SURAT PEMBERITAHUAN MASA BAGI PEMUNGUT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) Nomor Telepon : Nomor Faksimile : Nomor Telepon Baru Kegiatan Usaha :

dokumen-dokumen yang mirip
SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 550/KMK.04/2000 TENTANG

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR 1101 BM SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (SPT MASA PPn BM) ( F )

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 548/KMK.04/2000 TENTANG

1 dari 4 11/07/ :43

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 549/KMK.04/2000 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136/PMK. 03/2012 TENTANG

SPT MASA PPN UNIVERSITAS MERCU BUANA JURUSAN AKUNTANSI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 13 /PJ/2012 TENTANG

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER-160/PJ/2006 TENTANG

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

Definisi. SPT (Surat Pemberitahuan)

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi.

SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

FAKTUR PAJAK STANDAR

Page : 1

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER /PJ.

BENDAHARA PEMERINTAH Jakarta, 5 Februari 2018

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN BERSAMA KEP-1288/LK/2000 NOMOR KEP-68/PJ/2000 TENTANG

14/PJ/2010 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-146/PJ./2006 TENTANG BE

SE - 45/PJ/2012 PENJELASAN ATAS PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 85/PMK.03/2012 TENTANG

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

NPWP (NOMOR POKOK WAJIB PAJAK), WAJIB PAJAK NON EFEKTIF, KODE AKUN PAJAK, SSP, JATUH TEMPO PEMBAYARAN

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Pajak Pertambahan Nilai. yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak

PER - 3/PJ/2010 TATA CARA PENATAUSAHAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI YANG DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS PENY

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG

Surat Edaran SE-13/PJ.52/2006

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 45/PJ/2010 TENTANG

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK

SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26

LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-32/PJ/2009 TANGGAL : 25 MEI 2009

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

73/PMK.03/2010 TENT ANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG

TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SPT PADA KP2KP

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DAFTAR BENTUK SPT MASA PPN 1111

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG

SURAT DAN DOKUMEN YANG DIPERLUKAN DALAM PENGAJUAN PERMOHONAN STIKER LUNAS PPN PRODUK REKAMAN GAMBAR. No. Jenis surat/dokumen Keterangan

TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN PADA FAKTUR PAJAK

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2013 TENTANG

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak

KEP-133/PJ/2004 TATA CARA PENGGUNAAN FAKTUR PAJAK LAMA OLEH PENGUSAHA KENA PAJAK YANG DIKUKUHKAN DI

FAKTUR PAJAK STANDAR. Lampiran 1A. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-549/PJ/2000 Tanggal : 29 Desember 2000

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 13/PJ/2010 TENTANG

TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN PADA FAKTUR PAJAK STANDAR

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 45/PMK.03/2009 TENTANG

TATACARA PEMBERIAN DAN PENATAUSAHAAN PEMBEBASAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH ATAS IMPOR ATAU PENYERAHAN KENDARAAN BERMOTOR

Lampiran I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 180/PJ./2007 TANGGAL : 28 Desember 2007

TATACARA PEMBERIAN DAN PENATAUSAHAAN PEMBEBASAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH ATAS IMPOR ATAU PENYERAHAN KENDARAAN BERMOTOR

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK. 11 April 2005 SURAT DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR S - 246/PJ.

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA CV.GRAHA ALFA SAKTI. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai

No Nama PNS Golongan. Tarif PPh Ps 21

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB VII FAKTUR PAJAK DAN PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN. Nomor : SE-42/PJ/2013 TENTANG

FAKTUR PAJAK. Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak : 10

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH... KANTOR PELAYANAN PAJAK...

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Resmi (2013:31) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh

REKAPITULASI DATA SSP NTPN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam

Lembar ke 1 : untuk Pembeli BKP/Penerima JKP sebagai bukti Pajak Masukan FAKTUR PAJAK

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS

Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha

BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

SURAT DAN DOKUMEN YANG DIPERLUKAN DALAM PENGAJUAN PERMOHONAN STIKER LUNAS PPN REKAMAN SUARA

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 1998, dengan ini kami : Nama Wajib Pajak : Alamat : N.P.W.P. :

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 27/PJ/2010 TENTANG

PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Transkripsi:

