PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Empiris di Wilayah Karesidenan Surakarta)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA MODAL PADA

PENGARUH ANGGARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL SKRIPSI

PENGARUH BELANJA MODAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP PENDAPATAN PER KAPITA

INUNG ISMI SETYOWATI B

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA MODAL

N A S K A H P U B L I K A S I

BAB III METODE PENELITIAN. dan pertumbuhan ekonomi adalah laporan keuangan pemerintah daerah

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pemerintahan Kota/Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) TERHADAP BELANJA MODAL

PENGARUH PERTUMBUAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN BELANJA MODAL DI KABUPATEN BOYOLALI PERIODE TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. tertinggi, standar deviasi, varian, modus, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA BAGI HASIL (DBH), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DAN ALOKASI KHUSUS (DAK) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI (PDRB)

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan UU nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah memisahkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan peundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bentuk kontrak antara eksekutif, legislatif dan publik.

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran dearah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN TAHUN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data kuantitatif, yaitu Data Laporan Realisasi Anggaran APBD pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Semakin tinggi tingkat investasi modal diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi

Abstrak. Kata kunci: Kinerja Keuangan, Dana Alokasi Umum, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, Belanja Modal.

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL (Study Empiris Kabupaten/ Kota Jawa Tengah)

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), DANA ALOKASI KHUSUS (DAK), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA PEMERINTAH DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya. (Maryati, Ulfi dan Endrawati, 2010).

Pengaruh Desentralisasi Fiskal dan Kinerja Keuangan terhadap Alokasi Belanja Modal

BAB 1 PENDAHULUAN. disebutanggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kuncoro, 2004).

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, desentralisasi fiskal mulai hangat dibicarakan sejak

BAB I PENDAHULIAN. Dewasa ini, perhatian pemerintah terhadap masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Otonomi daerah yang berlaku di Indonesia Berdasarkan

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH (Studi Kasus Pada Kota Di Jawa Barat)

BAB lll METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari Pajak Daerah, Retribusi

BAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan sekarang ini maka reformasi sektor publik yang

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi UU 32/2004) tentang Pemerintah Daerah memisahkan dengan tegas

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Indonesia. Teknik sampling pada penelitian ini adalah menggunakan purposive

H 2 : Dana Perimbangan berpengaruh positif terhadap Belanja Modal

PENDAHULUAN. yang sangat besar, terlebih lagi untuk memulihkan keadaan seperti semula. Sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi. daerah berkewajiban membuat rancangan APBD, yang hanya bisa

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebijakan desentralisasi fiskal yang diberikan pemerintah pusat kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola

BAB I PENDAHULUAN. dampak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH,DANA ALOKASI UMUM,DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL DAERAH DI KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Flypaper Effect.

BAB I PENDAHULUAN. Negara dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi. penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2003). Populasi dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini penulis menggunakan penelitian kuantitatif, karena data yang

BAB III METODE PENELITIAN. kepada pemerintah pusat. Penulis melakukan pengambilan data

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM, PENDAPATAN ASLI DAERAH, SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN, DAN LUAS WILAYAH TERHADAP ANGGARAN BELANJA MODAL

BAB III METODE PENELITIAN. Jadwal penelitian dilaksanakan mulai Maret 2016

BAB III METODE PENELITIAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 32 Provinsi di Seluruh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menguji hipotesis (hypothesis testing) yang telah dirumuskan

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, DANA ALOKASI UMUM, PENDAPATAN ASLI DAERAH, SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN, DAN LUAS WILAYAH TERHADAP BELANJA MODAL

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

NASKAH PUBLIKASI. Oleh: DEWI SRININGSIH B

ANALISIS BELANJA MODAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (Studi Empiris pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun )

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Dokumen anggaran daerah disebut juga

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan atas pertimbangan

BAB III METODE PENELITIAN. mengemukakan definisi metode penelitian sebagai berikut: mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

BAB III METODE PENELITIAN

ZELFIA YULIANA SUTAMI ( ) Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi. Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) pada Jurusan Akuntansi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme, digunakan untuk

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), DANA ALOKASI KHUSUS (DAK), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DAN BELANJA MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. di Provinsi Jawa Tengah dengan menggunakan data laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), baik untuk

BAB III METODE PENELITIAN. metode analisis data serta pengujian hipotesis.

