BAB I PENDAHULUAN. Bentuk pembiayaan yang berasal dari eksternal salah satunya yaitu dana dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Para investor menanam modal dengan tujuan untuk memperoleh manfaat

BAB I PENDAHULUAN. baik peringkat obligasi yang diperdagangkan maka return yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. keputusan investasi perusahaan, dimana pada setiap sumber pendanaan ada biaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan jangka

BAB I PENDAHULUAN. diperjualbelikan dalam pasar modal (Sunarjanto, 2013).Investasi yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. contohnya adalah saham dan obligasi (Manurung, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan dengan surat utang (debt instrument), misalnya obligasi. Keuntungan dari

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan sumber daya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Sedangkan bagi para investor, pasar modal (capital

BAB I PENDAHULUAN. Peringkat obligasi juga berfungsi membantu kebijakan publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal maka pihak

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak yang membutuhkan dana dengan memperjualbelikan sekuritas.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Dalam melaksanakan fungsi. ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (BEI) merupakan satu-satunya pasar modal yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. saat jatuh tempo dengan bunga yang tetap jika ada. Investasi obligasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau menerbitkan surat utang (obligasi). Obligasi (bond) dapat didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. pada saat jatuh tempo. Bagi para emiten, obligasi merupakan sekuritas yang relatif

BAB I PENDAHULUAN. modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual-beli dan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa investor pemegang obligasi memberikan pinjaman utang bagi emiten

BAB I PENDAHULUAN. instrumen keuangan yang diminati. Minat yang cukup tinggi dari para investor

BAB I PENDAHULUAN. beberapa alternatif yang dapat dipilih oleh investor, salah satu alternatif yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan pasar dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Obligasi merupakan surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak

BAB 1 PENDAHULUAN. ekuity (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara melalui kekuatan swasta dan mengurangi beban negara (Samsul, 2006:43).

I. PENDAHULUAN. penting. Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang memiliki. kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terhadap produk-produk syariah, pada bulan oktober 2014 jumlah Bank

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi perusahaan go public. Salah satu jenis perusahaan go public

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Dalam melaksanakan fungsi ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. dari pemegang saham dan hutang. Menurut sifatnya ada dua macam tipe

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa secara global. Krisis ini tentunya berdampak negatif bagi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana. Pasar modal dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendapatan tetap tersebut diperoleh dari pokok obligasi dan bunga yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal di Indonesia saat ini semakin berkembang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah (Suad Husnan, 1994) dalam Adrian (2011). Menurut jawa pos

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh dana dari pemilik modal (investor), juga merupakan sarana bagi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pembangunan disegala bidang terutama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan pertumbuhan perekonomian, pasar modal menjadi pilihan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif aman, tetapi tidak tertutup kemungkinan investor mengalami kerugian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas melalui pasar modal. dua kelompok yakni aset finansial yang marketable dan yang non

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penambahan modal agar perusahaan yang dijalankan terus berlanjut. Aktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN. penting sebagai media investasi dan wadah penyediaan modal bagi perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan 2 cara yaitu dengan menerbitkan surat utang (debt) atau dengan. pertimbangan adalah bagaimana perusahaan dapat

BAB I PENDAHULUAN. pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan agar dapat menguasai pasar, maka harus mampu bersaing dan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu alternatif investasi guna memperoleh keuntungan. modal dapat memberikan imbal hasil berupa dividen atau dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat pada sektor pasar modal syariah. Semakin banyaknya nilai

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus menerbitkan nilai sekuritas sebagai salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. pada barang modal untuk menciptakan dan memperbanyak alat-alat produksi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh agen pemeringkat

BAB I PENDAHULUAN. diminati investor, karena obligasi memiliki pendapatan yang bersifat tetap

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari disiplin ilmu lainnya. Ilmu ekonomi memberikan pelajaran tentang

BAB I PENDAHULUAN. lapangan usaha perbankan dan lembaga jasa keuangan lainnya. Menurut Mankiw

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas di Asia (ASEAN Free Trade Area) untuk negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk utang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengertian pasar modal yang lebih spesifik, yaitu Kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. sekarang dan masa yang akan datang. Perusahaan go public dalam melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. pendapatan tetap bagi pemegangnya. Salah satu bentuk informasi yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Return (tingkat pengembalian) tersebut dapat berupa capital gain ataupun

BAB I PENDAHULUAN. yaitu suatu sistem ekonomi yang berlandaskan Al-Quran dan Al-Hadits beberapa