KEMENTERIAN KEUANGAN R.I. DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT PEMBERITAHUAN MASA BAGI PEMUNGUT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) Masa Pajak. 20 Pembetulan Masa Pajak 20 Ke- ( ) F O R M U L I R 1101 PUT PERHATIAN : - BACALAH TERLEBIH DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN SPT MASA BAGI PEMUNGUT PPN - DIISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK - BERI TANDA X DALAM YANG SESUAI - DIBUAT UNTUK SATU MASA PAJAK - ANGKA DALAM RUPIAH PENUH A. IDENTITAS PEMUNGUT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI N.P.W.P : - - - - - 3. Nama Pemungut Alamat : : Perubahan Identitas Nama Baru Kode Pos : Alamat Baru 4. 5. Nomor Telepon : Nomor Faksimile : Nomor Telepon Baru Kegiatan Usaha : B. PEMBAYARAN ATAS PEROLEHAN BARANG KENA PAJAK DAN ATAU JASA KENA PAJAK YANG DIPUNGUT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPn BM) KODE KOLOM PEMBE TULAN ( P ) DASAR PENGENAAN PAJAK ( DPP ) Bulan ini s.d. Bulan ini Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pembayaran yang dipungut PPN B.1 Pembayaran yang PPN-nya dipungut melalui Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara atau Kas Daerah/Bank B.2 Pembangunan Daerah selaku Kas Daerah 3. Pembayaran yang PPN-nya harus dipungut sendiri (kode B.1 - kode B.2) B.3 Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPn BM) Pembayaran yang dipungut PPn BM B.1 Pembayaran yang PPn BM-nya dipungut melalui Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara atau Kas Daerah/Bank Pembangunan Daerah selaku Kas Daerah B.2 3. Pembayaran yang PPn BM-nya harus dipungut sendiri (kode B.1 - kode B.2) B.3 C. PAJAK YANG HARUS DIPUNGUT DAN DISETOR Pajak Pertambahan Nilai (PPN) PPN yang harus dipungut dan disetor C.1 PPN yang dipungut dan disetor melalui Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara atau Kas Daerah/Bank C.2 Pembangunan Daerah selaku Kas Daerah 3. PPN yang dipungut dan disetor sendiri (kode C.1 - kode C.2) C.3 Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPn BM) PPn BM yang harus dipungut dan disetor C.1 PPn BM yang dipungut dan disetor melalui Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara atau Kas Daerah/Bank C.2 Pembangunan Daerah selaku Kas Daerah 3. PPn BM yang dipungut dan disetor sendiri (kode C.1 - kode C.2) C.3 D. LAMPIRAN 3. 4. 5. 6. FORMULIR 1101 PUT 1 FORMULIR 1101 PUT 2 SURAT KUASA KHUSUS TERSEBUT PADA E.2 FOTOKOPI SSP LEMBAR KE-5 TERSEBUT PADA C.3 DAN C.3 SEBANYAK. LEMBAR = Rp FAKTUR PAJAK LEMBAR KE-3 TERSEBUT PADA C.3 DAN C.3 SEBANYAK.. LEMBAR FOTOKOPI FAKTUR PAJAK TERSEBUT PADA C.2 DAN C.2 SEBANYAK LEMBAR F.301

E. PERNYATAAN Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya, saya menyatakan bahwa apa yang telah saya beritahukan diatas beserta lampirannya adalah benar, lengkap, jelas dan tidak bersyarat. PERHATIAN :, Tgl...20 Sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat (7) UU Nomor 6 Tahun 1983 Pemungut Pajak / Bendaharawan sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU Nomor 16 Tahun 2000. apabila SPT Masa yang Saudara sampaikan tidak atau tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan dokumen yang ditetapkan, maka SPT Saudara Tanda Tangan : dianggap tidak disampaikan Nama Jelas : Pemungut Kuasa Cap Pemungut/Kantor/Instansi F. DIISI OLEH DINAS Berkas 1, 2, Tepat waktu Terlambat F.301

KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN - I DAFTAR PPN DAN PPn BM YANG DIPUNGUT DAN DISETOR MELALUI KANTOR PERBENDAHARAAN DAN KAS NEGARA ATAU KAS DAERAH/BANK PEMBANGUNAN DAERAH SELAKU KAS DAERAH Masa Pajak..... Pembetulan Masa Pajak....20 Ke - (..) F O R M U L I R 1101 PUT 1 No. NAMA PEMUNGUT : N.P.W.P : - - - - - Nama & N.P.W.P Rekanan Tanggal Pembayaran Tagihan Nomor Seri Tgl. Dasar Pengenaan PPN F A K T U R P A J A K PPN Dasar Pengenaan PPn BM (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 3. dst. PPn BM Keterangan J U M L A H Catatan : Pindahkan jumlah pada angka (7) ke kolom C.2 Formulir SPT Masa Induk (Formulir 1101 PUT); Pindahkan jumlah pada angka (9) ke kolom C.2 Formulir SPT Masa Induk (Formulir 1101 PUT). D.301

KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN - II DAFTAR PPN DAN PPn BM YANG DIPUNGUT DAN DISETOR SENDIRI Masa Pajak......20. Pembetulan Masa Pajak.20.Ke - (.) F O R M U L I R 1101 PUT 2 NAMA PEMUNGUT : N.P.W.P : - - - - - No. Nama & N.P.W.P Rekanan Tanggal Pembayaran Tagihan Nomor Seri Tgl. Dasar Pengenaan PPN F A K T U R P A J A K PPN Dasar Pengenaan PPn BM Tanggal SSP PPn BM PPN PPn BM Keterangan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) 3. dst J U M L A H Catatan : Pindahkan jumlah pada angka (7) ke kolom C.3 Formulir SPT Masa Induk (Formulir 1101 PUT); Pindahkan jumlah pada angka (9) ke kolom C.3 Formulir SPT Masa Induk (Formulir 1101 PUT). D.3

