TRADISI BONDANG DAN TANTANGAN GLOBALISASI: Studi Kasus di Desa Silo Lama, Kecamatan Air Joman, Kabupaten Asahan, Propinsi Sumatera Utara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah adalah peristiwa yang terjadi di masa lampau. Persfektif sejarah

AGROPASTURA DAN PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL UNTUK KEBERLANJUTAN PERTANIAN DI ASAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

menerjemahkan setiap konteks yang ada di dalam suatu karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

BAB I PENDAHULUAN. peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara pada umumnya dan Kota Medan khususnya adalah salah

BAB IV KESIMPULAN. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto adalah Lintang Selatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Dairi, Nias, Sibolga, Angkola, dan Tapanuli Selatan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

PERTEMUAN 5 Pengertian Kebudayaan MK ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan

BAB II. IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIk. 2.1 Sejarah Berdirinya Gereja Katolik Santo Diego Martoba

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. keunikan masyarakat Indonesia itu sangat berkaitan erat dengan keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. daerah atau suku- suku yang telah membudaya berabad- abad. Berbagai ragam

PENCAK SILAT GAYA BOJONG PADA PAGURON MEDALSARI DESA BOJONG KECAMATAN KARANG TENGAH DI KABUPATEN CIANJUR

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut menjadi isu yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah apa yang tampak dan apa yang muncul dari dalam mendorong sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

Community Development di Wilayah Lahan Gambut

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia kaya akan kebudayaan. sangat erat dengan masyarakat. Salah satu masyarakat yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Batak Pakpak, Batak Toba, Batak Angkola, dan Mandailing. Di. dengan cara mempelajarinya. (Koentjaraningrat, 1990:180)

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan yang luas. Gejala ini mulai muncul sejak awal abad ke-20 dan mengakibatkan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing,

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanah Dairi terletak di bagian pegunungan bukit barisan melintang di

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di

BAB I PENGANTAR. I.I. Latar Belakang Masalah. secara kolektif dalam suatu masyarakat ( Mardimin, 1994: 55 ). Berdasarkan

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

I. PENDAHULUAN. terdapat beranekaragam suku bangsa, yang memiliki adat-istiadat, tradisi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Simalungun, Pakpak, Mandailing, dan Angkola. Masyarakat tersebut pada

2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam membedakan suku-suku yang ada di Sumatera Utara. Yaitu ende dan ende-ende atau endeng-endeng. Ende adalah nyanyian

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

Transkripsi:

TRADISI BONDANG DAN TANTANGAN GLOBALISASI: Studi Kasus di Desa Silo Lama, Kecamatan Air Joman, Kabupaten Asahan, Propinsi Sumatera Utara Edy Suhartono Aktivis Ornop SPSU dan JALA Abstrak Pengelolaan lahan pertanian tidak hanya menyangkut aspek teknis, tetapi biasanya juga kait-mengait dengan sistem budaya, sistem sosial, dan kepercayaan yang hidup di dalam suatu komunitas. Modernisasi pertanian selama beberapa dekade terakhir ini di satu sisi telah membawa dampak positif pada peningkatan produktivitas lahan pertanian, tetapi di sisi lain juga mengakibatkan hilangnya tradisi-tradisi lokal dalam pengelolaan pertanian. Tulisan ini menguraikan salah satu tradisi lokal yang masih bertahan hidup di tengah perubahan zaman menuju globalisasi, yaitu tradisi bondang di Asahan. Kata kunci: bondang, ritus adat, tarikat Gambaran Umum Desa Silo Lama merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Air Joman, Kabupaten Asahan, yang hingga saat ini masih menjalankan berbagai aktivitas adat di dalam sendi-sendi kehidupannnya. Salah satu aktivitas tersebut adalah dalam kegiatan pertanian. Sebagaimana diketahui bahwa masyarakat di daerah ini pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani. Berbeda dengan petani-petani pada umumnya, petani di desa ini memiliki keunikan tersendiri di dalam melaksanakan kegiatan bertani. Mereka pada umumnya masih bersandar pada nilai-nilai dan tradisi yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat tersebut. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat akan memulai aktivitas penanaman (disebut buka Bondang) serta pada saat akan melakukan panen (tutup Bondang). Apa yang menarik dari kegiatan ini adalah bahwa selain bersandarkan pada kearifan tradisional, konsep pertanian bondang ini ternyata cukup sinergis dengan upaya menciptakan keseimbangan lingkungan. Dalam rangka aktivitas pertanian Bondang ini petani tidak menggunakan sama sekali zat-zat kimia maupun obat-obatan yang dapat mengakibatkan berbagai dampak pada kesehatan dan kerusakan lingkungan. Kegiatan pengolahan lahan pertanian dari mulai tanam hingga panen sepenuhnya dilakukan secara tradisional, tanpa menggunakan bahan-bahan kimia. Oleh sebab itu, sebagai salah satu bentuk kearifan tradisional masyarakat, tradisi Bondang ini penting untuk diselamatkan. Desa Silo Lama terletak lebih kurang 20 km sebelah timur laut dari Kota Kisaran, sehingga mudah dicapai. Desa ini cukup dikenal, khususnya bagi masyarakat Asahan. Di desa inilah pernah berdiam seorang alim yang bernama Syekh Silo atau Syekh Haji Abdurrahman Urrahim bin Nakhoda Alang Batubara. Beliaulah yang pertama kali membuka hutan di kawasan ini yang selanjutnya menjadi cikal bakal desa, yakni Desa Silo Lama dan Desa Silo Bonto. Selain alim, beliau juga memiliki kemampuan untuk mengobati penyakit serta memberikan nasihat bagi warga yang membutuhkan. Karena kemampuannya ini, nama Syekh Silo cukup dikenal berikut Ajaran Tarekat Al Satariyah yang dipimpinnya. 102