BAB I PENDAHULUAN. modal menjadi pilar perekonomian negara-negara maju dan menjadi cermin. menentukan maju atau melemahnya ekonomi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan pasar dari beberapa instrumen keuangan jangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mendelegasikan pekerjaan dan agent sebagai pihak yang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Hal ini disebabkan semakin banyaknya perusahaan yang berdiri dan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tingkat kompetisi bisnis pada masa ini semakin ketat dikarenakan adanya

BAB I PENDAHULUAN. modal memiliki dua peranan penting yaitu peran di bidang ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan. Pihak pihak yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini berisi tentang penjelasan latar belakang dilakukannya

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikeluarkan oleh perusahaan itu sendiri. keputusan pendanaan yang baik untuk menentukan pertimbanganpertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang

BAB I PENDAHULUAN. Peran pasar modal sebagai lembaga intermediasi dalam perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat yang semakin memasuki era globalisasi ini,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki resiko yang rendah. Investor yang memiliki minat yang tinggi dengan

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan fungsinya, pasar modal menjadi penghubung bagi pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana ( issuer). Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. modal di Indonesia karena berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan baru yang terjadi pada era globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. akan sangat mempengaruhi iklim usaha di Indonesia. Para pelaku bisnis harus

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal syariah. Masalah asymmetric information yang dihadapi oleh industri

BAB I PENDAHULUAN. manajemen, prospektus, saran dari broken dan informasi penting lainnya.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan oleh suatu perusahaan, maka dibutuhkan alternatif sumber pembiayaan yang bertujuan untuk mendapatkan tambahan dana dalam aktivitas bisnis perusahaan. Sumber pembiayaan dapat diperoleh secara internal maupun eksternal. Bentuk pembiayaan yang berasal dari eksternal salah satunya yaitu dana dari para investor. Untuk menghimpun dana tersebut, perusahaan bisa mengeluarkan bentuk pembiayaan yang akan ditawarkan di pasar modal. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan emiten yang mengeluarkan bentuk investasi berupa saham, obligasi, reksadana dan lainnya. Selain itu pasar modal juga merupakan salah satu alternatif yang banyak digunakan investor sebagai sarana untuk berinvestasi selain pilihan investasi lain seperti properti, emas, dan lainnya. Jumlah investor di pasar modal Indonesia sampai 20 Desember 2016 meningkat sebesar 104,88 persen menjadi 886.574 orang (Supriyatna, 2016). Sementara itu hingga kuartal 1 tahun 2017 yaitu sampai 3 April 2017 jumlah investor di pasar modal sudah mencapai 930.000 akun (Simamora, 2017). Hal ini membuktikan bahwa kontribusi investor di pasar modal semakin meningkat. Di dalam pasar modal tidak hanya menawarkan bentuk investasi berbasis konvensional namun juga bentuk investasi berbasis syariah. Investasi 1

2 berbasis syariah lebih menekankan pada pemiayaan yang tidak mengandung riba. Pada era pasar modal sekarang ini, banyak negara muslim seperti Arab Saudi, Iran, Mesir, Pakistan, Malaysia, dan Indonesia ikut mewujudkan berbagai bentuk instrumen pasar uang dan modal, baik dalam bentuk bond dan equity, maupun dalam bentuk pertukaran uang asing (sharfu) serta instrumen-instrumen syariah (Wahid, 2010). Hal ini disebabkan kebutuhan pasar tentang pembiayaan yang tidak mengandung riba mulai meningkat. Berdasarkan survei Economic Intelligence Unit 2013, potensi konsumen yang memilih produk syariah sebesar 10% dari total populasi dunia (economy.okezone.com, 23 Desember 2016). Hal ini sejalan dengan fenomena yang terjadi di pasar modal Indonesia dalam 10 tahun terakhir. Konsep keuangan syariah mulai diterima secara universal di Indonesia. Ini ditandai dengan bermunculannya berbagai lembaga keuangan syariah. Lembaga tersebut menerbitkan instrumen keuangan berbasis syariah berupa saham syariah, reksadana syariah dan obligasi syariah. Salah satu instrumen investasi berbasis syariah yang sedang trend di pasar modal Indonesia yaitu obligasi syariah atau dikenal dengan istilah sukuk (Primadani, 2013). Di dunia internasional obligasi syariah dikenal dengan sukuk. Sukuk sama halnya dengan obligasi konvensional bedanya obligasi jenis ini didasarkan oleh prinsip syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.

