PENGANTAR Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu penyedia sumber protein hewani memiliki andil yang besar dalam pemenuhan kebutuhan pangan terutama daging. Langkah pemerintah untuk memenuhi kebutuhan daging adalah melakukan program peningkatan penyediaan pangan hewani yang aman, berdaya saing dan berkelanjutan. Berdasarkan standar rata-rata konsumsi protein hewani nasional seperti yang ditetapkan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) adalah 6,5 g/kapita/hari setara dengan konsumsi daging sebanyak 10,1 kg/kapita/ tahun, telur 3,5 kg/kapita/ tahun, dan susu 6,4 kg/kapita/tahun. Menurut standar Pola Pangan Harapan (PPH), konsumsi masyarakat Indonesia terhadap protein hewani asal ternak baru mencapai 5,1 g/kapita/hari atau setara dengan konsumsi daging sebanyak 7,7 kg/kapita/tahun, telur 4,7 kg/kapita/ tahun, dan susu7,5 kg/kapita/tahun (Husodo, 2005). Pemenuhan kebutuhan konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia salah satunya berasal dari daging sapi. Daging sapi tersebut berasal dari sapi potong baik dari peternak rakyat maupun industri-industri sapi potong di indonesia. Populasi sapi potong pada tahun 2005 sampai dengan 2009 meningkat sekitar 4,4% per tahun, meskipun peningkatan tersebut belum bisa memenuhi kebutuhan daging sapi, peningkatan tersebut berkontribusi sekitar 60% dan sisa kebutuhan berasal dari impor (Direktorat Jenderal Peternakan, 2009). Salah satu program untuk memenuhi kebutuhan akan daging sapi potong di Indonesia adalah melalui program percepatan swasembada daging sapi 1
(PPSDS) 2010-2014. Program percepatan swasembada daging sapi mempunyai sasaran untuk meningkatkan produktivitas sapi potong dan meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian peternak (Direktorat Jenderal Peternakan, 2009). Peningkatan produktivitas sapi potong dapat dilakukan dengan cara pemanfaatan sumber daya lokal yang berupa pakan ternak dan bangsa sapi yang mempunyai genetik yang unggul serta manajemen pemeliharaan sapi potong yang efektif dan efisien. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan kabupaten Bantul bahwa pada tahun 2009 populasi sapi potong di kabupaten Bantul berjumlah 469.164 ekor, sedangkan di kabupaten Sleman pada tahun 2006 populasi sapi potong berjumlah 45.983. ekor (Laporan Tahunan Bidang Peternakan Kabupaten Sleman, 2006). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa produktivitas sapi potong di Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman harus ditingkatkan sehingga dapat memenuhi kebutuhan daging sapi potong di Bantul dan Sleman pada khususnya dan mendukung program percepatan swasembada daging sapi nasional. Pemeliharaan sapi potong pada umumnya mempunyai dua tujuan yaitu (1). Usaha pemeliharaan sapi potong bibit bertujuan untuk pengembangbiakan sapi potong, keuntungan yang diharapkan adalah hasil keturunannya. (2) Usaha pemeliharaan sapi potong bakalan bertujuan untuk memelihara sapi potong dewasa, untuk selanjutnya digemukkan, keuntungan yang diharapkan adalah hasil penggemukan. Usaha pemeliharaan sapi bakalan atau usaha penggemukan harus memperhatikan pemilihan bakalan, pakan, lama pemeliharaan dan biaya produksi lainnya sehingga mendapatkan keuntungan yang maksimal (Hasbullah, 2003). 2
Salah satu program yang dibuat oleh pemerintah untuk meningkatkan kelembagaan peternak dan kesejahteraan peternak adalah program Sarjana Membangun Desa (SMD). Sarjana Membangun Desa merupakan suatu upaya memberdayakan kelompok tani ternak untuk memajukan usahanya yang dilakukan dengan menempatkan tenaga Sarjana Peternakan atau Kedokteran Hewan maupun D-3 ilmu-ilmu Peternakan sebagai anggota dalam kelompok tersebut di pedesaan (Direktorat Jenderal Peternakan, 2007). Adanya SMD juga mendukung program percepatan swasembada daging. Salah satu kegiatan kelompok SMD adalah usaha penggemukan sapi potong. Diharapkan, dengan adanya kegiatan SMD maka usaha penggemukan sapi potong dapat dikelola lebih maju, berwawasan luas, serta dapat mengakses permodalan sehingga dapat menumbuhkan peternak yang mandiri, unggul dan sejahtera serta untuk meningkatkan produktivitas sapi potong (Direktorat Jenderal Peternakan, 2007). Program SMD tahun 2009 di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk komoditas sapi potong terdapat 5 kelompok. Kelompok SMD di kabupaten Gunungkidul terdapat satu kelompok dan kelompok SMD di kabupaten Bantul terdapat dua kelompok serta kelompok SMD di kabupaten Sleman terdapat dua kelompok (Direktorat Jenderal Peternakan, 2009). Kelompok SMD di kabupaten Bantul dan Sleman mempunyai kegiatan yang sama yaitu penggemukan sapi potong dan pembibitan sapi potong.kegiatan penggemukan sapi potong kelompok SMD di Kabupaten Bantul dan Sleman dilakukan secara berkelompok dengan manajemen pemeliharaan yang efisien dan efektif sehingga produktivitas sapi potong meningkat. 3
Sustainabilitas usaha peternakan merupakan peternakan yang berdaur ulang, berkelanjutan atau berkesinambungan tanpa henti. Konsep ini berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya luaran ternak yang dapat dimanfaatkan kembali untuk mendukung sumber daya pertanian yang lain. Sustainabel mengacu pada hubungan seimbang antara aspek lingkungan, sosio-kultur dan ekonomi, yang mengandung arti bahwa satu sistem dikatakan sustainabel apabila sistem tersebut secara teknis dapat dilakukan, ramah lingkungan, secara ekonomis menguntungkan dan secara sosial dapat dipertanggung-jawabkan. Konsep sustainabilitas bersifat dinamis, dalam arti bahwa sustainabilitas sistem peternakan di satu daerah akan berbeda dengan daerah lain serta sistem yang sustainabel pada saat ini tidak akan sustainabel di masa mendatang, hal ini disebabkan karena perubahan kondisi dan tingkah laku. Sejak diluncurkannya program SMD, sangat jarang dilakukan evaluasi tentang produktivitas ternak dan tingkat keberhasilan program. Evaluasi program SMD yang telah dilakukan hanya berkisar tentang kemajuan usaha dari program SMD tersebut. Evaluasi tentang produktivitas ternak, tingkat keberhasilan serta sustainabilitas program sangat dibutuhkan dalam rangka penyempurnaan pelaksanaan kegiatan SMD di masa mendatang, sehingga penelitian tentang produktivitas sapi potong yang dipelihara oleh peternak yang tergabung dalam program SMD perlu dilakukan. Dari uraian latar belakang tersebut maka dipandang perlu diadakan penelitian mengenai produktivitas sapi potong dan sustainabilitas usaha kelompok binaan SMD di kabupaten Bantul dan Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 4
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas sapi potong yang dipelihara oleh peternak program SMD dari aspek pola pemeliharaan, konsumsi pakan, pertambahan bobot badan harian, konversi pakan, feed cost per gain dan pendapatan peternak serta mengetahui kontribusi usaha penggemukan terhadap sustainabilitas. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peternak, pemerintah, swasta, akademisi dan peneliti. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menjalankan usaha penggemukan sapi potong untuk meningkatkan produktivitas ternak. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dalam upaya pengembangan usaha sapi potong melalui pola pendampingan SMD. 5