Ma ruf Habibie Siregar TMJ 6 AeU 4811020011 Chalengging Change : Non-Tradional Security, Democracy and Regionalism Rangkuman Pada chapter ini dibahas tentang apa- apa yang akan dilakukan ASEAN menuju ke ASEAN yang lebih baik di ulang tahun ASEAN ke 40 ini pada agustus 2007. Para ahli dan pengamat berharap dari penyelenggaraan Piagam ASEAN, dimana dapat memberikan arah segar kepada asosiasi dan dapat memefasilitasi pembentukan visi komunitas ASEAN ( ASC, AEC, dan ASEAN Socio-Cultural Community). Pertanyaan kedepaannya adalah Apakah ASEAN akan memperluas focus tradisional antar Negara yang mencakup agenda yang berbasis kerakyatan? Dan Apakah kebijakan dan aksi seperti cakrawala akan di perluas?. ASEAN mengalami kemunduran pada tahun 1990 dimana ASEAN dianggap lembaga yang terbenam dalam arti karena kegagalannya unutk mencegah dapak krisis keuangan pada tahun 1997 1. Dalam hal ini seperti yang di harapkan para ahli bahwa prospek ke depannya adalah untuk memperkuat piagam dan komunitas dengan cara yang lebih hati hati dalam melangkah ke depan dan menghindari ekspetasi yang tidak realistis. Pada chapter ini juga lebih ditekankan kepada keamanan di ASEAN, dimana ASC-lah yang menjadi pusatnya. ASC harus lebih proaktif dan tegas dalam mencegah dan mengatasi permasalahan di ASEAN. Pada masalah keamanan lebih berpusat kepada keamanan non tradisional, dimana pemerintah masing-masing Negara harus dapat mencapainya melalui diplomasi dan pencegahan. Dalam konteks ini, bab ini memiliki dua tujuan. Pertama, menguji tantangan Non Traditional yang muncul dan perubahan sifat regional dimana pemerintah dan masyarakat juga harus telibat didalamnya. Tujuan kedua yaitu mengexplorisasi demokratisasi yang melibatkan actor actor baru. Dalam konteks ini penulis sependapat kedua varibabel kasuan dan interaksi Antara mereka membentuk dinamika regional yang dinamis. Dalam chapter ini dibahasan ancaman masalah keamanan non traditional dari sumber sumber non militer, contohnya seperti masalah bencana alam, penyakit menular, perubahan iklim dan kerusakan lingkungan, kejahatan lintas Negara seperti pembajakan di laut, kasus cybercrime, perdagangan narkoba dan manusia, kemiskinan, maupun masalah terorisme, Semua ini akan menjadi tujuan dibentuknya ASC. Pada Juli 1998, menteri luar negeri Thailand merekomendasikan pendirian PMC ASEAN ( Post-Ministerial Conference ) pada masalah keamanan ini. Para anggota yang
bergabung akan menyususn strategi untuk pendekatan jangka panjang dalam mengobati masalah keamanan masyarakat. Wacana ASEAN selanjutnya yaitu lebih menyelesaikan ke araha keamanan pada penderitaan individu dan masyarakat, juga membangun keamanan yang komprehensif dimana keamanan non militer. Lalu pada tahun 1997 oleh Cocus di Global Selatan, yaitu sebuah organisasi social di Thailand mengadakan konferensi bertema ASIA Pasific Alternatic Security, dimana didalamnya juga menjurus kepada keamanan yang komprehensif dengan membahas penyebab konflik secara social dan ekonomi serta kesetaraan gender. Rapat di Bangkok ini akhirnya menjadi pemicu pertemuan-pertemuan lainnya dalam membahas masalah keamanan. Dalam penyelesaian masalah keamanan terdapat ancaman non- traditional seperti kebakaran hutan tahun 1997 dan baru- baru