BAB I PENDAHULUAN. Menghisap tembakau merupakan hal kebiasaan telah dikenal sejak lama

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I PENDAHULUAN. yang penting bagi seluruh dunia sejak satu dekade yang lalu (Mayasari, 2007). Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH IKLAN MEDIA LUAR RUANG TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA DI SMA NEGERI 2 MEDAN TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda yang ada di sekitar kita dan sudah tidak asing lagi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi tembakau tertinggi di dunia setelah RRC, Amerika Serikat, Rusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Merokok merupakan salah satu gaya hidup yang. tidak asing lagi yang berkembang di kehidupan masa kini.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. muncul pula tingkat kecanduan yang berbeda-beda dan bentuk implementasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 94 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

tahun 2007 menjadi 6,9% pada tahun Adapun sekitar 6,3 juta wanita Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional,

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi mulai dari usia remaja hingga orang tua baik laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. ganda yaitu masalah kurang gizi dan gizi lebih. Kurang energi protein (KEP) pada

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini masih menjadi permasalahan dalam kesehatan (Haustein &

BAB 1 : PENDAHULUAN. kandung kemih, pankreas atau ginjal. Unsur-unsur yang terdapat didalam rokok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dianggap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. Rokok pada dasarnya merupakan tumpukan bahan kimia berbahaya. Satu batang rokok asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. berakibat buruk bagi kesehatan dan jumlah perokok di Indonesia. cenderung meningkat (Notoatmodjo, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB I PENDAHULUAN. kini. Jika ditanya mengapa orang merokok, masing-masing pasti memiliki. anak muda, remaja yang melakukan kebiasaan tersebut.

Hubungan Perilaku Merokok Orang Tua Dan Teman Sebaya Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Di SMK 2 Mei Bandar Lampung. Gede Merta Mertana

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. disebelah ibu yang sedang menggendong bayi sekalipun, orang tersebut tetap. sekelilingnya sering kali tidak peduli.

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain

SURVEI PROMOSI HARGA ROKOK DI 10 KOTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB I PENDAHULUAN. umum. Saat ini kegiatan merokok adalah kebutuhan bagi sebagian orang, namun

BAB I PENDAHULUAN. namun juga dapat menimbulkan kematian (Kementrian Kesehatan. Republik Indonesia, 2011). World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok menjadi sesuatu yang sangat umum dan sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rokok pada remaja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di

BAB I PENDAHULUAN. 70% penduduk Indonesia (Salawati dan Amalia, 2010). Dari analisis data Susenas tahun 2001 diperoleh data umur mulai merokok kurang

BAB I PENDAHULUAN. Tentunya kemajuan teknologi juga tak terhapuskan oleh berkembangnya jiwa

BAB 1 : PENDAHULUAN. kalangan masyarakat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERTEMBAKAUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan berbagai macam penyakit kanker dan penyakit kronis. Penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

I. PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu produk yang cukup unik (terutama cara

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Di tahun 2009, Indonesia menempati peringkat ke-4

BAB 1 : PENDAHULUAN. menimbulkan banyak kerugian, baik dari segi sosial, ekonomi, kesehatan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. rokok. Masalah rokok tidak hanya merugikan si perokok (perokok aktif)

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menganggap merokok sebuah perilaku yang bisa membuat. ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

2015 SIKAP TERHAD AP PICTORIAL HEALTH WARNING D AN INTENSI MEROKOK SISWA SMP D I KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

Kawasan Tanpa Rokok sebagai Alternatif Pengendalian Dampak Rokok bagi Masyarakat

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan 45% wanita yang merokok, dan 27% wanita hamil yang merokok,

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghisap tembakau merupakan hal kebiasaan telah dikenal sejak lama dimuka bumi. Sejak dulu bangsa yang dikenal sebagai bangsa penghisap tembakau yaitu bangsa Indian dan Amerika Utara dimana menghisap tembakau dijadikan sebagai pipa perdamaian yang dilakukan pada kesempatan khusus. Kebiasaan menghisap tembakau ini kemudian berkembang luas, khususnya setelah berkembangnya industri modern rokok diawal abad. Kebiasaan merokok di perkirakan mulai banyak di kenal di indonesia pada awal abad ke-19 yang lalu. Produksi rokok yang dihasilkan adalah batang sigaret kretek tangan, sigaret putih mesin, dan sigaret kretek mesin (Aditama, 2011). Menurut catatan laporan WHO negara-negara yang mengkonsumsi rokok terbanyak ada sepuluh negara. Negara yang mengkonsumsi rokok dimulai dari negara yang tinggi mengkonsumsi rokok adalah China, India, Indonesia, Rusia, Amerika Serikat, Jepang, Brazil, Bangladesh, Jerman, Turki. China menempati urutan pertama sebanyak 390 juta perokok, India urutan kedua menempati konsumsi merokok sebesar 144 juta, Indonesia menempati peringkat ketiga sebanyak 65 juta, Rusia 61 juta, Amerika Serikat 58 juta, Jepang 49 juta, Brazil 24 juta, Bangladesh 23,3 juta, Jerman 22,3 juta, Turki 21,5 juta perokok (WHO, 2008). Badan penelitian dan pengembangan kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan menunjukkan telah terjadi peningkatan angka kematian prematur di akibatkan dari tembakau dari 190.260 jiwa pada 2010, menjadi

240.618 jiwa pada tahun 2013. Hal ini terjadi kenaikan penderita penyakit akibat konsumsi tembakau dari 384.058 jiwa pada tahun 2010, menjadi 962.403 jiwa, pada tahun 2013 perokok pemula pada usia 10-14 tahun menjadi 18%, sedangkan pada usia remaja 13-15 tahun 12 %, kenaikan konsumsi ini terjadi karena konsumsi rokok yang semakin meningkat pada remaja biasanya sering pada siswa/siswi di sekolah (Kemenkes, 2013). Sebuah Studi Kohort Prospektif yang dilakukan di sekolah pada 276 perokok dengan umur 12 sampai 18 tahun dengan angka kejadian 46% pada perokok jarang, perokok 1-9 batang perhari sebanyak 12%, pada perokok 10 batang perhari sebanyak 6,8%. Remaja mengkonsumsi rokok disebabkan kecanduan tembakau, kurang mampu mengatasi stress, putus sekolah, adanya pengaruh dari teman sebanya dan lingkungan sekitar, pengaruh media, tingkat pendidikan orang tua yang rendah (Soetjiningsih, 2010). Survei yang diadakan oleh Yayasan Jantung Indonesia menunjukkan data pada anak-anak berusia 10-16 tahun sebagai berikut angkaperokok <10 tahun (9%), 12 tahun (18%), 13 tahun (23%), 14 tahun (22%), dan15-16 tahun (28%). Mereka yang menjadi perokok karena dipengaruhi olehteman-temannya sejumlah 70%, 2% diantaranya hanya coba-coba. Selain itu,menurut data survei kesehatan rumah tangga 2002 seperti yang tercatatatdalam Koran Harian Republika tanggal 5 juni 2003, menyebutkan bahwa jumlahperokok aktif di Indonesia mencapai 75% atau 141 juta orang (Azwar,1997). Konsumsi rokok rata-rata 2,7% per tahun di negara berkembang, sedangkan di Negara maju menurun 1,8% per tahun (Hudoyono, 2012). Menurut

Pendapat Para Ahli WHO (World Health Organitation) Eropa menyatakan bahwa iklan rokok dapat merangsang seseorang untuk memulai merokok. Iklan rokok membawa pengaruh untuk merangsang perokok untuk banyak lagi dan memotivasi perokok untuk memilih merk merk rokok tertentu. Penelitian ahli ini iklan-iklan rokok ternyata sangat berpengaruh pada anak-anak oleh karena besarnya pengaruh iklan rokok ini maka berbagai organisasi kesehatan dunia telah mengusulkan pembatasan iklan rokok (Aditama, 2011). Perilaku merokok merupakan hal yang biasa bagi kebanyakan masyarakat Indonesia khususnya kaum lelaki dewasa. Dalam sepuluh tahun terakhir konsumsi rokok di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 44,1% dan jumlah perokok mencapai 70% penduduk Indonesia (Fatmawati, 2006). Menurut Mahfoedz, dkk (2009) melalui penyuluhan dengan alat bantu peraga dalam menyampaikan pesan dan informasi akan lebih mudah diterima dan dipahami sesuai dengan maksud informasi tersebut. Sama halnya menurut Sadiman (2003) dalam Junita (2009), media poster dan leaflet merupakan media yang lazim dipakai dalam kegiatan belajar mengajar serta alat peraga yang sering digunakan dalam kegiatan promosi kesehatan masyarakat. Pemberian sampel rokok mendorong remaja untuk mencoba merokok tanpa menyadari sepenuhnya dampak ketergantungan terhadap rokok. Iklan rokok banyak berpengaruh dalam hal mendorong anak dan remaja untuk mencoba merokok sehingga kemudian menjadi perokok tetap. Menciptakan lingkungan bahwa merokok akan mempermudah anak untuk bergaul. Mengurangi motivasi perokok untuk berhenti merokok. Menciptakan ketergantungan media pada

pendapatan dari iklan rokok sehingga membatasi keterbukaan. Menciptakan ketergantungan lembaga penerima sponsor pada perusahaan rokok, sehingga menghambat upaya pengendalian tembakau (Mulyadi, 2007). Departemen Kesehatan RI merupakan badan yang bergerak khusus menangani masalah kesehatan juga melakukan berbagai cara untuk menyehatkan bangsa Indonesia diantaranya adalah pemasangan iklan akan bahaya suatu penyakit seperti halnya mengenai bahaya dari penggunaan merokok. Depkes telah memberikan informasi mengenai bahaya merokok dalam bentuk iklan menggunakan media poster dan leaflet (Depkes, 2010). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri No.188/MENKES/PB/I/2011 tentang kawasan tanpa rokok pada pasal 1 yang disebutkan fasilitas pelayanan kesehatan, proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat-tempat umum meliputi SPBU, pasar modern dan tradisional, tempat wisata, tempat hiburan, hotel, restoran dan rumah makan, tempat rekreasi, halte, tempat olah raga, terminal angkutan umum, pelabuhan, bandara, tempat angkutan barang (Kemenkes, 2011). Badan POM mencatat 14.249 iklan rokok tersebar dimedia elektronik (9.230), Media luar ruangan seperti umbul-umbul, papan reklame dan baliho (3.239), dan Media cetak (1.780). Menurut Widyatama (2005) dalam Simbolon (2009) menyebutkan bahwa beberapa kegiatan yang disponsori perusahaan secara cerdas telah menjadikan kegiatan promosi sebagai salah satu bentuk berprestasi, iklan masyarakat dan lain-lain.

Merokok dapat menjadi sebuah cara bagi remaja agar mereka tampak bebas dan dewasa saat mereka menyesuaikan diri dengan teman-teman sebayanya yang merokok. Perilaku merokok terjadi pada saat istirahat atau santai dan kesenangan, tekanan-tekanan teman sebaya, penampilan diri, sifat ingin tahu, stress, kebosanan, ingin kelihatan gagah atau pemberani dan sifat suka menentang. Hal tersebut merupakan hal yang dapat mengkontribusi mulainya merokok (Soetjiningsih, 2010). Iklan-iklan yang terdapat dimedia diidentikkan dengan rasa nikmat, berani, macho, trendi, kebersamaan, santai, optimis, penuh petualangan, kreatif dan banyak istilah yang membanggakan. Idola remaja, penyanyi, group band, atau para tokoh yang memenuhi selera pasar konsumen dilibatkan sebagai model. Industri rokok paham akan teori psikologi perkembangan remaja bahwa remaja dalam tahap mencari idolanya. Dengan banyaknya iklan yang yang menampilkan identitas yang dicari remaja, otomatis mereka larut dalam pengaruh iklan, merasa lebih dekat dengan merokok. Menurut Mulyadi (2007) dalam Simbolon (2009) menyebutkan bahwa metode persuasif yang digunakan iklan mengubah sikap dan mengondisikan antara perasaan positif dan benda yang diiklankan. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan SMA yang ada dirantau Selatan sebanyak 2 SMA yaitu SMA Siti Banun dan SMA Negeri 2 Rantau Selatan. SMA Siti Banunterletak di dekat Puskesmas dan ditepi jalan. Siswa masuk sekolah Jam 13.00 Wib, Siswa merokok ditempat-tempat umum kurang dikarenakan waktu dan tempat yang kurang memadai. SMA Negeri 2 Rantau Selatan jauh dari

Puskesmas, tempatnya yang tidak strategis, SMA Negeri 2 Rantau Selatan dekat dengan tempat bilyard, warnet, dan warung, dan Cafe. Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan oleh penulis pada remaja putra SMA Negeri 2 Rantau Selatan banyaknya siswa yang merokok di sekitar sekolah seperti warung, tempat bilyard, Cafe, halte, kantin, parkiran sekolah. Banyaknya media massa yang beredar mengundang untuk merokok terkecuali media poster dan media leaflet.wawancara singkat dengan guru dibagian kesiswaan informasi yang didapatkan bahwa di SMA Negeri 2 Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu belum pernah dilakukan penyuluhan tentang bahaya rokok melalui media poster dan media leaflet. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang Bagaimana Pengaruh media poster dan media leaflet terhadap pengetahuan dan sikap siswa tentang bahaya rokok di SMA Negeri 2 Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2015. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang akan menjadi permasalahan adalah bagaimana pengaruh media poster dan media leaflet terhadap pengetahuan dan sikap siswa tentang bahaya rokok di SMA Negeri 2 Rantau SelatanKabupaten Labuhan Batu Tahun 2015.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh media poster dan media leaflet terhadap pengetahuan dan sikap siswa tentang bahaya rokok di SMA Negeri 2 Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2015. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pengaruh media Poster terhadap pengetahuan dan sikapsiswatentang bahaya rokokdi SMA Negeri 2 Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2015. 2. Untuk mengetahui pengaruh media Leaflet terhadap pengetahuan dan sikapsiswatentang bahaya rokok di SMA Negeri 2 Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2015. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi pihak sekolah, dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk menambah pengetahuan dan sikapsiswatentang bahaya rokok di SMA Negeri 2 Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu. 2. Bagi siswamenjadi masukan dan pembelajaran tentang bahaya merokok agar untuk mengurangi tingkat prevalensi perokok dikalangan siswa khususnya siswa kelas X SMA Negeri 2 Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu. 3. Bagi peneliti selanjutnya dapat digunakan sebagai referensi ilmiah dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan bahaya rokok.