Transkripsi:

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Empiris di Wilayah Karesidenan Surakarta) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Guna Memeperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun Oleh : ITA RUMIYANI B 200 090 059 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Empiris di Wilayah Karesidenan Surakarta) ITA RUMIYANI B200090059 ABSTRACK Dalam era desentralisasi fiskal sekarang ini, diharapkan adanya peningkatan pelayanan di berbagai sektor terutama sektor publik, dengan adanya peningkatan dalam layanan di sektor publik dapat meningkatkan daya tarik bagi investor untuk untuk menanamkan investasinya di daerah. Oleh karana itu, pergeseran komposisi belanja merupakan upaya logis yang dilakukan Pemda dalam rangka meningkatkan tingkat kepercayaan publik yang dapat dilakukan dengan peningkatan investasi modal dalam bentuk aset tetap, yakni peralatan, bangunan, infrastruktur dan harta tetap lainnya. Dengan meningkatnya pengeluaran modal diharapkan dapat meningkatkan pelayanan publik karena hasil dari pengeluaran belanja modal adalah meningkatnya aset tetap daerah yang merupakan prasyarat dalam memberikan pelayanan publik oleh Pemerintah daerah (Kusnandar dan Siswantoro Dodik, 2009). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap belanja modal, untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) terhadap belanja modal dan untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh dana alokasi umum (DAU) terhadap belanja modal. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah di Wilayah Karesidenan Surakarta dari tahun 2009-2011 yang menjadi objek dalam penelitian adalah 7 Kabupaten/Kota. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi berganda yang menggambarkan hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Alokasi Umum (DAU) sebagai variabel independen terhadap variabel dependen yaitu Belanja Modal. Hasil pengujian Hipotesis pertama (H 1 ) tidak terbukti bahwa hasil pengujian pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap belanja modal dilakukan dengan melihat koefisien PDRB sebesar 13368.688 dengan parameter positif (+), nilai t hitung (1,329) < t tabel (2,110) dan tidak signifikan (p=0,202) pada taraf signifikansi 5%, Hipotesis kedua (H 2 ) terbukti bahwa hasil dari pengujian pendapatan asli daerah berpengaruh positif terhadap belanja modal menunjukkan bahwa koefisien regresi PAD sebesar 1,267 dengan parameter positif (+), nilai t hitung (3,100) > t tabel (2,110) dan signifikan (p=0,007) pada taraf signifikansi 5%, Hipotesis ketiga (H 3 ) tidak terbukti bahwa hasil pengujian dana alokasi umum berpengaruh positif terhadap belanja modal dilakukan dengan melihat koefisien DAU sebesar 0,203 dengan parameter positif (+), nilai t hitung (1,417) < t tabel (2,110) dan tidak signifikan (p=0,174) pada taraf signifikansi 5%. Kata kunci : BM, PDRB, PAD, DAU

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Otonomi daerah berlaku di Indonesia berdasarkan UU 22/1999 (direvisi menjadi UU 32/2004) tentang Pemerintahan Daerah memisahkan dengan tegas antara fungsi Pemerintahan Daerah (Eksekutif) dengan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Legislatif). Berdasarkan pembedaan fungsi tersebut, menunjukkan bahwa antara legislatif dan eksekutif terjadi hubungan keagenan (Halim, 2001; Halim & Abdullah, 2006). Pada pemerintahan, peraturan perundang-undangan secara implisit merupakan bentuk kontrak antara eksekutif, legislatif, dan publik (Darwanto dan Yulia Yustikasari, 2007). Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja modal dalam APBD untuk menambah aset tetap. Alokasi belanja modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik, pemerintah daerah seharusnya mengubah komposisi belanjanya. Selama ini belanja daerah lebih banyak digunakan untuk belanja rutin yang relatif kurang produktif. Saragih (2003) menyatakan bahwa pemanfaatan belanja hendaknya dialokasikan untuk hal-hal produktif, misal untuk melakukan aktivitas pembangunan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Stine (1994) menyatakan bahwa penerimaan pemerintah hendaknya lebih banyak untuk program-program layanan publik. Kedua pendapat ini menyiratkan pentingnya mengaloksikan belanja untuk berbagai kepentingan publik (Darwanto dan Yustikasari, 2007). Dalam era desentralisasi fiskal sekarang ini, diharapkan adanya peningkatan pelayanan di berbagai sektor terutama sektor publik, dengan adanya peningkatan dalam layanan di sektor publik dapat meningkatkan daya tarik bagi investor untuk untuk menanamkan investasinya di daerah. Oleh karena itu, pergeseran komposisi belanja merupakan upaya logis yang dilakukan Pemda dalam rangka meningkatkan tingkat kepercayaan publik yang dapat dilakukan dengan peningkatan investasi modal dalam bentuk aset tetap, yakni peralatan, bangunan, infrastruktur dan harta tetap lainnya. Dengan meningkatnya pengeluaran modal diharapkan dapat meningkatkan pelayanan publik karena hasil dari pengeluaran belanja modal adalah meningkatnya aset tetap daerah yang merupakan prasyarat dalam

