PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6-7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV GEOLOGI PANTAI SERUNI DAERAH TAPPANJENG. pedataran menempati sekitar wilayah Tappanjeng dan Pantai Seruni. Berdasarkan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

07. Bentangalam Fluvial

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasrkan peta geologi daerah Leles-Papandayan yang dibuat oleh N.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

PEMETAAN GEOLOGI METODE LINTASAN SUNGAI. Norma Adriany Mahasiswa Magister teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Pesisir merupakan daratan pinggir laut yang berbatasan langsung dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HIDROSFER Berdasarkan proses perjalanannya, siklus dapat dibedakan menjadi 3 jenis sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB IV STUDI SEDIMENTASI PADA FORMASI TAPAK BAGIAN ATAS

Geomorfologi Terapan INTERPRETASI GEOMORFOLOGI CITRA SATELIT SEBAGAI DASAR ANALISIS POTENSI FISIK WILAYAH SELATAN YOGYAKARTA

6.padang lava Merupakan wilayah endapan lava hasil aktivitas erupsi gunungapi. Biasanya terdapat pada lereng atas gunungapi.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

ACARA IV POLA PENGALIRAN

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Evaluasi Ringkas Geologi Waduk Penjalin

BAB 2 METODOLOGI DAN KAJIAN PUSTAKA...

BAB IV Kajian Sedimentasi dan Lingkungan Pengendapan

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf

BAB IV ANALISIS SEDIMENTASI

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

4/8/2011 PEMETAAN GEOMORFOLOGI UNTUK GEOLOGI ATAU GEOFISIKA. Permasalahan atau. isu yang muncul : 1. Adanya berbagai persepsi. pemetaan geomorfologi?

BAB II TINJAUAN UMUM

Bab III Geologi Daerah Penelitian

DASAR-DASAR ILMU TANAH

Bentuk lahan Asal Proses Marine

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA

DINAMIKA PANTAI (Geologi, Geomorfologi dan Oseanografi Kawasan Pesisir)

BENTUK LAHAN (LANDFORM) MAYOR DAN MINOR

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

Analisis Arah Angin Pembentuk Gumuk Pasir Berdasarkan Data Morfologi dan Struktur Sedimen, Daerah Pantai Parangtritis, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

SURVEY GEOLISTRIK DI DAERAH PANAS BUMI KAMPALA KABUPATEN SINJAI SULAWESI SELATAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB V SEJARAH GEOLOGI

KLASIFIKASI BENTUKLAHAN

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR ORISINALITAS... iii INTISARI... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL...

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

GEOLOGI DAERAH KLABANG

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

APLIKASI PJ UNTUK PENGGUNAAN TANAH. Ratna Saraswati Kuliah Aplikasi SIG 2

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

HIDROSFER III. Tujuan Pembelajaran

BAB IV HIDROGEOLOGI DAERAH PENELITIAN

DAFTAR ISI COVER HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1. I.1.

POTENSI BAHAN GALIAN GRANIT DAERAH KABUPATEN TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

BAB II GEOLOGI REGIONAL

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

5.1 PETA TOPOGRAFI. 5.2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA

ACARA III BENTANG ALAM PESISIR

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PENTINGNYA PENELITIAN DETIL DI CEKUNGAN BATURETNO

Praktikum m.k Sedimentologi Hari / Tanggal : PRAKTIKUM-3 ANALISIS SAMPEL SEDIMEN. Oleh

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATAGUNA LAHAN PERKEBUNAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009).

BAB II GEOMORFOLOGI 2. 1 Fisiografi Regional Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. topografi Indonesia yang kasar dan tidak rata dengan intensitas gempa bumi dan

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6

Transkripsi:

