BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghisap tembakau merupakan hal kebiasaan telah dikenal sejak lama dimuka bumi. Sejak dulu bangsa yang dikenal sebagai bangsa penghisap tembakau yaitu bangsa Indian dan Amerika Utara dimana menghisap tembakau dijadikan sebagai pipa perdamaian yang dilakukan pada kesempatan khusus. Kebiasaan menghisap tembakau ini kemudian berkembang luas, khususnya setelah berkembangnya industri modern rokok diawal abad. Kebiasaan merokok di perkirakan mulai banyak di kenal di indonesia pada awal abad ke-19 yang lalu. Produksi rokok yang dihasilkan adalah batang sigaret kretek tangan, sigaret putih mesin, dan sigaret kretek mesin (Aditama, 2011). Menurut catatan laporan WHO negara-negara yang mengkonsumsi rokok terbanyak ada sepuluh negara. Negara yang mengkonsumsi rokok dimulai dari negara yang tinggi mengkonsumsi rokok adalah China, India, Indonesia, Rusia, Amerika Serikat, Jepang, Brazil, Bangladesh, Jerman, Turki. China menempati urutan pertama sebanyak 390 juta perokok, India urutan kedua menempati konsumsi merokok sebesar 144 juta, Indonesia menempati peringkat ketiga sebanyak 65 juta, Rusia 61 juta, Amerika Serikat 58 juta, Jepang 49 juta, Brazil 24 juta, Bangladesh 23,3 juta, Jerman 22,3 juta, Turki 21,5 juta perokok (WHO, 2008). Badan penelitian dan pengembangan kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan menunjukkan telah terjadi peningkatan angka kematian prematur di akibatkan dari tembakau dari 190.260 jiwa pada 2010, menjadi
240.618 jiwa pada tahun 2013. Hal ini terjadi kenaikan penderita penyakit akibat konsumsi tembakau dari 384.058 jiwa pada tahun 2010, menjadi 962.403 jiwa, pada tahun 2013 perokok pemula pada usia 10-14 tahun menjadi 18%, sedangkan pada usia remaja 13-15 tahun 12 %, kenaikan konsumsi ini terjadi karena konsumsi rokok yang semakin meningkat pada remaja biasanya sering pada siswa/siswi di sekolah (Kemenkes, 2013). Sebuah Studi Kohort Prospektif yang dilakukan di sekolah pada 276 perokok dengan umur 12 sampai 18 tahun dengan angka kejadian 46% pada perokok jarang, perokok 1-9 batang perhari sebanyak 12%, pada perokok 10 batang perhari sebanyak 6,8%. Remaja mengkonsumsi rokok disebabkan kecanduan tembakau, kurang mampu mengatasi stress, putus sekolah, adanya pengaruh dari teman sebanya dan lingkungan sekitar, pengaruh media, tingkat pendidikan orang tua yang rendah (Soetjiningsih, 2010). Survei yang diadakan oleh Yayasan Jantung Indonesia menunjukkan data pada anak-anak berusia 10-16 tahun sebagai berikut angkaperokok <10 tahun (9%), 12 tahun (18%), 13 tahun (23%), 14 tahun (22%), dan15-16 tahun (28%). Mereka yang menjadi perokok karena dipengaruhi olehteman-temannya sejumlah 70%, 2% diantaranya hanya coba-coba. Selain itu,menurut data survei kesehatan rumah tangga 2002 seperti yang tercatatatdalam Koran Harian Republika tanggal 5 juni 2003, menyebutkan bahwa jumlahperokok aktif di Indonesia mencapai 75% atau 141 juta orang (Azwar,1997). Konsumsi rokok rata-rata 2,7% per tahun di negara berkembang, sedangkan di Negara maju menurun 1,8% per tahun (Hudoyono, 2012). Menurut
Pendapat Para Ahli WHO (World Health Organitation) Eropa menyatakan bahwa iklan rokok dapat merangsang seseorang untuk memulai merokok. Iklan rokok membawa pengaruh untuk merangsang perokok untuk banyak lagi dan memotivasi perokok untuk memilih merk merk rokok tertentu. Penelitian ahli ini iklan-iklan rokok ternyata sangat berpengaruh pada anak-anak oleh karena besarnya pengaruh iklan rokok ini maka berbagai organisasi kesehatan dunia telah mengusulkan pembatasan iklan rokok (Aditama, 2011). Perilaku merokok merupakan hal yang biasa bagi kebanyakan masyarakat Indonesia khususnya kaum lelaki dewasa. Dalam sepuluh tahun terakhir konsumsi rokok di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 44,1% dan jumlah perokok mencapai 70% penduduk Indonesia (Fatmawati, 2006). Menurut Mahfoedz, dkk (2009) melalui penyuluhan dengan alat bantu peraga dalam menyampaikan pesan dan informasi akan lebih mudah diterima dan dipahami sesuai dengan maksud informasi tersebut. Sama halnya menurut Sadiman (2003) dalam Junita (2009), media poster dan leaflet merupakan media yang lazim dipakai dalam kegiatan belajar mengajar serta alat peraga yang sering digunakan dalam kegiatan promosi kesehatan masyarakat. Pemberian sampel rokok mendorong remaja untuk mencoba merokok tanpa menyadari sepenuhnya dampak ketergantungan terhadap rokok. Iklan rokok banyak berpengaruh dalam hal mendorong anak dan remaja untuk mencoba merokok sehingga kemudian menjadi perokok tetap. Menciptakan lingkungan bahwa merokok akan mempermudah anak untuk bergaul. Mengurangi motivasi perokok untuk berhenti merokok. Menciptakan ketergantungan media pada
pendapatan dari iklan rokok sehingga membatasi keterbukaan. Menciptakan ketergantungan lembaga penerima sponsor pada perusahaan rokok, sehingga menghambat upaya pengendalian tembakau (Mulyadi, 2007). Departemen Kesehatan RI merupakan badan yang bergerak khusus menangani masalah kesehatan juga melakukan berbagai cara untuk menyehatkan bangsa Indonesia diantaranya adalah pemasangan iklan akan bahaya suatu penyakit seperti halnya mengenai bahaya dari penggunaan merokok. Depkes telah memberikan informasi mengenai bahaya merokok dalam bentuk iklan menggunakan media poster dan leaflet (Depkes, 2010). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri No.188/MENKES/PB/I/2011 tentang kawasan tanpa rokok pada pasal 1 yang disebutkan fasilitas pelayanan kesehatan, proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat-tempat umum meliputi SPBU, pasar modern dan tradisional, tempat wisata, tempat hiburan, hotel, restoran dan rumah makan, tempat rekreasi, halte, tempat olah raga, terminal angkutan umum, pelabuhan, bandara, tempat angkutan barang (Kemenkes, 2011). Badan POM mencatat 14.249 iklan rokok tersebar dimedia elektronik (9.230), Media luar ruangan seperti umbul-umbul, papan reklame dan baliho (3.239), dan Media cetak (1.780). Menurut Widyatama (2005) dalam Simbolon (2009) menyebutkan bahwa beberapa kegiatan yang disponsori perusahaan secara cerdas telah menjadikan kegiatan promosi sebagai salah satu bentuk berprestasi, iklan masyarakat dan lain-lain.
