ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (DPKAD) KOTA SEMARANG TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOYOLALI APBD

ANALISIS KINERJA KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KABUPATEN KLATEN TAHUN

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

ANALISIS RASIO KEUANGAN DAERAH SEBAGAI PENILAIAN KINERJA (Studi pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Semarang)

BAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA DINAS BINA MARGA DAN SUMBER DAYA AIR KABUPATEN BANJAR

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH BOJONEGORO DAN JOMBANG TAHUN

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO APBD

Analisis Kinerja Keuangan Dalam Otonomi Daerah Kabupaten Nias Selatan

JURNAL. Oleh: APRI DIANA EKA RAHAYU NPM: Dibimbing oleh : 1. Dra. Puji Astuti, M.M., M.Si., Ak 2. Sigit Puji Winarko, SE, S.Pd., M.

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI SEBELUM DAN SESUDAH DIBERLAKUKANNYA OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN BOYOLALI APBD

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan layanan tersebut di masa yang akan datang (Nabila 2014).

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PAJAK DAERAH SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

BAB VI PENUTUP. 6.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dari. penelitian ini adalah:

Jurnal MONEX Vol.6 No 1 Januari 2017

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diambil adalah Kabupaten/ Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP KEMAMPUAN PEMBIAYAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN

Selly Paat, Perbandingan Kinerja Pengelolaan. PERBANDINGAN KINERJA PENGELOLAAN APBD ANTARA PEMERINTAH KOTA TOMOHON DENGAN PEMERINTAH KOTA MANADO

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KOTA MALANG

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN

Poppy Kemalasari et al., Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah dan Tingkat Kemandirian Daerah di Era Otonomi Daerah

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kota

Analisis Kinerja Belanja Pemerintah daerah Kotamobagu dan Bolaang Mongondow Timur tahun Herman Karamoy

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Perubahan di bidang ekonomi, sosial dan politik dalam era reformasi ini,

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA BOGOR TAHUN ANGGARAN

ARTIKEL ILMIAH ANALISA KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN TAHUN ANGGARAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten/Kota SUBOSUKAWONOSRATEN dengan menggunakan data. Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota SUBOSUKAWONOSRATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara. Pemerintah Pusat dan Daerah yang menyebabkan perubahan mendasar

BAB 1 PENDAHULUAN. antarsusunan pemerintahan. Otonomi daerah pada hakekatnya adalah untuk

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENERIMAAN RETRIBUSI DAERAH PADA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

BAB I PENDAHULUAN. pusat agar pemerintah daerah dapat mengelola pemerintahannya sendiri

ANALISIS BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA TAHUN ANGGARAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH DAN TINGKAT KEMANDIRIAN DAERAH DI KABUPATEN MAGETAN (TAHUN ANGGARAN )

Rasio Kemandirian Pendapatan Asli Daerah Rasio Kemandirian = x 100 Bantuan Pemerintah Pusat dan Pinjaman

ANALISIS EFEKTIVITAS PAJAK DAERAH ATAS PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA BADAN PELAYANAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

Abstrak. Kata Kunci : Kinerja Keuangan Daerah, Rasio Keuangan APBD,APBD. Keyword: Regional Financial Performance, Financial Ratios budget APBD, APBD

ANALISIS BELANJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BENGKULU

RASIO EFEKTIVITAS, PAJAK DAERAH TERHADAP PAD, DAN KEMANDIRIAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PEMKOT YOGYAKARTA TA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KAUR

ANALISIS KINERJA ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERMERINTAH KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KOTA AMBON

Brian Sagay, Kinerja Pemerintah Daerah KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KABUPATEN MINAHASA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

PENDAHULUAN Pergantian kepemimpinan di pemerintahan Indonesia, sebagian besar banyak memberikan perubahan diberbagai bidang. Salah satu perubahan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989) sebagai berikut.

