang, maka pemerintah Meiji merasa perlu adanya proses industrialisasi besar-besaran di Jepang. Industrialisasi ini mencakup pembubaran kelas-kelas dalam masyarakat sehingga membawa universalitas, sistem pos nasional serta penemuan-penemuan baru seperti telegraph serta kereta api. Negara Jepang menjadi semakin berjaya dengan dijalankannya reformasi ini namun, tidak halnya dengan kaum samurai. Ketika proses modernisasi sedang berjalan maka, dalam jangka panjang akan butuh dana dan sumber daya yang besar. Karena hal ini pemerintah Meiji merasa perlu mengorbankan kelas samurai yang pada waktu itu dianggap tidak berguna dalam modernisasi. Hal ini dimulai dengan adanya pengurangan terhadap gaji untuk kaum samurai, dihilangkannya hak atas tanah yang sebelumnya diberikan oleh pemerintah Meiji kepada mereka, serta pembagian kelas samurai menjadi 2 kelas yaitu, smurai kelas atas dan samurai kelas rendahan. Pemerintah Meiji pada waktu itu menganggap samurai sebagai sesuatu yang bernilai kecil namun dengan ongkos pemeliharaan yang besar. Keterampilan mereka dalam seni pedang tidak berguna di masa damai. Karena hal itu, setidaknya sekitar 2 juta samurai kehilangan sumber nafkah dan mata pencaharian utama mereka dan banyak diantara mereka harus

mencari lapangan pekerjaan yang baru bahkan menjadi pengangguran. Lapangan pekerjaan yang paling banyak menjadi pilihan mereka tentu saja adalah bidangbidang yang sesuai dengan sifat golongan samurai, yaitu sebagai anggota pemerintah sipil dan angkatan perang. Tetapi, jumlah kaum samurai dari masa Tokugawa kurang lebih sebanyak 7% dari seluruh penduduk Jepang. Jumlah yang terlalu besar untuk bisa ditampung seluruhnya dalam pemerintahan sipil maupun militer. Menurut peraturan awal setelah dikeluarkannya kebijakan penghapusan golongan samurai, kepada kaum samurai diberikan separuh dari pendapatan mereka. Bagi daimyo, hal ini tidak menjadi masalah malah menguntungkan mereka. Karena, walaupun saat itu mereka hanya diberikan sepersepuluh dari nominal pendapatan mereka, pengahasilan itu lebih besar daripada pendapatan mereka yang sebenarnya. Karena jika sebelumnya, pendapatan nominal mereka harus digunakan untuk membiayai samurai-samurai yang bekerja pada mereka. Lain halnya dengan apa yang diterima oleh kaum samurai. Pendapatan itu tidak terlalu besar untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Maka, ketika pendapatan kaum samurai diubah menjadi setengahnya, mereka berada dalam kesulitan ekonomi. Kehidupan damai pada masa Tokugawa menjadikan kaum samurai terbiasa mengerjakan hal-hal yang tidak sesuai dengan tugas mereka yang seharusnya. Akibat banyaknya jumlah tanggungan tunjangan yang harus dibayarkan oleh pemerintah, persoalan ini dirasa memberatkan keuangan negara sehingga pemerintah mengambil keputusan untuk mengubah peraturan pensiun. Pemerintah mengganti pembayaran pensiun kepada para bekas daimyo dengan obligasi atas

dasar sukarela. Hal ini dilakukan karena kas negara menjadi kosong sejak emas banyak mengalir keluar negeri untuk kepentingan modernisasi. Kemudian pada tahun 1876 golongan samurai dilarang memakai gelung rambut dan dua buah pilah pedang yang merupakan lambang status mereka. Gaji mereka juga dikurangi dengan cara pembayaran uang sedikit, ditambah lagi adanya obligasi dari pemerintah. Akibatnya, mereka terpaksa mulai mencari kehidupan baru di bidang pertanian, perindustrian dan perdagangan. Pemerintah tetap berupaya memberikan dana santunan kepada kaum samurai yang tidak bekerja namun dengan potongan sekitar 30-80% dan pada akhirnya berusaha menghilangkan kelas yang dianggap tidak berguna tersebut. Sebagian besar kaum samurai jelas tidak setuju dengan aksi pemerintah Meiji tersebut dan melakukan pemberontakan. Pemberontakan samurai yang terbesar adalah pemberontakan Saigo Takamori dari Provinsi Satsuma. Pemberontakan ini akhirnya gagal dan banyak kaum samurai beralih pekerjaan ke bidang industri. Kebijakan pemerintah Meiji tersebut memang dimaksudkan untuk menghilangkan kelas samurai dalam proses modernisasi Jepang. 3.3 Kehidupan Sosial Samurai Kaum samurai juga mengahadapi perubahan kondisi sosial dalam masyarakat. Pada tahun 1867 sangat mudah bagi pemerintah Jepang untuk menerapkan standar baru dalam kehidupan bermasyarakat karena sebagian besar rakyat patuh dan tunduk pada Kaisar yang baru, mereka beranggapan bahwa Kaisar adalah pemerintahan. Dalam kasus ini, standar baru yang diterap kan oleh