EKSPLORASI ENDAPAN PASIR BESI BERBASIS PETUNJUK GEOMORFOLOGI DI DAERAH PESISIR PANTAI ANTARA MUARA SUNGAI BRANG RHEE DAN MUARA SUNGAI SAMPE SUMBAWA BESAR, NUSA TENGGARA BARAT I Nyoman Sutiawan 1* Bambang Kuncoro 2 Mahasiswa Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta 1 Staff Pengajar Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta 2 *Email : inyomansutyawan@yahoo.com SARI Dalam ekplorasi diperlukan metode yang tepat guna agar sasaran eksplorasi tercapai tepat dan terencana dalam waktu singkat serta kegiatan ekplorasi dapat berjalan dengan lancar dan tidak memerlukan biaya mahal. Kajian geomorfologi merupakan petunjuk geologi yang sesuai untuk eksplorasi endapan pasir besi, di dalamnya membahas tentang proses-proses geomorfologi, bentuklahan, pola pengaliran dan bantuan sumber yang sangat erat kaitannya dengan keterdapatan dan sebaran endapan pasir besi. Penelitian ini dilakukan di pesisir pantai antara Muara Sungai Brang Rhee dan Muara Sungai Sampe. Kedua sungai tersebut berhulu di Gunung Berapi Olet Batu Lanteh dan Gunung Olet Bulu Pasak yang melalui satuan breksi andesit-basal yang litologinya tersusun atas breksi gunungapi, lahar, tuf, abu, dan lava bersusun andesit, basal, andesit yang mengandung magnetit. Metode yang diterapkan adalah dengan memperhatikan pola pengaliran dan batuan sumber pesisir pantai tempat akumulasi endapan pasir besi, mengkaji bentuklahan yang berpotensial mengandung endapan pasir besi, pembuatan profil singkapan dan pengukuran kepekatan tingkat kemagnetan. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, maka dapat diketahui bahwa keberadaan black sand dipengaruhi oleh proses-proses geomorfologi yang mengendalikannnya. Selanjutnya sebaran blacksand mengikuti pola sebaran struktur sedimen laminasi sejajar, laminasi bergelombang dan struktur perlapisan sejajar. Pola sebaran blacksand juga dikendalikan oleh struktur melensa. Sebaran blacksand ini dipengaruhi oleh arus ombak pantai, pasang surut air laut dan musim dalam hal ini adalah banjir pada waktu-waktu tertentu. Sehingga dengan mengetahui kendali geomorfologi, maka sangat membantu di dalam kegiatan eksplorasi. Kata kunci : pasir besi, eksplorasi, petunjuk geomorfologi, struktur sedimen. I. PENDAHULUAN Seorang ahli geologi yang bekerja di bidang eksplorasi haruslah mampu menentukan lokasi-lokasi yang prospek akan melimpahnya sebaran endapan pasir besi. Keterdapatannya endapan pasir besi dapat diketahui dengan pendekatan geomorfologi dan dibangunnya model geologi berbasis petunjuk geomorfologi. Petunjuk geomorfologi adalah petunjuk geologi yang sesuai dan erat kaitannya untuk endapan placer pasir besi. Pola pengaliran, bentuklahan dan proses-proses geomorfologi merupakan petunjuk geomorfologi baik secara langsung maupun tidak langsung. Selanjutnya dapat ditentukan model eksplorasi yang sesuai dengan karakteristik dan kondisi geologi di daerah penelitian. Koesoemadinata (1996) menjelaskan unsurunsur model geologi regional dan rinci. Selanjunya apabila dikaitkan dengan endapan pasir besi adalah bahwa unsurunsur model geologi regional meliputi batuan sumber dan atau asosiasi batuan yang berhubungan erat dengan endapan pasir besi, 366