M. Wahyudi Dosen Jurusan Akuntansi Fak. Ekonomi UNISKA Kediri

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi

I. PENDAHULUAN. berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan

ANALISIS REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2014

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: tertinggi adalah Kabupaten Sleman yaitu sebesar Rp ,

ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH UNTUK BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KOTA TOMOHON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian tersendiri bagi sebuah organisasi sektor publik. Pendekatan-pendekatan

JURNAL SKRIPSI EVALUASI POTENSI PENDAPATAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DI KABUPATEN WONOGIRI

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA ANGGARAN DAN REALISASI PADA APBD KOTA TANGERANG TAHUN ANGGARAN

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN

ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN DAERAH DALAM UPAYA MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB III METODE PENELITIAN

Tinjauan Atas Laporan Penerimaan Dan Pengeluaran Kegiatan APBD Pada Dinas Pertanian, Tanaman Dan Pangan Provinsi Jawa Barat

DAFTAR ISI. 1.2 Rumusan Masalah Maksud dan Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN. daerah, maka semakin besar pula diskreasi daerah untuk menggunakan

ANALYSIS OF EFFECTIVESS AND EFFICIENCY, OF THE HOTEL TAXES AND RETRIBUSI FOR CLEANING AS A SOURCE OF RECEIPT INCOME PAD KEDIRI CITY

BAB I PENDAHULUAN. adanya akuntabilitas dari para pemangku kekuasaan. Para pemangku. penunjang demi terwujudnya pembangunan nasional.

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemerintahan Kota Surakarta) dalam penelitiannya menyimpulkan sebagai berikut

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU

BAB I PENDAHULUAN. tentunya perlu mendapatkan perhatian serius baik dari pihak pemerintah pada

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengertian anggaran menurut Mardiasmo (2004:62) menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup perusahaan sangat ditentukan bagaimana. perusahaan dapat dikelola dengan efisien, sehingga dapat dimungkinkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh: Syukria Dewi Pembimbing: Restu Agusti dan Rahmiati Idrus

Keywords : income, improvement, local, government, original, tax

BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang

ANALISIS TINGKAT EFEKTIVITAS DAN KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM ERA OTONOMI DAERAH (Studi Kasus Pemerintah Daerah Kota Magelang)

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

ANALISIS RASIO LAPORAN REALISASI ANGGARAN 2010 KOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya diatur dalam undang-undang (UU) No. 22 Tahun 1999 menjadi

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU. Afriyanto 1, Weni Astuti 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dan lain-lain. Sebagaimana bentuk-bentuk organisasi lainnya

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAHAN KOTA DEPOK TAHUN ANGGARAN 2014

Transkripsi:

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (DPKAD) KOTA SEMARANG TAHUN 2012-2014 Baskoro Budhi Aji Dr. Nila Tristiarini, SE.,M.Si Program Studi Akuntansi S-1, Fakultas Ekonomi Universitas Dian Nuswantoro URL:http:Dinus.ac.id/ Email:212201202034@mhs.dinus.ac.id ABSTRACT This research aimed to measuring the performance of Regional Government Budget in Semarang City based on the ratio of financial through the year 2012-2014. The technique of the data collection of this research is documentation method of financial repport realization. Meanwhile, the technique of the data analysis of this research is using effectively ratio of District Own Source Revenue (PAD) analysis, independent regional financial ratio, regional tax ratio toward PAD and development District Own Source Revenue (PAD) ratio. The findings of this research show that Effective Ratio of District (PAD) is very effective and District Financial Independent is growing rapidly year by year. The number of District Tax Ratio toward District Own Source Revenue (PAD) is decreasing significantly. Keyword : Effectively Ratio of District Own Source Revenue (PAD); Independent Regional Financial Ratio; Regional Tax Ratio Toward PAD and development District Own Source Revenue; the performance of regional financial. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Semarang berdasarkan rasio keuangan tahun 2012-2014. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi terhadap laporan realisasi anggaran. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis Rasio Efektivitas PAD, Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Pajak Daerah terhadap PAD dan Rasio Pertumbuhan PAD. Hasil analisis kinerja keuangan daerah dapat disimpulkan bahwa Rasio Efektivitas PAD sangat efektif, Rasio Kemandirian Keuangan Daerah semakin meningkat dari tahun ke tahun menunjukkan suatu daerah mendekati mampu melaksanakan otonomi daerah. Rasio Pajak Daerah terhadap PAD dapat dikatakan sangat baik dan Rasio Pertumbuhan PAD dikatakan menurun. Kata Kunci : Rasio Efektivitas PAD; Rasio Kemandirian Keuangan Daerah; Rasio Pajak Daerah terhadap PAD; Rasio Pertumbuhan PAD; Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

