BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. inklusif MAN Maguwoharjo, D.I. Yogyakarta mengalami masalah dalam

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. UCAPAN TERIMAKASIH... i. ABSTRAK... ii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GRAFIK...

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB IV ANALISIS DATA KONSELING BEHAVIOR DALAM MENANGANI SELECTIVE MUTISM SISWA SD RADEN PATAH SURABAYA

DAFTAR ISI. Pernyataan... i Kata Pengantar... ii Abstrak... vi Daftar Isi... vii Daftar Gambar... x Daftar Tabel... xi Daftar Grafik...

JURNAL. EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK DENGAN TEHNIK BEHAVIORISTIK UNTUK MENGATASI SISWA TERISOLIR DI MTs. HASANUDDIN PARE

MENINGKATKAN KETAHANAN DUDUK BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS I MELALUI PLANNED HUMOR MENGGUNAKAN BONEKA TANGAN (SSR di SLB Negeri 1 Padang)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah rancangan Case Experimental

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Tentang Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR.. UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR TABEL. DAFTAR DIAGRAM..

BAB II KETERAMPILAN SOSIAL ANAL TUNAGRAHITA RINGAN DAN LATIHAN OLAH VOKAL DALAM BERNYANYI...

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

X₁ X₂ X₃ X₄ X₅... O₁ O₂ O₃ O₄ O₅ O₁ O₂ O₃ O₄ O₅... O₁ O₂ O₃ O₄ O₅ Baselin1 (A1) Intervensi (B) Baseline (A2)

ARTIKEL KEEFEKTIFAN LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENGATASI KESULITAN DALAM PENYESUAIAN DIRI SISWA KELAS X SMK PGRI 3 KEDIRI TAHUN 2015 SKRIPSI

KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK CBT UNTUK MENINGKATKAN KEMANTAPAN PEMILIHAN KARIR PESERTA DIDIK KELAS XI UPTD SMA NEGERI 1 TANJUNGANOM SKRIPSI

Khusnul Khotimah* 1 Wiwik Dwi Hastuti* 2

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PRAKTIK PADA PEMBELAJARAN VOKASIONAL OTOMOTIF BAGI PESERTA DIDIK DIFABEL

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 2, Desember 2016

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Kata kunci: metode guided discovery, prestasi belajar, anak autis, perubahan wujud zat.

BAB III METODE PENELITIAN

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

PENGARUH PERMAINAN KOLASE TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

BAB III METODE PENELITIAN. tunggal (single subject research), yaitu penelitian yang dilaksanakan pada subyek

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. disajikan pada bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa sebelum

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. Ripan Lismana, 2012 Pengaruh Penggunaan Jarimatika Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017

ABSTRAK. Oleh : Muhamad Saepuloh Universitas Pendidikan Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian mengacu pada indikator penelitian berupa (1) Kemampuan

Putri Nur Hakiki, Endro Wahyuno. Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Universitas Negeri Malang, Malang

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melalui pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung. Waktu

EFEKTIFITAS KONSELING KELOMPOK UNTUK MENGURANGI KECEMASAN BERTANYA DI DALAM KELAS SISWA KELAS X-TKR SMK IT AL-KAUSTAR SRENGAT BLITAR TAHUN PELAJARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Penerapan Teknik Over Control terhadap Prilaku Agresif Anak Autistik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Langkah pertama dalam pengambilan data ialah melakukan pengukuran

PERMAINAN ULAR TANGGA MODIFIKASI TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR ANAK AUTIS

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Kelamin : Laki-Laki TTL : Bandung, 10 Februari 1999

BAB III METODE PENELITIAN

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel bebas dan Variabel terikat ( target behavior )

EKSPERIMENTASI PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PECAHAN ANAK TUNANETRA KELAS VI

STUDI DURASI BELAJAR SERVICE RINGAN ENGINE SEPEDAMOTOR MELALUI METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI BAGI SISWA TUNARUNGU

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

KATA PENGANTAR. Assalamualaikum Wr. Wb.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI Nurlaela Damayanti, 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Setelah proses penilaian di lapangan selesai, maka pada bab ini peneliti akan

BAB IV ANALISIS DATA. data-data yang sudah diperoleh dan dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Analisis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ROLE PLAY METHOD MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK AUTIS

