Perbandingan Performans Broiler yang Diberi Kunyit dan Temulawak Melalui Air Minum

dokumen-dokumen yang mirip
Perbandingan Performans Dua Strain Broiler Yang Mengonsumsi Air Kunyit

Perbandingan Performans Dua Strain Broiler yang Mengonsumsi Air Kunyit

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

PENGARUH PENGGUNAAN KUNYIT DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

PEMANFAATAN STARBIO TERHADAP KINERJA PRODUKSI PADA AYAM PEDAGING FASE STARTER

PENGARUH KEPADATAN KANDANG TERHADAP PERFORMA PRODUKSI AYAM PETELUR FASE AWAL GROWER

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

PENGARUH PENUNDAAN PENANGANAN DAN PEMBERIAN PAKAN SESAAT SETELAH MENETAS TERHADAP PERFORMANS AYAM RAS PEDAGING ABSTRACT

PENGARUH PENUNDAAN PENANGANAN DAN PEMBERIAN PAKAN SESAAT SETELAH MENETAS TERHADAP PERFORMANS AYAM RAS PEDAGING ABSTRACT

Substitusi Ransum Jadi dengan Roti Afkir Terhadap Performa Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Umur Starter Sampai Awal Bertelur

PENGGUNAAN PRODUK FERMENTASI DAN KUNYIT DALAM PAKAN TERHADAP PERFORMAN AYAM PEDAGING DAN INCOME OVER FEED AND CHICK COST

EFEK LAMA WAKTU PEMBATASAN PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING FINISHER

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PEPAYA TERHADAP TAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER (The Effect of Papain Extract on the Broiler Performance)

PEMAKAIAN ONGGOK FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM BURAS PERIODE PERTUMBUHAN

EFEK PENGGUNAAN TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 30 hari pada 16 Maret sampai 15 April 2014,

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

Pengaruh Penambahan Tepung Kunyit...Rafinzyah Umay Adha

Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul... Dede Yusuf Kadasyah

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN CAMPURAN BUNGKIL INTI SAWIT DAN ONGGOK TERFERMENTASI OLEH

PENGARUH TINGKAT PEMBATASAN PEMBERIAN PAKAN (Restricted Feeding) TERHADAP PERFORMAN AYAM BROILER JANTAN

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

PENGGUNAAN TEPUNG LIMBAH PENGALENGAN IKAN DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA BROILER. Arnold Baye*, F. N. Sompie**, Betty Bagau**, Mursye Regar**

PENGARUH PEMBERIAN FEED SUPPLEMENT VITERNA PADA AIR MINUM TERHADAP PENAMPILAN AYAM PEDAGING

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

Jurnal Zootek ( Zootrek Journal ) Vol 34 No. 1: (Januari 2014) ISSN

PENGARUH MANIPULASI RANSUM FINISHER TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PAKAN DALAM PRODUKSI BROILER

SURYA AGRITAMA Volume 4 Nomor 1 Maret 2015

Penampilan Kelinci Persilangan Lepas Sapih yang Mendapat Ransum dengan Beberapa Tingkat Penggunaan Ampas Teh

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

EFFECT OF HOUSE TEMPERATURE ON PERFORMANCE OF BROILER IN STARTER PERIOD

PEMANFAATAN JAMU AYAM SEBAGAI FEED SUPLEMENT TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI AYAM BURAS DI DESA GARESSI, KECAMATAN TANETE RILAU, KABUPATEN BARRU

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan jumlah ransum yang tersisa (Fadilah, 2006). Data rataan konsumsi ransum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Soehady Aris, Edhy Mirwandhono, dan Emmyliam: Pemanfaatan Tepung Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.)...