II. proses-proses geomorfologi yang membentuk endapan pasir besi, karakteristik wadah endapan pasir besi dan waktu pembentukan endapan pasir besi. Selanjutnya model geologi rinci endapan pasir besi adalah bentuk dan dimensi serta hubungannya dengan keadaan geologi sekelilingnya. Menurut Sukandarrumidi (2007), mineral besi yang menunjukkan potensi dan mempunyai nilai ekonomi adalah magnetik (Fe2O4) dengan kadar besi 72,4%, hematit (Fe2O3) 70%, Limonit (Fe2o3.H2O) 59-63% dan Siderit (Fe2CO3) 48,2%. Kuncoro (2011) telah melakukan penelitian endapan pasir besi di sepanjang Muara Opak kearah barat. Hasilnya dinyatakan bahwa semakin menjauhi muara dan semakin menjauhi pantai sejajar arah angin pasat tenggara, maka kandungan atau derajat kemagnetannya semakin kecil. Bentuklahan mengendalikan sebaran dengan kandungan derajat kemagnetan endapan pasir besi. Menurut Verstappen (1983) dalam terjemahan oleh Sutikno (2014), kaitan antara geomorfologi dan endapan mineral bukan merupakan hal yang hanya terbatas dari konfigurasi medan itu sendiri. Bermacam proses geomorfologi berperan khusus jika terkait dengan endapan placer. Tipe-tipe endapan pasir besi memberi penekanan pada aspek morfogenesis dan morfokronologi. Akhirnya upaya membangun model geologi berbasis petunjuk geomorfologi dapat memberikan keterangan mengenai keterdapatan, sebaran dan melokalisasi daerah yang mengandung endapan pasir besi. Selanjutnya dapat ditentukan model eksplorasi yang tepat sebagai antisipasi terhadap model geologi yang telah dibangun. MODEL GEOLOGI REGIONAL Batuan sumber dan atau asosiasi batuan yang berhubungan erat dengan endapan pasir besi di daerah penelitian berasal dari Gunung berapi Olet Batu Lanteh dan Gunung Olet Bulu Pasak. Berdasarkan peta geologi lembar Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (Sudradjat dkk., 1998) 367 dan berkaitan dengan endapan pasir besi, diketahui adanya batuan yang menjadi sumber endapan pasir besi, yaitu batuan gunungapi yang terdiri atas breksi gunungapi, lahar, tuf, abu, dan lava bersusun andesit, basal, andesit yang mengandung magnetit (gambar 1). Proses-proses geomorfologi yang membentuk endapan pasir besi terdiri atas proses pelapukan, erosi, transportasi, sedimentasi serta proses-proses yang berkaitan dengan angin yaitu arah bertiupnya angin dan marin yaitu pasang-surut, ombak serta arus air laut. Menurut Kuncoro (2011), besi dibebaskan dari batuan asalnya dengan pelapukan secara mekanik atau hasil dari dekomposisi batuan yang telah teroksidasi atau terhidroksida. Pelarutan dan pengangkutan merupakan proses yang berhubungan erat dengan proses pembentukan endapan secara kimia. Material setelah terlarutkan kemudian terangkut bersama pelarut sebagai senyawa kimia tertentu atau sebagai padatan. Besi dibebaskan dari batuan induknya dapat dalam bentuk ion ferri (bervalensi 3) atau ion ferro (bervalensi 2). Dalam keadaan ion ferro besi mudah larut, sedangkan dalam ion ferri sukar larut. Besi yang dibebaskan dari batuan induk dalam bentuk ion ferro, kemudian segera teroksidasi menjadi ferric oxide/hematit (Fe 2O 3). Proses ini merupakan proses dimana deposit residual terbentuk dengan material-material yang tidak diinginkan terlarut (misalnya silikat, karbonat, atau garam-garam tertentu). Pengendapan besi yang terangkut dalam bentuk suspensi terjadi karena adanya reaksi kimia antara larutan yang mengandung besi dan larutan kimia di lingkungan pengendapan tersebut. Akibat perubahan kondisi lingkungan dapat menyebabkan senyawa besi mengendap, yakni akibat perubahan keasaman (ph), potensial redoks (Eh), tekanan karbondioksida (pco 2), atau tekanan belerang (ps 2- ). Secara traksi diakibatkan oleh berkurangnya energi pengangkutannya. Jika ditinjau, kondisi pantai sangat mempengaruhi akumulasi dan sebaran endapan pasir besi. Hal ini juga berkaitan dengan proses-proses geomorfologi dan