Edy Suhartono Tradisi Bondang dan Tantangan Globalisasi: Studi Kasus... Ada beberapa kebiasaan hidup yang diajarkan oleh Syekh Silo kepada para pengikutnya; yang ini kemudian mengakar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, yakni tradisi Jamu Laut dan Aktivitas Pertanian Bondang. Salah satunya yang akan diungkap di sini adalah aktivitas pertanian Bondang. Aktivitas pertanian ini merupakan bentuk kearifan tradisional masyarakat dalam rangka pengelolalan lingkungan hidup, khususnya di bidang pertanian. Acara ini dibuat dalam upaya membentuk tertib tanam padi serentak. Berdasarkan catatan almarhum Syekh Silo kegiatan pertanian Bondang ini sudah dilakukan sejak tahun 1925. Kegiatan ini merupakan perpaduan antara nilai-nilai yang terkandung di dalam agama Islam serta kepercayaan tradisional masyarakat terhadap adanya kekuatan gaib di dalam aktivitas pertanian. Aktivitas Bondang Bondang adalah istilah dalam bahasa Melayu untuk menyebut lahan. Aktivitas Bondang baik pada saat buka maupun tutup secara umum dapat dilihat dalam beberapa tahapan proses, yakni: (1) potong ayam; (2) nasehat dari tokoh adat tentang arti penting Bondang; (3) zikir dan do a; (4) dialog dengan kekuatan gaib; (5) tepung tawar bibit. Kegiatan ini biasanya dimulai dengan penyembelihan ayam yang dibawa oleh warga desa di tempat tertentu. Darah sembelihan, tulang belulang sisa makanan serta kotoran hewan sembelihan diletakkan di tempat yang telah ditetapkan sebagai persembahan. Selanjutnya warga desa berkumpul di tempat tersebut dan membaca takhtim, takhlil, dan do a serta menepungtawari benih yang dibawa oleh masing-masing warga. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan hasil panen yang memuaskan serta terhindar dari gangguan hama dan sebagainya. Selain pembacaan do a bersama, juga dilakukan proses dialog antara seorang datuk dengan kekuatan gaib melalui medium yang terdiri dari beras (warna kuning dan putih) serta jagung yang diletakkan dalam satu wadah yang beralaskan daun. Di atas beras dan jagung ini kemudian diletakkan 4 buah telur (yang bagian atasnya telah dilubangi). Telur ini diletakkan bersisian, masing-masing dengan sebatang rokok dan wadah pembungkus yang terbuat dari daun. Rokok diletakkan di antara telur dan pembungkus daun. Kesemua perlengkapan persyaratan ini, kemudian dimasukkan ke dalam tanah. Selanjutnya berlangsunglah proses dialog antara datuk dengan kekuatan gaib setempat. Pada saat acara buka Bondang, do a yang dipanjatkan biasanya berisi pengharapan agar bibit yang akan ditanam memberikan hasil yang memuaskan. Akan halnya proses dialog, isinya tidak jauh beda; yakni mengharapkan penjagaan dari kekuatan gaib agar tanamannya benar-benar memberikan hasil yang melimpah dan dihindarkan dari segala bentuk kesulitan yang mungkin terjadi; khususnya yang berasal dari dunia gaib. Sementara itu, pada acara tutup Bondang proses dan substansi acara tidak jauh berbeda, namun lebih ditekankan pada pengungkapan tanda rasa syukur atas hasil panen padi. Pada kedua acara (buka dan tutup Bondang) akan dipimpin oleh seorang pengetua adat (datuk), ustadz serta tokoh masyarakat. Sebagai acara terakhir, setelah pembacaan do a dan acara dialog dengan kekuatan gaib selesai dilanjutkan dengan acara tepung tawar; yakni menepungtawari bibit tanaman yang akan ditanam. Acara penepungtawaran ini sambil diiringi dengan teriakan menjadi padi maksudnya adalah agar bibit yang akan ditanam nantinya dapat benarbenar menghasilkan padi yang baik. Setelah seluruh prosesi acara selesai dilanjutkan dengan acara makan bersama. Sistem Sosial Tak dapat dipungkiri bahwa kedudukan Syekh Silo di seantero Asahan cukup dikenal baik, dan cukup mengakar khususnya di Desa Silo Lama. Sebagai pendatang serta perintis di daerah ini, kehadiran Syekh Silo cukup memberi pengaruh terhadap kehidupan di masyarakat. Hal ini terbukti dengan terbentuknya karakter dan kebiasaan hidup di masyarakat yang sepenuhnya mengacu dari ajaran dan aturan yang diterapkan oleh Syekh Silo. Sebagai misal, dalam hal ketaatan terhadap peraturan dan larangan yang telah ditetapkan, maka akan ada ganjaran atau hukuman yang sifatnya mendidik. Seperti larangan mencuri, tidak boleh berzina, tidak boleh mabuk-mabukan, tidak boleh berjudi, tidak boleh menipu. Setiap yang melakukan pelanggaran terhadap larangan yang telah ditetapkan akan dikenakan ganjaran; yang sifatnya mendidik. Tinjauan secara etnisitas, warga masyarakat yang bermukim di desa ini sebagian 103