PENDAHULUAN Pembangunan pada tingkat nasional maupun tingkat daerah saat ini dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Hal tersebut sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi untuk memajukan kesejahteraan umum, sehingga pembangunan yang ada didaerah merupakan bagian dari pembangunan nasional. Sedangkan pembangunan daerah sendiri diupayakan agar daerah tersebut dapat mengelola potensi daerahnya bersama masyarakat serta meningkatkan perkembangan pada bidang ekonomi dan menciptakan suatu lapangan kerja baru bagi masyarakat (Puspitasari, 2012). Kebijakan otonomi daerah secara efektif mulai dilaksanakan pada Januari 2001 mengantarkan perubahan pada penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Salah satu perubahannya berupa memberikan kebijakan yang mudah terjangkau melalui pelaksanaan beberapa sektor pemerintahan.seiring dengan peningkatan kebijakan tersenut, membuat aparat birokrasi pemerintahan di daerah bisa mengendalikan dan menyelenggarakan pelayanan publik yang lebih baik sesuai dengan kebutuhan masyarakat (Rahman, 2008). Kesejahteraan masyarakat akan banyak tergantung pada pemerintah daerah sejak adanya otonomi daerah ini, sehingga pemerintah daerah harus menggali semaksimal mungkin sumber-sumber Pendapatan Asli Daerahnya (PAD), dikarenakan PAD menjadi salah satu indikator untuk mengukur tingkat kemampuan dari pelaksanaan otonomi daerah. Semakin tinggi PAD akan semakin tinggi pula kemampuan pemerintah daerah dalam mencukupi pembiayaannya sendiri. Ini menunjukkan jika pemerintah daerah mampu melaksanakan otonomi daerah.apabila PAD yang didapat pemerintah daerah semakin kecil atau terjadi penurunan, maka pelaksanaan otonomi daerah perlu dioptimalkan (Puspitasari, 2012). Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, peran laporan keuangan sangat dibutuhkan dalam menyampaikan informasi yang relevan tentang posisi keuangan dan transaksi dalam satu periode pelaporan keuangan. Laporan keuangan pemerintah daerah berperan untuk alat pengambilan keputusan, maka laporan keuangan harus dibuat sesederhana mungkin untuk dapat dipahami oleh masyarakat umum.untuk mengoptimalkan penyelenggaraan otonomi daerah maka perlu pemerintah daerah menjalankan fungsi akuntabilitas keuangan.pemerintah perlu mempublikasikan laporan keuangan kepada pihak stakeholder(kreditur, investor, masyarakat, pers) untuk dijadikan alat pengambil keputusan dalam hal politik, sosial dan ekonomi (Muhibtari, 2014). Untuk menilai kemampuan dan kinerja dalam pelaksanaan APBD pada sektor pemerintahan daerah dalam suatu periode maka perlu untuk menggunakan alat analisis rasio keuangan daerah. Untuk menilai tingkat kinerja keuangan suatu daerah maka dapat menggunakan dengan teknik menghitung Rasio Efektivitas, Rasio Kemandirian, Rasio derajat Desentralisasi Fiskal, Rasio Efisiensi dan Rasio Keserasian Belanja. Dalam mengukur kemampuan Keuangan Daerah dapat melalui cara menggunakan Share dan Growth, Peta, Indeks Kemampuan Keuangan Daerah, lalu dari setiap perhitungan dilaksanakan analisis dengan membandingkan hasil yang diperoleh suatu daerah dari suatu periode terhadap periode sebelumnya maka bisa dilihat tingkat kemampuan keuangan suatu daerah. Analisis rasio keuangan diharapkan bisa dijadikan sebagai penilaian tingkat kinerja keuangan pemerintah daerah untuk dijadikan andil untuk kemajuan suatu daerah (Muhibtari, 2014).

