BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Buah mangga yang digunakan untuk bahan penelitian langsung diambil dari salah satu sentra produksi mangga, yaitu di daerah Indramayu, Kecamatan Jatibarang. Penelitian ini dilakukan di lahan petani di Jatibarang pada blok tanaman yang buahnya disemprot Obuki dan yang tidak disemprot Obuki. Buah yang digunakan dalam tingkat kematangan dan ukuran yang relatif sama serta bebas dari hama penyakit tanaman. Pengamatan dilakukan di Laboratorium Produksi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2010 Desember 2010. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah mangga varietas gedong yang telah disemprot menggunakan Obuki dan buah yang tidak disemprot Obuki. Bahan pencuci yang digunakan untuk menghilangkan getah pada mangga yaitu Ca(OH) 2, KOH, deterjen dan air. Obuki merupakan pupuk hayati berisi mikroorganisme hidup yang dapat meningkatkan efisiensi pemupukan, kesuburan, dan kesehatan tanah (Permentan, 2009) juga berfungsi sebagai inokulan berbahan aktif organisme hidup yang berfungsi untuk menambat hara dalam tanah bagi tanaman (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006). Alat yang digunakan adalah buret, Munshel Color Chart, refraktometer digital untuk mengukur kadar total padatan terlarut buah mangga, penetrometer, timbangan, alat-alat penunjang untuk pengukuran suhu ruang dingin, alat penunjang untuk pengukuran total kandungan asam tertitrasi, perlengkapan untuk uji organoleptik, serta alat penunjang lainnya.
12 Tabel 2. Komposisi Pupuk Obuki Cair Jenis Mikroba Satuan Jumlah Populasi Bacillus sp. Cfu/ml 5,7 x 10 7 Sacharomyces sp. Cfu/ml 5,7 x 10 6 Streptococcus sp. Cfu/ml 1,4 x 10 5 Sumber: mitra-agritech Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua faktor perlakuan dan terdiri dari tiga ulangan. Perlakuan pertama pada penelitian ini adalah perlakuan Obuki, yaitu mangga yang disemprot Obuki dan mangga yang tidak disemprot Obuki. Sedangkan perlakuan kedua adalah kombinasi dari berbagai macam bahan pencuci buah mangga. Faktor pertama adalah perlakuan Obuki, yaitu buah yang diambil dari pohon yang bunga dan buahnya telah disemprot Obuki (O1) serta yang tidak disemprot Obuki (O2). Faktor kedua adalah bahan pencuci berupa Ca(OH) 2 0.25 % (P1), KOH 1 % (P2), deterjen 1 % (P3), Ca(OH) 2 0.25 % + deterjen 1 % (P4), KOH 1 % + deterjen 1 % (P5), air (P6) dan kontrol (P7). Pada percobaan ini terdapat 3 ulangan dan 14 taraf perlakuan, sehingga diperoleh 42 satuan percobaan. Jumlah buah pada setiap ulangan adalah 2 buah. Sehingga dibutuhkan buah mangga sebanyak 84 buah. Model aditif linear: Y ij = µ + α i + β j + (αβ) ij + ε ij Keterangan: Y ij = nilai pengamatan pada faktor bahan pencuci dan pengaruh faktor perlakuan Obuki ke-j µ = rataan umum α i β j (αβ) ij ε ij = pengaruh faktor perlakuan Obuki ke-i = pengaruh faktor bahan pencuci ke-j = pengaruh interaksi antara faktor bahan pencuci dan perlakuan Obuki. = pengaruh galat perlakuan Obuki ke-i dan bahan pencuci ke-j
13 Analisis Data Analisis yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan untuk peubah kekerasan buah, total asam tertitrasi dan padatan terlarut total adalah analisis ragam (uji F). Jika perlakuan menunjukkan pengaruh yang nyata, maka dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) untuk melihat perbedaan antar perlakuan pada taraf selang kepercayaan (95 %) atau α (5 %). Analisis non parametrik test dengan metode Krusscal Wallis dan uji lanjut Dunn digunakan untuk menganalisis data skor kebersihan terhadap getah, luka bakar dan kerusakan lainnya. Syarat suatu perlakuan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya yaitu dengan rumus berikut: R1-R2 >Zα Keterangan: R = rata-rata yang didapat dari uji Krusscal Wallis N = total pengamatan t = banyaknya angka skor yang sama dari suatu data K = banyaknya perlakuan Pelaksanaan Penyemprotan Obuki Petani melakukan penyemprotan Obuki dalam lima tahap. Penyemprotan tahap pertama dilakukan saat tanaman menjelang berbunga dan diaplikasikan ke seluruh permukaan tanaman. Penyemprotan tahap kedua dilakukan pada saat tanaman berbunga, dengan maksud agar kerontokan bunga dapat dikurangi. Penyemprotan tahap ketiga dilakukan dua bulan kemudian, pada saat buah masih berukuran kecil, sebesar kacang tanah, dengan tujuan kerontokan buah berkurang. Penyemprotan keempat dilakukan pada saat 60 hari setelah anthesis dimana ukuran buah belum mencapai maksimum. Tujuannya adalah agar kerontokan buah muda berkurang. Penyemprotan kelima dilakukan pada saat 90 hari setelah anthesis, pada saat buah mencapai tingkat kematangan 60 70 % dengan maksud