besar terdiri dari etnis Melayu dan Jawa serta Batak Toba dalam jumlah yang relatif lebih sedikit. Warga masyarakat di desa ini pada umumnya bekerja sebagai petani, di samping pekerjaan lain seperti pedagang, pegawai negeri, sektor informal dan home industry. Selain agama Islam, di desa ini juga terdapat penganut agama Kristen Protestan dan Katolik. Kedatangan suku bangsa Batak di daerah ini diperkirakan berasal dari daerah Tapanuli Utara pada masa penjajahan Belanda sebagaimana yang diungkap Cunningham dalam The Postwar Migration of Toba Batak to East Sumatra, (1958). Meskipun Syekh Silo sudah tidak ada, namun ajaran-ajaran beliau melalui tarekat Al Satariyah yang diajarkan kepada masyarakat cukup mengakar dan mewarnai dinamika kehidupan sosial di dalam masyarakat. Seiring dengan perjalanan waktu, sosok dan kharisma Syekh Silo sebagai tokoh panutan di wilayah ini tampaknya akan ditentukan oleh waktu dan Jama ah tarekat Al Satariyah yang ada di daerah ini. Sejauh tarekat ini masih eksis di tengahtengah masyarakat, maka dengan sendirinya sistem sosial yang sudah terbangun selama ini akan terus mampu bertahan. Hal ini sekaligus menentukan bagi hidup matinya tradisi Bondang sebagai sebuah momentum kegiatan pertanian yang merupakan warisan dari ajaran Syekh Silo. Karena ajaran Al Satariyah cukup begitu kuat di daerah ini, yang inti ajarannya mengacu dan merupakan perluasan dari nilai-nilai ajaran Islam dengan sendirinya telah menjadi penopang dan sendi-sendi kehidupan di dalam masyarakat. Dengan kata lain, sistem sosial yang menjadi dasar bentukan kehidupan masyarakat sepenuhnya berada dalam kaidah nilai-nilai agama Islam. Oleh karenanya, realitas sistem sosial yang ada di desa ini sebenarnya bisa dilihat dari kehidupan di dalam jama ah tarekat Al Satariyah. Sistem Budaya Mengingat kuatnya pengaruh ajaran Syekh Silo di desa ini, dengan sendirinya telah merasuk di dalam pola-pola kehidupan masyarakat. Jika sistem budaya dimaknai sebagai sistem perilaku, maka sistem budaya masyarakat di Desa Silo Lama identik dengan sistem nilai yang dibangun oleh Syekh Silo melalui tarekat Al Satariyah yang diajarkannya. Karena apapun alasannya sistem budaya sebenarnya meliputi sistem dan pola-pola tingkah laku masyarakat yang menjadi suatu kebiasaan dan kecenderungan umum dari masyarakatnya. Sistem budaya yang mengacu sistem dan pola-pola kelakuan masyarakat sesungguhnya implisit dan menjadi bagian integral dari sistem nilai budaya. Sistem nilai budaya inilah yang menjadi dasar bagi terbentuknya karakter dan kepribadian masyarakat. Pada masyarakat Desa Silo Lama, karakter dan kepribadian yang dilandasi oleh nilai-nilai hidup agama Islam sebenarnya cukup relevan dengan entitas Melayu sebagai sebuah etnik yang notabene nilai-nilai budayanya banyak merujuk pada agama Islam. Di sini terlihat betapa sistem nilai yang terkandung di dalam agama (baca: Islam) pada akhirnya mampu mewarnai corak dan nilai-nilai budaya Melayu. Sebagai salah satu bentuk ekspresi dan manifestasi dari sistem budaya yang ada pada masyarakat Desa Silo Lama, dapat dilihat dari adanya budaya pencak silat yang merupakan kebudayaan tradsional yang acap dilakukan oleh masyarakat pada setiap bulan Syawal, tepatnya satu minggu setelah Hari Raya Idul Fitri. Kegiatan ini, selain dimaksudkan untuk menjaga dan membina kesehatan jasmani, pun juga dimaksudkan untuk untuk membina keluarga, hubungan kerabat, dan jama ah. Budaya pencak ini pada dasarnya merupakan media bagi masyarakat khususnya jama ah Al Satariyah untuk membina mental spritual dan fisik sekaligus berdasarkan ajaran-ajaran agama Islam yang dirangkai dengan budaya dan seni beladiri Melayu. Sistem Teknologi Salah satu sistem yang cukup menunjang dalam kehidupan manusia adalah sistem teknologi. Sistem ini sedemikian rupa sehingga selalu saja mengikuti perkembangan zaman. Pada beberapa kelompok masyarakat, perkembangan sistem teknologi sangat dipengaruhi oleh sistem pengetahuan yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Pada masyarakat Desa Silo Lama, sesuai dengan konteks sosial masyarakat serta latar geografi perkembangan peradabannya masih berada dalam konteks agraris. Relevan dengan kenyataan ini, maka teknologi yang berkembang adalah teknologi yang berbasis pada realitas agraris. Namun hingga saat ini, dengan masih 104