The addition effectiveness of Curcuma Xanthorrhiza roxb and Curcuma Zedoaria rox flours in Commercial Ration on Performances of Broilers

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu dari April 2014, di peternakan

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

PERFORMA AYAM SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. kebutuhan pakan ternak sehingga diperlukan penggunaan pakan alternatif. Sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI

Pengaruh Penggunaan Rumput Kebar (Biophytum petsianum Clotzch) dalam Konsentrat Berdasarkan Kandungan Protein Kasar 19% terhadap Penampilan Kelinci

PENGARUH RANSUM DENGAN PERSENTASE SERAT KASAR YANG BERBEDA TERHADAP PERFORMA AYAM JANTAN TIPE MEDIUM UMUR 3--8 MINGGU

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan broiler merupakan suatu alternatif dalam menjawab tantangan

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

Pengaruh Jenis dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Performans Pertumbuhan dan Produksi Ayam Broiler

Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang Indonesia ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan

BAB III MATERI DAN METODE. 10 minggu dilaksanakan pada bulan November 2016 Januari 2017 di kandang

BAB III MATERI DAN METODE

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

PENGARUH PENGGUNAAN DAUN MURBEI (Morus alba) SEGAR SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN RANSUM TERHADAP PERFORMANS BROILER

SUPLEMENTASI BEBERAPA PROBIOTIK MELALUI AIR MINUM TERHADAP PERFORMANS AYAM BROILER PERIODE AKHIR

S.A. ASMARASARII dan E. SUPRIJATNAZ ABSTRAK

SUPLEMENTASI JAMU TERNAK PADA AYAM KAMPUNG DI PETERNAKAN UNGGAS SEKTOR 4

PENGARUH PEMBERIAN PROTEIN KASAR DENGAN TINGKAT YANG BERBEDA TERHADAP PERFORMAN AYAM KAMPUNG

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN FINISHER PERIOD

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 26 hari mulai 15 April--10 Mei 2014, di

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011

MATERI DAN METODE. Materi

JANHUS Journal of Animal Husbandry Science Jurnal Ilmu Peternakan Fakultas Pertanian, Universitas Garut ISSN :

RESPON PENGGANTIAN PAKAN STARTER KE FINISHER TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAN PERSENTASE KARKAS PADA TIKTOK. Muharlien

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA JENIS HIJAUAN TERHADAP PERFORMANS TERNAK KELINCI. Chelry S. Mas ud*; Y.R.L. Tulung;**, J. Umboh;**, C.A.

Pengaruh Jenis Alat Pemanas Kandang Indukan terhadap Performan Layer Periode Starter

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KETELA RAMBAT (Ipomea Batatas L) SEBAGAI SUMBER ENERGI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING FASE FINISHER

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pedaging yang sering disebut sebagai ayam broiler merupakan jenis

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

PERFORMA DAN NILAI EKONOMIS AYAM BROILER YANG DIBERI FEED ADDITIVE "SIGI LNDAH" DALAM AIR MINUM SKRIPSI TITISARI

PENGARUH PENGGUNAAN KOMBINASI ASAM SITRAT DAN ASAM LAKTAT CAIR DAN TERENKAPSULASI SEBAGAI ADITIF PAKAN TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING

KINERJA AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER. Niken Astuti Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, Univ. Mercu Buana Yogyakarta

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN TEMPE SORGHUM DALAM RANSUM DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): , Agustus 2016 PERFORMA AYAM PEDAGING PADA SISTEM BROODING KONVENSIONAL DAN THERMOS

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

Oleh : Gilang Nursandhi*), Achmad Marzuki**) dan Suratno***)

PERFORMAN PRODUKSI AYAM PEDAGING YANG DIBERI PENAMBAHAN TEPUNG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) DALAM RANSUM

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

Transkripsi:

Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol.11 (1): 25-30 ISSN 1410-5020 Perbandingan Performans Broiler yang Diberi Kunyit dan Temulawak Melalui Air Minum Comparison of Broiler Performance with Turmeric and Ginger Through in the Drinking Water Syahrio Tantalo Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Email: syahrio.tantalo@gmail.com ABSTRACT The objective of the research was to know comparation of broiler performance when water kunyit and temulawak of consumption. Level of water kunyit and temulawak as treatment was 10 g/600 ml. Broiler that used was Lohmann unsexed. Numbers of treated chicken were 200 Day Old Chicken (DOC) Lohmann unsexed that from PT. Multi Breeder Adirama Indonesia (MBAI). Experiment was designed with two treatments of broiler performance when water kunyit and temulawak of consumption and each treatment had 15 replications. Each replication was 6 or 7 DOC. To compare the of broiler performance that effect two of treatments, data was analyzed using t-student on signification 5% (Steel dan Torrie, 1993). Parameters measured were water consumption, feed intake, weight gain, feed conversion, and income over feed cost. Results showed there were broiler performance on water consumption that temulawak of consumption significant (P<0,05) of highest then water kunyit consumption, but no significant effect on feed intake, and body weight gain, feed conversion, and income over feed cost. Keywords: water kunyit, performance, strain, broiler Diterima: 15-11-2010, disetujui: 30-12-2010 PENDAHULUAN Broiler modern saat ini dapat mencapai berat badan 1,6 kg/ekor hanya dalam waktu 35 hari dengan konversi ransum kurang dari 1,7 (Unandar, 2003). Perbaikan penampilan broiler ini terjadi karena adanya rekayasa genetik. Rekayasa genetik akan menuntut perbaikan dalam aspek lainnya, seperti tata laksana pemeliharaan, dan perbaikan kualitas ransum, dan kesehatan. Bila tidak diperbaiki maka tingkat pertumbuhan broiler yang baik tersebut tidak dapat tercapai. Pertumbuhan broiler adalah hasil hubungan antara hereditas dan lingkungan, yaitu 30% hereditas dan 70% lingkungan. Faktor lingkungan, kecuali iklim alami memberikan kesempatan yang besar untuk penyempurnaan dan keserasian bagi berkembangnya potensi genetik.

Jurnal Penelitian Pertanian Terapan (Soeharsono, 1976). Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi penampilan broiler, antara lain tata laksana pemeliharaan, ransum, iklim, temperatur lingkungan, kelembaban udara, dan pemakaian obat-obatan. Negara Indonesia merupakan negara tropis yang potensial bagi pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit dan menurunkan produksi. Untuk mencegah penyakit dan memacu pertumbuhan broiler serta mengefisiensikan penggunaan ransum, diperlukan pemanfaatan obat-obatan alami berupa probiotik yang tidak meninggalkan residu pada produksi ternak. Kunyit dan temulawak merupakan tanaman obat yang berasal dari satu famili, yaitu famili zingiberaceae dan banyak tersebar di Indonesia serta sudah sejak lama dimanfaatkan dalam bidang kesehatan. Berbagai penelitian terhadap hewan percobaan telah dibuktikan bahwa tanaman kunyit dan temulawak memberikan dampak positif terhadap kantung empedu, hati, dan pankreas. Pengaruhnya positif terhadap empedu yaitu dapat merangsang kantung empedu untuk mengekresikan cairan empedu agar pencernaan lebih sempurna. Pengaruhnya terhadap pankreas cukup banyak, diantaranya dapat memengaruhi dan merangsang sekresi serta berfungsi sebagai penambah nafsu makan, memengaruhi kontraksi usus halus, bersifat bakterisidal dan bakteriostatik, membantu kerja sistem hormonal, metabolisme, serta fisiologi organ tubuh. Dari beberapa hasil penelitian, penggunaan kunyit dan temulawak memberikan dampak yang positif terhadap penampilan broiler. Namun sampai saat ini belum diketahui tentang perbandingan penampilan broiler yang diberi perlakuan kunyit dan temulawak tersebut. Oleh sebab itu, peneliti merasa tertarik untuk mengetahui perbandingan antara penampilan broiler yang diberi kunyit dan temulawak melalui air minum. Menurut Supriyanto (2004), pemberian air rebusan kunyit sebanyak 10 g/600 ml air ternyata dapat mempengaruhi konsumsi ransum, konsumsi air minum dan pertambahan berat tubuh broiler. Demikian juga dengan hasil penelitian Sriwidarti (2005), menunjukkan bahwa penggunaan temulawak sebanyak 10 g/600 ml air minum dapat mempengaruhi pertambahan berat tubuh broiler. Oleh sebab itu, pada penelitian ini akan menggunakan dosis yang sama dengan penelitian sebelumnya yaitu sebanyak 10 g/600 ml air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan penggunaan kunyit dan temulawak dalam air minum terhadap perubahan penampilan broiler yaitu: konsumsi air minum, konsumsi ransum, pertambahan berat badan, konversi ransum, dan income over feed cost. METODE Penelitian ini dilaksanakan pada 08 Maret-11 April 2007, bertempat di Laboratorium Produksi dan Reproduksi Ternak, Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Ayam yang digunakan adalah 200 ekor DOC broiler strain Lohmann unsexed yang berasal dari PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk. Bobot rata-rata DOC yang digunakan yaitu 41,27+1,16 g dengan koefisien keragaman 2,81% untuk diamati selama 35 hari. Ransum yang digunakan adalah ransum komersial berbentuk crumble yaitu ransum BR-1 yang berasal dari PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk. Kandungan zat makanan ransum BR-1 yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. 26 Volume 11, Nomor 1, Januari 2011