Lampiran II Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-511/PJ/2001 Tanggal : 13 Juli 2001 PETUNJUK PENGISIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA BAGI PEMUNGUT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI FORMULIR 1101 PUT (F.301) I. UMUM BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI 1984 DAN PERUBAHANNYA Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari Tahun 200 selanjutnya sebagai peraturan pelaksanaannya antara lain telah diterbitkan: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 143 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 534/KMK.04/2000 tentang Bentuk dan Isi Surat Pemberitahuan Serta Keterangan dan atau Dokumen Yang Harus Dilampirkan. 3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 547/KMK.04/2000 tentang Penunjukan Bendaharawan Pemerintah, Badan-badan Tertentu, dan Instansi Pemerintah Tertentu Untuk Memungut, Menyetor, dan Melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. 4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 548/KMK.04/2000 tentang Tata Cara Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Oleh Bendaharawan Pemerintah Sebagai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai. 5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 549/KMK.04/2000 tentang Tata Cara Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Oleh Badan-badan Tertentu Sebagai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai. 6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 550/KMK.04/2000 tentang Tata Cara Pemungutan dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Oleh Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara Sebagai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai. 7. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-214/PJ/2001 tentang Keterangan dan atau Dokumen Lain Yang Harus Dilampirkan Dalam Surat Pemberitahuan. Dengan diberlakukannya Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-511/PJ/2001, maka Wajib Pajak Pemungut Pajak Pertambahan Nilai wajib melaporkan kewajiban perpajakannya sebagai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Bagi Pemungut Pajak Pertambahan Nilai bentuk Formulir 1101 PUT. SURAT PEMBERITAHUAN MASA BAGI PEMUNGUT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA BAGI PEMUNGUT PPN). SPT Masa Bagi Pemungut PPN berfungsi sebagai sarana bagi Pemungut PPN untuk mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPn BM) yang harus dipungut dan melaporkan tentang: - PPN dan PPn BM yang dipungut dan disetor melalui Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara atau Kas Daerah/Bank Pembangunan Daerah selaku Kas Daerah; - PPN dan PPn BM yang dipungut dan disetor sendiri oleh Pemungut PPN.

3. BENTUK DAN ISI SPT MASA BAGI PEMUGUT PPN SPT Masa Bagi Pemungut PPN terdiri dari SPT Induk dan Lampiran-lampirannya yang merupakan satu kesatuan. Masing-masing formulir diberi kode dan nama sebagai berikut: No. Kode Formulir 1101 PUT (F.301) 1101 PUT 1 (D.301) 3. 1101 PUT 2 (D.302) Nama Formulir Surat Pemberitahuan Masa Bagi Pemungut Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) Daftar PPN dan PPn BM Yang Dipungut dan Disetor melalui Kantor Perbendaharaan Kas Negara atau Kas Daerah/ Bank Pembangunan Daerah selaku Kas Daerah Daftar PPn dan PPn BM yang Dipungut dan Disetor Sendiri Keterangan SPT Induk Lampiran I Lampiran II II. HAL-HAL PENTING YANG PERLU DIKETAHUI YANG WAJIB MENGISI SPT MASA PPN BENTUK FORMULIR 1101 PUT Semua Wajib Pajak Pemungut PPN dan PPn BM termasuk Kas Daerah, kecuali Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) wajib mengisi dan menyampaikan SPT Masa PPN ini. Dalam hal Wajib Pajak Pemungut juga sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP), maka yang bersangkutan harus mengisi SPT Masa PPN bentuk Formulir 1101dan SPT Masa PPN bentuk Formulir 1101 PUT. Formulir SPT Masa Bagi Pemungut PPN beserta lampirannya disediakan secara cuma-cuma di kantorkantor Direktorat Jenderal Pajak atau dapat dicetak/difotokopi sendiri oleh Wajib Pajak sepanjang ukuran, bentuk dan isi sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau juga bisa didapatkan melalui sistem komputer dengan alamat situs internet atau Home page Direktorat Jenderal Pajak, yaitu : http://www.pajak.go.id Dalam hal Wajib Pajak Pemungut Pajak Pertambahan Nilai menggunakan lebih dari satu halaman untuk Formulir PUT 1 atau Formulir PUT 2, maka setiap halaman agar diberi catatan pada kotak kode formulir (di sebelah kanan atas) seperti contoh berikut: Formulir 1101 PUT 1 terdiri dari 5 lembar, untuk setiap halaman diberikan catatan Hal. 1/5, Hal. 2/5, dan seterusnya yang artinya: Halaman 1 dari 5 halaman Halaman 2 dari 5 halaman Untuk halaman terakhir, dibuat catatan Hal.5/5. Sedangkan penjumlahan yang terdapat pada bagian bawah Formulir tersebut dapat dicantumkan pada halaman terakhir saja. TEMPAT PENGAMBILAN, TEMPAT PENYAMPAIAN, CARA PENYAMPAIAN, BATAS WAKTU PENYETORAN DAN BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT MASA BAGI PEMUNGUT PPN a. Tempat pengambilan SPT Masa Bagi Pemungut PPN: a. Kantor Pelayanan Pajak; a. Kantor Penyuluhan Pajak; a.3. Tempat lain yang telah ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak. b. Tempat penyampaian SPT Masa Bagi Pemungut PPN: b.1 Kantor Pelayanan Pajak ditempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak; b. Kantor Pelayanan Pajak setempat. c. Cara penyampaian SPT Masa Bagi Pemungut PPN: c. Disampaikan langsung ke Kantor Pelayanan Pajak/Kantor Penyuluhan Pajak seperti tersebut pada butir b diatas dan atas penyampaian SPT tersebut WP akan menerima tanda bukti penerimaan;