Edy Suhartono Tradisi Bondang dan Tantangan Globalisasi: Studi Kasus... eksisnya aktivitas Bondang, maka teknologi yang digunakan masyarakat di desa ini menggunakan teknologi sederhana, seperti cangkul, sabit, dan parang babat untuk membuka lahan. Penggunaan teknologi pertanian, dalam hal ini tetap dilihat sebagai alat untuk mempermudah, bukan merusak lingkungan yang ada. Tradisi Bondang dan Tantangan Globalisasi Realitas Bondang merupakan salah satu wujud dari bentuk-bentuk kearifan budaya lokal yang ada di Desa Silo Lama dan Desa Silo Bonto, Asahan. Tradisi ini begitu mengakar di tengah-tengah masyarakat, karena memang berpijak pada akar sejarah, budaya dan agama masyarakatnya. Hal ini menjadikan tradisi ini masih terus bertahan di tengah-tengah masyarakat. Persoalannya, apakah tradisi Bondang ini masih tetap seperti dulu; ataukah sudah mengalami berbagai pergeseran yang cukup signifikan. Sejauh ini memang belum dapat disimpulkan secara akurat. Karena memang belum dilakukan suatu penelitian yang bersifat intensif dan ilmiah. Sebagai sebuah realitas sosial, Bondang menjadi sebuah realitas yang cukup fenomenal di tengah perkembangan arus modernisasi dan globalisasi dewasa ini. Karena hal ini menyangkut tradisi, maka sangat boleh jadi ia dimaknai sebagai sesuatu yang statis, karena merupakan warisan turun temurun dari generasi yang pertama. Ada banyak studi yang memfokuskan pada persoalan kearifan tradisional dalam kaitannya dengan konteks perubahan sosial. Ada ahli yang melihat tradisi sebagai sesuatu yang dinamis (Vayda, 1989). Dengan kata lain, akan selalu terjadi perubahan dengan adanya pergeseran, pengurangan dan penambahan tradisi sesuai dengan kondisi pola pikir pendukungnya. Dalam hal ini Calson (1984) menyatakan bahwa tradisi sebagai suatu proses yang tidak stabil, selalu berubah sesuai dengan kepentingan dan kondisi yang sedang berlaku. Senada dalam hal ini Frederick Barth (1987) menyatakan bahwa tradisi selalu mengalami perubahan dan bervariasi. Sementara, Daniel Lerner (1983) menegaskan bahwa semua gerakan perubahan sosial mengubah cara-cara di dalam mana umat manusia hidup sehari-hari. Proses modernisasi memiliki kekuatan untuk mengubah jalan hidup pribadi. Sebagai sebuah bentuk kearifan tradisional masyarakat Melayu di Desa Silo Lama, Kec. Air Joman, Kabupaten Asahan, tradisi Bondang membuktikan bahwa cara bertani selaras alam dengan sendirinya membantu mencegah rusaknya lingkungan sebagai akibat penggunan zat-zat kimia yang berlebihan, baik pada struktur tanah maupun produk tanaman yang dihasilkan. Hal ini sekaligus ingin menegaskan bahwa arus modernisasi dan globalisasi yang saat ini begitu hebat mempengaruhi masyarakat ternyata tidak selamanya berlaku mutlak dan universal. Persoalannya, meskipun petani di desa ini masih terus melalukan tradisi Bondang, namun sesungguhnya masih banyak persoalan yang dihadapi oleh petani di sini; yang ini jika tidak ditangani maka secara lambat laun akan berpengaruh pada keberlanjutan aktivitas tradisi Bondang. Beberapa permasalahan real yang kini dihadapi petani di desa ini adalah kesulitan dalam hal permodalan; penentuan harga gabah yang tidak menguntungkan; minimnya sarana penyimpanan hasil panen; tumbuh suburnya ijon; dan koperasi yang tidak berfungsi. Dalam kaitan inilah kemudian, kehadiran Yayasan SINTESA selaku LSM yang melakukan kegiatan pendampingan dan pengorganisasian sejak lama telah berupaya untuk menjadikan tradisi Bondang sebagai wadah untuk melakukan kegiatan pemberdayaan dan kampanye bagi memasyarakatnya program Pertanian Organik (organic farming), tidak hanya di Desa Silo Lama tapi juga di daerah lainnya. Kesimpulan dan Saran Sebagai sebuah aktivitas, tradisi Bondang pada dasarnya merupakan percampuran antara kepercayaan pada kekuatan ghaib (saat dialog), adat (saat tepung tawar) dan keyakinan pada agama Islam (saat berdo a). Boleh dikatakan bahwa hampir semua tradisi yang ada di negeri ini selalu menggambarkan realitas ini. Karenanya menarik untuk mengungkap signifikansi hubungan antara ritualitas adat, kepercayaan pada kekuatan gaib dan agama dalam wacana kebudayaan kita dalam mewujudkan keseimbangan lingkungan hidup yang ada disekitar kita. Jika kebudayaan dimaknai sebagai sesuatu yang dinamis, maka tradisi Bondang yang notabene mengakar pada keyakinan agama, kepercayaan, 105