EFEKTIVITAS KONSELING INDIVIDU MENGGUNAKAN CINEMA THERAPY

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA... 70

DAFTAR ISI Eli Wibawati, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Pelaksanaan Terapi Senam Perkasa dengan Symbolic

BAB III METODE PENELITIAN A. VARIABEL PENELITIAN

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PENERAPAN LATIHAN ASERTIF DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA YANG MEMILIKI ORANG TUA TUNGGAL (SINGLE PARENT)

BAB III METODE PENELITIAN. tepat, ketepatan ini akan menjadikan kualitas penelitian menjadi baik. Terdapat dua

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

2016 MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMAKAI SEPATU BERTALI PAD A ANAK TUNAGRAHITA SED ANG MELALUI METOD E D RILL D I SLB C SUMBERSARI BAND UNG

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 2, Desember 2017

BAB III MEDOTE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi Bimbingan dan Konseling

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di CAC tempat Terapi di daerah Surabaya

DAFTAR ISI. 1. Pengertian Bahasa... 21

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan subjek tunggal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Skor hasil penelitian adalah perolehan data dari seluruh rangkaian

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

Pengaruh Latihan Identifikasi Objek terhadap Peningkatan Konsentrasi Anak Tunagrahita Ringan di SPLB - C YPLB Cipaganti

Transkripsi:

246 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Hasil studi menunjukkan bahwa siswa tunanetra yang bersekolah di sekolah inklusif MAN Maguwoharjo, D.I. Yogyakarta mengalami masalah dalam berinteraksi sosial dengan siswa awas. Hal tersebut menunjukkan indikasi perlunya bantuan layanan konseling untuk meningkatkan interaksi sosial di sekolah. 2. Model teoretik/hipotetik konseling positive peer culture untuk meningkatkan interaksi sosial siswa tunanetra di sekolah inklusif dikembangkan berdasar kajian literatur dan temuan empirik di lapangan. Model operasional merupakan suplemen yang bersifat praktik dan teknis operasional dalam proses intervensi model. 3. Model konseling positive peer culture terbukti meningkatkan perilaku interaksi sosial siswa tunanetra di sekolah inklusif. Terjadi perubahan yang signifikan dari terdapatnya masalah interaksi sosial pada fase baseline menjadi perilaku yang positif/menaik atau tidak menunjukkan masalah interaksi sosial setelah diberikan intervensi. Simpulan ini dibuktikan oleh data-data: a. Interaksi sosial siswa tunanetra di sekolah inklusif setelah diberi intervensi PPC menjadi positif atau menaik. Pada beberapa sesi tampak jejak data yang mendatar, hal ini mengindikasikan bahwa untuk menaikkan perilaku

247 dari fase ke fase berikutnya siswa tunanetra memerlukan waktu yang cukup. Dalam penelitian ini untuk menaikkan satu target perilaku memerlukan waktu antara dua sampai dengan empat fase intervensi. b. Analisis hasil dalam kondisi menunjukkan grafik dalam kecenderungan naik positif ( ), hasil intervensi mengarah ke stabil yang memberi petunjuk konseling PPC lebih efektif, jejak data tergambar dalam grafik dalam garis menurun, menaik, dan mendatar, level stabilitas serta rentang pada sesi intervensi terlihat stabil dengan rentang 2 7, dan perubahan level pada sesi intervensi adalah membaik + 5. c. Analisis hasil antar kondisi menunjukkan perubahan dari variable (pada fase baseline) ke stabil (pada fase intervensi), perubahan levelnya adalah positif (+) atau membaik/meningkat, dan persentase overlap yang rendah antara 0 % sampai dengan 6.67 %. 4. Keterlibatan siswa awas dalam kelompok PPC sangat membantu mengatasi masalah interaksi sosial siswa tunanetra di sekolah inklusif, oleh karenanya dalam proses konseling PPC konselor memotivasi siswa awas anggota kelompok PPC agar menunjukkan perilaku interaksi yang menjadi pembentukan perilaku model bagi anggota kelompok yang mengalami ketunanetraan. 5. Model konseling positive peer culture efektif untuk menangani masalah interaksi sosial pada siswa tunanetra yang belajar di sekolah inklusif. Indikator keberhasilan implementasi konseling PPC pada aspek masalah perilaku siswa tunanetra di sekolah inklusif khususnya masalah bergaul