pemerintahan Meiji adalah status setiap penduduk adalah sama, tidak ada hak khusu bagi kaum samurai, setiap permasalahan harus diselesaikan dengan pemanggilan pihak berwajib. Dikarenakan hal tersebut pemerintah Meiji menerapkan hukum baru bagi kaum samurai yaitu adanya larangan untuk membawa senjata dimuka umum. Tidak hanya senjata namun segala sesuatu yang berhubungan erat dengan samurai seperti pernak pernik pakaian kaum samurai, dan gaya rambut yang menjadi ciri khas dari seorang samurai pun turut dihilangkan. Hal-hal ini dianggap tidak modern oleh pemerintah Meiji. Kaum samurai yang semakin merasa tidak dihargai dengan perlakuan pemerintah menemui titik cerah ketika Jepang ingin menginvasi Korea karena adanya masalah dalam suatu perjanjian lama. Kaum samurai merasa dengan adanya perang kali ini maka mereka akan kembali kepada masa-masa jayanya dan hak hak serta status sosial mereka yang telah hilang dalam proses modernisasi. Perihal invasi ke Korea didukung penuh oleh Saigo Takamori, ketua dari klan Satsuma. Pada awalnya saigo Takamori mendukung pemerintah Meiji namun ketika invasi ke Korea ditentang oleh pemerintah Meiji dengan alasan akan mengganggu kestabilan ekonomi, pertumbuhan ekonomi dan perdagangan internasional, maka Saigo Takamori berbalik memberontak kepada pemerintah. Hal ini memicu terjadinya pemberontakan Satsuma yang dipimpin oleh Saigo Takamori. Pemberontakan Satsuma merupakan pemberontakan samurai terbesar pada era Meiji, namun pada akhirnya pemberontakan tersebut mengalami kegagalan dan kaum samurai benar-benar kehilangan statusnya.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Samurai ( 侍 ), atau dalam bahasa Jepang disebut bushi ( 武士 ) atau buke ( 武家 ), adalah bangsawan militer abad pertengahan dan awal-modern Jepang. Menurut Wikipedia, samurai adalah sebutan untuk bangsawan militer pada masa pra-industri Jepang. Kata samurai diambil dari bahasa Jepang kuno samorau lalu berubah menjadi saburau yang berarti pelayan Samurai merupakan golongan istimewa dalam hirearki masyarakat Jepang yang berkedudukan sebagai kaum militer dan terbentuk sejak zaman Heian. Keberadaan mereka banyak berpengaruh bagi perputaran roda pemerintahan Jepang dari masa kuno sampai Jepang mencapai modernisasi. Samurai terbentuk untuk mengatasi pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh kelas petani serta melindungi para tuan tanah (daimyo) dari ancaman para petani yang merasa tidak puas atas kebijakan daimyo yang merugikan para petani di wilayah mereka sendiri. Kedudukan dan fungsi samurai pada masa awal restorasi Meiji hampir tidak jauh berbeda dengan masa pemerintahan Tokugawa, dimana golongan tersebut mendapat tempat dan perlakuan yang istimewa dari pemerintah. Tugas

mereka tidak hanya sebagai prajurit militer saja, tetapi juga merambah ke bidangbidang ilmu lainnya. Restorasi Meiji yang meniru kebudayaan barat membawa dampak positif terhadap perkembangan Jepang yang pada saat itu sedang dilanda keterpurukan. Perubahan dilakukan diberbagai aspek sosial, politik, ekonomi, militer yang berujung pada hilangnya eksistensi kelas samurai dalam strata masyarakat Jepang. Kaum samurai yang keberadaanya sejak masa Kamakura adalah sebagai alat pertahanan dan perlindungan terhadap pengusa, perlahan-lahan mulai kehilangan hak-hak istimewanya. Pada akhirnya, walaupun fungsi dan keberadaan kaum samuraitidak sejalan dengan kepentingan modernisasi Jepang pada saat itu namun eksistensi mereka akan selalu mengingatkan pemerintah Jepang betapa pentingnya menjaga budaya dan prinsip-prinsip tradisional 4.2 Saran. Membaca merupakan hal yang sangat bermanfaat. Dengan membaca kita jadi lebih mengetahui akan segala sesuatunya, khususnya tentang samurai di Jepang. Bagi penulis sebagai seorang mahasiswa dan terutama bagi para pembaca, baik mahasiswa maupun orang awam, dengan membaca kita lebih menambah wawasan pengetahuan yang berhubungan dengan sejarah Jepang, terutama sejarah mengenai samurai dan perkembangannya di Jepang. Meskipun kelas samurai sudah dihapuskan sebaiknya nilai-nilai kesetiaan dan semangat bushido yang ada pada samurai tetap diajarkan kepada generasi-generasi muda, baik mahasiswa

maupun masyarakat umum agar nilai-nilai dan semangat tersebut tetap melekat di dalam diri masyarkat Jepang. Meskipun samurai berasal dan berkembang di Jepang, tidak ada salahnya agar prinsip-prinsip hidup dan nilai-nilai bushido yang menjadi ciri khas samurai tersebut diajarkan kepada masyarakat yang berada di luar Jepang, khususnya bagi mahasiswa-mahasiswa yang ada di Indonesia.