RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 44/PUU-XV/2017 Persentase Presidential Threshold Pada Pemilihan Umum I. PEMOHON Habiburokhman, SH., MH. Kuasa Hukum: Kris Ibnu T Wahyudi, SH., Hisar Tambunan, SH., MH., dkk advokat dari Advokat Cinta Tanah Air, berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 23 Juli 2017. II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Pasal 222 Undang-Undang Nomor [...] Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (selajutnya disebut UU PEMILU). III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Pemohon menjelaskan kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang adalah: 1. Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) menyebutkan bahwa salah satu kewenangan Mahkamah Konstitusi adalah melakukan pengujian Undang-Undang terhadap UUD 1945; 2. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang -Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) menyatakan bahwa: Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ; 3. Pasal 18 UU Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (UU 48/2009) berbunyi: Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan 1
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. 4. Pasal 29 ayat (1) huruf a UU 48/2009 berbunyi: Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk: a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 5. Pasal 9 ayat (1) Undang -Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan berbunyi: Dalam hal suatu undang-undang diduga bertentangan dengan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi. 6. Bahwa objek permohonan adalah pengujian materiil Undang-Undang Nomor [...] Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (selanjutnya disebut UU PEMILU), oleh karena itu Mahkamah berwenang untuk melakukan pengujian Undang-Undang a quo. IV. KEDUDUKAN HUKUM PEMOHON (LEGAL STANDING) 1. Berdasarkan Pasal 51 ayat (1) UU MK: Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-undang, yaitu: (a) perorangan WNI, (b) kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip negara kesatuan RI yang diatur dalam undang-undang, (c) badan hukum publik dan privat, atau (d) lembaga Negara. ; 2. Berdasarkan Putusan MK Nomor 006/PUU-III/2005 dan Nomor 010/PUU/III/2005 menyatakan bahwa kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional harus memenuhi 5 (lima) syarat yaitu: a. adanya hak konstitusional para Pemohon yang diberikan oleh Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. b. hak konstitusional para Pemohon tersebut dianggap oleh para Pemohon telah dirugikan oleh suatu Undang-Undang yang diuji. c. kerugian konstitusional para Pemohon yang dimaksud bersifat spesifik atau khusus dan aktual atau setidaknya bersifat potensial yang menurut penalaran yang wajar dapat dipastikan akan terjadi. 2
d. adanya hubungan sebab akibat antara kerugian dan berlakunya Undang- Undang yang dimohonkan untuk diuji. e. adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya permohonan maka kerugian konstitusional yang didalilkan tidak akan atau tidak lagi terjadi. 3. Bahwa Pemohon adalah warga negara Indonesia yang berprofesi advokat dan merasa hak konstitusionalnya dirugikan atas berlakunya Pasal 222 UU PEMILU karena pasal a quo menurut Pemohon akan menghasilkan pemerintahan yang tidak konstitusional, tersandera kepentingan politik dab pada akhirnya tidak akan mampu menyelenggarakan negara dengan baik sehingga tidak akan mampu memenuhi hak Pemohon untuk hidup sejahtera lahir dan batin. V. NORMA YANG DIMOHONKAN PENGUJIAN DAN NORMA UUD 1945 A. NORMA YANG DIMOHONKAN PENGUJIAN Pengujian materiil UU PEMILU yaitu: 1. Pasal 222: Pasangan Calon diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik Peserta Pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% (dua puluh lima pe rsen) dari suara sah secara nasional pada Pemilu Anggota DPR periode sebelumnya. B. NORMA UNDANG-UNDANG DASAR 1945. 1. Pasal 4 ayat (1): Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar. 2. Pasal 4 ayat (2): Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden. 3. Pasal 6A ayat (1): Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. 4. Pasal 6A ayat (2): 3
Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum. 5. Pasal 6A ayat (3): Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden. 6. Pasal 6A ayat (4): Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih, dua pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum dipilih oleh rakyat secara langsung dan pasangan yang memperoleh suara rakyat terbanyak dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden. 7. Pasal 6A ayat (5): Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden lebih lanjut diatur dalam undang-undang. 8. Pasal 28D ayat (1): Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. 4. Pasal 28D ayat (3): Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan. VI. ALASAN PERMOHONAN 1. Bahwa menurut Pemohon, dengan diberlakukannya Pasal 222 UU PEMILU mengatur syarat perolehan kursi atau suara Pemilu legislatif (DP R) partai pengusul Calon Presiden dan Wakil Presiden menabrak logika sistem presidensial; 2. Bahwa secara nyata perolehan suara Pemilu Legislatif partai pengusul Calon Presiden telah memperlemah institusi kepresidenan sebagai pemegang 4
kekuasaan pemerintahan yang diatur dalam Pasal 4 ayat (1) dan (2) UUD 1945; 3. Bahwa menurut Pemohon, ketentuan Pasal 222 UU PEMILU adalah pintu masuk lahirnya kartel politik; 4. Bahwa dengan diberlakukannya Pasal 222 UU PEMILU mengenai Presidential Treshold yang 20%, maka politik di Indonesia hanya akan dikuasai oleh pemimpin yang itu-itu saja, dari partai yang itu-itu saja dan bahkan dari keluarga yang itu-itu saja; 5. Bahwa menurut Pemohon, presidential treshold bertentangan dengan Pasal 4 ayat (1) dan (2), Pasal 6A ayat (1) s/d ayat (5 ), Pasal 28D ayat (1) dan (3) UUD 1945; 6. Bahwa dengan diberlakukannya Pasal 222 UU PEMILU bertentangan dengan asas kepastian hukum yang adil karena secara jelas membuat partai-partai politik peserta pemilihan umum namun belum belum pernah mengikuti pemilihan umum sebelumnya, serta partai politik yang perolehan kursi di DPR pada pemilihan umum sebelumnya kurang dari 20% atau perolehan suara sah nasionalnya kurang dari 25% kehilangan hak untuk mengusulkan calon Presiden dan Wakil Presiden. VII. PETITUM 1. Menerima dan mengabulkan seluruh permohonan pengujian undangundang yang diajukan oleh Pemohon; 2. Menyatakan ketentuan Pasal 222 UU PEMILU yang berbunyi Pasangan Calon diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik Peserta Pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% (dua puluh lima persen) dari suara sah secara nasional pada Pemilu Anggota DPR periode sebelumnya bertentangan dengan Pasal 4, 6A, 28D ayat (1) dan 28D ayat (3) UUD 1945; 3. Menyatakan ketentuan Pasal 222 UU PEMILU yang berbunyi Pasangan Calon diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik Peserta 5
Pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% (dua puluh lima persen) dari suara sah secara nasional pada Pemilu Anggota DPR periode sebelumnya tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat; 4. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia. Apabila Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadiladilnya (ex aequo et bono) 6