TINJAUAN PUSTAKA Teori Sinyal Menurut Puspita & Martani (2012) teori sinyal menerangkan jika pemerintah sebagai pihak yang diberi mandat oleh rakyat mempunyai tujuan untuk menunjukkan sinyal yang baik kepada masyarakat, supaya masyarakat tetap mendukung kinerja pemerintah saat ini, sehingga aktivitas pemerintahan berjalan dengan baik. Pemerintah daerah akan berupaya menyampaikan pelaporan keuangan melalui website secara lebih maksimal untuk menunjukkan jika pemerintah daerah mampu menjalankan mandat yang diberikan oleh masyarakat. Sektor Publik Menurut Bastian (2006), mengemukakan jika istilah sektor publik memiliki pengertian yang bermacam macam. Dari sisi opini publik, organisasi publik dapat diartikan sebagai kenaikan pajak, birokrasi yang berlebihan dan pemerintahan yang besar. Dari sisi yang luas, sektor publik diartikan sebagai metode manajemen negara. Sedangkan dari sisi yang sempit sektor publik dimaksudkan sebagai pungutan oleh negara. Pemerintah Daerah Berdasarkan Permendagri No. 13 tahun 2006 dan PP No. 58 tahun 2005 yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan dengan konsep otonomi yang luas dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Laporan Keuangan Daerah Menurut Halim (2013) laporan keuangan daerah ialah informasi keuangan yang disusun oleh suatu pemerintah daerah yang terutama ditujukan bagi stakeholder di luar pemerintah daerah. Komponen Laporan Keuangan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2012 dalam Halim: 1. Laporan Realisasi Anggaran 2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih 3. Neraca 4. Laporan Operasional 5. Laporan Perubahan Ekuitas 6. Laporan Arus Kas 7. Catatan Atas Laporan Keuangan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) APBD menurut Halim (2013) adalah rencana aktivitas pemerintah daerah yang tertuang dalam bentuk angka dan melihatkan adanya sumber penerimaan yang berupa target minimal dan beban yang merupakan batas maksimal untuk suatu periode anggaran. Fungsi APBD menurut Permendagri tahun (2006) adalah : 1. Otorisasi 2. Perencanaan 3. Pengawasan 4. Alokasi 5. Stabilisasi 6. Distribusi Kinerja Keuangan Menurut Bastian (2006) kinerja ialah tingkat tercapainya pelaksanaan suatu kegiatan/ program untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan organisasi. Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menunjukkan tingkat tercapainya suatu sasaran atau tujuan yang telah ditentukan, dengan memperhitungkan indikator masukan (input), keluaran (output), hasil, manfaat dan dampak. METODE PENELITIAN Variabel Penelitian Kinerja keuangan Kinerja adalah prestasi yang dicapai dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kinerja keuangan DPKAD. Rasio Efektivitas PAD Menurut Halim (2013) Rasio Efektivitas PAD adalah kemampuan Pemerintah Daerah untuk merealisasikan Pendapatan Asli Daerah yang telah terprogram dibandingkan dengan target yang telah direncanakan berdasarkan potensi riil daerah. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Menurut Halim (2013) Rasio Kemandirian Keuangan Daerah adalah tingkat kemampuan keuangan Pemerintah Daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah. Rasio Pajak Daerah terhadap PAD Menurut Mahsun (2009) Rasio Pajak Daerah terhadap PAD adalah kemampuan Pemerintah Daerah dalam menghasilkan pendapatan dari pajak daerah.