Merokok dapat menjadi sebuah cara bagi remaja agar mereka tampak bebas dan dewasa saat mereka menyesuaikan diri dengan teman-teman sebayanya yang merokok. Perilaku merokok terjadi pada saat istirahat atau santai dan kesenangan, tekanan-tekanan teman sebaya, penampilan diri, sifat ingin tahu, stress, kebosanan, ingin kelihatan gagah atau pemberani dan sifat suka menentang. Hal tersebut merupakan hal yang dapat mengkontribusi mulainya merokok (Soetjiningsih, 2010). Iklan-iklan yang terdapat dimedia diidentikkan dengan rasa nikmat, berani, macho, trendi, kebersamaan, santai, optimis, penuh petualangan, kreatif dan banyak istilah yang membanggakan. Idola remaja, penyanyi, group band, atau para tokoh yang memenuhi selera pasar konsumen dilibatkan sebagai model. Industri rokok paham akan teori psikologi perkembangan remaja bahwa remaja dalam tahap mencari idolanya. Dengan banyaknya iklan yang yang menampilkan identitas yang dicari remaja, otomatis mereka larut dalam pengaruh iklan, merasa lebih dekat dengan merokok. Menurut Mulyadi (2007) dalam Simbolon (2009) menyebutkan bahwa metode persuasif yang digunakan iklan mengubah sikap dan mengondisikan antara perasaan positif dan benda yang diiklankan. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan SMA yang ada dirantau Selatan sebanyak 2 SMA yaitu SMA Siti Banun dan SMA Negeri 2 Rantau Selatan. SMA Siti Banunterletak di dekat Puskesmas dan ditepi jalan. Siswa masuk sekolah Jam 13.00 Wib, Siswa merokok ditempat-tempat umum kurang dikarenakan waktu dan tempat yang kurang memadai. SMA Negeri 2 Rantau Selatan jauh dari
Puskesmas, tempatnya yang tidak strategis, SMA Negeri 2 Rantau Selatan dekat dengan tempat bilyard, warnet, dan warung, dan Cafe. Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan oleh penulis pada remaja putra SMA Negeri 2 Rantau Selatan banyaknya siswa yang merokok di sekitar sekolah seperti warung, tempat bilyard, Cafe, halte, kantin, parkiran sekolah. Banyaknya media massa yang beredar mengundang untuk merokok terkecuali media poster dan media leaflet.wawancara singkat dengan guru dibagian kesiswaan informasi yang didapatkan bahwa di SMA Negeri 2 Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu belum pernah dilakukan penyuluhan tentang bahaya rokok melalui media poster dan media leaflet. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang Bagaimana Pengaruh media poster dan media leaflet terhadap pengetahuan dan sikap siswa tentang bahaya rokok di SMA Negeri 2 Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2015. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang akan menjadi permasalahan adalah bagaimana pengaruh media poster dan media leaflet terhadap pengetahuan dan sikap siswa tentang bahaya rokok di SMA Negeri 2 Rantau SelatanKabupaten Labuhan Batu Tahun 2015.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh media poster dan media leaflet terhadap pengetahuan dan sikap siswa tentang bahaya rokok di SMA Negeri 2 Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2015. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pengaruh media Poster terhadap pengetahuan dan sikapsiswatentang bahaya rokokdi SMA Negeri 2 Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2015. 2. Untuk mengetahui pengaruh media Leaflet terhadap pengetahuan dan sikapsiswatentang bahaya rokok di SMA Negeri 2 Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2015. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi pihak sekolah, dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk menambah pengetahuan dan sikapsiswatentang bahaya rokok di SMA Negeri 2 Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu. 2. Bagi siswamenjadi masukan dan pembelajaran tentang bahaya merokok agar untuk mengurangi tingkat prevalensi perokok dikalangan siswa khususnya siswa kelas X SMA Negeri 2 Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu. 3. Bagi peneliti selanjutnya dapat digunakan sebagai referensi ilmiah dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan bahaya rokok.