BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desain kavitas Kelas II konvensional berbentuk box dan bahan restorasi resin komposit tidak selalu kompatibel karena (1) kebocoran tepi gingival (gingival marginal), (2) deformasi tonjol (cusp) akibat pengerutan (shrinkage) resin komposit selama polimerisasi, (3) laju pengausan (wear rates) yang sangat cepat, dan (4) deformasi resin komposit selama mastikasi (Nordbo dkk., 1993). Desain kavitas konvensional umumnya menghilangkan kontak oklusal dan membuang struktur gigi sehat secara berlebihan sehingga banyak tubulus dentin yang terpapar. Jenis desain kavitas ini juga dapat memperlemah tonjol dan dapat menggambarkan preparasi gigi yang berlebihan apabila dilakukan pada lesi Kelas II kecil yang baru terjadi. Lagi pula, desain kavitas klasik untuk restorasi amalgam dan inlay emas telah dinyatakan tidak cocok untuk restorasi resin komposit (Nordbo dkk., 1993). Telah diperkenalkan desain Kelas II yang telah dimodifikasi untuk restorasi resin komposit. Teknik preparasi kavitas ini dianjurkan harus mirip dengan teknik preparasi kavitas Kelas III anterior dan terbatas pada pembuangan jaringan karies, perluasan yang tepat untuk pemeriksaan, penempatan, dan finishing bahan resin komposit (Nordbo dkk., 1993). Penggunaan desain kavitas berbentuk saucer untuk restorasi posterior aproksimal telah mengurangi kerugian yang umumnya berhubungan dengan penggunaan resin komposit pada kavitas Kelas II tradisional, yaitu kehilangan jaringan sehat yang ekstensif, kontak oklusal yang besar, dan tepi email gingival (gingival enamel margin) yang tidak adekuat. Desain kavitas berbentuk saucer menggambarkan konsekuensi yang logis sifat-sifat fisik dan bonding dari bahan resin komposit (Nordbo dkk., 1998). 1
2 Salah satu masalah paling besar pada restorasi resin komposit Kelas II adalah kebocoran mikro pada tepi gingival dari box proksimal. Hal ini berhubungan dengan tidak adanya email pada tepi gingival, yang mengakibatkan substrat sementum-dentin yang kurang stabil untuk proses bonding (Carvalho dkk., 1996). Cagidiaco dkk. menunjukkan adanya lapisan luar yang terbentuk sebagian oleh sementum yang berada di bawah cemento-enamel junction yang tidak memungkinkan retensi mikromekanis oleh bahan adhesif (Cagidiaco dkk., 1995). Selain itu, orientasi tubulus dentin dapat berpengaruh negatif terhadap kualitas hibridisasi dan memungkinkan kebocoran pada restorasi resin komposit yang ditempatkan pada box interproksimal yang dalam (Schupbach dkk., 1990). Penelitian lain juga menunjukkan bahwa fraktur mikro email dapat terjadi di sepanjang tepi restorasi segera setelah polimerisasi resin komposit yang di-bonding pada email yang dietsa dan mengakibatkan kebocoran mikro pada daerah tersebut (Han dkk., 1990). Pemakaian bur yang tidak tepat seperti pemilihan mata bur, jenis cutting edge, kecepatan putaran handpiece, dan pemakaian water coolant juga dapat mempengaruhi perlekatan bahan adhesif ke struktur gigi. Hal ini disebabkan karena email interprismatik rusak dan kolagen pada dentin kolaps sehingga tidak terjadi lapisan hibrid yang merupakan retensi dari resin komposit (Perdigao dan Swift, 2009). Pada restorasi kelas II resin komposit khususnya, kontak terbuka dapat menyebabkan impaksi makanan pada daerah interproksimal sehingga terjadi inflamasi dan penyakit periodontal (Padbury dkk., 2003) dan juga karies rekuren (Ash, 2003). Tercapainya kontak interproksimal yang tepat dan kontur yang cembung membutuhkan matriks yang dapat mencapai kontur dengan baik, yang distabilisasi dan diadaptasi pada gingiva dengan baji (wedge) yang ditempatkan dengan baik (Varlan dkk., 2008). Penggunaan sistem matriks sirkumferensial seperti matriks dan retainer logam Tofflemire yang tidak dikontur dan apabila dikonturpun, hanya distabilisasi pada daerah gingiva dengan baji dan tanpa separasi gigi, akan sering menghasilkan kontak terbuka atau ringan (Wirsching dkk., 2008). Oleh sebab itu, saat
3 ini telah dikembangkan kombinasi sistem matriks seksional dengan cincin separasi yang dapat menghasilkan kontak interproksimal yang lebih baik (Loomans dkk., 2006; Saber dkk., 2010) dan tepi marginal yang lebih kuat (Loomans dkk., 2008). Pada desain Kelas II konvensional, bentuk resistensi (resistance form) diperoleh dengan membentuk perluasan di daerah oklusal dan lantai pulpa (pulpal floor) harus dibentuk rata. Lantai yang rata ini bertujuan untuk menahan tegangan oklusal (occlusal stress) pada saat mastikasi (Sikri, 2008). Sedangkan pada desain Kelas II berbentuk saucer tidak membuat perluasan ke daerah oklusal, sesuai dengan prinsip minimal intervention dentistry (MID). Bentuk resistensi desain kavitas ini mungkin tampak tidak adekuat. Akan tetapi, retensi pada email yang dietsa memungkinkan restorasi meneruskan gaya-gaya oklusal ke dinding kavitas, mirip dengan transmisi gaya-gaya dari akar gigi ke soket gigi (Nordbo dkk., 1998). Pemberian gaya (load) sesuai fungsi mastikasi juga dapat menyebabkan kegagalan perlekatan mekanis (mechanical bond), yang mengarah pada kebocoran mikro. Hal ini disebabkan pergerakan mikro restorasi sepanjang dinding kavitas sebagai akibat ketidakcocokan modulus elastisitas antara gigi dan resin komposit (Lundin dan Noren, 1991). Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai bagaimana pengaruh teknik penempatan resin komposit dan penggunaan sistem matriks terhadap kebocoran mikro pada restorasi Kelas II resin komposit berbentuk saucer setelah diberikan gaya (load) sesuai fungsi mastikasi. 1.2 Masalah Penelitian Dari uraian di atas, tema sentral penelitian ini adalah: - Desain kavitas Kelas II resin komposit konvensional mempunyai banyak kekurangan dan umumnya menghilangkan kontak oklusal serta membuang struktur gigi sehat secara berlebihan - Desain kavitas Kelas II resin komposit berbentuk saucer diperkenalkan untuk mengurangi kerugian yang umumnya berhubungan dengan kehilangan jaringan
4 sehat yang ekstensif, kontak oklusal yang besar, dan tepi email gingival (gingival enamel margin) yang tidak adekuat - Kombinasi sistem matriks seksional dengan cincin separasi dibandingkan dengan sistem matriks Tofflemire dapat menghasilkan kontak interproksimal yang lebih baik dan tepi marginal yang lebih kuat - Desain kavitas Kelas II resin komposit konvensional membentuk perluasan di daerah oklusal dan lantai pulpa harus dibentuk rata, sedangkan desain kavitas Kelas II resin komposit berbentuk saucer tidak memerlukan perluasan ke daerah oklusal - Bentuk resistensi desain kavitas berbentuk saucer mungkin tampak tidak adekuat, akan tetapi retensi pada email yang dietsa memungkinkan restorasi meneruskan gaya-gaya oklusal ke dinding kavitas - Pemberian gaya (load) sesuai fungsi mastikasi juga dapat menyebabkan kebocoran mikro Oleh karena itu, masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah ada perbedaan kebocoran mikro pada restorasi Kelas II resin komposit berbentuk saucer dengan teknik penempatan resin komposit secara bulk dan incremental setelah diberikan gaya (load) sesuai fungsi mastikasi? 2. Apakah ada perbedaan kebocoran mikro pada restorasi Kelas II resin komposit berbentuk saucer dengan penggunaan sistem matriks sirkumferensial dan seksional setelah diberikan gaya (load) sesuai fungsi mastikasi? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui perbedaan teknik penempatan resin komposit dan penggunaan sistem matriks yang berbeda terhadap kebocoran mikro pada restorasi Kelas II resin komposit berbentuk saucer setelah diberikan gaya (load) sesuai fungsi mastikasi
5 1.3.2 Tujuan Khusus - Melihat perbedaan kebocoran mikro pada restorasi Kelas II resin komposit berbentuk saucer dengan teknik penempatan resin komposit secara bulk dan incremental setelah diberikan gaya (load) sesuai fungsi mastikasi - Melihat perbedaan kebocoran mikro pada restorasi Kelas II resin komposit berbentuk saucer dengan penggunaan sistem matriks sirkumferensial dan seksional setelah diberikan diberikan gaya (load) sesuai fungsi mastikasi 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Ilmiah Menambah data ilmiah mengenai desain kavitas Kelas II resin komposit berbentuk saucer 1.4.2 Manfaat Klinis Meningkatkan pemahaman mengenai penggunaan desain kavitas Kelas II berbentuk saucer dengan teknik penempatan resin komposit dan penggunaan sistem matriks yang berbeda 1.4.3 Manfaat Praktis Pengembangan prinsip minimal intervention dentistry (MID) sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan bahan kedokteran gigi