c. Disampaikan melalui Kantor Pos secara tercatat, dan tanda bukti serta tanggal pengiriman sepanjang SPT tersebut telah lengkap dianggap sebagai tanda bukti dan tanggal penerimaan SPT. d. Batas waktu penyetoran: d. Untuk Bendaharawan Pemerintah atau Instansi Pemerintah yang ditunjuk, penyetoran PPN dan PPn BM yang terutang dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah bulan terjadinya pembayaran tagihan; d. Untuk badan-badan Tertentu sebagai pemungut selain Bendaharawan Pemerintah atau Instansi Pemerintah yang ditunjuk, penyetoran PPN dan PPn BM yang terutang dilakukan paling lambat 15 (lima belas) hari setelah bulan terjadinya pembayaran tagihan. e. Batas waktu penyampaian SPT Masa Bagi Pemungut PPN e. Dalam hal Pemungut PPN adalah Bendaharawan Pemerintah SPT Masa Bagi Pemungut PPN harus disampaikan setiap bulan paling lambat 14 (empat belas) hari setelah akhir Masa Pajak; e. Dalam hal Pemungut PPN adalah Badan-badan Tertentu SPT Masa Bagi Pemungut PPN harus disampaikan setiap bulan paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak. Dalam hal hari ke-14 (empat belas) sebagaimana dimaksud pada butir e.1 dan atau hari ke-20 (dua puluh) sebagaimana dimaksud pada butir e. adalah hari libur, maka SPT Masa Bagi Pemungut PPN harus disampaikan pada hari kerja sebelumnya. PERHATIAN : Dalam mengisi SPT Masa Bagi Pemungut PPN, agar memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Untuk memudahkan pengisian SPT Masa Bagi Pemungut PPN, agar diisi terlebih dahulu Lampiran PUT 1 dan Lampiran PUT 2, kemudian dipindahkan ke SPT Induk. b. SPT Masa Bagi Pemungut PPN (SPT Induk) diisi dan dibuat oleh Bendaharawan Pemerintah dalam rangkap 3 (tiga); - Lembar ke-1 : untuk Kantor Pelayanan Pajak; - Lembar ke-2 : untuk Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara; - Lembar ke-3 : untuk arsip Bendaharawan Pemerintah; dan oleh Badan-badan Tertentu dalam rangkap 2 (dua); - Lembar ke-1 : untuk Kantor Pelayanan Pajak; - Lembar ke-2 : untuk Wajib Pajak Pemungut PPN dan PPn BM. c. Jumlah Rupiah dihitung dalam jumlah Rupiah penuh (dibulatkan ke bawah). d. Dalam hal jumlah Rupiah adalah NIHIL karena: d. Tidak ada pembayaran dan atau tidak ada pajak yang harus dipungut/ disetor; d. Penjumlahan dan atau pengurangan Rupiah menghasilkan NIHIL; maka dalam lajur kolom jumlah Rupiah yang bersangkutan diberi tanda strip (-) atau ditulis NIHIL. e. Sebelum disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak/Kantor Penyuluhan Pajak setempat jangan lupa membubuhkan tanda tangan, nama jelas, dan cap Pemungut/Kantor/Instansi pada SPT Induk. f. Dalam hal terdapat kesulitan dalam pengisian agar menghubungi Kantor Pelayanan Pajak/Kantor Penyuluhan Pajak setempat.