memberikan pelayanan publik oleh Pemerintah daerah (Kusnandar dan Siswantoro Dodik, 2009). Dari uraian di atas maka peneliti ini mengambil judul : PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Empiris di Wilayah Karesidenan Surakarta). 2. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat ditengahkan tujuan dari penelitian ini antara lain: a. Untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap belanja modal. b. Untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) terhadap belanja modal. c. Untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh dana alokasi umum (DAU) terhadap belanja modal. B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita diproksi dengan Produk domestik Regional Bruto per kapita. Perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat (Darwanto dan Yustikasari, 2007). 2. Pengertian Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber penerimaan daerah yang harus terus menerus dipacu pertumbuhannya. Pendapatan Asli Daerah bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Pendapatan Asli Daerah dapat dijadikan sebagai indikator dalam menilai tingkat kemandirian suatu daerahdalam mengelola keuangan daerahnya, makin tinggi rasio Pendapatan Asli Daerah dibandingkan dengan total pendapatan makin tinggi tingkat kemandirian suatu daerah (Kusnandar dan Siswantoro Dodik, 2009).

3. Pengertian Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Berkaitan dengan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, hal tersebut merupakan konsekuensi adanya penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Dengan demikian terjadi transfer yang cukup signifikan didalam APBN dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dan pemerintah daerah secara leluasa dapat menggunakan dana ini apakah untuk memberi pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat atau untuk keperluan lain yang tidak penting (Darwanto dan Yustikasari, 2007). 4. Pengertian Belanja Modal Belanja Modal merupakan pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi (Abdul halim, 2008). C. METODE PENELITIAN 1. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah laporan realisasi APBD dan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di wilayah Karesidenan Surakarta tahun 2009-2011. Sampel dalam penelitian ini adalah di Wilayah Karesidenan Surakarta dari tahun 2009-2011. Alasan pemilihan sampel di Wilayah Karesidenan Surakarta ini adalah (1) relative memiliki karakteristik ekonomi dan geografis yang sama, (2) ketersediaan data. 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif. Data penelitian bersumber dari dokumen laporan realisasi APBN yang diperoleh dari situs Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah melalui internet. Dari laporan ini diperoleh data mengenai jumlah realisasi Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana

Alokasi Umum (DAU), sedangkan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita dari BPS tahun 2009-2011. 3. Metode Analisis Data Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengujian Asumsi Klasik Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis regresi sederhana. Penggunaan analisis sederhana harus berbeda dengan pengujian asumsi klasik. Untuk itu, sebelum dilakukan analisis regresi sederhana harus dilakukan pengujian asumsi klasik terlebih dahulu. Pengujian asumsi klasik dilakukan dengan menguji uji normalitas, multikolineritas, heterokedastisits, dan autokorelasi. a. Uji Normalitas Uji Normalitas adalah pengujian dalam sebuah model regresi yang mengasumsikan bahwa setiap residual didistribusikan secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah setiap residual didistribusikan secara normal. Untuk menguji normal dalam penelitian ini menggunakan Uji Kolmogov Smirnov test. Apabila dalam perhitungan diperoleh nilai signifikan lebih dari 0,05 maka data tersebut didistribusikan normal. Sebaliknya, jika nilai signifikan dibawah 0,05 maka data tersebut tidak berdistribusi normal. b. Uji Multikolineritas Uji Multikolineritas digunakan untuk menunjukkan ada tidaknya hubungan linier diantara variabel-variabel independen dalam model regresi. Penelitian ini menguji multikolineritas berdasarkan Tolerance Value dan Variance Inflation Factor (VIF). Model regresi yang bebas multikolineritas yaitu apabila nilai VIF < 10 dan nilai Tolerance Value > 0,1 (ghozali, 2006). c. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas merupakan keadaan dimana seluruh faktor gangguan tidak memiliki varian yang sama untuk seluruh pengamatan atas variabel independen. Dalam penelitian ini, uji yang digunakan untuk mendeteksi adanya Heteroskedastisitas dalam model regresi adalah metode glejser. Uji glejser dilakukan dengan cara mengabsolutkan nilai residual, kemudian hasil absolut