Syahrio Tantalo: Perbandingan Performans Broiler... Tabel 1. Kandungan zat makanan ransum BR-1 Kandungan zat makanan Nilai zat makanan BR-1 a BR-1 b Air (%) 9,20 Maks 13,00 Abu (%) 5,50 Maks 6,00 Protein Kasar (%) 23,26 Min 22,00 Lemak Kasar (%) 7,80 Min 4,00 Serat Kasar (%) 3,20 Maks 5,00 BETN (%) 51,04 - Energi Bruto (Kkal/kg) 4.178,23 - Energi Metabolis (Kkal/kg) c 3.342,58 - Keterangan : a) Hasil analisis di Laboratorium Ilmu Nutisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung (2007) b) PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk. (2007) c) Hasil perhitungan 80% dari energi bruto (Patrick dan Schaible, 1980) Air minum kunyit dan temulawak diberikan secara berselang yaitu 2 hari diberi air minum perlakuan dan 1 hari diberi minum air putih. Jadwal pemberian air minum perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1. Minggu ke- 1 2 3 4 5 6 Keterangan : Hari ke- 1 2 3 4 5 6 7 = Waktu pemberian perlakuan = Waktu pemberian air minum biasa Gambar 1. Jadwal pemberian perlakuan Penelitian ini dirancang dengan 2 dua perlakuan, yaitu R 1 (10 g kunyit/600 ml air) dan R 2 (10 g temulawak/600 ml air). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 15 kali dan setiap ulangan terdiri atas 6 atau 7 satuan percobaan. Seluruh data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji t-student pada taraf nyata 5 % (Steel dan Torrie, 1993). Parameter yang diamati adalah konsumsi air minum, konsumsi ransum, pertambahan berat badan, konversi ransum, dan income over feed cost. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji t-student pada taraf 5%, menunjukkan konsumsi air minum broiler pada pemberian temulawak (P<0,05) lebih tinggi Volume 11, Nomor 1, Januari 2011 27