III. wadah tempat terakumulasinya endapan pasir besi yaitu bentuklahan. Proses-proses yang berkaitan dengan marin seperti pasangsurut, arus ombak dan angin berperan dalam penyebaran endapan pasir besi. METODE PENELITIAN 3.1 Pemilihan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di daerah pesisir pantai antara Muara Sungai Brang Rhee dan Muara Sungai Sampe Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat. Kriteria dipilihnya daerah penelitian ini adalah: 1. Adanya batuan sumber endapan pasir besi yang berasal dari satuan batuan di hulu sungai daerah penelitian, baik yang bersumber dari Gunung Berapi Olet Batu Lanteh (sebelah Barat), maupun Gunung Olet Bulu Pasak (sebelah Timur). 2. Adanya aliran sungai yang mengalir dari hulu sampai ke hilir sungai yaitu daerah pesisir pantai. 3. Adanya proses geomorfologi berupa proses eksogen yang berlangsung, yaitu pelapukan, erosi, pengangkutan (transportasi), angin, arus ombak dan air. 4. Terdapatnya wadah tempat endapan pasir besi terakumulasi. 3.2 Sampel dan Pengamatan Endapan Pasir Besi Dalam pengambilan sampel, dilakukan di 11 titik pengamatan, yaitu sepanjang pesisir pantai antara Muara Sungai Brang Rhee dan Muara Sungai Sampe Sumbawa Besar. Pengambilan sampel ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik sebaran pasir besi secara lateral maupun vertikal. Sebaran secara vertikal digambarkan dalam bentuk profil singkapan, sementara sebaran secara lateral digambarkan dari titik-titik pengamatan di pesisir pantai Muara Sungai Brang Rhee dan Muara Sungai Sampe Sumbawa Besar. IV. 3.3 Objek Penelitian dan Objek Pengamatan Adapun objek penelitian yang dilakukan adalah mengetahui karakteristik sebaran endapan pasir besi. Objek pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan: 1. Pola pengaliran: mengamati rangkaian pola pengaliran yang mengalir dari hulu ke hilir sungai, yang mana pada hulu sungai diketahui adanya batuan sumber yang mengalami pelapukan kemudian tererosi dan terbawa oleh aliran sungai sampai ke hilir. 2. Bentuklahan: mengamati karakteristik bentuklahan tempat terakumulasinya endapan pasir besi yang dipengaruhi oleh arus ombak. 3. Melakukan pengamatan secara megaskopis pada beberapa lokasi pengamatan berupa singkapan hasil trencing yang diwujudkan dalam bentuk profil. HASIL Berdasarkan himpunan data sekunder dan data primer, maka hasil data sekunder adalah: 4.1 Pola pengaliran Di daerah penelitian ditemukan adanya beberapa sungai utama yang mengalir dan bermuara di bagian utara Pulau Sumbawa (gambar 5). Sungai-sungai tersebut antara lain: 1. Bagian paling Timur yaitu Muara sungai Sampe. Sungai ini merupakan aliran dari cabang-cabang sungai yang berhulu di Gunung Olet Bulu Pasak yang berkomposisi breksi gunungapi, lahar, tuf, abu, dan lava bersusun andesit, basal, andesit yang mengandung magnetit, yang mana umur batuan pada gunung ini diketahui lebih muda dari Gunung Berapi Olet Batu Lanteh 2. Bagian Paling Barat yaitu Muara sungai Brang Rhee. Sungai ini merupakan aliran utama dari cabang-cabang sungai 368