ini tahun 2006, dimana asal kabut kebanyakan dari Indonesia, lalu migrasi illegal, perdagangan manusia dan penyakit menular. Karena masalah yang belum terselesaikan, perlahan Negara dan masyarakat mempertanyakan pencegahan ASEAN terhadap masalah non-traditional. Mantan Deputi Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim melayangkan ide agar ASEAN ikut turut campur dalam permasalahan internal Negara-negara ASEAN. Pada awalnya banyak yang menolak karena ini termasuk penyimpangan mencampuri urusan orang lain, tetapu akhirnya ide tersebut mendapat simpati. Lalu pada 1999 diadakan pertemuan yang bukan hanya membahas masalah regional tetapi juga membahas masalah domestic. Walaupun pada awalnya beberapa Negara menolak memasukkan masalah Non-Traditional, tetapi setelah era krisis pada tahun 1998 ASEAN mulai bangkit dan melakukan tindakan yang mendukung Non-Traditional dengan langkah-langkah : - 1997, Troika ASEAN berinovasi untuk mengatasi krisis domestic dengan bantuan darurat kepada Negara- Negara yang mengalami krisis - 1997, ASEAN mengadopsi visi pernyataan 2020 (VAP) yang mencakup 3 area tersebut - 1997, Rencana aksi kabut regional dalam mengatasi masalah kebakaran hutan yang mempengaruhi Negara Negara tetengga - 2001, Dibuatnya kesepakatan dan prinsip penyelesaian masalah non-traditional - 2002, ASEAN mencapai kesepakatan pertukaran informasi dan penetapan tatacara berkomunikasi - 2003, mengatasi masalah penyakit menular Kita kembalikan dari asal usul pembentukan ASC, dimana idenya dating dari Indonesia, dimana untuk mencegah konflik dan menyelesaikan dan membangun perdamaian sesudahnya. Pada tahun 2008 dipertimbangkannya kemungkinan pembentukan pusat pelatihan regional untuk perdamaian Negara Negara asia tenggara. Lahirnya ASC menggambarkan pengaruh yang lebih luas, dimana adanya rasa bersama secara identitas dan kepentingan bersama bagi Negara Negara asia tenggara. Gagasan ASC
disetujuin oleh para pimpinan ASEAN pada KTT ASEAN XI di Bali Oktober 2003 dengan disahkannya Deklarasi ASEAN. Dimana akhirnya visi tahun 1997 untuk 2020 ditekankan lagi agar berfungsi keseluruhan pada tahun 2020. Pada tahun 2005 di KTT ASEAN di kuala lumpur mendesak masalah HAM yang dilanggar oleh Myanmar dimana terjadi konflik yang menyebabkan terbubuhnya manusia, dimana Myanmar didesak oleh beberapa anggota untuk keluar dari kepemimpinan ASEAN. Sebuah tantangan dan peluang bagi ASEAN dimana akan dibahas di Piagam ASEAN yang bertemakan Piagam berorientasi rakyat, dimana akan membuat ASEAN lebih kearah organisai yang semuanya tertuju untuk rakyat. Piagam tersebut diharapkan menjadi pendorong transformasi ASEAN dimana Negara- negar anggota harus berkomitmen untuk merawat demokrasi, menghormati HAM dan menjaga keamanan manusia. Dalam konteksi ini pertama kali sebuah organisasi masyarakat sipil ASEAN (ACSC)mengadakan pertemuan di Malaysia pada 7-9 Desember 2005 yang dimana mereka pada peserta yang berjumlah 120 dari perwakilah ormas dipersilahkan membaca statement-statement mereka. Sidang dari ACSC melahirkan solidaritas untuk advokasi rakyat asia (SAPA). Dari tahun 1997 sampai sekarang akan terus diperjuangkannya Demokrasi, Regionalisme dan Keamanan Non-Tradiotional untuk ASEAN lebih baik lagi.