3 Menurut Ismail (2006) kontrak obligasi syariah lebih unggul dibandingkan sejumlah kontrak lainnya dalam aktivitas bisnis pasar modal, karena ia dapat menggalakkan partisipasi sektor privat dalam membentuk modal usaha (Wahid, 2010). Obligasi syariah dapat memberikan keuntungan lebih bagi pelaku bisnis sehingga akan semakin diminati. Akibatnya, model pembiayaan seperti ini telah digunakan secara meluas dan telah banyak negara dan pihak swasta telah mengeluarkan produk obligasi syariah dalam usaha meningkatkan modalnya. Jumlah penerbit sukuk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan karena peluang besar selama ini menunjukkan bahwa pasar akan sangat responsif terhadap penerbitan sukuk. Hampir semua sukuk yang diterbitkan, diserap habis oleh pasar, bahkan pada beberapa kasus menimbulkan kelebihan permintaan. Industri obligasi syariah di Indonesia diharapkan bisa berkembang seperti di Malaysia yang telah mencapai hasil di atas Rp 3 milyar di tahun 2011 (Armadiyanti, 2013). Berdasarkan Statistik Pasar Modal Syariah yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bulan Maret 2017 terlihat bahwa akumulasi jumlah penerbitan obligasi syariah (sukuk) dari tahun 2012 sampai Maret 2017 terus naik dengan nilai akumulasi penerbitan mencapai 20.425,77 Miliar. Ini membuktikan investasi dalam lembaga syariah mulai berkembang di masyarakat Indonesia (ojk.go.id, 23 Desember 2016). Pasar instrumen sukuk ditemukan di 12 negara. Perdagangan sukuk dimulai pada tahun 1998 pada skala kecil dan tumbuh hingga mencapai US$

4 1,2 triliun. Pada Oktober 2013, Inggris mengumumkan akan memulai pasar sukuknya pada tahun 2014-2015. Sukuk sepenuhnya dapat berkembang dalam menawarkan alternatif dana yang telah membuktikan bahwa dapat memenuhi kebutuhan mereka (Safari, 2014). Seorang calon investor yang berminat berinvestasi dalam sukuk harus memperhatikan peringkat sukuk tersebut. Informasi peringkat akan memberikan informasi mengenai indeks gagal bayar hutang suatu perusahaan. Peringkat sukuk menjadi suatu bagian yang penting karena dari peringkat tersebut dapat dimanfaatkan untuk memutuskan apakah obligasi layak untuk dijadikan investasi serta mengetahui tingkat resikonya (Magreta dan Poppy, 2009). Para emiten mencari peringkat untuk sejumlah alasan, termasuk untuk menaikkan kepercayaan dari mitra usaha atau karena mereka ingin menjual sekuritas kepada investor yang memiliki preferensi peringkat tertentu (Arundina, 2009). Bila peringkat tinggi kemungkinan jumlah investor yang akan menanamkan modalnya semakin besar. Dikarenakan indeks gagal bayar dari sukuk tersebut rendah. Cara pemeringkatan sukuk sama halnya dengan peringkat obligasi konvensional. Namun, pemeringkatan sukuk masih jarang dilakukan di Indonesia. Lembaga pemeringkat hutang seperti Pefindo dan Kasnic menilai dan mengevaluasi sekuritas hutang perusahaan atau bank yang diperdagangkan secara umum, dalam bentuk peringkat maupun perubahan peringkat suatu obligasi, dan selanjutnya diumumkan ke pasar (Afiani, 2013).

5 Pefindo menganalisis faktor-faktor makro ekonomi dan industri di mana perusahaan berada, risiko spesifik dari bisnis dan finansial perusahaan serta manajemen perusahaan dan melakukan analisis induk/pemegang saham utama perusahaan. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam analisis risiko finansial perusahaan pada umumnya difokuskan pada kebijakan keuangan, struktur permodalan, proteksi arus kas, likuiditas dan fleksibilitas keuangan perusahaan (Partha dan Gerianta, 2016). Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi. Ukuran perusahaan bisa diukur dengan total aset, penjualan, atau ekuitas. Perusahaan yang besar akan memberikan peringkat investment grade (Magreta dan Poppy, 2009). Penelitian lain menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap peringkat obligasi. Untuk melihat peringkat obligasi dalam pengukuran size sebaiknya dilihat dari segi kewajiban atau hutang perusahaan bukan dari total assetnya, karena peringkat obligasi terkait dengan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban atau hutangnya. Sehingga seberapapun besarnya total asset suatu perusahaan tidak akan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi (Almilia dan Devi, 2007). Profitabilitas memberikan gambaran tentang perusahaan dalam menghasilkan laba pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu. Profitabilitas berpengaruh terhadap peringkat sukuk (Afiani, 2013). Tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan sehingga secara finansial akan mempengaruhi prediksi peringkat