yang berhulu di Gunung Berapi Olet Batu Lanteh yang berkomposisi breksi gunungapi, lahar, tuf, abu, dan lava bersusun andesit, basal, andesit yang mengandung magnetit Semua sistem aliran sungai, baik sungai utama maupun cabang-cabang sungainya berasal dan melewati Satuan breksi andesitbasal yang terdiri atas breksi gunungapi, lahar, tuf, abu, dan lava bersusun andesit, basal, andesit yang mengandung magnetit. 4.2 Bentuklahan Bentuklahan daerah penelitian ditentukan berdasarkan interpretasi dari citra google earth dan fenomena di lapangan, yaitu: 1. Terdapat kenampakkan pesisir pantai yang memanjang relatif timur-barat berupa garis pantai (coast line), beting bergisik dan barrier beach. Garis pantai merupakan garis yang membatasi antara permukaan dataran dan air. Garis pantai dapat berubah-ubah sesuai dengan pasanga-surut air laut. Beting bergisik memiliki relief bergelombang, sejajar dengan garis pantai dan tersusun oleh material-material lepas berukuran kasar-halus. Barrier beach merupakan penghalang yang membentang sejajar dengan agris pantai. Biasanya tersusun oleh material lepas berukuran lebih halus. 2. Dataran pantai yang berubah-ubah, ketika air laut pasang, maka air laut masuk dan menggenangi sampai ke dataran pantai di sisi sungai, sementara saat air laut surut, dataran pantai mengering (gambar 2.). Maka proses dari angin yang berperan dalam penyebaran endapan pasir besi di dataran pantai. 3. Muara sungai yang berbelok relatif ke arah timur. Kenampakan ini bisa ditafsirkan sebagai akibat dari perubahan cuaca dan arus ombak. Ketika cuaca panas, maka air yang mengalir di sungai lebih lambat, sehingga peran arus ombak dalam mengerosi muara sungai. 4. Bentulahan disusun litologi endapan pasir yang diangkut aliran sungaisungai, kemudian terbawa air laut sepanjang pantai dan selanjutnya dihempas gelombang dan angin ke arah darat. 4.3 Karakteristik Sebaran Endapan Pasir Besi Karakteristik sebaran pasir besi dan kepekatan kemagnetan diwujudkan dalam bentuk profil yang didapat dari titik-titik pengamatan (Gambar 3), yaitu: 1. Semakin dekat dengan muara, ukuran butir semakin kasar, kemudian berangsur-angsur semakin menjauhi muara sungai ukuran butir semakin halus. 2. Blacksand semakin menipis menjauhi muara sungai. 3. Semakin jauh dari muara sungai, material yang ditarik magnet hanya sedikit, sebaliknya di dekat muara sungai material yang ditarik oleh magnet lebih banyak. 4. Penyebaran blacksand ditandai dengan adanya struktur sedimen berupa laminasi sejajar, laminasi bergelombang dan struktur perlapisan sejajar. Pola sebaran blacksand juga dijumpai pada struktur melensa (gambar 4.). 5. Namun di dijumpai di tempat yang jauh dari muara sungai terdapat blacksand yang relatif tebal dengan ukuran butir yang lebih halus. Hal ini dimungkinkan akibat lokasi pengamatan tersebut berada di lekukan pantai, yang artinya material-material tersebut terkumpul di lekukan pantai ketika air pasang. Karena pada lokasi ditemukan adanya genangan air laut (gambar 6.). V. PEMBAHASAN 1.1 Petunjuk Geomorfologi Sebagai Petunjuk Endapan Pasir Besi Secara Tidak Langsung Dengan menerapkan petunjuk geomorfologi, maka dapat untuk memperkirakan kondisi 369