14 14 agar kerontokan buah berkurang. Pupuk hayati Obuki dapat disemprotkan ke seluruh permukaan tanaman karena formulasi Obuki mengandung konsentrat makanan bagi mikroba. Cara membuat larutan Obuki yaitu pupuk cair Obuki dilarutkan dalam air bersih dengan perbandingan 1 : 300 atau konsentrasinya sekitar 3.5 ml Obuki/liter air. Larutan disemprotkan dengan menggunakan power sprayer agar dapat menjangkau bagian tanaman yang tinggi. Volume semprot yang digunakan adalah 6 liter/pohon untuk tiap penyemprotan. Panen dan Sortasi Buah mangga yang digunakan dalam penelitian ini dipanen dengan kematangan 75 % dengan ciri-ciri buah telah berwarna hijau tua dan sedikit kekuningan. Pemanenan dilakukan dengan cara panen yang biasa dilakukan oleh petani, yaitu menggunakan galah yang panjang dengan diberi keranjang anyaman dibagian bawahnya. Gambar 1. Kondisi Mangga Setelah Panen Buah mangga yang telah dipetik dari daerah Jatibarang kemudian disortasi agar diperoleh buah mangga yang memenuhi syarat perlakuan. Sortasi pada buah bertujuan untuk memilah buah berdasarkan tingkat keseragaman kematangan yang sama dan bebas dari hama dan penyakit. Buah yang digunakan memiliki tingkat kematangan yang relatif sama. Lokasi getah pada kulit buah mangga ditandai dengan garis (Gambar 3). Mangga yang telah digambar kemudian dipisahkan sesuai dengan jenis perlakuan pada buah dan selanjutnya dilakukan
15 pengamatan berapa persen getah yang menempel pada kulit dan bagaimana kondisi buah. Pencucian dengan Larutan Kimia Sesuai Perlakuan Mangga yang telah disortasi kemudian dicuci dengan bahan dan teknik sesuai perlakuan. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pencucian dengan menggunakan Ca(OH) 2 0.25 %, KOH 1 %, deterjen 1 %, air, Ca(OH) 2 0.25 % + deterjen 1 %, KOH 1 % + deterjen 1 % dan kontrol. Buah mangga dicuci dengan cara dicelupkan ke dalam wadah berisi larutan bahan pencuci selama ±5 menit sambil di-lap dengan saputangan berbahan lembut agar kotoran dan getah yang menempel terlepas tetapi tidak melukai kulit buah. Setelah dicuci maka mangga dibilas dengan air bersih dan kemudian dikering anginkan. Mangga yang sudah tidak basah kemudian diamati kembali persen getah yang masih tersisa di permukaan kulit dengan menggunakan metode skor pengamatan Holmes et al. (2009). Mangga yang sudah diamati kemudian dilapisi koran satu persatu dan di packing menggunakan kotak karton untuk dibawa ke laboratorium Pasca Panen, Agronomi dan Hortikultura, IPB untuk dilakukan penyimpanan dan pengamatan lanjutan. Mangga kemudian ditata sesuai petak perlakuan. Pengamatan di laboratorium dilakukan dua hari sekali selama dua minggu. Penyimpanan Mangga disimpan pada suhu kamar (27 o - 30 C). Mangga yang telah disimpan selanjutnya dilakukan pengamatan terjadinya luka bakar, perubahan warna buah, perubahan buah akibat kerusakan karena berbagai sebab, kekerasan buah, TSS, dan asam tertitrasi. Pengamatan Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan destruktif dan non destruktif. Pengamatan dilakukan setiap 2 hari sekali dimulai dari hari ke-0 sampai hari ke 12 setelah perlakuan. Pengamatan yang dilakukan meliputi
16 beberapa parameter. Pengamatan dilakukan pada beberapa parameter mutu yang diamati yaitu: 1. Kebersihan Pengukuran kebersihan dilakukan sebelum dan sesudah dicuci. Peubah kebersihan berdasar pada : Peubah kebersihan getah dilakukan berdasarkan persentase hilangnya getah mangga yang menempel pada kulit mangga. Peubah kebersihan terhadap jamur jelaga hitam yaitu dilihat dari persentase hilangnya jamur jelaga yang menempel pada kulit buah sebelum dan setelah pencucian. Peubah kebersihan debu/tanah yang menempel pada kulit buah dlihat dari persentase hilangnya debu/tanah yang menempel dengan melihat sisa debu yang menempel pada kulit buah. Metode yang digunakan untuk mengukur kebersihan buah sesuai dengan metode Holmes et al. (2009). Skor kebersihan dari ketiga peubah diatas selama pengamatan yang dilakukan adalah : 0=bersih dari kotoran 1= kotoran kurang dari 1 cm 2 2=kotoran 1-3 cm 2 (3%) 3=kotoran 3-12 cm 2 (10%) 4=kotoran kurang dari 12 cm 2 (10-25%) 5= kotoran dari 25% 2. Kerusakan Luka Bakar Luka bakar berwarna coklat pada bekas aliran getah. Pengukuran terjadinya kerusakan luka bakar pada kulit buah mangga dilakukan selama penyimpanan. Peubah terjadinya kerusakan luka bakar yang dilakukan terdiri dari beberapa skala: 0=tidak ada luka bakar 1=luka bakar kurang dari 1 cm 2 2=luka bakar 1-3 cm 2 (3%) 3=luka bakar 3-12 cm 2 (10%) 4=luka bakar 12 cm 2 (10-25%)
17 5=luka bakar lebih besar dari 25%. Metode yang digunakan untuk mengukur kerusakan menggunakan metode Holmes et al. (2009). 3. Kerusakan Pengamatan juga dilakukan pada perubahan buah akibat kerusakan selama penyimpanan diantaranya adalah: pencoklatan, bintik hitam, bintik lentisel, busuk pangkal dan busuk buah. Peubah terjadinya kerusakan yang dilakukan terdiri dari beberapa skala: 0=tidak ada kerusakan 1=kerusakan kurang dari 1 cm 2 2=kerusakan 1-3 cm 2 (3%) 3=kerusakan 3-12 cm 2 (10%) 4=kerusakan 12 cm 2 (10-25%) 5=kerusakan lebih besar dari 25%. Metode yang digunakan untuk mengukur kerusakan menggunakan metode Holmes et al. (2009). 4. Kekerasan buah Pengukuran kekerasan daging buah dilakukan dengan menekan buah dengan menggunakan tangan. Penekanan dilakukan pada ujung, tengah, dan pangkal buah serta dilakukan beberapa kali ulangan. Metode yang digunakan untuk mengukur kekerasan buah yaitu metode Holmes et al. (2009). Peubah kekerasan buah yang dilakukan adalah : Hard (buah tidak tertekan), Rubbery (buah sedikit tertekan), Sprung (daging buah tertekan sedalam 2-3 mm dengan tekanan ibu jari yang kuat), Firm soft (daging buah tertekan dengan tekanan ibu jari yang sedang), Soft (buah tertekan dengan tekanan ibu jari yang lemah). Pada akhir pengamatan kekerasan buah juga diukur mengunakan penetrometer. 5. Warna Pengamatan perubahan warna kulit buah dilakukan pada saat penyimpanan. Perubahan dilihat dari perubahan warna yang terjadi setiap pengamatan.
18 Metode yang digunakan untuk mengukur perubahan warna kulit buah yaitu menggunakan metode Holmes et al. (2009). Skor perubahan warna yang diamati adalah: 1=0-10% kuning 2=10-30% kuning 3=30-50% kuning 4=50-70% kuning 5=70-90% kuning 6=90-100% kuning Pada akhir pengamatan diamati warna daging buah menggunakan Munshel Color Chart. Gambar 2. Skor Perubahan Warna (Holmes et al., 2009) 6. Padatan Terlarut Total Pengukuran padatan terlarut total dilakukan menggunakan refraktometer. Jus buah di tempatkan pada prisma refraktometer, kemudian dilakukan pembacaan. Sebelum dan sesudah pembacaan prisma refraktometer dibersihkan dulu dengan aquades. Angka refraktometer menunjukkan kadar total padatan terlarut ( o brix). Pengukuran dilakukan dua kali ulangan pada setiap kali pengamatan. 7. Asam Tertitrasi Total
19 Pengukuran total kandungan asam dilakukan dengan cara titrasi. Sebanyak 50 gram sampel dihancurkan kemudian disaring sehingga didapat ekstrak sebanyak 25 ml, kemudian diencerkan 10 kali menjadi 250 ml. Sebanyak 10 ml filtrat dititrasi dengan NaOH 0.1 N mempergunakan indikator fenolftalin (pp) sampai berwarna merah jambu. Total asam dinyatakan dalam persen asam malat yang dihitung dengan rumus : Keterangan : Vol NaOH = volume NaOH (ml) N NaOH = normalitas NaOH P = pengenceran (10x) BE = berat equivalen asam malat (67) G = massa sampel (g) 8. Uji organoleptik Uji organoleptik menggunakan 10 orang panelis yang terdiri dari mahasiswa, remaja usia sekolah dan ibu-ibu. Uji ini merupakan uji hedonik berdasarkan tingkat kesukaan panelis. Bahan yang telah diberi kode disajikan secara acak. Panelis diminta untuk memberikan penilaian berdasarkan skala mutu hedonik 1-5 terhadap warna, aroma, dan rasa. Adapun skala yang digunakan adalah: Sangat tidak suka Tidak suka Biasa Suka Sangat suka