Analisis Semua keterangan di chapter ini membahas keamanan, demokrasi dan regionalism dimana semua statement diterima yaitu masalah keamanan dengan pembentukan ACS, lalu demokrasi yang terjadi setelah konflik, dan regionalism yaitu penyatuan Negara Negara asia tenggara dalam konflik regional dan domestik. Yang mendukung chapter ini : Indonesia mengusulkan dibentuknya ASEAN Security Community sebagai salah satu pilar dari konsep ASEAN Community. Sebagaimana dinyatakan oleh Menteri Luar Negeri Hassan WIrajuda, bahwa konsep ASC yang diajukan oleh Indonesia adalah untuk mereformasi state of mind ASEAN guna lebih menyeimbangkan kerjasama yang selama ini lebih menekankan ekonomi kepada kerjasama yang menciptakan stabilitas keamanan 1 ASC merupakan komunitas yang ideal dalam menciptakan perdamaian di Asia tenggara. Oleh karena itu melalui ASC Indonesia berharap dapat kembali memiliki peran strategic centrality di dalam ASEAN dan pada gilirannya ASEAN akan berperan sebagai diplomatic centrality di dalam komunitas internasional 2. Selain ketiga Pan of Action ketiga pilar Komunitas ASEAN tersebut, pada KTT ASEAN X juga disepakati Vientiane Action Plan (VAP) yang berisi arahan ASEAN dari 2004 sampai 2010 dan akan menuju komunitas bersama ASEAN yang dapat terwujud di tahun 2015 yang telah disebutkan dalam Cebu Declaration on the Acceleration of the Extablishment of an ASEAN Community by 2015 3. Komunitas keamanan mulai diperkenalkan oleh Karl W Deutsch pada tahun 1950 an dimana konsep ini kemudian dipakai sebagai perangkat yang memiliki kekuatan dan popular dalam menyelidik penyelesaian masalah masalah transnasional secara damai. 4 Gagasan dari security community yang disampaikan AMM ke 36 dan secara resmi dimasukkan Dalam Bali Concord II adalah berbeda dari konsep pengaturan keamanan lainnya. Dalam hal ini dilakukan penyelesaian tidak dengan ancaman ataupun kekuatan untuk menyelesaikan konflik yang terjadi. Oleh karena itu ASC jadi merupakan konsep jangka panjang yang memberikan kegunaan. Tujuan praktis, dan kondisi masa depan dimana semua anggota ASC harus berusaha mewujudkannya 5. 1 Agus Prihatyono, Peran Indonesia,, Senin 10 Maret 2014 yang didapat dari <http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/120754-t%2025647- Peran%20Indonesia-Pendahuluan.pdf>) Hal 1-2 2 Agus Prihatyono, Peran Indonesia,, Senin 10 Maret 2014 yang didapat dari <http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/120754-t%2025647- Peran%20Indonesia-Pendahuluan.pdf>) Hal 2
3 Agus Prihatyono, Peran Indonesia,, Senin 10 Maret 2014 yang didapat dari <http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/120754-t%2025647- Peran%20Indonesia-Pendahuluan.pdf>) Hal 4 4 Agus Prihatyono, Peran Indonesia,, Senin 10 Maret 2014 yang didapat dari <http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/120754-t%2025647- Peran%20Indonesia-Pendahuluan.pdf>) Hal 8 5 Agus Prihatyono, Peran Indonesia,, Senin 10 Maret 2014 yang didapat dari <http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/120754-t%2025647- Peran%20Indonesia-Pendahuluan.pdf>) Hal 18 Kesimpulan ASEAN terus melakukan perubahan ke arah demokrasi, keamanan non traditional dan regionalism, dengan mewujudkannya VAP yang dibuat tahun 1997 untuk tahun 2020. Secara bertahap dimana ada saja anggota yang tidak setuju dengan mencampuri masalah non-traditional di Piagam ASEAN, akhirnya mereka berubah dan setuju karena adanya konflik berkepanjangan. Akhirnya pada tahun 2003 masalah keamanan akan dibebankan ke community yang lebih spesifik dengan pembentukan ASC yang diusulkan oleh Indonesia dan disepakati oleh pemimpin pemimpin ASEAN. Lalu untuk masalah demokrasi dan regionalism lebih membahas kearah demokrasi secara domestik dan regionalism kea rah keamanan regional non-tarditional, seperti masalah kebakaran hutan yang asapnya mengganggu Negara tetangga.
Daftar Pustaka 1) http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/120754-t%2025647-peran%20indonesia-pendahuluan.pdf diakses pada 10 maret 2014