residual diregresikan dengan variabel independen. Apabila nilai signifikan yang diperoleh lebih dari 0,05 maka tidak terjadi Heteroskedastisitas (ghozali, 2006). d. Uji Autokrelasi Autokorelasi menunjukkan adanya korelasi antara error dengan error periode yang sebelumnya dimana pada asumsi klasik hal ini tidak boleh terjadi. Uji Autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Durbin Watson. 2. Pengujian Hipotesis Hipotesis adalah merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah penelitian. Berdasarkan perumusan masalah, hipotesis dalam penelitian ini ada Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan asli Daerah dan Dana Alokasi Umum yang berpengaruh signifikan tehadap Belanja Modal dipemerintahan daerah karesidenan Surakarta. 3. Model dan Teknik Berganda a. Model Regresi Berganda Model regresi berganda yang menggambarkan hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Alokasi Umum (DAU) sebagai variabel independen terhadap variabel dependen yaitu Belanja Modal. Persamaan regresinya adalah sebagai berikut: BM = α + β1 PDRB + β2 PAD + β3 DAU + e Dimana : BM = Belanja Modal α β =Konstanta = Koefisien regresi PDRB = Produk domestik regional/bruto PAD = Pendapatan Asli daerah (PAD) DAU = Dana Alokasi Umum (DAU) e = error b. Uji T Uji T digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh masingmasing variabel independen yang terdiri dari PAD, DAU, dan PDRB terhadap

variabel dependen yaitu Belanja Modal (BM), sehingga dapat diketahui apakah dengan yang sudah ada dapat diterima/ditolak. c. Uji F Uji F digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel independen yaitu PAD, DAU, dan PDRB terhadap variabel dependen yaitu BM, sehingga dapat diketahui apakah dugaan yang ada dapat diterima/ditolak. Dengan membandingkan F hitung dengan F table d. Koefisien Determinasi Pengujian koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur proporsi/presentase sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap variasi naik turunnya variabel dependen. Koefisien determinasi (R²) antara 0 sampai dengan 1 (0 R² 1). Hal ini berarti jika R² = 0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara varibel, bila R² semakin besar mendekati 1, menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen tehadap variabel dependen, dan bila R² semakin kecil mendekati 0, maka dapat dilakukan semakin kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. D. HASIL PENELITIAN 1. H 1 : Pertumbuhan Ekonomi Berpengaruh Positif terhadap Belanja Modal Pengujian hipotesis pertama menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi terdapat pengaruh signifikan positif terhadap belanja modal. Hasil pengujian pertumbuhan ekonomi terhadap belanja modal dilakukan dengan melihat koefisien PDRB sebesar 13368,688 dengan parameter positif (+), nilai t hitung (1,329) < t tabel (2,110) dan tidak signifikan (p=0,202) pada taraf signifikansi 5%. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap belanja modal tidak berhasil didukung oleh statistik. 2. H 2 : Pendapatan Asli Daerah Berpengaruh Positif terhadap Belanja Modal Pengujian hipotesis kedua menyatakan bahwa pendapatan asli daerah terdapat pengaruh signifikan positif terhadap belanja modal. Hasil pengujian pendapatan asli daerah terhadap belanja modal dilakukan dengan melihat koefisien PAD sebesar 1,267 dengan parameter positif (+), nilai t hitung (3,100) > t tabel (2,110) dan signifikan (p=0,007) pada taraf signifikansi 5%. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pendapatan asli daerah terhadap belanja modal berhasil didukung oleh statistik.