Rasio Pertumbuhan PAD Menurut Halim (2013) Analisis pertumbuhan PAD adalah kemampuan pemerintah daerah untuk mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang dicapai dari periode ke periode berikutnya. Objek Penelitian Objek penelitian ini dilaksanakan pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kota Semarang Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini adalah jenis data dokumenter berupa surat-surat, memo atau dalam bentuk laporan program untuk dijadikan dasar analisis dalam penelitian. Sumber data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah data sekunder yaitu berupa laporan realisasi anggaran dalam waktu tiga tahun dari tahun 2012-2014 pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) kota Semarang. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan cara metode dokumentasi terhadap laporan realisasi anggaran serta dokumen-dokumen Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) kota Semarang dalam periode penelitian dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Metode Analisis Data Rasio Efektivitas PAD Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Rasio Pajak Daerah terhadap PAD Rasio Pertumbuhan PAD Analisis Pertumbuhan PAD = PAD tahun t PAD tahun t 1 PAD tahun t 1 X100% Sumber: Mahmudi (2010) PEMBAHASAN Rasio Efektivitas PAD Dapat diketahui dari tabel 4.1 bahwa kinerja keuangan DPKAD Semarang melalui Rasio Efektivitas PAD terus mengalami peningkatan dari tahun 2012-2014. Di tahun 2012 nilai persentase Rasio Efektivitas PAD sebesar 116,7%. Di tahun 2013 persentase efektivitas PAD kembali mengalami peningkatan sebesar 118,9% dan di tahun 2014 merupakan puncak peningkatan persentase kinerja efektivitas PAD yaitu sebesar 127,7%. Terjadi peningkatan kinerja dikarenakan realisasi penerimaan PAD tahun 2014 dari pos-pos seperti Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan Lain-lain PAD yang sah selalu melebihi target yang telah ditentukan.

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Dapat diketahui dari tabel 4.2 bahwa kemampuan keuangan DPKAD kota Semarang melalui Rasio Kemandirian Keuangan Daerah menunjukkan nilai persentase yang terus mengalami peningkatan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Ditahun 2012 persentase nilai kemandirian sebesar 46,7% dikatakan pada kategori rendah. Adapun ditahun 2013 kinerja kemandirian meningkat dan di tahun 2014 adalah puncak kinerja kemandirian dimana persentase rasio kemandirian ditahun 2013 sebesar 51,8% dan ditahun 2014 persentase rasio kemandirian keuangan daerah kembali meningkat sebesar 58,1% dan ini dapat dikatakan pada kategori sedang dan pola hubungannya partisipatif dimana peran pemerintah pusat mulai berkurang dan pemerintah daerah mendekati mampu melaksanakan otonomi daerah. Terjadi peningkatan nilai persentase Kemandirian Keuangan Daerah dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 dikarenakan realisasi PADdari tahun ke tahun selalu meningkat dan realisasi penerimaan PAD mulai mampu mengimbangi pendapatan dana bantuan dari Pemerintah Pusat ataupun Pemerintah Provinsi dalam menjalankan otonomi daerah. Rasio Pajak Daerah terhadap PAD Dapat diketahui dari tabel 4.3 bahwa kinerja keuangan DPKAD kota Semarang diukur dengan Rasio Pajak Daerah terhadap PAD dari tahun 2012-2014 dapat dikategorikan sangat baik karena nilai persentase melebihi 50%. Ini ditunjukkan dengan nilai persentase pajak daerah terhadap PAD