dan adat istiadat akan menghadapi tantangan globalisasi serta modernisasi yang semakin kerap melanda kebudayaan manusia; yang sewaktu-waktu dapat menggerus tradisi ini dari tengah-tengah masyarakat. Persoalannya, sejauhmana tradisi Bondang ini mampu terus bertahan? tentunya ini sangat tergantung pada masyarakat pendukungnya. Harapannya, tentu, melalui identifikasi dan dokumentasi tradisi Bondang ini, nilai-nilai positif, khususnya dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup yang selaras dengan alam dan berkelanjutan dapat terus dipertahankan. Daftar Pustaka Bunch, Roland. 1991. Dua Tongkol Jagung: Pedoman Pengembangan Pertanian Berpangkal pada Rakyat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Joachim Metzner & N. Daldjoeni (Penyunting).1987. Ekofarming: Bertani Selaras Alam. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Lerner, Daniel. 1983. Memudarnya Masyarakat Tradisional. Yogyakarta: Penerbit Gajah Mada University Press. Lister Berutu dkk. 1998. Tradisi dan Perubahan: Konteks Masyarakat Pakpak Dairi. Medan: Penerbit Monora. Usman Pelly. 1994. Urbanisasi dan Adaptasi: Peranan Misi Budaya Minangkabau dan Mandailing. Jakarta: Penerbit LP3ES. Ecology and Farming, Magazine No. 14, Januari April 1997, IFOAM, Germany, 1997. Bulletin SADAR, No. I/Desember 1992, Yayasan SINTESA, Kisaran, 1992. Bulletin SADAR, No. II/Oktober 1993, Yayasan SINTESA, Kisaran, 1993. Monografi Desa Silo Lama, 1994. Monografi Desa Silo Bonto, 1997. Riwayat Hidup dan Perjuangan Syekh Abdurrahman Silau (Syekh Silau Laut), diterbitkan dalam rangka Haul setengah abad (ke 50), 24 Desember 1989. 106