fisik dimana pasir besi dengan kandungan magnetik tinggi terakumulasi. Secara tidak langsung, kondisi fisik tergambarkan oleh adanya kendali pola pengaliran, prosesproses geomorfologi dan bentuklahan tempat terakumulasinya endapan pasir besi. Interpretasi pola pengaliran mulai dari sistem percabangan sungai utama yang berada di hulu, kemudian bermuara di sungai utama dan berakhir di tepi pantai di bagian hilir sungai, maka dapat diketahui batuan sumber berikut komposisi yang dibawa oleh aliran sungai. Kandungan endapan pasir besi paling banyak dimungkinkan dibawa oleh aliran sungai Brang Rhee karena hulunya merupakan sistem percabangan pola aliran dari Gunung Berapi Olet Batu Lanteh dan Gunung Olet Bulu Pasak (gambar 5.) Di beberapa bagian aliran sungai melewati satuan batuan yang mengandung karbonat (batugamping), yaitu Satuan terumbu koral terangkat tersusun atas batugamping terumbu karang dan pecahan batugamping koral, meskipun di beberapa tempat mengandung kepingan batuan hasil gunungapi berupa andesit, andesit piroksen, dan andesit berongga. Sehingga material pasir yang diangkut oleh aliran sungai bercampur dengan pengotor yang berasal dari satuan batuan lainnya. 5.2 Petunjuk Geomorfologi Sebagai Petunjuk Endapan Pasir Besi Secara Langsung Petunjuk geomorfologi secara langsung dapat diketahui dari kenampakkan bentuklahan yang menunjukkan adanya endapat pasir besi. Proses-proses geomorfologi yang bekerja sampai sekarang adalah proses fluvial, angin dan arus ombak. Terdapat tujuh bentuklahan yang ada di daerah penelitian. Namun yang berasosiasi dengan endapan pasir besi adalah beting bergisik (tabel 1.), barrier beach dan garis pantai (coast line). Dalam proses pembentukannya, semua bentuklahan yang berasosiasi dengan endapan pasir besi dipengaruhi oleh kekuatan gelombang, pasang surut dan arus air laut, termasuk penyebaran endapan pasir besi. 370 Penyebaran endapan pasir besi sangat dipengaruhi oleh kekuatan ombak dan arus air laut. Sehingga penyebaran endapan pasir besi menjadi tidak beraturan. Hal ini dibuktikan dengan adanya lapisan blacksand yang relatif tebal di beberapa tempat yang jauh dari muara sungai. Semua itu dimungkinkan akibat lokasi pengamatan berada di lekukan pantai, yang artinya material-material tersebut terkumpul di lekukan pantai ketika air pasang, Karena pada lokasi ditemukan adanya genangan air laut (gambar 6). Berkembangnya barrier beach, vegetasi dan lahan tambak yang ada di sekitar daerah penelitian menyebabkan penyebaran pasir besi sangat terbatas. Proses angin tidak dapat mengangkut material menuju ke daratan, sehingga proses yang bekerja adalah kekuatan ombak dan arus (proses marin) (gambar 6). Lapisan endapan pasir besi menunjukkan pola struktur sedimen yang berbentuk melensa, sejajar, bergelombang, dan tidak teratur (irregular) sesuai variabilitas kelompok mineral beratnya, struktur sedimen, dan proses kekuatan ombak dan arus yang bekerja (Gambar 7). 5.3 Model Eksplorasi Endapan Pasir Besi Model eksplorasi merupakan penerapan model geologi yang digunakan dalam eksplorasi endapan pasir besi. Model eksplorasi berkaitan dengan kondisi secara regional maupun secara detil (lokal). Berdasarkan petunjuk geomorfologi daerah penelitian, maka dapat dibangun model eksplorasi di daerah penelitian, yaitu: 1. Kriteria pemilihan daerah berdasarkan kondisi geologi dan genesa pasir besi yang berkaitan dengan batuan sumber. Batuan sumber berkaitan dengan satuan batuan yang ada disekitar daerah penelitian. Adanya sistem percabangan dari sungai utama yang berhulu dari batuan sumber yang mengandung besi. Proses-proses geomorfologi yang berkaitan dengan pelapukan, erosi dan transportasi aliran sungai serta sebaran pasir besi yang dipengaruhi oleh

kekuatan ombak, arus dan pasang surut air laut. 2. Terpilihnya lokasi penelitian yaitu di daerah sepanjang pesisir pantai antara Muara Sungai Brang Rhee dan Muara Sungai Sampe, dimana tingkat kemagnetan lebih besar berada di dekat muara sungai, meskipun tingkat kemagnetan besar ada dibeberapa tempat jauh dari muara sungai. 3. Petunjuk geomorfologi secara langsung maupun tidak langsung, berkaitan dengan kondisi geologi. Petunjuk geomorfologi secara langsung berkaitan dengan pola pengaliran, bentuklahan dan batuan sumber (interpretasi petapeta topografi, pola pengaliran, geologi regional dan google earth). Sementara petunjuk geomorfologi secara langsung berkaitan dengan bentuklahan yang berasosiasi dengan pasir besi, sebaran endapan pasir besi dan pola sebaran pasir besi (blacksand) yang tergambarkan dalam struktur sedimen. 4. Sebaran endapan pasir besi, baik secara vertikal maupun lateral. Secara vertikal diwujudkan dalam bentuk profil singkapan hasil trenching. Kemudian secara lateral sebaran endapan pasir besi digambarkan dari titik-titik VI. VII. pengamatan di sepanjang pesisir pantai antara Muara Sungai Brang Rhee dan Muara Sungai Sampe. KESIMPULAN Berdasarkan petunjuk geomorfologi berupa kriteria pemilihan daerah, membangun model geologi sampai pada membangun model eksplorasi, maka ekplorasi dapat berjalan dengan terencana, singkat, cepat, tidak memerlukan biaya mahal dan mencegah timbulnya resiko yang tidak diharapkan. Berdasarkan penelitian di daerah pesisir pantai antara Muara Sungai Brang Rhee dan Muara Sungai Sampe, maka model eksplorasi endapan pasir besi daerah penelitian dapat digunakan sebagai pedoman dalam eksplorasi lain dengan kondisi dan proses geomorfologi yang sama. UCAPAN TERIMA KASIH Terimakasih kepada Dr. Ir. Bambang Kuncoro, M.T. selaku pembimbing. Terima kasih kepada saudara Sahril, S.Pd. yang telah membantu dalam pengumpulan data lapangan serta kedua orang tua yang telah membantu dalam menghimpun data lapangan. DAFTAR PUSTAKA Kuncoro, Bambang, P. 2011. Kriteria Pemilihan Daerah Endapan Pasir Besi: Kasus Wilayah Pesisir Pantai Muara Sungai Opak dan Sungai Bogowonto. Yogyakarta. Koesoemadinata, R.F., 1996. Perencanaan Eksplorasi. ITB. Bandung Sudradjat dkk., 1998. Peta Geologi Lembar Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi. Bandung. Suharini, Erni dan Palangan, Abraham. 2014. Geomorfologi: Gaya, Proses Dan Bentuklahan. Penerbit Ombak. Yogyakarta. Sukandarrumidi. 2007. Geologi Mineral Logam: Untuk Eksplorer Muda. Percatakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Hal. 126-144. 371

Verstappen, Th. 1983. Applied Geomorfology: geomorfological survey for environmental development. Elsevier. Amsterdam-New York. Diterjemahkan oleh Sutikno. 2014. Geomorfologi Terapan: Survei Geomorfologi Untuk Pengembangan Lingkungan. Penerbit Ombak. Yogyakarta. TABEL Tabel 1. Karakteristik Bentuklahan BENTUK LAHAN Beting bergisik MORFOLOG I Lereng cembung PROSES/JENIS EROSI MATERIAL MORFO-ASOSIASI TUTUPAN LAHAN Proses marin oleh aktivitas air laut Bentuklahan Marin Pasir kasar oleh proses marin Memanjang relatif barat-timur sepanjang garis pantai Vegetasi Garis pantai Datar Proses marin oleh aktivitas air laut Pasir kasar oleh proses marine Memanjang sepanjang Vegetasi dan sejajar pantai, batas antara dengan beting bergisik pantai dan dataran Barrier beach Lereng cembung Proses marin oleh aktifitas air Pasir halussedang laut dan angin Bentuklahan aluvial Memanjang sepanjang pantai, berbatasan Vegetasi dan sejajar dengan dataran dan dengan bting bergisik beting bergisik Dataran aluvial Dataran aluvial pantai Dataran limpah banjir Datar Datar Datar lereng berteras Erosi dan deposisi sungai Proses-proses intrusi air laut dan deposisi angin Erosi dan deposisi Kerakal, kerikil, pasir, lempung Pasir Kerakal, kerikil, pasir, lempung Sepanjang sungai Berbatasan dengan bentuk- lahan marin Sepanjang sungai Sawah, vegetasi, tambak dan perkampung-an tanahnya tebal Sawah, vegetasi, tambak dan perkampungan Tegalan dan sawah Tubuh Sungai Lereng Cekung Proses fluviatil Endapan sungai Alur sungai Dapat berkembang oleh proses erosi dan sedimentasi 372

GAMBAR PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 Gambar 1. Peta geologi lembar Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (Sudradjat dkk., 1998), Lingkaran biru merupakan daerah penelitian Gambar 2. Kenampakkan kondisi saat air (A) surut dan (B) pasang. 373

Gambar 3. Kenampakan singkapan pasir besi dan kandungan kepekaan magnet, serta posisinya dekat atau jauh dari muara sungai 374

Gambar 4. Kenampakkan struktur sedimen dari blacksand 375

Gambar 5. Rangkaian aliran-aliran Sungai Brang Rhee dan Sungai Sampe. Lingkaran kecil berwarna biru merupakan lokasi pengamatan Gambar 6. Kenampakkan bentuklahan yang berkembang di daerah penelitian 376

Gambar 7. Lokasi endapan pasir besi yang jauh dari muara sungai yang terdapat lapisan blacksand relatif tebal 377