Jurnal Penelitian Pertanian Terapan dibandingkan dengan konsumsi air minum broiler yang diberi kunyit tetapi tidak ada perubahan terhadap konsumsi ransum, pertambahan berat tubuh, konversi ransum, dan Income over feed cost (IOFC) broiler. Secara rinci perbandingan penampilan broiler hasil penelitian ini tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata nilai perubahan penampilan broiler yang diberi perlakuan air minum kunyit dan temu lawak Peubah Perlakuan Kunyit (R1) Temulawak (R2) Konsumsi Air Minum (ml/ekor/hari) 166,57 a 178,98 b Konsumsi Ransum (g/ekor/hari) 69,83 a 70,33 a Pertambahan Berat Badan (g/ekor/hari) 46,30 a 47,25 a Konversi Ransum 1,46 a 1,42 a Income Over Feed Cost 2,11 a 2,14 a Hasil uji t-student (Tabel 2) terhadap konsumsi air minum broiler yang diberi minum air temulawak lebih tinggi (P<0,05) daripada konsumsi air minum broiler yang diberi minum air kunyit. Hal ini diduga karena pemberian temulawak melalui air minum lebih disukai broiler atau mempunyai palatabilitas yang lebih tinggi daripada air minum yang diberi kunyit. Menurut Wahyu (1992), salah satu faktor yang memengaruhi konsumsi air minum adalah palatabilitas atau tingkat kesukaan ternak terhadap air minum tersebut. Selain itu, Afifah (2003) menyatakan bahwa aroma dan citarasa tanaman curcuma ditentukan oleh tinggi rendahnya kandungan kurkuminoid yang terdapat dalam rimpang tanaman curcuma tersebut. Kurkuminoid mempunyai rasa pahit dan agak pedas. Kandungan kurkuminoid yang terdapat dalam rimpang temulawak (1,60--2,20%) lebih rendah daripada kandungan kurkuminoid dalam kunyit (3%). Berdasarkan uji organoleptik, rimpang temulawak mempunyai aroma yang lebih harum dibandingkan dengan rimpang kunyit. Amrullah (2004) menyatakan bahwa walaupun broiler tidak mempunyai indra pembau, tetapi broiler mempunyai indra pengecap yang sangat baik. Oleh karena itu maka konsumsi air minum broiler yang diberi temulawak lebih tinggi daripada konsumsi air minum broiler yang diberi kunyit. Berdasarkan uji t-student (Tabel 2) menunjukkan bahwa konsumsi ransum pada broiler yang diberi temulawak tidak berbeda nyata dengan konsumsi ransum broiler yang diberi kunyit. Pada penelitian ini kunyit dan temulawak sama-sama diberikan melalui air minum, sehingga diduga laju keduanya di dalam saluran pencernaan broiler relatif sama. Menurut Sibbald (1976), laju makanan atau zat yang berupa cairan di dalam saluran pencernaan lebih cepat daripada padatan. Pada penelitian ini diduga bahwa kunyit dan temulawak yang masuk ke dalam saluran pencernaan broiler lajunya cepat, sehingga belum cukup waktu bagi sistem pencernaan broiler untuk mencernanya. Akibatnya, zat-zat aktif seperti kurkuminoid dan minyak atsiri yang terdapat pada kunyit dan temulawak belum dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Hal tersebut menyebabkan konsumsi ransum broiler yang air minumnya diberi temulawak tidak berbeda nyata dengan konsumsi ransum broiler yang air minumnya diberi kunyit. Hasil uji t-student (Tabel 2) menunjukkan bahwa rata-rata pertambahan berat tubuh broiler yang diberi temulawak tidak berbeda dengan pertambahan berat tubuh broiler yang diberi kunyit. Hal tersebut diduga karena pertambahan berat tubuh dipengaruhi oleh jumlah konsumsi ransum. Menurut Tilman et al., (1991), pembentukan berat tubuh broiler berhubungan dengan konsumsi ransum. Semakin tinggi konsumsi ransum, maka berat tubuhnya akan semakin besar. Sebaliknya 28 Volume 11, Nomor 1, Januari 2011

Syahrio Tantalo: Perbandingan Performans Broiler... semakin rendah konsumsi ransum maka berat tubuhnya akan semakin kecil. Jadi, dengan adanya konsumsi ransum yang tidak jauh berbeda maka pertambahan berat tubuh juga akan relatif sama. Rata-rata konversi ransum broiler yang diberi R1 (10 g kunyit/600 ml air) dan R2 (10 g temulawak/600 ml air) disajikan pada Tabel 2. Rata-rata konversi ransum pada broiler yang diberi kunyit yaitu 1,46 artinya untuk menghasilkan 1 kg daging diperlukan ransum sebanyak 1,46 kg, sedangkan pada broiler yang diberi temulawak yaitu 1,42 artinya untuk menghasilkan 1 kg daging diperlukan ransum sebanyak 1,42 kg. Fenomena konversi ransum ini disebabkan oleh konsumsi ransum dan pertambahan berat tubuh broiler yang diberi perlakuan temulawak tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan broiler yang diberi perlakuan kunyit. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2001), yang menyatakan bahwa konversi ransum dipengaruhi oleh pertambahan berat tubuh dan konsumsi ransum. Konversi ransum dapat digunakan sebagai gambaran efisiensi produksi. Nilai konversi ransum menunjukkan tingkat efisiensi ransum dalam penggunaan makanan. Semakin besar angka konversi maka penggunaan ransum yang dikonsumsi kurang ekonomis. Hasil perhitungan t-student (Tabel 2), menunjukkan bahwa IOFC broiler yang diberi temulawak tidak berbeda nyata (P>0,05) dibandingkan dengan IOFC broiler yang diberi kunyit. Hal ini menunjukkan bahwa biaya ransum yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg bobot hidup broiler relatif sama. Rata-rata bobot tubuh akhir antara broiler yang diberi kunyit dan temulawak pada penelitian ini yaitu 1.661,78 dan 1.698,24 g/ekor. Broiler yang diberi temulawak menghasilkan ayam dengan bobot tubuh yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan broiler yang diberi kunyit. Akan tetapi, peningkatan pertambahan berat tubuh broiler diikuti dengan meningkatnya konsumsi ransum. Semakin meningkatnya konsumsi ransum maka biaya yang diperlukan untuk berproduksi semakin meningkat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rasyaf (2002) bahwa nilai pertambahan berat tubuh broiler akan mempengaruhi bobot akhir broiler, sedangkan konsumsi ransum broiler akan mempengaruhi biaya pengeluaran yang dibutuhkan untuk membeli ransum selama pemeliharaan. Pada penelitian ini harga ransum BR-1 adalah Rp 3.550,00-/kg. Rata-rata biaya ransum sebesar Rp 8.676,97 pada broiler yang diberi kunyit dan Rp 8.738,25 pada broiler yang diberi temulawak. Harga jual ayam hidup adalah Rp 11.000,00-/kg dengan rata-rata bobot akhir 1.661,78 g/ekor pada broiler yang diberi kunyit dan 1.698,24 g/ekor pada broiler yang diberi temulawak. Rasyaf (1995), menyatakan bahwa semakin tinggi nilai IOFC akan semakin baik, karena tingginya IOFC berarti penerimaan yang didapat dari hasil penjualan ayam juga tinggi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perlakuan R2 (10 g temulawak/600 ml air) nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan R1 (10 g kunyit/600 ml air) terhadap konsumsi air minum broiler, tetapi tidak berbeda nyata terhadap konsumsi ransum, pertambahan berat tubuh, konversi ransum, dan Income over feed cost (IOFC) broiler. Volume 11, Nomor 1, Januari 2011 29

Jurnal Penelitian Pertanian Terapan DAFTAR PUSTAKA Afifah, E. 2003. Khasiat dan Manfaat Temulawak Rimpang Penyembuh Aneka Penyakit. Agromedia Pusataka. Jakarta Amrullah, I. K., 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Cetakan kedua. Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor. Patrick, H dan P. J. Schaible. 1980. Poultry Feed and Nutrition. 2 nd Ed Avi Publishing Company, Inc. Wetsport Connecticut Rasyaf, M. 2002. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan kedua puluh dua. Penebar Swadaya. Jakarta. Sriwidarti. 2005. Pengaruh Level Rebusan Temulawak (Curcuma xhantoriza Roxb.) Melalui Air Minum terhadap Performans Broiler. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung Steel, R G. D. dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan Biometrika. Diterjemahkan oleh Bambang Sumantri. PT.Gramedia. Jakarta Supriyanto, A. 2004. Pengaruh Pemberian Air Rebusan Kunyit, Daun Sirih, serta Kombinasinya melalui Air Minum terhadap Pertumbuhan Broiler. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo. dan S. Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Edisi Keenam. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Unandar, T. 2003. Ada Apa dengan Broiler. Disampaikan dalam Temu Plasma Pintar. Bandar Lampung. Wahyu, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan Ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 30 Volume 11, Nomor 1, Januari 2011