6 obligasi (Almilia dan Devi, 2007). Namun hal ini berbeda dengan hasil penelitian lain yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh profitabilitas terhadap peringkat sukuk (Malia, 2015). Profitabilitas yang tinggi tidak akan mempengaruhi tingginya peringkat sukuk suatu perusahaan. Likuiditas sangat berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, dimana dapat diketahui sampai seberapa jauh sebenarnya jumlah aktiva lancar perusahaan dapat menjamin hutang lancarnya (Malia, 2015). Likuiditas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi syariah di Indonesia (Arisanti, 2013). Tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan sehingga secara keuangan akan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi (Malia, 2015). Leverage menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal. Leverage tidak berpengaruh terhadap peringkat sukuk (Afiani, 2013). Naik turunnya rasio leverage tidak akan mempengaruhi naik turunnya peringkat sukuk suatu perusahaan. Penelitian lain menyebutkan bahwa rasio ini berpengaruh positif terhadap peringkat sukuk (Veronica, 2015). Sehingga bila terjadi kenaikan tingkat proporsi penggunaan utang dalam membiayai investasi juga akan berpengaruh terhadap naiknya peringkat sukuk.

7 Produktivitas mengukur seberapa besar hasil guna yang dicapai perusahaan dengan memanfaatkan sumber daya perusahaan yang dimiliki (Raharjaputra, 2009). Perusahaan yang tingkat produktivitasnya tinggi akan lebih mampu memenuhi kewajibannya secara lebih baik. Pelunasan kewajiban utang yang lebih baik terutama utang obligasi akan mendorong peningkatan peringkat obligasi (Partha dan Yasa, 2016). Namun penelitian lain menyebutkan produktivitas tidak berpengaruh terhadap peringkat sukuk (Afiani, 2013). Apabila produktivitas perusahaan naik tidak akan berpengaruh terhadap peringkat sukuk. Ketidakkonsistenan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi ini mendorong peneliti untuk melakukan verifikasi ulang keterkaitan hubungan size perusahaan, profitabilitas, likuiditas, leverage, dan produktivitas terhadap peringkat obligasi. Namun dengan perbedaan dari penelitian sebelumnya, penelitian ini mengambil sampel pada perusahaan yang menerbitkan sukuk dan terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan periode penelitian tahun 2013-2015. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengangkat penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat sukuk pada Perusahaan Penerbit Obligasi Syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan guna menentukan tolak ukur yang pasti dalam penentuan peringkat sukuk.

8 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh size perusahaan terhadap peringkat sukuk pada perusahaan penerbit obligasi syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan? 2. Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap peringkat sukuk pada perusahaan penerbit obligasi syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan? 3. Bagaimana pengaruh likuiditas terhadap peringkat sukuk pada perusahaan penerbit obligasi syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan? 4. Bagaimana pengaruh leverage terhadap peringkat sukuk pada perusahaan penerbit obligasi syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan? 5. Bagaimana pengaruh produktivitas terhadap peringkat sukuk pada perusahaan penerbit obligasi syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan? 6. Bagaimana pengaruh size perusahaan, profitabilitas, likuiditas, leverage, dan produktivitas terhadap peringkat sukuk pada perusahaan penerbit obligasi syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan?

9 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh size perusahaan terhadap peringkat sukuk pada perusahaan penerbit obligasi syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan. 2. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap peringkat sukuk pada perusahaan penerbit obligasi syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan. 3. Untuk mengetahui pengaruh likuiditas terhadap peringkat sukuk pada perusahaan penerbit obligasi syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan. 4. Untuk mengetahui pengaruh leverage terhadap peringkat sukuk pada perusahaan penerbit obligasi syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan. 5. Untuk mengetahui pengaruh produktivitas terhadap peringkat sukuk pada perusahaan penerbit obligasi syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan. 6. Untuk mengetahui pengaruh size perusahaan, profitabilitas, likuiditas, leverage, dan produktivitas, terhadap peringkat sukuk pada perusahaan penerbit obligasi syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.

10 1.3.2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Universitas Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah ilmu pengetahuan di bidang investasi syariah dan dapat digunakan sebagai referensi untuk meneliti kembali masalah peringkat obligasi syariah (sukuk). 2. Bagi Perusahaan dan Calon Investor Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengambilan keputusan serta sebagai bahan pertimbangan sebelum berinvestasi dalam obligasi syariah (sukuk). 3. Bagi Peneliti Penelitian ini sangat berguna bagi penulis untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai peringkat obligasi syariah (sukuk). Diharapkan penelitian ini bisa menyempurnakan penelitian sebelumnya dan bisa menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya.