PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan

PEMBAHASAN Potensi Pucuk

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik

PEMBAHASAN Sistem Petikan

PEMBAHASAN. Analisis Petik. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Wonosobo

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Cammellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi Wonosobo, Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada

Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) di Karanganyar, Jawa Tengah

KONDISI UMUM PERKEBUNAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan

HASIL DAN PEMBAHASAN

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. 1 Bagian Pucuk Daun Teh (Ghani, 2002)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%)

KONDISI UMUM PERKEBUNAN

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

PEMBENTUKAN PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

STAF LAB. ILMU TANAMAN

(PERSYARATAN LINGKUNGAN TUMBUH) IKLIM IKLIM TANAH

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,

SISTEMATIKA LAPORAN MINGGUAN MAGANG KERJA Halaman Judul Halaman judul memuat laporan mingguan pada minggu ke-n, lokasi magang, serta judul kegiatan

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet

STAF LAB. ILMU TANAMAN

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May

Uji Coba Novelgro pada Tanaman Teh (Cammelia Sinensis) di Kebun Teh

Teknik Budidaya Tanaman Durian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

Menimbang Indeks Luas Daun Sebagai Variabel Penting Pertumbuhan Tanaman Kakao. Fakhrusy Zakariyya 1)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Blitar

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di

DAFTAR TABEL. No. Tabel Judul Tabel No. Hal.

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang sangat

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

8 PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan berkesinambungan. Semakin panjang fase vegetatif maka semakin panjang pula masa produktif tanaman. Tindakan kultur teknis untuk mempertahankan fase vegetatif di antaranya adalah pemangkasan (Johan dan Abas, 2002). Secara umum pemangkasan bertujuan merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru sehingga menghasilkan pucuk dalam jumlah banyak dan berkualitas baik. Tipe Pangkasan Jenis pangkasan yang diamati adalah pangkasan produksi. Pangkasan produksi merupakan pangkasan pada tanaman menghasilkan yang dilakukan berulang kali dengan gilir pangkas tertentu. Jenis pangkasan produksi memiliki beberapa tipe yaitu pangkasan jambul, pangkasan kepris, pangkasan bersih dan pangkasan tengah bersih. Tipe pangkasan produksi yang diterapkan Unit Perkebunan Bedakah adalah tipe pangkasan bersih. Pangkasan bersih merupakan pangkasan dengan bidang pangkas rata dan membuang semua ranting-ranting kecil yang berukuran kurang dari 1 cm (sebesar pensil) sehingga yang tertinggal hanya cabang dan ranting utama saja (Setyamidjaja, 2000). Alasan Unit Perkebunan Bedakah menerapkan tipe pangkasan bersih karena dengan dibersihkannya ranting yang berukuran kurang dari 1 cm (sebesar pensil) dan cabang atau ranting yang tidak produktif maka cahaya matahari dapat masuk ke bagian bawah perdu sehingga membantu merangsang pertumbuhan tunas yang ada di bagian bawah. Tumbuhnya tunas-tunas baru di bagian bawah perdu akan menumbuhkan cabang-cabang yang lebih rendah dan kuat sehingga frame tanaman akan berkembang lebih baik. Sistem pangkasan yang diterapkan yaitu sistem pangkasan naik kontinyu. Pangkasan naik kontinyu yaitu pangkasan yang dilakukan selalu naik 5 cm lebih

9 tinggi dari pangkasan sebelumnya dan diturunkan kembali setelah ketinggian pangkasan mencapai 65 cm. Pangkasan pertama dilakukan pada ketinggian 50 cm di atas permukaan tanah. Sebagai ilustrasi sistem pangkasan naik kontinyu Unit Perkebunan Bedakah yaitu 50 55 60 65 50 cm. Tinggi pangkasan yang selalu naik setiap melakukan pemangkasan berarti menyiapkan cabang atau ranting yang tertinggal pada tanaman relatif lebih muda dari pangkasan sebelumnya. Cabang atau ranting yang relatif lebih muda akan lebih cepat membentuk atau menumbuhkan tunas baru sehingga akan lebih cepat dilakukan pemetikan kembali (Tobroni dan Adimulyo, 1997). Tinggi Pangkasan Ketinggian pangkasan diukur dari permukaaan tanah sampai permukaan bidang pangkas. Menurut Dalimoenthe dan Johan (2009), pada umumnya tinggi pangkasan kebun produktif (TM) antara 0 cm dan 70 cm. Apabila tinggi pangkasan lebih rendah dari 0 cm akan menyebabkan percabangan yang terbentuk menjadi terlalu rendah sehingga akan menyulitkan pemetik dalam melaksanakan pemetikan. Akan tetapi, apabila tinggi pangkasan lebih dari 70 cm akan menyulitkan dalam pelaksanaan pemangkasan. Ketinggian pangkasan produksi yang ditetapkan Unit Perkebunan Bedakah adalah 50 65 cm. Penulis melakukan pengamatan ketinggian pangkasan pada Blok Bismo, Argopuro dan Mandala yang menetapkan standar tinggi pangkasan 50 cm (Tabel 7). Tabel 7. Rata-rata Tinggi Pangkasan dan Diameter Bidang Pangkas Blok Bismo, Argopuro dan Mandala Blok Bismo Argopuro Mandala Umur Pangkas (tahun) 5 Tinggi Diameter Tinggi Pangkasan Bidang n Pangkasan Realisasi Standar Pangkas...(cm)... 50 53.67 60.67 50 55.33 71.93 50 53.33 8.67 Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (Maret, 2010) Keterangan : n = Jumlah Tanaman Contoh

50 Berdasarkan hasil pengamatan, tinggi pangkasan yang dilakukan oleh tenaga pemangkas Blok Bismo, Argopuro dan Mandala tidak selalu sama dengan standar tinggi pangkasan yang ditetapkan. Faktor yang mempengaruhi perbedaan tinggi pangkasan di lapangan dengan standar pangkasan antara lain keterampilan tenaga kerja, kondisi lahan dan penggunaan alat ukur yang tidak baku. Semakin terampil tenaga pemangkas dan semakin mudah lahan yang dipangkas maka tinggi pangkasan yang dihasilkan akan mendekati standar. Penggunaan alat ukur berpengaruh terhadap tinggi pangkasan yang dihasilkan. Pemangkas biasanya hanya menggunakan ukuran ketinggian lutut sebagai alat ukur. Pemakaian tinggi lutut sebagai alat ukur akan mempengaruhi ketepatan ketinggian pangkasan karena tinggi badan tiap pemangkas berbeda-beda. Waktu Pemangkasan Waktu pemangkasan adalah waktu yang tepat untuk melaksanakan kegiatan pemangkasan sehingga diperoleh hasil optimal. Kegiatan pemangkasan di Unit Perkebunan Bedakah dilaksanakan dalam dua semester. Semester pertama yaitu antara bulan Februari dan April (menjelang akhir musim hujan), sedangkan semester kedua antara bulan Oktober dan November (awal musim hujan). Pemangkasan dilakukan pada bulan-bulan tersebut karena kondisi lingkungan mendukung yaitu curah hujan cukup tinggi sehingga kebutuhan air bagi tanaman dan suplai hara tercukupi. Pertimbangan dalam menentukan waktu pangkas secara agronomis berhubungan erat dengan kondisi tanaman dan lingkungan yang mendukung bagi pertumbuhan tunas. Penentuan waktu yang tepat dalam melaksanakan pemangkasan harus memperhatikan kondisi atau kesehatan tanaman (Sukasman, 1988). Perlakuan pemangkasan berarti menghilangkan sebagian organ yang membantu pertumbuhan tanaman. Bagian tanaman yang luka akibat pemangkasan membutuhkan energi untuk penyembuhan luka dan pertumbuhan tunas. Energi tersebut berasal dari cadangan makanan yang berasal dari akar maupun hasil langsung dari proses fotosintesis (Tobroni, 1988). Menurut Johan (2006), tanaman

51 sebaiknya diistirahatkan sebelum dilakukan pemangkasan. Pengistirahatan tanaman dapat menaikkan kapasitas fotosintesis karena jumlah daun yang melakukan proses fotosintesis bertambah dan karbohidrat yang dihasilkan dapat disimpan sebagai cadangan makanan. Unit Perkebunan Bedakah tidak menerapkan perlakuan pengistirahatan tanaman. Pemetikan gendesan tetap dilaksanakan selama masih ada pucuk di kebun. Perlakuan pengistirahatan tanaman belum begitu diperlukan oleh Unit Perkebunan Bedakah. Hal ini disebabkan Unit Perkebunan Bedakah termasuk dalam perkebunan yang terletak di dataran tinggi (pegunungan). Tanaman teh yang berada di daerah dataran tinggi memiliki kandungan cadangan makanan yang lebih besar dibandingkan dengan daerah dataran rendah (Tobroni dan Adimulyo, 1997). Menurut Sukasman (1988), lingkungan yang mendukung pelaksanaan pemangkasan adalah menjelang akhir musim hujan (April Mei) dan awal musim hujan (September Oktober) karena mendukung bagi pertumbuhan tunas. Curah hujan dan intensitas sinar matahari yang cukup serta suhu udara yang hangat sangat membantu pertumbuhan tunas-tunas baru. Pemangkasan tidak dilakukan saat musim kemarau (Juni Agustus) karena suhu udara meningkat dan lingkungan menjadi kering, sedangkan antara bulan November dan Februari intensitas sinar matahari berkurang karena curah hujan tinggi dan lingkungan berkabut. Luas Areal Pangkasan Unit Perkebunan Bedakah menetapkan luas areal pangkas per tahun adalah 25 % dari total luas areal tanaman menghasilkan. Akan tetapi, pelaksanaan di lapang menunjukkan bahwa luas areal pangkasan disesuaikan dengan luas blok yang dipangkas. Dengan demikian, total areal yang dipangkas bisa lebih atau kurang dari 25 %. Setiap blok mempunyai kewenangan dalam pembagian luas areal yang dipangkas. Apabila produksi pucuk dianggap stabil pada musim kemarau maka pelaksanaan pangkasan dapat dilakukan 100 % semester I. Pada

52 gilir pangkas tahun ini semua blok melaksanakan pemangkasan dalam dua semester. Pembagian luas areal pangkasan bertujuan menjaga stabilitas produksi pucuk agar tidak terjadi fluktuasi antara saat flush dan saat minus (kemarau) serta menghindari serangan cacar daun teh (blister blight). Areal yang dipangkas pada semester I sudah dapat dipetik 2 3 bulan berikutnya (musim kemarau) sehingga produksi bulanan tetap stabil. Dengan demikian, pada saat flush produksi tidak terlalu tinggi dan saat minus tidak terlalu rendah. Cacar daun teh menyerang saat curah hujan tinggi, suhu udara rendah dan kelembaban tinggi. Pembagian areal pangkas yang lebih besar pada semeseter I dapat menekan serangan cacar serta areal tersebut dapat dipetik 2 3 bulan berikutnya (musim kemarau). Pembagian areal pangkas diatur menurut nomor kebun yang saling berdekatan untuk mempermudah pengawasan. Tabel 8 merupakan data rencana luas areal pangkasan beserta nomor kebun masing-masing blok yang dipangkas tahun 2010. Blok Tabel 8. Rencana Luas Areal Pangkas UP Bedakah Tahun 2010 Nomor Kebun Luas (ha) Luas Areal Pangkas (ha) Areal Pangkas (%) Rinjani 9, 10, 1, 39.87 11.95 29.97 Bismo 12, 13, 60.91 16.86 27.68 Argopuro 2, 5, 6, 7 53.95 12.25 22.70 Mandala, 9, 12 55.16 13.33 2.16 Muria 1, 11, 2, 5 53.25 12.26 23.02 Kembang 11,, 6 0.98 7.7 18.23 Rata-rata 2.30 Sumber : RKAP Unit Perkebunan Bedakah, 2010 Realisasi luas areal yang dipangkas dalam satu tahun tidak selalu sama dengan rencana yang telah ditetapkan. Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain kondisi kebun, iklim, dan ketersediaan tenaga kerja. Kondisi kebun yang masih menguntungkan secara ekonomi tidak dilakukan pangkasan atau luas areal pangkasan dikurangi. Pelaksanaan pemangkasan di kebun bergantung pada iklim yang mendukung karena berpengaruh pada kondisi tanaman. Ketersediaan tenaga kerja juga berpengaruh terhadap realisasi luas areal yang dipangkas.

53 Kebijakan realisasi luas areal yang dipangkas ada pada kepala blok dengan persetujuan asisten kepala bagian kebun. Rencana dan realisasi luas areal pangkasan Unit Perkebunan Bedakah tahun 2005 2009 tertera pada Tabel 9. Berdasarkan data yang diperoleh dalam kurun waktu lima tahun terakhir realisasi pangkasan hanya 22.20 % dari total luas areal tanaman menghasilkan. Tabel 9. Rencana dan Realisasi Pangkasan UP Bedakah Tahun 2005 2009 Tahun Luas Areal TM (ha) 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata 292.09 300.09 303.99 308.23 303.05 Rencana Luas Areal Pangkasan ha % 7. 25.8 76.06 25.93 72.16 23.73 77.55 25.16 7.39 2.55 7.92 2.97 Realisasi Luas Areal Pangkasan ha % 63.21 21.6 7.5 2.8 69.3 22.80 68.09 22.09 59.5 19.65 67.03 22.20 Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Bedakah, 2010 Alat Pangkas Alat yang digunakan untuk memangkas adalah sabit pangkas (Gambar 7). Kunci utama agar pangkasan yang dihasilkan optimal yaitu ketajaman alat. Alat yang tajam dapat mengurangi kerusakan cabang hasil pangkasan. Batu asah digunakan untuk mengasah sabit pangkas agar tetap tajam dan halus. Alat ukur digunakan untuk mengukur ketinggian pangkasan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan di lapangan menunjukkan bahwa penggunaan alat ukur hanya pada satu tanaman yang dijadikan patokan pengukuran. Pemakaian alat ukur jarang digunakan karena dianggap tidak efisien waktu. Pemangkas biasanya menggunakan ukuran ketinggian lutut sebagai alat ukur. Pemakaian tinggi lutut sebagai alat ukur akan mempengaruhi ketepatan ketinggian pangkasan karena tinggi badan tiap pemangkas berbeda-beda.

5 Gambar 7. Sabit Pangkas Teknik Pemangkasan Contoh pemangkasan diberikan oleh pembimbing pemeliharaan pada tenaga kerja pangkas. Pembimbing memberikan arahan bagaimana cara memangkas yang benar meliputi tipe pangkasan, standar tinggi pangkasan, luka pangkas dan teknik memangkas. Pemangkasan dilakukan dengan memperhatikan kondisi lahan atau sejajar dengan kemiringan lahan agar penyinaran matahari merata. Pemangkasan dilakukan memutar searah jarum jam atau dari kedua sisi tanaman. Arah luka pangkas ke arah dalam perdu dengan kemiringan 5º. Posisi pemangkas saat melakukan pangkasan dalam keadaan tegak dan kaki kiri di belakang kaki kanan. Pucuk ranting dipegang menggunakan tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegang sabit pangkas. Pucuk ranting yang telah dipegang agak dilenturkan atau dilekukkan untuk mempermudah melakukan pangkasan. Bidang pangkas dibuat sejajar dengan permukaan tanah (kemiringan lahan) agar sinar matahari dapat merata. Sudut pangkas 5º supaya bila ada air hujan tidak menggenang di luka pangkas dan tidak terlalu lembab. Hasil pangkasan yang baik dapat dilihat dari kemiringan luka pangkasan 5º, luka pangkas berwarna hijau dan basah, ranting-ranting kecil dan tidak produktif dibersihkan serta arah luka pangkas mengarah ke dalam perdu. Luka pangkas

55 yang berwarna hijau dan mengeluarkan air menunjukkan bahwa tanaman tersebut dalam keadaan sehat. Kriteria Pemangkasan Kriteria pemangkasan merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan pelaksanakan pemangkasan antara lain gilir pangkas, ketinggian tanaman, persentase pucuk burung, tingkat produktivitas dan kebijakan kebun. Faktor yang sering digunakan dalam menentukan pelaksanaan pemangkasan di Unit Perkebunan Bedakah adalah kebijakan kebun. Gilir Pangkas Gilir pangkas merupakan jangka waktu antara pemangkasan terdahulu dengan pemangkasan berikutnya pada nomor blok yang sama. Menurut Setyamidjaja (2000), panjang pendeknya gilir pangkas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ketinggian tempat di atas permukaan laut. Pedoman umum gilir pangkas berdasarkann ketinggian tempat yaitu untuk daerah rendah (< 800 m dpl) gilir pangkas 2 3 tahun, daerah sedang (800 1 200 m dpl) gilir pangkas 3 tahun dan untuk daerah tinggi (> 1 200 m dpl) gilir pangkas 5 tahun. Unit Perkebunan Bedakah berada pada ketinggian > 1 200 m dpl termasuk daerah tinggi sehingga gilir pangkasnya 5 tahun. Kebijakan Unit Perkebunan Bedakah menetapkan gilir pangkas empat tahun untuk setiap nomor blok. Namun, pada pelaksanaannya kegiatan pemangkasan tidak selalu sesuai dengan ketentuan karena masih terdapat beberapa nomor blok dengan gilir pangkas lima tahun. Perbedaan gilir pangkas ini disebabkan oleh berbagai hal di lapangan yang secara ekonomi dan teknis menguntungkan bagi perkebunan. Menurut Sukasman (1988), penentuan panjang pendeknya gilir pangkas yang tepat harus dikembalikan pada tujuan industri yaitu memperoleh keuntungan maksimal. Penulis melakukan pengamatan gilir pangkas pada Blok Bismo, Argopuro dan Mandala (Tabel 10). Hasil pengamatan menunjukkan

56 bahwa gilir pangkas semua nomor Blok Bismo dan Argopuro empat tahun, sedangkan Blok Mandala terdapat satu nomor blok dengan gilir pangkas lima tahun. Data realisasi gilir pangkas Unit Perkebunan Bedakah dapat dilihat pada Lampiran 8. Tabel 9. Gilir Pangkas Blok Bismo, Argopuro dan Mandala Blok Luas (ha) No Tinggi Tempat (m dpl) Waktu Pemangkasan Sebelumnya 12 13 16.86 1325-1353 Feb 2006 2 5 Argopuro 12.25 1306-120 Feb 2006 6 7 5.36 April 2005 Mandala 9 3.35 120-173 Maret 2006 12.62 Mei 2006 Sumber : Kantor Kebun Unit Perkebunan Bedakah, 2010 Bismo Waktu Pemangkasan Berikutnya Rencana Realisasi Gilir Pangkas (tahun) Feb 2010 Feb 2010 Feb 2010 Feb 2010 Feb 2010 Feb 2010 Feb 2010 Jan 2010 Jan 2010 Feb 2010 5 Tinggi dan Diameter Bidang Petik Tanaman Tinggi bidang petik tanaman diukur dari permukaan tanah sampai puncak bidang petik. Tabel 11 merupakan data rata-rata tinggi dan diameter bidang petik tanaman sebelum dilakukan pemangkasan pada Blok Bismo, Argopuro dan Mandala. Tabel 10. Rata-rata Tinggi dan Diameter Bidang Petik Tanaman Sebelum Pemangkasan Pada Blok Bismo, Argopuro dan Mandala Blok Bismo Argopuro Mandala Rata-rata Umur Pangkas (tahun) n 5 Rata-rata Tinggi Tanaman Rata-rata Diameter Bidang Petik...(cm)... 109.27 99.50 112.67 116.50 117.00 138.93 112.98 118.31 Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (Maret, 2010) Keterangan : n = Jumlah Tanaman Contoh

57 Menurut Setyamidjaja (2000), pemangkasan akan dilakukan bila bidang petik sudah sulit dijangkau oleh pemetik, biasanya setelah mencapai ketinggian 120 cm. Tinggi rata-rata pemetik teh Indonesia sekitar 0 160 cm sehingga bila tinggi bidang petik melebihi 120 cm akan menyulitkan pemetik dalam melakukan pemetikan. Berdasarkan data hasil pengamatan pada Tabel 11, rata-rata ketinggian bidang petik tanaman Blok Bismo, Argopuro dan Mandala belum mencapai 120 cm namun diameter bidang petiknya sudah melebar. Bidang petik yang terlalu lebar akan membuat pemetik kesulitan dalam bergerak karena kerapatan tanaman tinggi. Kerapatan tanaman yang terlalu tinggi akan menyebabkan kegiatan pemetikan terganggu. Oleh karena itu, meskipun tinggi bidang petik belum mencapai 120 cm tanaman harus dipangkas. Hal ini dikarenakan diameter bidang petik tanaman telah melebar selain itu, tanaman telah memasuki waktu untuk dipangkas. Persentase Pucuk Burung Pucuk burung adalah pucuk yang memiliki tunas dalam keadaan dorman. Semakin tinggi umur pangkas, bidang petik semakin lebar, cabang atau ranting yang tidak produktif semakin bertambah sehingga jumlah pucuk muda yang dihasilkan semakin menurun, sedangkan jumlah pucuk burung semakin meningkat. Berdasarkan hasil pengamatan pada Blok Bismo, Argopuro dan Mandala rata-rata persentase pucuk burung mencapai 78.25 % saat mendekati waktu pangkas (Tabel 12). Tabel 11. Persentase Pucuk Burung Blok Bismo, Argopuro dan Mandala Blok Bismo Argopuro Mandala Rata-rata Umur Pangkas (tahun) 5 Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (Maret, 2010) Keterangan : n = Jumlah Contoh Tanaman n % Pucuk Burung 72.0 75.35 87.36 78.25

58 Menurut Sanusi (1988), semakin banyak bagian tanaman yang tidak produktif maka seluruh energi dan suplai hara digunakan untuk menyangga kelangsungan hidup bagian tanaman yang tidak produktif tersebut. Hal ini menyebabkan semakin sedikit energi yang dapat dimanfaatkan tanaman untuk menghasilkan tunas atau pucuk muda sehingga banyak pucuk yang menjadi pucuk burung. Hasil pengamatan pada Blok Bismo, Argopuro dan Mandala menunjukkan bahwa jumlah pucuk burung telah mencapai > 75 %. Dengan demikian, jumlah pucuk muda yang dihasilkan lebih rendah. Apabila pemangkasan tidak dilakukan maka persentase pucuk burung akan semakin meningkat sehingga akan mempengaruhi kualitas hasil petikan. Tabel 12 menunjukkan bahwa semakin tinggi umur pangkas maka semakin banyak persentase pucuk burungnya. Hal ini dapat dilihat pada Blok Mandala. Persentase pucuk burung Blok Mandala lebih tinggi dibandingkan dengan Blok Bismo dan Argopuro karena umur pangkas yang lebih tinggi. Tingkat Produktivitas dan Kebijakan Kebun Produktivitas tanaman teh suatu blok berkaitan dengan tahun pangkas tanaman. Gambar 8 merupakan diagram tingkat produktivitas berdasarkan tahun kg/ha/th pangkas Blok Bismo, Argopuro dan Mandala. 000 3500 3000 2500 2000 00 1000 500 0 tahun pangkas I tahun pangkas II tahun pangkas III tahun pangkas IV Bismo Argopuro Mandala Blok Gambar 8. Diagram Produktivitas Blok Bismo, Argopuro dan Mandala Berdasarkan Tahun Pangkas Tahun 2009

59 Berdasarkan Gambar 8, Blok Bismo dan Argopuro memiliki pola diagram produktivitas yang sama. Produktivitas tertinggi dicapai pada tahun pangkas III tetapi tingkat produktivitasnya berbeda. Tingkat produktivitas Blok Bismo lebih tinggi dibandingkan dengan Blok Argopuro maupun Mandala karena ketinggian tempat yang lebih rendah serta sebagian besar areal TM telah ditanami jenis tanaman klon terutama Gambung. Populasi klon Gambung telah mencapai lebih dari 50 % areal TM, sedangkan sisanya meliputi klon TRI 202, TRI 2025 dan klon campuran (CIN 13, MPS, KPPS). Populasi jenis tanaman seedling di Blok Bismo mulai berkurang. Menurut Sriyadi et al (2008), klon Gambung memiliki potensi hasil yang tinggi yaitu 000 kg teh kering/ha dan tahan terhadap penyakit cacar daun teh. Pada Blok Argopuro, populasi jenis tanaman seedling lebih besar dibandingkan dengan jenis tanaman klon sehingga tingkat produktivitasnya agak rendah dibandingkan Blok Bismo. Meskipun jenis tanaman klon yang ditanam adalah klon Gambung namun keberadaannya belum mampu mendukung produktivitas blok karena umur tanaman yang relatif masih muda. Blok Mandala memiliki tingkat produktivitas yang rendah dibandingkan dengan Blok Bismo dan Argopuro. Faktor yang mempengaruhi yaitu letak kebun > 1 00 m dpl sehingga pertumbuhan pucuknya lebih lambat meskipun populasi jenis tanaman klon telah mendominasi areal TM. Oleh karena pertumbuhan pucuk yang lebih lambat maka produktivitas tertingginya dicapai saat tahun pangkas IV. Blok Mandala mengalami penurunan produktivitas pada tanaman tahun pangkas III. Penurunan produktivitas ini disebabkan oleh serangan cacar daun teh. Jenis tanaman yang memasuki tahun pangkas III adalah klon TRI. Sifat klon TRI yaitu lebih rentan terhadap serangan cacar daun teh sehingga kurang sesuai bila ditanam di Unit Perkebunan Bedakah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat produktivitas suatu blok berdasarkan tahun pangkas dipengaruhi oleh jenis tanaman dan letak ketinggian tempat. Produktivitas jenis tanaman seedling lebih rendah karena kondisi tanaman yang menua, sedangkan jenis tanaman TRI rentan terhadap serangan cacar daun teh. Letak ketinggian tempat mempengaruhi pertumbuhan pucuk. Semakin tinggi letak tempat di atas permukaan laut maka semakin lambat

60 pertumbuhan pucuknya. Letak ketinggian tempat setiap blok dapat dilihat pada Lampiran 8, sedangkan data luas areal berdasarkan jenis tanaman untuk setiap blok tahun 2010 dapat dilihat pada Lampiran 9. Kebijakan kebun sangat berpengaruh dalam menentukan pelaksanaan pemangkasan dengan beberapa pertimbangan antara lain pertimbangan produksi dan teknis. Pertimbangan produksi berdasarkan catatan produktivitas. Tanaman teh akan dipangkas bila sudah tidak menguntungkan ditandai dengan penurunan produktivitas yaitu kurang dari 2 000 kg/ha/th. Pertimbangan teknis adalah walaupun produktivitas secara ekonomi masih menguntungkan tapi tanaman harus tetap dipangkas karena telah memasuki waktu pangkas dan untuk menyeragamkan tahun pangkas. Unit Perkebunan Bedakah menetapkan gilir pangkas empat tahun. Apabila telah memasuki waktu pangkas maka tanaman tetap dipangkas meskipun masih memiliki potensi untuk berproduksi tinggi. Tenaga Pangkas Tenaga pemangkas Unit Perkebunan Bedakah merupakan tenaga kerja borongan dengan upah Rp 9 000 Rp 12 000/patok (0.0 ha). Penulis melakukan pengamatan terhadap kapasitas pemangkas pada Blok Bismo, Argopuro dan Rinjani (Tabel 13). Tabel 12. Kapasitas Pemangkas Blok Bismo, Argopuro dan Rinjani Blok Bismo Argopuro Rinjani Jumlah Rata-rata Luas Areal (ha) 0.75 0.26 0.20 1.21 0.0 Tenaga Pemangkas (HK) Teori *) 19 6 5 30 10 Riil 13 5 6 2 8 Sumber : Laporan Klat Pembimbing Pemeliharaan (Maret, 2010) Keterangan : *) Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Perhitungan Kapasitas Pemangkas (ha/hk) Standar 0.0 0.0 0.0 0.0 Riil 0.057 0.052 0.033 0.12 0.07

61 Pada umumnya, pelaksanaan pemangkasan oleh tenaga kerja borong lebih memperhatikan segi kuantitatif daripada kualitatif. Hal ini disebabkan semakin banyak lahan yang dipangkas maka upah yang didapat semakin tinggi. Kapasitas pemangkas adalah luas areal yang dapat dipangkas oleh seorang pemangkas dalam satu hari kerja. Berdasarkan Tabel 13, rata-rata kapasitas pemangkas Blok Bismo, Argopuro dan Rinjani sesuai dengan standar yang ditetapkan. Kapasitas pemangkas riil Blok Bismo dan Argopuro lebih tinggi dibandingkan dengan standar yang ditetapkan kebun meskipun jumlah tenaga kerja riil lebih rendah dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang dihitung berdasarkan teori. Hal ini dipengaruhi oleh jenis tanaman dan kondisi lahan yang dipangkas. Jenis tanaman yang dipangkas pada Blok Bismo merupakan jenis tanaman klon dengan kondisi lahan yang datar. Jenis tanaman klon mempunyai cabang yang lebih kecil serta bentuk tanaman yang ramping sehingga memudahkan dalam melakukan pemangkasan. Selain itu, tenaga kerja di lapang merupakan tenaga kerja terampil dan lebih mengejar kuantitas sehingga upah yang diperoleh semakin tinggi. Pada Blok Argopuro, jenis tanaman yang dipangkas merupakan jenis tanaman seedling yang mempunyai cabang lebih besar dan keras serta bentuk tanaman meruah sehinggga sedikit menyulitkan pemangkas dalam bekerja. Meskipun jenis tanaman yang dipangkas merupakan jenis tanaman seedling namun kondisi lahan relatif datar sehingga pemangkas tidak terlalu menemui kesulitan dalam bekerja. Pada Blok Rinjani, kapasitas pemangkas riil masih dibawah standar meskipun jumlah tenaga kerja riil lebih banyak dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang dihitung berdasarkan teori. Hal ini disebabkan tenaga kerja di lapangan kurang terampil sehingga pemangkasan kurang dapat dilakukan dengan baik. Keterampilan Pemangkas Pemangkasan merupakan kegiatan yang membutuhkan keterampilan agar diperoleh hasil pangkasan yang baik. Penulis melakukan pengamatan keterampilan pemangkas berdasarkan klasifikasi usia, lama kerja dan tingkat

62 pendidikan terhadap kerusakan cabang hasil pangkasan. Pengamatan dilakukan terhadap 20 orang tenaga pemangkas yang dibagi menjadi dua kelompok masing-masing 10 orang untuk setiap klasifikasi. Setiap tenaga pemangkas diambil lima tanaman contoh hasil pangkasan. Perhitungan persentase kerusakan cabang dilakukan dengan menghitung jumlah cabang bekas pangkasan yang pecah atau rusak pada setiap tanaman contoh. Keterampilan Pemangkas Berdasarkan Klasifikasi Usia Pengamatan keterampilan pemangkas berdasarkan usia dilakukan terhadap pemangkas berusia 25 70 tahun yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama yaitu pemangkas berusia > 5 tahun, sedangkan kelompok kedua yaitu pemangkas berusia 5 tahun. Persentase kerusakan cabang berdasarkan klasifikasi usia pemangkas tertera pada Tabel 1. Tabel 13. Persentase Kerusakan Cabang Berdasarkan Klasifikasi Usia Pemangkas Tingkat Usia tahun > 5 5 Sumber Keterangan Σ Tenaga Pangkas % Kerusakan 10 10 6.60 tn 6.37 tn : Hasil Pengamatan Penulis (April, 2010) : tn : Hasil uji t-student pada taraf 5 % tidak berbeda nyata Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel 1) tidak terdapat perbedaan persentase kerusakan cabang pangkasan antara pemangkas berusia 5 tahun dengan pemangkas berusia > 5 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan pemangkas tidak dipengaruhi oleh usia. Hasil uji t-student menunjukkan bahwa perbedaan persentase kerusakan cabang antara kedua kelompok usia pemangkas tidak berbeda nyata.

63 Keterampilan Pemangkas Berdasarkan Klasifikasi Lama Kerja Pengamatan keterampilan pemangkas berdasarkan lama kerja dilakukan terhadap pemangkas yang bekerja 1 20 tahun yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama yaitu pemangkas yang bekerja > 10 tahun dan kelompok kedua yaitu pemangkas yang bekerja 10 tahun. Persentase kerusakan cabang berdasarkan lama kerja pemangkas tertera pada Tabel. Tabel 1. Persentase Kerusakan Cabang Berdasarkan Klasifikasi Lama Kerja Pemangkas Lama Kerja tahun > 10 10 Sumber Keterangan Σ Tenaga Kerja % Kerusakan 10 10 5.97 tn 6.80 tn : Hasil Pengamatan Penulis (April, 2010) : tn : Hasil uji t-student pada taraf 5 % tidak berbeda nyata Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel, persentase kerusakan cabang oleh pemangkas yang bekerja > 10 tahun lebih rendah dibandingkan dengan pemangkas yang bekerja 10 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pemangkas yang bekerja > 10 tahun memiliki keterampilan pangkas yang lebih baik karena pengalaman kerja lebih banyak. Meskipun terdapat perbedaan persentase kerusakan cabang hasil pangkasan namun tidak berbeda nyata. Keterampilan Pemangkas Berdasarkan Klasifikasi Tingkat Pendidikan Tenaga kerja Unit Perkebunan Bedakah sebagian besar merupakan tenaga kerja tidak tamat sekolah dasar (TTSD) dan tamat sekolah dasar sehingga pengamatan dilakukan terhadap dua kelompok tenaga kerja tersebut. Kelompok pertama yaitu pemangkas tamatan Sekolah Dasar (SD), sedangkan kelompok kedua yaitu pemangkas yang tidak tamat Sekolah Dasar (TTSD). Persentase kerusakan cabang berdasarkan tingkat pendidikan pemangkas tertera pada Tabel 16.

6 Tabel. Persentase Kerusakan Cabang Berdasarkan Klasifikasi Tingkat Pendidikan Pemangkas Tingkat Pendidikan SD TTSD Sumber Keterangan Σ Tenaga Kerja 10 10 % Kerusakan 6.06 tn 7.2 tn : Hasil Pengamatan Penulis (April, 2010) : tn : Hasil uji t-student pada taraf 5 % tidak berbeda nyata Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 16, persentase kerusakan cabang oleh pemangkas tamatan SD lebih rendah dibandingkan dengan tenaga kerja tidak tamat SD (TTSD). Hal ini menunjukkan bahwa tenaga kerja tamatan SD memiliki keterampilan memangkas yang lebih baik sehingga kerusakan cabang hasil pangkasan dapat ditekan. Hasil uji t-student menunjukkan bahwa persentase kerusakan cabang tidak berbeda nyata meskipun terdapat selisih perbedaan persentase kerusakan cabang antara kedua kelompok. Pertumbuhan Tunas Pengamatan pertumbuhan tunas dilakukan di Blok Bismo dan Argopuro dengan ketinggian tempat yang relatif sama ± 1 300 m dpl. Pengamatan dimulai pada saat tunas berumur 5 MSP. Grafik pertumbuhan tunas mulai 5 8 MSP dapat dilihat pada Gambar 9. Tinggi Tunas (cm) 12 10 8 6 Bismo Argopuro 2 0 5 6 7 Umur Setelah Pangkas (minggu) 8 Gambar 9. Grafik Pertumbuhan Tunas

65 Berdasarkan Gambar 9, terdapat perbedaan kecepatan pertumbuhan tunas antara Blok Bismo dan Argopuro. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan jenis tanaman. Blok Bismo menggunakan jenis tanaman dari klon campuran (TRI 2025 dan Gambung 7), sedangkan Blok Argopuro menggunakan jenis tanaman seedling. Perbedaan pertumbuhan tunas mulai terlihat pada 5 MSP. Kecepatan pertumbuhan tunas Blok Bismo lebih tinggi dibandingkan dengan Blok Argopuro. Jenis tanaman yang berasal dari klon memiliki kecepatan pertumbuhan tunas yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari seedling. Keunggulan tanaman yang berasal dari klon yaitu kecepatan tumbuhnya yang tinggi sehingga produksi lebih banyak. Di samping itu, umur tanaman klon lebih muda dibandingkankan dengan jenis tanaman seedling sehingga kondisi kesehatan tanaman lebih baik. Pengelolaan Sisa Pangkasan Sisa pangkasan meliputi daun, cabang dan ranting. Sisa pangkasan di Unit Perkebunan Bedakah diletakkan di atas tanaman yang telah dipangkas selama 2 minggu. Tujuannya untuk menghindari panas sinar matahari secara langsung sehingga penguapan air pada cabang yang dipangkas dapat minimal dan cabang tidak kering. Daun yang rontok dari sisa pangkasan berfungsi sebagai humus yang dapat menyuburkan tanaman. Cabang atau ranting sisa pangkasan setelah kering diletakkan di samping tanaman sebagai penambah unsur hara alami. Menurut Pasaribu (1990), pemberian sisa (sampah) pangkasan berupa daun, ranting atau cabang akan meningkatkan sifat-sifat tanah di daerah perakaran menjadi lebih baik sehingga penyerapan hara oleh akar-akar tanaman lebih besar. Pengaruh pemupukan akan lebih baik dengan adanya perbaikan sifat-sifat tanah (fisika dan kimia).