di tahun 2012 sebesar 76,6%. Ditahun 2013 persentase rasio pajak daerah terhadap PAD mengalami penurunan menjadi sebesar 73,8% dan ditahun 2014 adalah kinerja terendah dari pajak daerah terhadap PAD dimana nilai persentase menjadi sebesar 69,5%. Persentase nilai Pajak Daerah mengalami penurunan dikarenakan pos-pos seperti pendapatan dari Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan Lain-lain PAD yang sah juga mampu menjadi tumpuan dari penerimaan PAD. Rasio Pertumbuhan PAD Dapat diketahui dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa rasio pertumbuhan PAD dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 cenderung menurun dan dan dikatakan mengalami tren negatif. Di tahun 2012 persentase pertumbuhan PAD sebesar 49,5%. Di tahun 2013 persentase pertumbuhan PAD mengalami penurunan menjadi sebesar 18,8 % walaupun di tahun 2014 nilai persentase pertumbuhan PAD meningkat menjadi sebesar 22,9%. Terjadi penurunan persentase nilai pertumbuhan PAD pada tahun 2013 dikarenakan pendapatan dari Retribusi Daerah pada tahun 2013 tidak dapat terealisasi dari target yang ditetapkan PENUTUP KESIMPULAN 1. Kinerja keuangan DPKAD kota Semarang jika dilihat dari rasio efektivitas PAD dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 dikatakan berjalan sangat efektif karena efektivitas PAD melebihi 100%. 2. Kinerja keuangan DPKAD kota Semarang jika dilihat dari rasio kemandirian keuangan daerah dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 terus mengalami peningkatan. Di tahun 2012 kinerja keuangan dikatakan pada kategori rendah dan di tahun 2013 dan tahun 2014 dikatakan pada kategori sedang.

3. Kinerja keuangan DPKAD kota Semarang jika dilihat dari rasio pajak daerah terhadap PAD dapat dikategorikan mempunyai kinerja sangat baik karena persentase nilai pajak daerah terhadap PAD lebih dari 50% 4. Kinerja keuangan DPKAD kota Semarang dilihat dari rasio pertumbuhan PAD dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 cenderung mengalami penurunan. SARAN Bagi DPKAD Kota Semarang 1. Memaksimalkan potensi pendapatan yang ada salah satunya sosialisasi mengenai pembayaran pajak daerah dan retribusi daerah guna mensukseskan otonomi daerah. 2. Pendirian BUMD sektor potensial Bagi peneliti selanjutnya Untuk peneliti yang ingin melakukan penelitian yang sama diharapkan untuk lebih menambah metode rasio agar hasil lebih menyeluruh.

Daftar Pustaka Bastian, Indra.2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar.Erlangga. Jakarta. Halim, Abdul & Muhammad Syam Kusufi. 2013. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat. Jakarta Indriantoro, Nur & Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis.BPFE-UGM, Yogyakarta. Mahsun, Mohammad. 2009. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. BPFE. Yogyakarta Menteri Dalam Negeri.2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Muhibtari, Astriana Nabila. 2014. Analisis Rasio Keuangan Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah Kota Magelang Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota Magelang Tahun Anggaran 2008-2012. Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta Pemerintah Republik Indonesia. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Puspita, Rora& Dwi Martani. 2012. Analisis Pengaruh Kinerja dan Karakteristik Pemda Terhadap Tingkat Pengungkapan dan Kualitas Informasi dalam WebsitePemda. Simposium Nasional Akuntansi XV Banjarmasin, 20-23 2012 Puspitasari, Elfayang R.A. 2014. Analisis Efektivitas, Efisiensi, dan Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap PAD Kabupaten Blora Tahun 2009-2013. Skripsi Program Studi Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang Rahman, Marjoni. 2008. Reformasi Pemerintahan Daerah Dalam Membangun Model Pelayanan Publik yang dapat Memenuhi Keinginan Masyarakat. Jurnal Prediksi. No.7/Th. VI/Agustus 2008