248 dengan siswa awas, terlihat dengan meningkatnya aktifitas siswa tunanetra: berinisiatif mendekati siswa awas yang sedang bermain, sudah jarang ditemui siswa tunanetra yang bergerombol dengan sesama tunanetra, memanggil nama siswa awas yang berada di dekatnya kemudian mengajak bersalaman, ikut bergerombol dengan kelompok siswa awas, tidak canggung keluar kelas dengan bergerak mandiri (independent travel) maupun dengan menggunakan tongkat (long cane travel), mengajak siswa awas pergi ke kantin bersama dan siswa awas menjadi pembimbing (sighted guide), tukar-menukar barang, bercanda atau saling mengejek (secara humoris) dengan siswa awas, mengadakan perjanjian untuk bertemu atau main ke rumah, dan aktifitas lainnya. Indikator menaiknya perilaku interaksi sosial pada aspek kemampuan interaksi sosial di sekolah inklusif khususnya masalah merespon percakapan dengan gerakan atau ucapan, terlihat dengan aktifitas yang ditunjukkan oleh siswa tunanetra dengan selalu mengulurkan tangan untuk berjabat tangan bila ada yang memanggil, bila siswa tunanetra yakin mengenali teman yang ada di depannya maka tidak segan-segan untuk segera memanggil atau menyapa teman tersebut, mengangguk-anggukkan kepala saat mendengarkan pembicaraan, menggelengkan kepala atau mengucapkan suatu kata bila dia menolak atau tidak setuju dengan pernyataan temannya, menggerakkan anggota tubuh sebagai isyarat mengerti atau paham, dan berusaha menggerakkan/menggunakan jari dan tangannya untuk menerangkan sesuatu.

249 Indikator menaiknya perilaku interaksi sosial pada aspek kemampuan interaksi sosial di sekolah inklusif khususnya masalah kemampuan bertanya dalam suatu percakapan, terlihat dengan aktifitas yang ditunjukkan oleh siswa tunanetra dengan menyela pembicaraan ketika siswa tunanetra tidak tahu maksudnya, aktif bertanya agar pembicaraan tetap berjalan, memberi keterangan atau contoh dalam percakapan, berani mengutarakan pengalamannya, dan tidak takut-takut dalam menjawab pertanyaan. B. Saran 1. Rekomendasi utama penelitian ini adalah bahwa model konseling positive peer culture dapat digunakan oleh konselor sekolah dan guru pembimbing khusus pada MAN atau sekolah yang sederajat penyelenggara pendidikan inklusif untuk meningkatkan interaksi sosial siswa tunanetra dengan siswa awas. 2. Konselor di sekolah yang menyelenggarakan layanan konseling kelompok, dalam pemilihan kelompok teman sebaya agar menjadi kelompok teman sebaya positif (PPC) hendaknya pembentukan kelompok melalui proses penempatan (seeding) dan menciptakan (creating). Penempatan, siswa diatur dalam suatu perpindahan dari suatu kelompok ke dalam suatu kelompok yang dibentuk. Menciptakan, suatu kegiatan yang diarahkan agar kelompok siswa mencapai perilaku dan budaya positif. 3. Untuk penelitian selanjutnya perlu diadakan penelitian dalam skala yang lebih luas, meliputi:

Studi Pendahuluan 250 a. Penelitian pada subyek siswa di Madrasah Aliyah Negeri atau swasta serta sekolah yang sederajad yang menyelenggarakan layanan pendidikan inklusif. b. Penelitian yang melibatkan siswa teman sebaya positif (PPC) untuk berinteraksi sosial di dalam sekolah/persekolahan dan di luar sekolah/lingkungan masyarakat. c. Penelitian tentang efektifitas model konseling PPC dalam meningkatkan interaksi sosial dengan desain eksperimen Single Subject Research pada berbagai target behavior, pada berbagai subyek, dan pada berbagai kondisi yang lain. Hasil-hasil penelitian akan lebih mempertegas dan memperkuat hipotesis `Model konseling PPC efektif untuk meningkatkan interaksi sosial siswa di sekolah inklusif`.