III. PETUNJUK PENGISIAN LAJUR BAGIAN PALING ATAS SPT INDUK (Formulir 1101 PUT) Masa Pajak 20.. Pembetulan Masa Pajak.20. Ke-.(..) Diisi tanda X pada salah satu kotak yang sesuai dan Masa Pajak yang bersangkutan. Misal : T Masa Pajak Januari 2001 Pembetulan Pajak yang salah adalah pembetulan SPT Masa Bagi Pemungut PPN dari suatu Masa Pajak yang salah. Dalam pembetulan ini yang perlu dilakukan adalah: - Memberi tanda X pada Pembetulan Masa Pajak - Mengisi Masa Pajak.20.. dengan bulan dan tahun pada SPT Induk dan lampiran-lampirannya yang dibetulkan. Ke-.(..), diisi dengan angka kesekian kali melakukan pembetulan. Misal : T Pembetulan Masa Pajak Januari 2001 Ke-2 (dua). - Mengisi angka-angka yang benar dan memberi tanda P (Pembetulan) dalam kolom dan lajur yang dibetulkan pada Formulir 1101 PUT, kecuali bila tidak terdapat kesalahan. KODE A IDENTITAS PEMUNGUTAN PPN N.P.W.P Diisi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sesuai dengan tercantum pada Surat Keterangan Terdaftar (SKT). Dalam hal SKT belum diperoleh, diisi dengan NPWP yang tercantum pada Bukti Pendaftaran Wajib Pajak (KP.PDIP.4.5-00). Nama Pemungut Diisi dengan nama lengkap Wajib Pajak Pemungut PPN yang wajib mengisi SPT Masa Bagi Pemungut PPN sesuai dengan SKT tersebut pada butir 3. Alamat dan Kode Pos Diisi dengan nama lengkap dan kode pos dari Wajib Pajak Pemungut PPN sesuai dengan SKT tersebut pada butir 4. Nomor Telepon dan Nomor Faksimile Diisi dengan nomor telepon dan nomor faksimile Wajib Pajak Pemungut PPN. 5. Kegiatan Usaha Diisi dengan jenis usaha yang menjadi kegiatan Wajib Pajak Pemungut PPN. Contoh: - Bendaharawan Pemerintah; - Jasa telekomunikasi; - Perbankan. 3. KODE B PEMBAYARAN ATAS PEROLEHAN BARANG KENA PAJAK DAN ATAU JASA KENA PAJAK YANG DIPUNGUT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPn BM) PERHATIAN: Yang diisi pada kode B ini adalah pembayaran atas perolehan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang PPN dan atau PPn BM-nya harus dipungut (bagi Bendaharawan termasuk pembayaran melalui KPKN atau Kas Daerah/Bank Pembangunan Daerah selaku Kas Daerah). Kolom s.d. Bulan ini berakhir pada akhir Masa Pajak tahun buku atau tahun anggaran yang bersangkutan, sehingga untuk setiap awal tahun buku atau tahun anggaran, kolom ini disi dengan angka pada kolom s.d. Bulan ini hanya mencerminkan angka kumulatif tahun anggaran yang

bersangkutan. Contoh: a. Tahun buku PT. A mulai Januari s.d. Desember 2001 Dasar Pengenaan Pajak; Januari 2001 = Rp 1000.000,- Pebruari 2001 = Rp 7.500.000,- Maret 2001 = Rp 1000.000,- April 2001 = Rp 10.000.000,- Mei 2001 = Rp 15.000.000,- Kolom s.d. Bulan ini SPT Masa PPN: - Januari 2001 diisi dengan angka 1000.000,- - April 2001 diisi angka Rp 40.500.000,- =(Rp 1000.000,- + Rp 7.500.000,- + Rp 1000.000,- + Rp 10.000.000,-). b. Tahun buku PT. B mulai April 2001 s.d. Maret 2002 Dasar Pengenaan Pajak sama dengan PT. A (pada contoh a). Misalnya Dasar Pengenaan Pajak April s.d. Desember 2000 sebesar Rp 99.000.000,- maka kolom s.d. Bulan ini SPT Masa PPN: - Januari 2001 diisi dengan angka Rp 110.000.000,- = (Rp 99.000.000,- + Rp 1000.000,-) - April 2001 (awal tahun buku) diisi angka Rp10.000.000,- sama dengan angka kolom Bulan ini Contoh Pengisian : a. Tahun Buku PT.A mulai Januari s.d. DASAR PENGGENAAN PAJAK (DPP) Desember 2001 MASA PAJAK Bulan ini s.d.bulan ini JANUARI 2001 1000.000,- 1000.000,- APRIL 2001 10.000.000,- 40.500.000,- b. Tahun Buku PT. B mulai April 2001 s.d. Maret 2002 MASA PAJAK DASAR PENGENAAN PAJAK (DPP) Bulan ini s.d. Bulan ini JANUARI 2001 1000.000,- 110.000.000,- APRIL 2001 10.000.000,- 10.000.000,- Catatan: PPN dan PPn BM tidak dipungut dalam hal: a. Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 000.000,00 (satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah. b. PPN dan PPn BM yang terutang untuk jumlah pembayaran tersebut disetor sendiri oleh rekanan yang bersangkutan. c. Pembayaran untuk pembebasan tanah. d. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipunggut dan atau dibebaskan dari pengenaan PPN e. Pembayaran atas penyerahan BBM dan Bukan BBM oleh PERTAMINA. f. Pembayaran atas rekening telepon. g. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan. h. Pembayaran lainnya untuk penyerahan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundanganundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) B. Dasar Pengenaan Pajak Dasar Pengenaan Pajak (DPP) untuk menghitung besarnya PPN dan PPn BM yang terutang adalah jumlah penyerahan yang dilakukan oleh rekanan yang atas pembayarannya, PPN dan PPn BM yang terutang harus dipungut. Pembayaran yang dipungut PPN Disi dengan seluruh Dasar Pengenaan Pajak yang berasal dari Faktur Pajak rekanan yang pembayarannya dilakukan pada Masa Pajak yang bersangkutan termasuk pembayaran yang PPN-nya dipungut melalui KPKN atau Kas Daerah/Bank Pembangunan Daerah selaku Kas Daerah. Pembayaran yang PPN-nya dipunggut melalui Kantor Pembendaharaan dan Kas Negara atau Kas Daerah/Bank Pembangunan Daerah selaku Kas Daerah Diisi dengan Pengenaan Pajak yang berasal dari Faktur Pajak rekanan yang pembayarannya dilakukan pada Masa Pajak yang bersangkutan. Kolom ini tidak perlu diisi oleh Kas Daerah/Bank Pembangunan Daerah selaku Kas Daerah. 3. Pembayaran yang PPN-nya harus dipungut sendiri (merupakan pengurangan kose B.1 dengan kode B.2). Diisi dengan seluruh Dasar Pengenaan Pajak yang seharusnya dipunggut PPN dikurangi dengan Dasar Pengenaan Pajak yang PPN-nya dipungut melalui KPKN atau Kas Daerah. B. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPn BM) Pembayaran yang dipungut PPn BM Diisi dengan seluruh Dasar Pengenaan Pajak yang berasal dari Faktur Pajak rekanan yang pembayarannya dilakukan pada Masa Pajak yang bersangkutan termasuk pembayaran yang PPn BM-nya dipunggut melalui KPKN atau kas Daerah/Bank Pembangunan Daerah selaku Kas Daerah. Pembayaran yang PPn BM-nya dipunggut melalui Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara atau Kas Daerah/Bank pembangunan Daerah selaku Kas Daerah Diisi dengan Dasar Pengenaan Pajak yang berasal dari Faktur Pajak rekanan yang pembayarannya dilakukan melalui KPKN atau kas Daerah/Bank Pembangunan Daerah pada Masa Pajak yang bersangkutan. Kolom ini tidak perlu diisi oleh Kas Daerah/Bank Pembangunan Daerah selaku Kas Daearah. 3. Pembayaran yang PPn BM-nya harus dipunggut sendiri (merupakan pengurangan kode B. dengan kode B.2) Diisi dengan Dasar Pengenaan Pajak yang seharusnya dipunggut PPn BM dikurangi dengan Dasar Pengenaan Pajak yang PPn BM-nya dipunggut melalui KPKN atau Kas Daerah/Bank Pembangunan Daerah selaku Kas Daerah. Catatan Besarnya tarif PPn BM dihitung dengan ketentuan yang berlaku: a. Peraturan Pemerintah Nomot 145 Tahun 2000 tentang Kelompok Barang Kena Pajak Yang Tegolong Mewah Yang Dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, dan perubahannya. b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 569/KMK.04/2000 tentang Jenis Kendaraan Bermotor Yang Dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 381/KMK.03/2001, dan perubahannya. c. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 570/KMK.04/2000 tentang Jenis Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah Selain Kendaraan Bermotor Ynag Dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, dan perubahannya.

