HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DENGAN KECENDERUNGAN BERSELINGKUH PADA ISTRI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS CINTA DAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN KOMITMEN PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam tiga tahun terakhir angka perceraian di Indonesia meningkat secara

SUSI RACHMAWATI F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip

MANAJEMEN KONFLIK ANTARPRIBADI PASANGAN SUAMI ISTRI BEDA AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERNIKAHAN AWAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI PERILAKU ONANI PADA REMAJA LAKI-LAKI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan terpenting bagi

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan. Berdasarkan Undang Undang Perkawinan no.1 tahun 1974,

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah bagian dari jenjang atau hierarki kebutuhan hidup dari Abraham Maslow, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latarbelakang. Manusia dalam kehidupannya akan melalui proses perkembangan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan-hubungan yang terjalin tersebut dapat berupa pertemanan, persahabatan, pacaran dan hubungan perkawinan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI DAN CITRA DIRI

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA)

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang memiliki dorongan untuk

BAB V HASIL PENELITIAN. 1. Rekap Tema dan Matriks Antar Tema

BAB I PENDAHULUAN. Membangun dan mempertahankan hubungan dengan pasangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?...

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERILAKU PASANGAN DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti

Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy. Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari )

HUBUNGAN LAMA PERAWATAN PASIEN DENGAN MOTIVASI KEBUTUHAN SEKSUAL LAKI-LAKI USIA TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bagan 2. Konflik Internal Subyek. Ketidakmampuan mengelola konflik (E) Berselingkuh

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan selalu dianggap sebagai hal yang memuaskan dan berharga, namun dalam sebuah hubungan baik itu perkawinan maupun hubungan

Bab 5 PENUTUP. Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan tentang komunikasi. bersama, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. keluarga. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan organisasi

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok, bersamasama,

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan salah satu peristiwa penting dalam kehidupan

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. didambakan tersebut menjadi hukum alam dalam diri tiap manusia. Akan tetapi,

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses

PENGARUH ANTARA KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KEMAMPUAN MENJUAL ADAPTIF TERHADAP PRESTASI PENJUALAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DENGAN KECENDERUNGAN BERSELINGKUH PADA ISTRI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun Oleh : MEITY PRATIWI F 100 040 012 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan bersatunya seorang pria dengan wanita sebagai suami istri untuk membentuk sebuah keluarga dan untuk mencapai suatu tujuan bersama. Dalam memasuki kehidupan perkawinan, masing-masing pihak mempunyai kebutuhan dan keinginan tersendiri yang dibawa dalam rumah tangga yang dibangunnya. Oleh karena itu, agar perkawinan dapat menyatukan satu dengan yang lain perlu adanya saling penyesuaian, saling pengertian, saling mempercayai satu sama lain sehingga baik suami maupun istri dapat menerima kenyataan bahwa dengan saling mencintai dan menghormati mereka akan bisa mengatur kehidupan keluarga yang sejahtera dan bahagia, dan hal tersebut harus disadari benar-benar oleh kedua belah pihak yaitu oleh suami istri. Penyesuaian perkawinan yang baik pada awal masa perkawinan akan membantu pasangan suami istri dalam melakukan penyesuaian perkawinan di masamasa yang akan datang yang kadang lebih sulit karena adanya pertumbuhan keluarga. Pendapat tersebut mendukung pendapat Schneiders (dalam Wahyuningsih, 2005) yang mengatakan bahwa dengan bertambahnya usia perkawinan, pasangan suami istri akan semakin sulit melakukan penyesuaian perkawinan karena pertumbuhan keluarga. Ada banyak hal yang menyebabkan suatu rumah tangga mengalami masalah atau mungkin berada pada ambang keretakan. Misalkan saja, kesibukan 1

2 suami dan istri, tidak terjalinnya komunikasi yang baik, buruknya pengasuhan anak, masalah keuangan, hilangnya kepercayaan, ataupun masalah seksualitas. Hal-hal tersebut merupakan sedikit dari masalah yang mungkin timbul dan sangat mungkin dialami oleh pasangan yang membina rumah tangga. Bukan barang baru bahwa banyak perselisihan terjadi gara-gara rasa cemburu, yang lebih sering berakar dari salah tafsir dan kurangnya keterbukaan. Perselingkuhan akhir-akhir ini menjadi bahan perbincangan yang menarik dan santer, sebab perselingkuhan itu sendiri tidak hanya didominasi oleh para pria, tetapi juga wanita di segala lapisan dan golongan, bahkan tidak memandang usia. Sebenarnya fenomena ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar seperti halnya Jakarta, tetapi juga di kota-kota kecil atau pun di daerah. Masalahnya, berita-berita mengenai perselingkuhan lebih banyak disorot di kota besar karena di kota besar seperti halnya Jakarta segala sesuatu lebih transparan termasuk dalam hal batasan norma-norma. Di kota besar seperti Jakarta, segala hal bisa bersifat relatif; artinya, segala sesuatu tidak bisa dinilai dari satu sudut pandang saja. Demikian pula halnya dengan perselingkuhan yang belakangan ini makin marak dibicarakan orang. Perselingkuhan umumnya terjadi karena masing-masing tidak mau saling terbuka atau mendengarkan apa yang dikeluhkan pasangannya. Perselingkuhan juga bisa terjadi karena faktor kesepian, jarang merasakan kepuasan seks atau godaan dari luar (tempat hiburan bernuansa erotis, wanita perayu, dan sebagainya). Terkadang seseorang berselingkuh itu untuk menguji dirinya dan dipadukan dengan faktor lainnya, seperti kebosanan dalam perkawinan dan macetnya hubungan komunikasi

3 suami istri maka akan dapat menimbulkan perselingkuhan (Mossasi, 1999). Berdasarkan hasil penelitian 40 % istri di Jakarta berselingkuh karena suami yang kurang perhatian pada istri (www.lulukpr.multiply.com, 2005). Kasus perselingkuhan dalam rumah tangga bisa berakhir dengan perceraian dan perceraian akibat perselingkuhan kini bukan monopoli artis lagi, yang kisahnya sering ditayangkan di acara infotainment. Selingkuh kini kian meluas dan mengancam keluarga, yang merupakan unit terkecil bangsa ini dan benteng bangsa muslim. Penelitian yang pernah dilakukan oleh dr. Boyke Dian Nugraha di klinik Pasutrinya terhadap 200-an orang pasiennya menunjukkan bahwa 4 dari 5 pria eksekutif melakukan perselingkuhan. Perbandingan selingkuh pria dan wanita pun berbanding 5:2. Padahal data ini didapat dari yang mengaku saja (www.kisahislam.com, 2007). Pergerakan data statistik dari Direktorat Jendral Pembinaan Peradilan Agama menguak seberapa besar sesungguhnya ancaman selingkuh terhadap keluargakeluarga di Indonesia. Selingkuh telah menjadi virus nomor 4. Tahun 2005 lalu, misalnya, ada 13.779 kasus perceraian yang bisa dikategorikan akibat selingkuh; 9.071 karena gangguan orang ketiga; dan 4.708 akibat cemburu. Prosentasenya mencapai 9,16 % dari 150.395 kasus perceraian tahun 2005 atau 13.779 kasus. Alhasil, dari 10 keluarga yang bercerai, satu diantaranya karena selingkuh. Rata-rata, setiap 2 jam ada tiga pasang suami istri bercerai karena selingkuh (www.kisahislam.com, 2007).

4 Setiap orang yang menikah sudah tentu mendambakan dan mencita-citakan bisa menempuh kehidupan perkawinan yang harmonis. Namun bagaimana pun juga, kita tidak bisa melupakan bahwa sebuah perkawinan pada dasarnya terdiri dari 2 orang yang mempunyai kepribadian, sifat dan karakter, latar belakang keluarga, dan problem yang berbeda satu sama lain. Semua itu sudah ada jauh sebelum keduanya memutuskan untuk menikah. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika kehidupan perkawinan pada kenyataan selanjutnya tidak seindah dan seromantis harapan pasangan tersebut. Persoalan demi persoalan yang dihadapi setiap hari, belum lagi ditambah dengan keunikan masing-masing individunya, sering menjadikan kehidupan perkawinan menjadi sulit dan hambar. Jika sudah demikian, maka kondisi itu semakin membuka peluang bagi timbulnya perselingkuhan di antara mereka (www.epsikologi.com, 2001). Perselingkuhan merupakan relasi seks antara seorang wanita atau laki-laki yang sudah menikah dengan laki-laki atau wanita yang bukan pasangannya. Sedangkan perselingkuhan pada istri umumnya disebabkan oleh dorongan kesenangan untuk memuaskan seks sesaat saja (Kartono, 1989). Menurut Ginanjar (Anonim, 2005) dari sejumlah kecil wanita berselingkuh yang datang ke ruang praktiknya, alasan yang mereka kemukakan rata-rata komunikasi dengan suami sudah tidak nyaman, ketika ada seseorang bisa menjadi pendengar yang baik, maka terjalinlah hubungan. Walaupun sekedar senang karena memiliki teman bicara disaat senggang, lama-lama pertemuan rutin menjadi suatu kebutuhan. Dari hasil angket Femina (dalam Mantaufani, 2004), pasangan selingkuh terbanyak para wanita bekerja

5 adalah rekan satu kantor, kemudian disusul mantan kekasih (yang mulanya sebagai tempat mencurahkan isi hati tentang persoalan dengan suami), baru kemudian dengan seseorang yang mereka temui saat tugas di luar kota. Pada dasarnya pasangan suami istri memerlukan sarana untuk saling berbagi sehingga diperlukan saling pengertian satu sama lain. Diharapkan dengan meningkatkan intensitas komunikasi semua keinginan, pesan, dan ide-ide dapat dipahami oleh orang lain. Sehingga komunikasi dapat menjadi sarana atau alat untuk suami istri saling mencurahkan isi hati satu sama lain. Verukyl (dalam Husna, 2006) menyatakan bahwa intensitas merupakan frekuensi atau keseringan yang dilakukan oleh individu untuk melakukan perilaku tertentu yang didasari niat seseorang. Ancok (dalam Husna, 2006) berpendapat bahwa intensitas merupakan komponen konatif yang berhubungan dengan komponen afektif dan sikap. Pada dasarnya intensitas berkaitan erat dengan pengetahuan (belief) seseorang terhadap suatu hal, sikapnya (attitude) mengarah pada hal itu, serta dengan perilaku itu sendiri sebagai perwujudan nyata dari intensitasnya. Intensitas komunikasi dalam lingkungan keluarga dapat berjalan lancar apabila masing-masing anggota dapat menyadari akan kemampuan diri sendiri dan anggota keluarga lain. Oleh sebab itu, intensitas komunikasi dalam keluarga merupakan suatu kajian yang penting. Sebab dalam kenyataannya masalah komunikasi senantiasa muncul dalam proses interaksi dalam sebuah keluarga. Komunikasi merupakan sistem yang menggabungkan dan membangkitkan hubungan

6 antar anggota keluarga sehingga menghasilkan hubungan yang interaktif dan produktif. Komunikasi keluarga yang interaktif dan produktif akan memberikan banyak manfaat bagi anggota keluarga, sebab dengan adanya komunikasi interaktif para anggota keluarga dilibatkan dalam suatu jalinan komunikasi yang dapat memberikan rasa aman antar anggota keluarga. Adapun komunikasi produktif dalam keluarga akan menghasilkan ide-ide dan pikiran-pikiran yang bermanfaat bagi kepentingan keluarga sehingga ada rasa saling menghargai dan saling membutuhkan yang mempererat rasa persaudaraan. Fungsi komunikasi dalam keluarga adalah sebagai pembentuk iklim keluarga, yang menggambarkan suasana hubungan keluarga atau keseluruhan perasaan dan sikap orang-orang dalam satu rumah (Gunarsa & Yulia, 1997). Intensitas komunikasi yang efektif sebagai wujud hubungan sosial akan menghasilkan umpan balik. Umpan balik dapat bermacam-macam bentuk, seperti laporan, sikap yang timbul akibat komunikasi, pertanyaan, reaksi, dan sebagainya. Komunikasi dikatakan berhasil apabila sikap dan tingkah laku orang lain sesuai dengan keinginan atau harapan komunikator. Informasi yang dipahami dan dimengerti oleh penerima pesan merupakan faktor penting dalam komunikasi interpersonal, sebab ketidakmengertian merupakan sumber disintegrasi dan konflik, karena ketidakmengertian merupakan rangsangan yang membangkitkan prasangka, yang akhirnya akan mengakibatkan berbagai konflik atau perbedaan persepsi (Priyambodo, 2000).

7 Masalah komunikasi ini bukan hanya mengganggu kebahagiaan rumah tangga tetapi juga telah menjadi penyebab terbesar dari perceraian rumah tangga (Kuntaraf, 1999). Banyak pasangan suami istri yang saling mencintai namun kadang membuat pasangannya marah, seperti jika istri tidak mengungkapkan kekecewaan pada suami, akhirnya menumpuk dan meledak. Hal ini membuat keadaan yang tidak nyaman dan menyebabkan terjadinya pertengkaran. Pasangan yang memendam ketidakpuasan mereka kemungkinan lebih besar menghadapi konflik dibandingkan pasangan yang menceritakan permasalahan pribadi dan hal yang membuatnya marah dan kecewa (Wahyuningtyas, 2005). Kegagalan perkawinan datang ketika satu atau lebih anggota keluarga merasa tidak puas. Hambatan pemenuhan kebutuhan satu atau lebih anggota keluarga akan menimbulkan ketidakpuasan (Andayani & Ardhianita, 2004). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh James Dobson (dalam Mantaufani, 2004) mengenai masalah komunikasi bukan hanya mengganggu kebahagiaan perkawinan tetapi juga telah menjadi penyebab terbesar dari perceraian rumah tangga. Dari penelitiannya 90 % dari semua perceraian yang terjadi setiap tahun dikarenakan suami istri tidak dapat mengoptimalkan komunikasi secara baik. Penelitian ini sesuai dengan pernyataan Boyke. Menurut Boyke (www.suaramerdeka.com, 2003) tidak adanya komunikasi secara intim akan memunculkan perselingkuhan dan perceraian, apalagi apabila pasangan suami istri tidak ada komunikasi maka hubungan keluarga menjadi tidak harmonis. Selain itu penelitian yang lain menyebutkan bahwa sumbangan kualitas komunikasi terhadap toleransi stress pada istri lebih tinggi dari suami. Dalam hal ini

8 dukungan sosial yang dirasakan istri cukup besar, sedangkan faktor lain seperti kepercayaan terhadap kemampuan diri, penyesuaian diri, kontrol diri serta tingkat pendidikan kurang dominan dibandingkan suami. Istri membutuhkan dukungan sosial yang berarti membutuhkan perhatian, kepercayaan, pertolongan, dan perasaan aman (Astuti, 2003). Oleh karena itu, intensitas komunikasi diperlukan, intensitas komunikasi tidak harus terlalu besar, tetapi bagaimana seorang pasangan suami istri menggunakan sedikit waktunya untuk berkomunikasi membicarakan hal-hal yang bermanfaat. Dalam keluarga harus terjadi komunikasi secara baik karena jika komunikasi tidak berjalan baik maka akan menghambat jalannya pasangan untuk menuju keluarga yang harmonis. Atas gejala ini dapat diasumsikan bahwa suami atau istri akan mencari teman untuk komunikasi atau mencurahkan isi hati. Mencurahkan isi hati pun bisa jadi awal perselingkuhan. Berbagi cerita dengan rekan kerja memang terkadang menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi beban yang terpendam dalam hati. Sharing, mencurahkan isi hati, hanyalah sebagai pelampiasan kekesalan yang kadang tidak bisa dengan mudah kita utarakan kepada keluarga, suami atau istri. Mencurahkan isi hati dengan rekan kerja bukan hal yang luar biasa akan tetapi jika berlebihan akan menimbulkan efek-efek yang luar biasa. Berawal dari desah lelah, atau gumam kesal lalu disambut dengan pertanyaan ramah. Biasanya teman mencurahkan isi hati akan menanyakan apa yang membuat dirinya kesal atau marah, jika beruntung bisa menemukan teman berbagi yang cocok bukan tidak jarang

9 berlanjut pada teman makan siang, lalu makan malam, dan teman bermalam minggu, dan sebagainya. Teman untuk mencurahkan isi hati yang merupakan lawan jenis, akan membuat seorang individu terperangkap dalam konsep, soulmate, dia akan menjadi pendengar yang baik untuk seorang individu. Berdasarkan uraian di atas maka diangkat rumusan permasalahan yang menarik untuk diketahui lebih dalam yaitu Apakah ada hubungan antara intensitas komunikasi suami istri dengan kecenderungan berselingkuh pada istri?. Hal tersebut perlu dibuktikan secara empiris. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan antara intensitas komunikasi suami istri dengan kecenderungan berselingkuh pada istri. B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui hubungan antara intensitas komunikasi suami istri dengan kecenderungan berselingkuh pada istri. 2. Untuk mengetahui seberapa besar intensitas komunikasi suami istri pada subjek penelitian. 3. Untuk mengetahui sejauhmana kecenderungan berselingkuh pada subjek penelitian.

10 C. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi ilmu pengetahuan, khususnya psikologi perkembangan diharapkan dapat menjawab permasalahan psikologis yang ada dalam keluarga tentang hubungan komunikasi suami istri dengan kecenderungan berselingkuh dan memberi data empiris tentang hubungan antara intensitas komunikasi suami istri dengan kecenderungan berselingkuh pada istri. 2. Bagi keluarga di CV. Bumi Indah, membantu meningkatkan intensitas komunikasi suami istri sehingga diharapkan dapat menunjang keharmonisan keluarga. 3. Bagi ilmuwan psikologi, dapat menjadi bahan informasi dan bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk penelitian-penelitian sejenis.