3. H 3 : Dana Alokasi Umum Berpengaruh Positif terhadap Belanja Modal Pengujian hipotesis ketiga menyatakan bahwa dana alokasi umum terdapat pengaruh signifikan positif terhadap belanja modal. Hasil pengujian dana alokasi umum terhadap belanja modal dilakukan dengan melihat koefisien DAU sebesar 0,203 dengan parameter positif (+), nilai t hitung (1,417) < t tabel (2,110) dan tidak signifikan (p=0,174) pada taraf signifikansi 5%. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh dana alokasi umum terhadap belanja modal tidak berhasil didukung oleh statistik. E. PENUTUP 1. Kesimpulan a. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Belanja Modal. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan nilai probabilitas t hitung (1,329) < t tabel (2,110) dengan nilai signifikan sebesar 0,202 (p>0,05). Berarti hipotesis pertama tidak terbukti. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap belanja modal tidak berhasil didukung oleh statistik. b. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Modal. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan nilai probabilitas t hitung (3,100) > t tabel (2,110) dengan nilai signifikan sebesar 0,007 (p<0,05). Berarti hipotesis kedua terbukti. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pendapatan asli daerah terhadap belanja modal berhasil didukung oleh statistik. c. Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Modal Hasil pengujian hipotesis menunjukkan nilai probabilitas t hitung (1,417) < t tabel (2,110) dengan nilai signifikan sebesar 0,174 (p>0,05). Berarti hipotesis ketiga tidak terbukti. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh dana alokasi umum terhadap belanja modal tidak berhasil didukung oleh statistik. 2. Saran a. Peningkatan Pemerintah Daerah dalam investasi modal (belanja modal) diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada gilirannya mampu meningkatkan tingkat partisipasi (kontribusi) publik terhadap pembangunan yang tercermin dari adanya peningkatan PAD.

b. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk memperbanyak sensus yang digunakan agar hasilnya lebih representatif terhadap populasi yang dipilih, dan mengambil sampel selain Kabupaten dan Kota yang ada di Karisidenan Surakarta. c. Variabel yang digunakan dalam penelitian yang akan datang diharapkan lebih lengkap dan bervariasi dengan menambah variabel independen lain baik ukuran-ukuran atau jenis-jenis investasi modal (belanja modal) lainya, maupun variabel non keuangan seperti kebijakan pemerintah, kondisi makro-ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA Boediono.1992. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.4. Darwanto dan Yustikasari, yulia. 2007. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal. SNA X. Ghozali, Imam.2006..Aplikasi Analis Multivariate program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Diponegoro. Halim,Abdul,2003. Akuntansi Keuangan Daerah, Edisi Pertama: Akuntansi Sektor Publik, Salemba Empat, Jakarta. Harianto, David dan Priyo Hadi Adi. 2007. Hubungan antara Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah, Belanja Modal, dan Pendapatan Perkapita. SNA X. Kusnandar dan Siswantoro Dodik. 2009. Pengaruh Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Dan Luas Wilayah Terhadap Belanja Modal. Mardiasmo.2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi. Yogyakarta. Maryati, Ulfi dan Endrawati. 2010. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ; Studi Kasus Sumatera Barat. Jurnal Akuntansi dan Manajemen Vol 5, Des 2010. Sularso, havid dan Yanuar E. Restianto. 2011. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Alokasi Belanja Modal dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/kota di Jawa Tengah. Media Riset Akuntansi, Vol 1, No.2, Agustus 2011. Sumarmi, Saptaingsih. 2009. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan Dana lokasi Khusus Terhadap Alokasi Belanja Modal Daerah Kabupaten/Kota Di provinsi D.I.Yogyakarta. Akmenipa UPY, Vol 4, 2009. Syakrie, Husin.2012. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Modal Pada Wilayah Karesidenan Surakarta. Tesis. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi.. www.djpk.depkeu.go.id www.surakarta.go.id

www.jateng.bps.go.id www.wikipedia.go.id