4. KODE C PAJAK YANG HARUS DIPUNGUT DAN DISETOR C. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) PPN yang harus dipungut dan disetor Diisi dengan seluruh PPN yang berasal dari Faktur Pajak rekanan yang harus dipungut dan disetor termasuk yang dipungut dan disetor melalui KPKN atau Kas Daerah/Bank Pembangunan Daerah selaku Kas Daerah pada Masa Pajak yang bersangkutan. PPN yang dipunggut dan disetor melalui Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara atau Kas Daerah/Bank Pembangunan Daerah selaku Kas Daerah Diisi dengan PPn yang berasal dari Faktur Pajak rekanan yang dipungut dan disetor melalui KPKN atau Kas Daerah/Bank Pembangunan /Daerah selaku Kas Daerah pada Masa Pajak yang bersangkutan. Kolom ini tidak perlu diisi oleh Kas Daerah/Bank Pembangunan Daerah selaku Kas Daerah. 3. PPN yang dipungut dan disetor sendiri (merupakan pengurangan kode C.1 dengan kode C.2) Diisi dengan PPN yang seharusnya dipungut dan disetor setelah dikurangi dengan PPN yang dipungut dan disetor melalui KPKN atau Kas Daerah/Bank Pembangunan Daerah selaku Kas Daerah. C. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPn BM) PPn BM yamg harus dipungut dan disetor Diisi dengan seluruh PPnBM yang berasal dsari Faktur Pajak rekanan yang harus dipungut dan disetor termasuk yang dipungut dan disetor melalui KPKN atau Kas Daerah/Bank Pembangunan Derah selaku Kas Daerah pada Masa Pajak bersangkutan. PPn BM yang dipungut dan disetor melalui Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara atau Kas Daerah/Bank pembangunan Daerah selaku Kas Daerah Diisi dengan PPn BM yang berasl dari Faktur Pajak rekanan yamg dipungut dan disetor melalui KPKN atau Kas Daerah/Bank Pembangunan Daerah selaku Kas Daerah pada Masa Pajak yang bersangkutan. Kolom ini tidak perlu diisi oleh Kas Daerah/Bank Pembangunan Daerah selaku Kas Daerah. 3. PPn BM yang dipungut dan disetor sendiri (merupakan pengurangan kode C.1 dengan kode C.2) Diisi dengan PPn BM yang seharusnya dipungut dan disetor dikurangi dengan PPn BM yamg seharusnya dipungut dan disetor dikurangi dengan PPn BM yang dipungut dan disetor melalui KPKN atau Kas Daerah/Bank Pembangunan Daerah selku Kas Daerah. 5. KODE D LAMPIRAN 1) Diisi dengan tanda X pada dan lampirankan Lampiran I Daftar PPN dan PPn BM Yang Dipungut dan Disetor Melalui Kantor Perbendaharaan Negara dan Kas Negara atau Kas Daerah/Bank Pembangunan Daerah selaku Kas Daerah ( Formulir 11011 PUT 1). 2) Diisi tanda X pada dan lampirkan Lampiran II Daftar PPN dan PPn BM Yang Dipungut dan Disetor Sendiri (Formulir 1101 PUT 2). 3) Diisi tanda X pada dan lampirkan Surat Kuasa Khusus jika SPT Masa PPn ini ditandatangani oleh kuasa. 4) Diisi tanda X pada dan lampirkan fotokopi SSP lembar ke-5 tersebut pada C.3 dan C.3 5) Diisi tanda X pada dan lampirkan Faktur Pajak lembar ke-3 tersebut pada C.3 (untuk pembayaran yang dipungut atau disetor sendiri) 6) Diisi tanda X pada dan lampirkan fotokopi Faktur Pajak tersebut pada C.2 Dan C.2 (untuk pembayaran Daerah selaku Kas Daerah)

6. KODE E PERNYATAAN Pernyataan ini merupakan pertanggungjawaban Pemugut PPN akan kebenaran dan kelengkapan pengisian SPT Masa Bagi Pemungut PPN. Apabila diisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau kurang lengkap, maka Pemungut PPN bertanggung jawab atas sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. SPT dianggap Lengkap apabila semua unsur-unsur yang tercantum dalam SPT dan lampiranlampiran yang disyaratkan telah diisi dengan legkap serta ditandatangani oleh Pemungut PPn atau Kuasanya. E. Pemungut Diisi dengan tanda X pada kotak jika menandatangani SPT Masa Bagi Pemungut PPN adalah WP Pemungut sendiri. Untuk Badan Usaha, SPT Masa Bagi pemungut PPN ditandatangani oleh pengurus atau direksi. E. Kuasa Diisi dengan tanda X pada kotak jika yang menandatangani Spt Masa Bagi Pemungut PPN adalah kuasa, berdasarkan Surat Kuasa khusus dari Pemungut PPn. Tanda Tangan : Nama Jelas : Cap Pemungut/Kantor/Instansi Diisi tanda tangan, nama jelas WP Pemungut PPN atau kuasanya dan stempel /cap Pemungut/Kantor/Instansi. 7. KODE F DIISI OLEH DINAS Kode ini hanya diisi oleh Petugas Direktorat Jenderal Pajak. Pada kolom Diterima diisi tanggal, bulan dan tahun diterimanya SPT Masa Bagi Pemungut PPn serta tanda tangan, nama jalas dan NIP petugas penerima SPT Masa Bagi Pemungut PPN. Tepat Waktu F. Diisi tanda X pada kotak jika SPT Masa Bagi Pemungut PPn diterma pada waktunya oleh petugas penerima SPT MasaBagi Pemungut PPN. F. Terlambat Diisi tanda X pada kotak jika SPT Masa Bagi Pemungut PPN beserta lampirannya diterima terlambat. Catatan : Jika SPT Bagi Pemungut PPN diterima Kantor Pelayanan Pajak/Kantor penyuluhan Pajak melalui pos tercatat, maka yang tercantumkan adalah tangga,bulan dan tahun sesuai dengan stempel pos Kantor Pos Penerima SPT, sepanjang SPT tersebut telah lengkap. Untuk SPT Pembutulan, kotak pada kode F angka 1 (tepat waktu) dan kose F angka 2 (terlambat) tidak perlu diisi.

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR 1101 PUT 1 LAMPlRAN-I DAFTAR PPN DAN PPn BM YANG DIPUNGUT DAN DISETOR MELALUI KANTOR PERBENDAHARAAN DAN KAS NEGARA ATAU KAS DAERAH/BANK PEMBANGUNAN DAERAH SELAKU KAS DAERAH (D.l.301) I UMUM Formulir 1101 PUT 1 ini harus diisi dan dilampirkan pada SPT Masa Bagi Pemungut PPN Masa Pajak yang bersangkutan. Apabila dalam Masa Pajak yang dilaporkan tidak ada PPN yang dipungut dan dibayar melalui KPKN atau Kas Daerah/Bank Pembangunan Daerah selaku Kas Daerah maka formulir ini tetap dibuat dan diisi dengan strip (-) atau ditulis NIHIL. Formulir ini dibuat dalam ukuran folio rangkap 3 (tiga). Apabila tidak mencukupi dapat dilanjutkan pada halaman berikutnya asalkan diisi lengkap sesuai dengan petunjuk pengisian. Penggunaan Continuous form dengan komputer sebagai pengganti formulir ini diperkenankan, sepanjang bentuk, ukuran dan isi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. II. PETUNJUK PENGISIAN Masa Pajak..20.. Diisi dengan tanda X pada kotak dan Masa Pajak yang bersangkutan. Pembetulan Masa Pajak...20. Ke -.. (..) Diisi dengan tanda X pada kotak dan Masa Pajak yang bersangkutan serta mengisi angka dan huruf di dalam kurung diisi dengan angka kesekian kali melakukan pembetulan dalam hal Wajib Pajak melakukan pembetulan. 3. Nama Pemungut Diisi dengan nama Pemungut PPN dan PPn BM. 4. N.P.W.P Diisi dengan NPWP dari Pemungut PPN dan PPn BM. 5. Nomor (kolom 1) Diisi dengan nomor urut 6. Nama dan N.P.W.P Rekanan (kolom 2) Diisi dengan Nama dan NPWP masing-masing Rekanan yang PPN dan PPn BM-nya dipungut dan dibayar melalui Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara atau Kas Daerah/Bank Pembangunan Daerah selaku Kas Daerah, penulisan untuk nama pada baris pertama dan NPWP pada baris kedua. 7. Tanggal Pembayaran Tagihan (kolom 3) Diisi dengan tanggal Pembayaran Tagihan yang dilakukan pada Masa Pajak yang bersangkutan. 8. Faktur Pajak - Nomor Seri Faktur Pajak (kolom 4) - Tanggal Faktur Pajak (kolom 5) - Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (kolom 6) - Pajak Pertambahan Nilai (kolom 7) - Dasar Pengenaan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (kolom 8), dan - Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (kolom 9) Diisi dari Faktur Pajak Rekanan yang PPN-nya atau PPN dan PPn BM-nya dipungut dan disetor melalui KPKN atau Kas Daerah/Bank Pembangunan Daerah selaku Kas Daerah pada Masa Pajak yang bersangkutan. 9. Keterangan (kolom 10) Diisi apabila ada keterangan tambahan yang diperlukan.

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR 1101 PUT 2 LAMPIRAN-II DAFTAR PPN DAN PPn BM YANG DIPUNGUT DAN DISETOR SENDlRI (D.302) I UMUM Formulir 1101 PUT 2 ini harus diisi dan dilampirkan pada SPT Masa Bagi Pemungut PPN Masa Pajak yang bersangkutan. Apabila dalam Masa Pajak yang dilaporkan tidak ada Pembayaran yang dipungut PPN, formulir ini tetap dibuat dan diisi dengan strip (-) atau ditulis NIHIL. Formulir ini dibuat dalam ukuran folio rangkap 3 (tiga). Apabila tidak mencukupi dapat dilanjutkan pada halaman berikutnya asalkan diisi lengkap sesuai dengan petunjuk pengisian. Penggunaan Continuous form dengan komputer sebagai pengganti formulir ini diperkenankan, sepanjang bentuk, ukuran dan isi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. II. PETUNJUK PENGISIAN Masa Pajak. 20 Diisi dengan tanda X pada kotak dan Masa Pajak yang bersangkutan. Pembetulan Masa Pajak..20.. Ke-... (...) Diisi dengan tanda X pada kotak dan Masa Pajak yang bersangkutan serta mengisi angka dan huruf di dalam kurung diisi dengan angka kesekian kali melakukan pembetulan dalam hal Wajib Pajak melakukan pembetulan. 3. Nama Pemungut Diisi dengan nama lengkap Pemungut PPN dan PPn BM. 4. N.P.W.P Diisi dengan NPWP dari Pemungut PPN dan PPn BM. 5. Nomor (kolom 1) Diisi dengan nomor urut. 6. Nama dan N.P.W.P Rekanan (kolom 2) Diisi dengan Nama dan NPWP masing-masing Rekanan yang dipungut PPN dan PPn BM-nya, penulisan untuk Nama pada baris pertama dan NPWP pada baris kedua 7. Tanggal Pembayaran Tagihan (kolom 3) Diisi dengan tanggal Pembayaran Tagihan yang dilakukan pada Masa Pajak yang bersangkutan. 8. Faktur Pajak - Nomor Seri Faktur Pajak (kolom 4) - Tanggal Faktur Pajak (kolom 5) - Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (kolom 6) - Pajak Pertambahan Nilai (kolom 7) - Dasar Pengenaan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (kolom 8), dan - Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (kolom 9) Diisi dari Faktur Pajak Rekanan yang PPN-nya atau PPN dan PPn BM-nya dipungut dan, disetor sendiri oleh Pemungut PPN pada Masa Pajak yang bersangkutan. 9. Tanggal SSP PPN (kolom 10) dan Tanggal SSP PPn BM (kolom 11) Diisi tanggal penyetoran yang tercantum da)am Surat Setoran Pajak (SSP). 10. Keterangan (kolom 12) Diisi apabila ada keterangan tambahan yang diperlukan.